Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan populasi manusia menyebabkan permintaan pangan selalu

bertambah, baik yang berasal dari tanaman maupun produk peternakan (daging,

telur dan susu) dan perikanan. Seiring dengan pertumbuhan dan pengelolaan

industri pertanian yang intensif dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan

tersebut, tentu saja akan mengakibatkan timbulnya permasalahan yang

membutuhkan solusi yang tepat dalam penanganannya. Permasalahan yang timbul

adalah peningkatan limbah.

Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas

manusia atau proses produksi, baik berupa limbah padat, cair maupun berupa gas.

Limbah yang ditimbulkan dari proses produksi dan konsumsi produk pertanian,

baik dari tanaman maupun hewan lebih dikenal dengan istilah limbah organik.

Limbah organik dapat menjadi bahan pencemar lingkungan bila tidak dikelola

dengan baik, akibatnya lingkungan di sekitarnya akan tercemar.

Limbah dari aktivitas domestik maupun pasar (sampah kota) juga tak

kalah mengkhawatirkan. Penanganan yang dilakukan dewasa ini masih belum

dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat peningkatan produksi

sampah tersebut. Bau busuk, polusi udara, kontaminasi tanah dan timbulnya

dioksin akibat pembakaran sampah masih menghantui masyarakat yang ada di

sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di perkotaan.

Keterbatasan lahan, sumberdaya manusia serta paket teknologi sering menjadi

pembatas dalam penanganan limbah-limbah tersebut. Namun demikian, dengan

komposisi limbah yang sebagian besar merupakan bahan organik, sebenarnya


2

limbah RPH, kotoran ternak maupun sampah kota tersebut dapat diolah menjadi

pupuk organik (kompos). Dengan sentuhan teknologi tepat guna yang tidak terlalu

rumit telah banyak dikembangkan beragam cara untuk mengelola limbah menjadi

pupuk organik (kompos). Dalam rangka mempercepat proses dekomposisi bahan

baku kompos terkadang digunakan mikroba starter atau ada pula yang

menyebutnya bioaktivator. Saat ini terdapat beragam produk mikroba starter yang

telah banyak digunakan dalam mempercepat proses pengomposan, baik secara

aerobik maupun yang anaerobik. Nama-nama seperti EM-4, Starbio, Starbio-plus,

Stardec, Orgadec, BioH, Biosugih adalah beberapa contoh bahan berisi beragam

mikroba yang dapat mempercepat proses dekomposisi (pengomposan

Tujuan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana

mikroorganisme serta kandungan miroorganisme pada starter EM4, stardec dan

orgadec beserta sifat-sifatnya.

Manfaat

Memberikan informasi tentang mikroorganisme serta kandungan

miroorganisme pada starter EM4, stardec dan orgadec beserta sifat-sifatnya.


3

Rumusan masalah

1. Bagaimana mikroorganisme serta apa perannya bagi pertanian?

2. Miroorganisme apa saja yang ada pada starter EM4, stardec dan

orgadec beserta sifat-sifatnya?


ISI

Mikroorganisme

Mikroorganisme yang dapat menghasilkan hidrogen meliputi

Cyanobakteria, bakteri fotosintetik dan bakteri anaerob (Liang, 2003). Bakteri

anaerob yang dapat menghasilkan hidrogen berupa bakteri anaerob fakultatif dan

anaerob obligat. Bakteri fakultatif anaerob akan memproduksi ATP melalui

respirasi aerob ketika oksigen masih tersedia dan mampu bertahan dalam kondisi

tidak ada oksigen dengan melakukan fermentasi secara anaerob. Dalam keadaan

anaerob akan mengaktifkan enzim hidrogenase dan nitrogenase untuk

menghasilkan hidrogen (Chong et al., 2009).

Contoh bakteri anaerob fakultatif adalah Escherichia coli, Enterobacter sp.,

Citrobacter sp., dan Bacillus sp. Sedangkan contoh bakteri anaerob obligat seperti

purple non-sulphur bacteria, green and purple sulphur bacteria (Warthmann et al.,

1993), Clostridia sp., methylotroph, bakteri rumen, dan archaea (Liu, 2008).

Orgadec

Mikroba dalam bioaktivator Orgadec yang digunakan dalam pengomposan

adalah Trichoroderma Pseudokoningii dan Cytophaga Sp. Kedua mikroba ini

memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan enzim penghancur lignin

dan selulosa secara bersamaan (Didik dan Yufnal, 2008).

Orgadec mengandung mikroba (Trichoroderma Pseudokoningii dan

Cytophaga Sp) yang memiliki kemampuan tinggi dalam menghasilkan enzim

penghancur lignin dan selulosa secara bersamaan. Dengan hancurnya lignin dan

selulosa maka kadar karbon akan turun dan kadar nitrogen akan meningkat
5

shingga rasio C/N menjadi kecil (Mey, 2013). Bioaktivator Orgadec lebih efektif

mendekomposisi bahan organik yang mengandung lignin dan selulosa seperti

debu sabut kelapa.

Stardec

Dalam stardec sebagaimana diketahui terdapat sekitar 8 golongan

mikroba, yaitu dari golongan pengurai lignin, pengurai selulosa, pengurai sulfur,

pengurai posfat, pengurai protein, pengurai amilum, pengurai lemak (lipolitik)

serta mikroba memfiksasi nitrogen bebas non simbiotik. Semakin besar populasi

mikroba yang ditambahkan, maka akan semakin mempersingkat waktu

dekomposisi bahan baku kompos. Peranan stardec dalam rangka mempersingkat

waktu pengomposan juga telah dilaporkan oleh Indriyani (2005), yang

menurutnya dengan menggunakan stardec, pengomposan dapat dipersingkat

menjadi 5–6 minggu.

Stardec juga mengandung mikroba termofilik yang berguna sebagai

pengubah atau pengonversi atau dekomposisi limbah kotoran ternak menjadi

kompos pada temperature tinggi. Dapat diketahui pula bahwa perlakuan dosis

stardec ternyata mampu mempersingkat waktu pengomposan, terlihat bahwa

selisih waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kompos pada masing-masing

bahan baku dan dosis stardec relatif lama (8–14 hari). Hal ini diduga terjadi

karena dengan dosis stardec yang lebih besar, maka jumlah populasi mikroba

pengurai (decomposer) yang terlibat dalam perombakan bahan baku kompos

menjadi lebih banyak, sehingga mempersingkat waktu pengomposan.


6

Effective Mikroorganisme (EM4)

EM4 merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri

dari lima kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125

Spesies. EM4 berupa larutan coklat dengan pH 3,5 - 4,0. Terdiri dari

mikroorganisme aerob dan anaerob (Goltom, 2017). Kandungan mikroorganisme

utama dalam EM4 yaitu antara lain:

1. Bakteri Fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.) Bakteri ini mandiri dan

swasembada, membentuk senyawa bermanfaat (antara lain, asam amino, asam

nukleik, zat bioaktif dan gula yang semuanya berfungsi mempercepat

pertumbuhan) dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gasgas berbahaya

dengan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Hasil metabolisme

ini dapat langsung diserap tanaman dan berfungsi sebagai substrat bagi

mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus bertambah.

2. Bakteri asam laktat (Lactobacillus sp.) Dapat mengakibatkan

kemandulan (sterilizer) mikroorganisme yang merugikan, oleh karena itu bakteri

ini dapat menekan pertumbuhan; meningkatkan percepatan perombakan bahan

organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta

memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan

dari pembusukan bahan organik Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan

fusarium, yaitumikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/

tanaman yang terus menerus ditanami.


7

3. Ragi / Yeast (Saccharomyces sp) Melalui proses fermentasi, ragi

menghasilkan senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino

dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-

akar tanaman. Ragi juga menghasilkan zat-zat bioaktif seperti hormon dan enzim

untuk meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan akar. Sekresi ragi adalah

substrat yang baik bakteri asam laktat dan Actinomycetes

4. Actinomycetes, menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino

yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan

pertumbuhan jamur dan bakteri. Actinomycetes hidup berdampingan dengan

bakteri fotosintetik bersama-sama meningkatkan mutu lingkungan tanah dengan

cara meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.

5. Jamur Fermentasi (Aspergillus dan Penicilium) Jamur fermentasi

menguraikan bahan secara cepat untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat anti

mikroba. Pertumbuhan jamur ini membantu menghilangkan bau dan mencegah

serbuan serangga dan ulat-ulat merugikan dengan cara menghilangkan penyediaan

makanannya. Tiap spesies mikroorganisme mempunyai fungsi masing-masing

tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang menjadi pelaksana kegiatan

EM4 terpenting (Goltom, 2017).


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik praktikum ini adalah:

1. Bakteri anaerob terdiri dari Escherichia coli, Enterobacter sp., Citrobacter

sp., dan Bacillus sp. Sedangkan bakteri anaerob yaitu purple non-sulphur

bacteria, green and purple sulphur bacteria.

2. Bakteri yang termasuk di dalam orgadec Trichoroderma Pseudokoningii

dan Cytophaga Sp.

3. Dalam stardec terdapat mikroba termofilik yang berguna sebagai

pengubah atau pengonversi atau dekomposisi limbah kotoran ternak

menjadi kompos pada temperature tinggi.

4. Effective mikrooorganisme terdiri dari beberapa bakteri dianataranya

bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, Ragi / Yeast, Actinomycetes dan

jamur fermentasi.

Saran

Hendaknya dilakukan penelitian lanjut tentang mikroorganisme pengurai

limbah lainnya agar sumberdaya alam, khususnya pertanian yang tidak bernilai

lagi mampu dioptimalkan penggunaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Chong M, Rahim RA, Shirai Y, Hassan MA. 2009. Biohydrogen production by


Clostridium butyricum EB6 from palm oil mill effluent. Int J Hydrogen
Energy;34(2):764-771.

Didik, H.G., dan Yufnal. A. 2008. OrgaDec. Balai Penelitian Biotek Perkebunan
Indonesia.

Gultom, Reynad D. P. 2017. Pemanfaatan Limbah Air Kelapa Menjadi Pupuk


Organik Cair Menggunakan Mikroorganisme Aspergillus niger,
Pseudomonas putida dan Bioaktivator EM4. Laporan Skripsi. Departemen
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya

Indriyani, Y.H. 2005. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.
62 h.

Liang T-M. 2003. Application of Membrane Separation on Anaerobic Hydrogen


Producing Process. Phd Thesis Department of environmental engineering,
national Cheng Kung University.

Liu D, Zeng RJ, Angelidaki I. 2008. Effects of pH and Hydraulic Retention Time
on Hydrogen Production Versus Methanogenesis During Anaerobic
Fermentation of Organic Household Solid Waste Under
ExtremeThermophilic Temperature (70°C). Biotechnology and
Bioengineering. Accepted.

Mey, D. 2013. Uji efektivitas mikroorganisme terhadap laju dekomposisi limbah


jambu mete sebagai pupuk organik di Sulawesi Tenggara. AGRIPLUS
23(2): 85-91.

Warthmann, R., Pfennig, N. dan Cypionka, H. 1993. The Quantum Requirement


for HE Production by Anoxygenic Phototrophic Bacteria. Appl. MicrobioL
Biotechnol. 39 : 358-362.
10

Anda mungkin juga menyukai