Anda di halaman 1dari 24

Objectively Structured Long Examination Record

Pneumonia

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Profesi


Kedokteran Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Disusun Oleh:
Astri Ratnasari Wijayanti
14711123

Pembimbing:
dr. Tien Budi .F., Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KAB. WONOGIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS STATUS UJIAN (PASIEN BUKAN NEONATUS)
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda Astri Ratnasari Wijayanti Tanda Tangan
NIM 14711123
Tanggal Ujian
RSUD dr. Soediran MS,
Rumah sakit
Wonongiri
Gelombang Periode 7 Januari – 23 Maret 2019

I. IDENTITAS
Nama : an. A Nama ayah : Tn. W
Umur : 1 tahun Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : laki laki Pendidikan : SMA
Alamat : Wonogiri Pekerjaan : Wiraswasta
Nama ibu : Ny. S
Masuk RS : 14 Maret 2019 Umur : 24 tahun
No. CM : 625XXX Pendidikan : SMA
Tgl. Diperiksa : 15 Maret 2019 Pekerjaan : Ibu RumahTangga

II. ANAMNESIS
(Dilakukan aloanamnesis terhadap orang tua pasien)
A. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama : Sesak nafas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Klinik anak RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso,
Wonogiri pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2019 pukul 11.00 dengan keluhan utama
sesak nafas.
2 minggu SMRS, orang tua pasien mengatakan bahwa an. A megalami sesak
nafas yang timbul setelah anaknya bermain. Sesak nafas dirasakan hilang timbul, dan

2
muncul terutama pada pagi dini hari atau sore menjelang malam. 10 hari SMRS,
pasien mengalami demam. Demam dirasakan naik turun. Demam turun ketika sudah
diberi obat penurun panas yang ada di rumah, kemudian demam lagi 5 sampai 6 jam
setelah minum obat. Keluhan kejang saat demam disangkal.
1 minggu SMRS, pasien mulai mengalami batuk. Batuk berdahak dengan
dahak warna putih. Setiap batuk, pasien muntah. Muntah berisi makanan sebanyak kira
kira 0.5 gelas air mineral. Keluhan batuk semakin parah ketika malam hari. Nafsu
makan pasien menurun selama sakit. Pasien hanya mau makan 1x sehari, dengan
jumlah sebnayak 5-6 sendok saja, namun masih mau nimum susu formula. Dalam 1
hari, pasien dapat menghabiskan 500 cc .

3. riwayat penyakit dahulu


pasien belum pernah menderita keluhan yang sama seperti saat ini. Pasien
pernah menderita batuk pada usia 9 bulan. Pasien pernah mondok di suatu Klinik
karena muntah dan demam
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Demam dalam
beberapa hari Tidak
Mual dan muntah Tidak
Hipertensi Ya kakek pasien (dari Ayah)
Diabetes Tidak Nenek pasien (dari Ayah)
Nyeri sendi Tidak
Nyeri kepala Tidak
Batuk lama Tidak
Kejang Tidak
Nafsu makan
menurun Tidak
Asma/ sesak nafas Ya Ibu pasien
Alergi Ya Kakek pasien (dari Ibu)

Kesan: terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama yaitu Ibu
pasien. Terdapat hubungan antara penyakit keluarga dengan keluhan yang diderita
pasien saat ini.

5. Silsilah/Ikhtisar Keturunan

3
55 57
53 55
Alergi debu Hipertensi DM

17 20

24 25 22

asma
1

Kesan:
Terdapat anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien

6. Riwayat Pribadi
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Riwayat kehamilan :
Pasien adalah anak pertama. Saat mengandung pasien, ibu rutin
memeriksakan kehamilan di Bidan. Ibu saat hamil berusaha rutin mengonsumsi
makanan yang bergizi, seperti ikan, buah, dan sayur. Frekuensi makan sehari 3-
4 kali dengan porsi tiap makan sekitar 1 piring. Keluhan mual berlebihan,
lemas, pusing selama kehamilan disangkal. Berat badan ibu saat hamil
meningkat 13 kg (dari 45 kg menjadi 58 kg). Riwayat sakit selama kehamilan
seperti demam, sesak nafas, tensi tinggi, dan kaki bengkak disangkal. Ibu
pasien mengatakan selama hamilterjatuh sebanyak 2x, namun tidak mengalami
perdarahan maupun pecah ketuban

 Riwayat persalinan :
Pasien lahir dari ibu G1P0A0 usia 23 tahun. Pasien lahir melalui
persalinan spontan, tidak cukup bulan, berat badan lahir rendah, sesuai masa
kehamilan. Berat badan lahir pasien 1900 gram dan panjang badan 45 cm.
Pasien lahir dengan pertolongan dokter.

4
 Riwayat pasca lahir :
Sesaat setelah lahir pasien tidak segera menangis, warna kulit kebiruan,
dan tampak kesulitan bernafas. Setelah dilakukan resusitasi, pasien menangis
namun tidak terlalu kuat, memiliki kelemahan anggota gerak, tidak kejang,
tidak panas, refleks hisap kurang baik , dan tidak ada perdarahan. Setelah lahir
pasien dirawat di ruang perinatologi .

Kesan:
Pasien mengalami gangguan saat lahir, seperti kurang bulan, berat badan lahir
rendah, dan asfiksia berat.

6. Riwayat Makanan
 0-6 bulan : ASI eksklusif dan susu formua
Saat lahir, pasien dirawat di ruang perinatologi,sehingga Ibu pasien tidak dapat
memberikan ASI eksklusif. Setelah dilakukan perawatan 2 minggu, pasien
dibawa pulang,dan bu berusaha untuk memberikan ASI eksklusif setiap 2 jam
sekali.

 6-9 bulan : ASI, susu formula, dan MP ASI


Dalam usia ini pemberian ASI oleh ibu masih terus dilanjutkan. MP ASI yang
diberikan berupa bubur instan yang dilarutkan dengan air hangat. MP ASI
diberikan 2x sehari sebanyak ±2-3 sendok setiap kali makan dan diselingi
dengan susu formula. Susu formula diberikan 3x sehari dengan botol
bervolume 60 mL. Ibu juga memberikan buah yang dihaluskan sebagai selingan
dengan jumlah pemberian yang tidak pasti.
 9-12 bulan : ASI, susu formula, dan MP ASI
Dalam usia ini pemberian ASI tidak dilanjutkan oleh ibu. MP ASI yang
diberikan berupa bubur nasi yang diberi lauk pauk yang diblender. MP ASI
diberikan 3x sehari sebanyak ± 10 sendok setiap kali makan dan diselingi
dengan susu formula. Susu formula diberikan 3x sehari dengan botol
bervolume 60 mL. Ibu juga memberikan buah yang dihaluskan sebagai selingan
dengan jumlah pemberian yang tidak pasti.

5
Kesan:
Nutrisi secara kualitas dan kuantitas terpenuhi.

7. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak:


a. Pertumbuhan
Pertumbuhan
BBL : 1900 gram
BB sekarang : 10 kg
PBL : 45 cm
TB sekarang : 72 cm
Lingkar kepala sekarang : 50 cm
Lingkar lengan sekarang : 14 cm

6
7
Status Gizi
BB/U : antara 0 sampai -2 SD = normoweight

TB/U : dibawah -3 SD = underheight

TB/U : antara 1 – 2 SD = normowheight


Rumus status gizi berdasarkan Waterlow:
BB/TB%: BB Aktual x 100%
BB baku untuk TB aktual
: (10/9) x 100%
: 111 % → Gizi baik
Kesimpulan :
Normoweight, underheight, gizi baik

b. Perkembangan Psikomotor
Motorik kasar
 usia 3 bulan mampu mengangkat kepala
 usia 6 bulan mampu tengkurap dan membalikkan badan
 usia 9 bulan mampu duduk tanpa pegangan dan merangkak meraih benda

8
 usia 12 bulan mampu berdiri tanpa di bantu dan berjalan dengan dituntun

Motorik halus
 usia 3 bulan mampu menahan benda yang di pegang
 usia 6 bulan mampu mengamati, meraih dan memegang mainan
 usia 9 bulan mampu memegang benda dengan ibu jari dan telunjuk
 usia 12 bulan mampu memasukkan makanan kedalam mulut

Bicara
 usia 3 bulan mampu bereaksi terhadap suara dan mampu mengoceh
 usia 6 bulan mampu tertawa, berteriak, dan menoleh ke sumber suara
 usia 9 bulan mengucapkan “papa” “mama” secara tidak jelas
 usia 12 bulan mampu mampu menirukan bunyi/suara

Sosial
 usia 3 bulan mampu tersenyum spontan dan menatap wajah
 usia 6 bulan mampu mengamati tangannya
 usia 9 bulan mampu berusaha mencapai mainan, dan berusaha makan sendiri
usia 12 bulan mampu berpartisipasi dalam permainan

Kesan:
Perkembangan pasien sampai usia 1 tahun baik dan sesuai dengan usiannya
8. Imunisasi
Imunisasi yang diwajibkan:
a. BCG : usia 1 bulan, skar : 2x2 mm di lengan kanan atas, di : Puskesmas
b. HB : 4 x, usia : 2 minggu, di : RS, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan di Puskesmas
c. DPT : 3 x, usia : 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, di : Puskesmas
d. Polio : 4 x, usia : 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, di : Puskesmas

9
Imunisasi yang dianjurkan:
Tidak Ada
Simpulan : Imunisasi lengkap sesuai program PPI (Kemenkes)

9. Riwayat Penyakit Dahulu


I. Penyakit
a. Diare :- e. Hepatitis :-
b. Campak :- f. Demam tifoid :-
c. ISPA : usia 9 bulan g. Malaria :-
d. Parotitis :- h. Demam berdarah :-

II. Riwayat Mondok


Riwayat mondok karena demam dan muntah

III. Riwayat Operasi


Pasien tidak pernah menjalani operasi

10. Sosial Ekonomi dan Lingkungan

10
 Sosial ekonomi : Pasien tinggal di rumah bersama ibu, ayah, nenek, dan
kakek serta kakek dan nenek buyut. Ibu pasien bekerja sebagai IRT dan ayah
pasien bekerja sebagai pegawai swasta dengan rata-rata penghasilan dalam
sebulan antara Rp 2.000.000 – 3.0000.000. Pasien dan keluarga sering
berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Tingkat sosial ekonomi keluarga cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kesan keluarga harmonis.
 Lingkungan : Pasien tinggal di lingkungan yang tidak terlalu padat. Di rumah
pasien, ventilasi udara cukup serta cahaya matahari cukup masuk ke dalam
rumah terutama saat siang hari. Sumber air minum sehari-hari dirumah pasien
berasal dari air sumur, sudah ada kamar mandi dan WC sendiri di rumah

Kesan : Saat ini, lingkungan tempat tinggal pasien beresiko memperngaruhi


penyakit pasien.
11. Anamnesis Sistem
 Sistem serebrospinal : demam (+) , nyeri kepala/pusing (-) , kejang (-)
 Sistem kardiovaskular : dada berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
 Sistem pernapasan : batuk (+), pilek (+), sesak nafas (+)
 Sistem gastrointestinal : mual (+), muntah (+), nafsu makan menurun
(+), nyeri perut (-), diare (-), BAB darah (-), konstipasi (-)
 Sistem urogenital : nyeri saat BAK (-), BAK disertai darah (-),
anyang-anyangan / rasa tidak tuntas saat BAK
(-)
 Sistem integumentum : ruam (-), gatal (-), bintik kemerahan (-)
 Sistem muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kelemah anggota
gerak (-)

III. PEMERIKSAAN JASMANI


A. Pemeriksaan Umum (dilakukan pada tanggal: Jam: )
1. Kesan umum : nampak sakit/Cm

2. Tanda utama
 Nadi : 120x/menit

11
 Pernapasan : 50x/ menit
 Suhu : 380C

3. Status gizi:
 Berat badan : 10 kg
 Panjang badan : 72 cm
 Lingkar kepala : 50cm
 Lingkar lengan atas : 14 cm
Simpulan:
: Gizi baik, normoweight, underheight
4. Kulit : dalam batas normal

5. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

6. Otot : dalam batas normal

7. Tulang : dalam batas normal

8. Sendi : dalam batas normal

B. Pemeriksaan Khusus:

1. Leher : Deformitas (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran


kelenjar tiroid (-), massa (-)
2. Dada
Jantung : I : Dada simetris
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas jantung SIC 2 linea sternal sinistra, pinggang jantung
SIC 3 linea parasternal sinistra, apeks SIC 5 midclavicula sinistra,
batas kanan jantung SIC 4 linea sternalis dextra
A : SI dan SII reguler, bunyi jantung tambahan (-), bising jantung
Simpulan : Jantung dalam batas normal
Paru-paru : I : Dada simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)

12
P : Nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), gerakan napas simetris (+)
P : Suara sonor di seluruh lapang paru, kanan-kiri
A : Suara dasar vesikuler normal seluruh lapang paru (+)/(+), suara
ronki (+)/(+), wheezing (-)/(-)
Simpulan : Paru-paru terdapat ronkhi

3. Perut
Inspeksi : Dinding abdomen sejajar dinding dada, distensi (-), bulging (-)
Auskultasi : Peristaltik 15x/menit, metallic sound (-)
Perkusi : Timpani (+), pekak beralih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan suprapubic serta perut kanan dan
kiri bawah (-), tes undulasi (-), turgor kulit baik

Simpulan : perut dalam batas normal


4. Anogenital:

a. Anus : tidak diperiksa

b. Genital : tidak diperiksa


5. Anggota Gerak
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks Patologis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tanda Meningeal Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

6. Kepala
Bentuk : nornochepal
Lingkar kepala :50 cm
Rambut : hitam
Ubun-ubun : sudah menutup, tidak cekung
Mata : konjungtiva anemis (-),

13
Hidung : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Mulut :sianosis (-) bibir kering (-)
Tenggorokan : dalam batas normal
Gigi : dalam batas normal
Simpulan: tidak ada kelainan kepala

IV. LABORATORIUM DASAR

Darah
Pemeriksaan Hematologi (27 Desember 2018)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Hemoglobin 13.3 14-18 Rendah
Eritrosit 5.66 4,2-6.2 Normal
Hematokrit 39,4 40-54 Rendah
Leukosit 12,4 4,1-10,9 Tinggi
Trombosit 198 140-440 Normal
Gol.darah ABO B
RDW-CV 12,7 11,5-14,5 Normal
MPV 9,0 0,1-14 Normal
Lymfosit 44,4 22-40 Normal

Simpulan:
Terdapat anemia, dan leukositosis

V. RINGKASAN DATA DASAR:


A. ANAMNESIS
Pasien datang ke Poli Klinik anak RSUD dr.Soediran Mangun Sumarso, Wonogiri pada
hari Kamis tanggal 14 Maret 2019 pukul 11.00 dengan keluhan utama sesak nafas.
2 minggu SMRS, orang tua pasien mengatakan bahwa an. A megalami sesak
nafas yang timbul setelah anaknya bermain. Sesak nafas dirasakan hilang timbul, dan
muncul terutama pada pagi dini hari atau sore menjelang malam. 10 hari SMRS,
pasien mengalami demam. Demam dirasakan naik turun. Demam turun ketika sudah
diberi obat penurun panas yang ada di rumah, kemudian demam lagi 5 sampai 6 jam
setelah minum obat. Keluhan kejang saat demam disangkal.

14
1 minggu SMRS, pasien mulai mengalami batuk. Batuk berdahak dengan
dahak warna putih. Setiap batuk, pasien muntah. Muntah berisi makanan sebanyak kira
kira 0.5 gelas air mineral. Keluhan batuk semakin parah ketika malam hari. Nafsu
makan pasien menurun selama sakit. Pasien hanya mau makan 1x sehari, dengan
jumlah sebnayak 5-6 sendok saja, namun masih mau nimum susu formula. Dalam 1
hari, pasien dapat menghabiskan 500 cc .

B. PEMERIKSAAN FISIK
. Leher : Deformitas (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), massa (-)
2. Dada
Jantung : I : Dada simetris
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas atas jantung SIC 2 linea sternal sinistra, pinggang jantung
SIC 3 linea parasternal sinistra, apeks SIC 5 midclavicula sinistra,
batas kanan jantung SIC 4 linea sternalis dextra
A : SI dan SII reguler, bunyi jantung tambahan (-), bising jantung
Simpulan : Jantung dalam batas normal
Paru-paru : I : Dada simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
P : Nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-), gerakan napas simetris (+)
P : Suara sonor di seluruh lapang paru, kanan-kiri
A : Suara dasar vesikuler normal seluruh lapang paru (+)/(+), suara
ronki (+)/(+), wheezing (-)/(-)
Simpulan : Paru-paru terdapat ronkhi

3. Perut
Inspeksi : Dinding abdomen sejajar dinding dada, distensi (-), bulging (-)
Auskultasi : Peristaltik 15x/menit, metallic sound (-)
Perkusi : Timpani (+), pekak beralih (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri tekan suprapubic serta perut kanan dan
kiri bawah (-), tes undulasi (-), turgor kulit baik

Simpulan : perut dalam batas normal

15
4. Anogenital:

a. Anus : tidak diperiksa

b. Genital : tidak diperiksa

C. LABORATORIUM
Darah: leukositosis, anemia

VI. DAFTAR PERMASALAHAN


Masalah aktif:
Demam
Sesak nafas
Batuk

Masalah Inaktif
Tinggi badan dibanding usia kurang

VII. PENYEBAB MASALAH/DIAGNOSIS BANDING


Pneumonia
Asma
Bronchitis
Gangguan pertumbuhan

VIII. RENCANA PENGELOLAAN


A. Rencana pemeriksaan/penegakan diagnosis:
Ro Thorax AP/Lateral

16
B. Rencana terapi:
Pasien pneumonia, terutama pneumonia berat harus dirawaat inap di Rumah Sakit.
Pada pneumonia berat, berikan oksigen menggunakan nasal prong, atau kateter nasal.
Evaluasi sp02, jika > 90% maka hentikan penggunaan oksigen
Evaluasi klinis pasien selama 48 jam perawatan, jika terjadi perburukan,berikan
tambahan terapi.
Bila ditemukan wheezing, dapat diberikan brobkodilator kerja cepat.
Bila terdapat secret kental, bisa dihisap mengguanakan alat penghisap.
Pastikan pasien memperoleh asupan cairan yang adekuat sesuai usia pasien :
Anjurkan pemberian ASI atau cairan oral
Bujuk pasien untuk makan sesaat setelah pasien dapat makan.
Pasien dapat pulang 5 hari setelah perawatan, dantanda klinis membaik.
C. Rencana perawatan
 Observasi tanda-tanda vital
 Observasi jika terdapat perburukan gejala
D. Rencana edukasi
Diberikan edukasi kepada keluarga bahwa penyakit An. A merupakan infeksi sehingga
harus diberikan obat antibiotikdengan tuntas.
Edukasi agar anak dijauhkan dari asap, baik asap rokok maupun asap dari pembajaran

17
Edukasi keluarga, agar menjaga intake oral pasien, seperti makan sesuai usia pasien,
minum sesuai kebutuhan cairan .
Memberitahu tanda tanda perburukan pasien, seperti nafas lebih cepat, retraksi/ tarikan
dinding dada, serta adanya sianosis atau kebiruan pad tubuh.

IX. DIAGNOSIS:
Pneumonia

X. TERAPI
Inf Asering 10 tpm
Inj Ampisilin 250mg/6 jam (25-50mg/kgBB/6 jam)
Inj paracetamol 100mg/6 jam
Nebulasi salbutamol 1,25 mg diencerkan dengan 2cc Nacl / 8 jam (0.1-
0.15mg/kgBB/kali, dosis maksimal 5mg/hari)
Bila terjadi perburukan, dapat diberikan tambahan :
Inj kloramphenicol 250mg/8 jam (25mg/kgBB/8 jam)

XI. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad sanam : dubia ad bonam
c. Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

18
pertanyaan:
1. Pemeriksaan urinalisis pada anak dengan ISK?
Peneriksaan urin pada ISK biasanya didapatkan hasil berupa adanya bakteri pada
urin. Selain itu adanya leukosit pada urin menandakan adanya pus dalam urin
akibat dari infeksi bakteri. Adnya mitrat pada urin juga menandakan adanya bakteri
yang dapat memproduksi nitrat pada urin. Hematuria biasanya juga muncul pada
infeksi. Tingginya jumlah epitel pada urin juga menandakan mengindikasikan
bahwa urin terkontaminasi oleh flora normal kulit.

2. Bagaimana perbedaan sensitivitas dan spesifisitas usg abdomen


pada isk?
USG merupakan modalitas imejing pilihan untuk anak dengan kelainan renal dan
vesika urinaria. USG vesika urinaria memberikan informasi penting mengenai
kapasitas dan tebal dinding vesika urinaria, serta volume urin setelah miksi USG
bersifat noninvasif, cepat, mudah digunakan, sederhana, bed-side , murah, dan
aman. Namun, USG juga memiliki kelemahan seperti sulit menilai struktur organ
abdomen apabila terlalu banyak gas, lemak terlalu tebal, dan keahlian operator
akan mempengaruhi kualitas. Pengukuran ketebalan dinding vesika urinaria dengan
USG saat ini sangat populer digunakan diantaranya untuk mengukur dan
memonitor obstruksi outlet bladder pada pria, mendeteksi overaktifitas detrusor

19
pada wanita, dan anak dengan gangguan sfingter bladder non neuropati. Pada USG
transabdominal dengan klinis ISK akan tampak dinding vesika urinaria menjadi
edema dan menebal yang disebabkan oleh adanya infiltrasi sel inflamasi ke
muskulus atau mukosa)\. USG memiliki sensitivitas 98% dan spesifitas 82% dalam
menilai ketebalan dinding vesika urinaria dan residu urin setelah miksi.
Sensitivitas adalah proporsi subjek yang positif menurut standar emas yang
diidentifikasi sebagai positif oleh alat ukur.
Sensitivitas mengukur seberapa sering tes menjadi positif pada orang-orang yang
kita tahu memiliki penyakit pada kenyataanya. Misalnya jika kita melakukan tes
pada sampel untuk USG dari 100 anak dengan ISK, selanjutnya hasil kultur
menunjukkan 98 diantaranya positif. Dengan demikian, dapat dikatakan pada kasus
ini sensitivitas dari USG adalah 98 %
spesifisitas berdasarkan Kamus Epidemiologi adalah proporsi orang yang benar-
benar tidak sakit dan tidak sakit pula saat diidentifikasi dengan tes
skrining/penapisan/penapisan. Ini adalah ukuran dari kemungkinan benar
mengidentifikasi orang tidak sakit dengan tes skrining/penapisan/penapisan (frase:
angka true negatif). spesifisitas merupakan ukuran yang mengukur seberapa baik
sebuah tes skrining/penapisan mengklasifikasikan orang yang tidak sakit sebagai
orang benar benar yang tidak memiliki penyakit pada kenyataanya. Sensitivitas
digambarkan sebagai persentase orang tanpa penyakit yang secara test negative
Jika dibandingkan dengan alat ukur standar, Spesifisitas adalah proporsi subjek
yang negatif menurut standar emas yang diidentifikasi sebagai negatif oleh alat
ukur.
3. Bagaimana cara pemasangan intraosseus infusion?
Daerah tusukan pilihan pertama adalah tibia, yakni pada sepertiga atas tibia bagian
anteromedial, guna menghindari kerusakan lempeng epifisis (yang posisinya lebih
kranial). Pilihan daerah lain adalah femur distal, 2 cm di atas kondilus lateralis.

 Siapkan perlengkapan, yaitu:


o Alat aspirasi sumsum tulang atau jarum intraoseus, ukuran 15–18G (bila
tidak ada, 21G). Jika tidak tersedia dapat dipakai jarum hipodermik
kaliber besar, atau jarum bersayap untuk anak kecil
o Larutan antiseptik dan kasa steril untuk membersihkan tempat tusukan

20
o Semprit steril ukuran 5 ml yang berisi garam normal
o Semprit steril ukuran 5 ml untuk cadangan
o Peralatan infus
o Sarung tangan steril
 Tempatkan bantalan di bawah lutut anak hingga lutut fleksi 30°, dengan tumit
berada di meja tindakan
 Tentukan posisi yang tepat (seperti yang ditunjukkan dalam gambar)
 Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
 Bersihkan sekeliling posisi dengan larutan antiseptik
 Stabilkan posisi tibia proksimal menggunakan tangan kiri (saat ini tangan kiri
dalam keadaan tidak steril) dengan menggenggam paha dan lutut di sebelah
proksimal dan lateral tempat suntikan, tetapi tidak langsung di belakang tempat
suntikan
 Palpasi ulang tempat tusukan dengan tangan yang terbungkus sarung tangan
steril (tangan kanan)
 Tusukkan jarum dengan sudut 90° dengan lubang jarum menghadap ke kaki
 Dorong jarum perlahan dengan gerakan memutar atau mengebor
 Hentikan dorongan bila terasa ada tahanan yang berkurang secara tibatiba atau
ketika darah keluar. Sekarang, jarum telah tertanam dengan aman di tulang
 Keluarkan kawat jarumnya (stylet)
 Isap 1 ml isi sumsum (serupa seperti darah) menggunakan semprit ukuran 5 ml
untuk memastikan bahwa jarum sudah tertanam di rongga tulang
 Pasang semprit lain 5 ml yang terisi garam normal. Stabilkan posisi jarum dan
perlahan suntikkan sebanyak 3 ml, sambil palpasi di sekitarnya untuk melihat
kalau-kalau ada kebocoran di bawah kulit. Bila tidak terlihat adanya infiltrasi,
jalankan infus
 Balut dan fiksasi jarum pada tempatnya.
 Pantau jalannya infus dengan seksama dengan memperhatikan aliran cairan dan
respons klinis
 Cek bahwa betis tidak bengkak selama proses infus.
Hentikan infus intraoseus segera bila infus vena tersedia. Dalam keadaan
bagaimana pun, infus intraoseus tidak boleh melebihi 8 jam.

21
4. Bagaimana mekanisme krepitasi pada pneumonia?
Krepitasi merupakan bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu
inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di
dalam alveoli atau bronkiolus. ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar.
*onki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada
pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis
5. Bagaimana fisiologi sirkulasi jantung?
Sisi kiri jantung memompa darah ke sirkulasi sistemik, yang menjangkauseluruh sel tubuh
kecuali sel-sel yang berperan dalam pertukaran gas di paru. Sisikanan jantung memompa darah ke
sirkulasi pau (pulmonalis), yang mengalir hanyake paru untuk mendapat oksigen.a.
Sirkulasi sistemik
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonalis. Darah di atrium kirimengalir ke dalam
ventrikel kiri melewati katup atrioventrikel (AV), yang terletak ditaut atrium dan ventrikel kiri.
Katup ini disebut katup mitral
. Semua katup jantung membuka jika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh yang berada
diatasnyalebih besar dari tekanan didalam ruang atau pembuluh yang dibawah.

22
Aliran keluar darah dari ventrikel kiri adalah menuju kesebuah arteri besarberotot yang disebut
aorta.
Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta memalui katup aorta. Daerah di aorta disalurkan
keseluruh sirkulasi sietemik, melalui arteri, arteriol,dan kapiler, yang kemudian menyatu kembali
untuk membentuk vena. Verna daribagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar,
vena kava inverior.Vena darui bagian atas tubuh mengembalikabn darah ke vena kava superior.
Kedua vena kava bermuara di atrium kanan
Sirkulasi Paru
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup AV lainnya,yang di sebut
katup trikuspidalis. Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalirmelawati katup
keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonalis. Artei pulponalis bercabang-cabang
menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir ke paru kanan dan
kiri berturut-turut. Di paru, arteri pulmonalis bercabang berkali-kali menjadi arteriol dan
kemudian kapiler.
Fungsi sirkulasi Sistemik dan Paru
Sewaktu darah mengalir setiap sel tubuh didalam sirkulasi sistemik,karbondioksida dan
produk sisa sel lainnya diserap oleh darah, sedangkan oksigendan zat gizi disalurkan dari
darah ke sel. Pada sirkulasi paru, terjadi hal yangsebaliknya : karbondioksida di keluarkan dari
darah dan oksigen diserap. Melaluisiklus darah yang kontinu mengelilingi sirkulasi sistemik
dan paru, suplai oksigendan pengeluaran zat sisa dapat berlangsung untuk semua semua sel.
Siklus Jantung
Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan
jantung terdiri dari 2 jenis yaitu konstriksi (sistole) danpengendoran (diastole) konstriksi dari ke-2
atrium terjadi serentak yang disebutsistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial. Lama
konstriksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik.Konstriksi kedua atrium
pendek. Sedangkan konstriksi ventrikel lebih lama dan lebihkuat. Daya dorong ventrikel kiri harus
lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah
sistemik. Meskipun ventrikelkanan juga memompakan darah yang sama tetapi tugasnya hanya
mengalirkan darahkesekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.Jantung mempunyai 4
pompa terpisah. Dua pompa primer atrium dan duapompa tenaga ventrikel. Periode jantung
sampai akhir kontraksi berikutnyadinamakan siklus jantung. Tiap-tiap siklus dimulai oleh
timbulnya potensial aksisecara spontan pada simpul SA (sinoatrial) yang terletak pada dindibng
posterioratrium kanan dekat muara vena kava superior. Potensial aksi berjalan dengan

23
cepatmelalui berkas atrioventrikular (AV) ke dalam ventrikel, karena susunan khusus sistem
penghantar atrium ke dalam ventrikel.

24

Anda mungkin juga menyukai