Tenggara telah dilaksanakan pada 12 Program pokok yang akan di uraikan sebagai berikut :
- Kec. Sawa
Desa Bajo : 111 Jiwa
Desa Laimeo : 27 Jiwa
- Kec. Langkikima :
Desa Molore : 855 JIwa
Desa Lamaruru : 473 JIwa
Total keseluruhan pengungsi sebanyak 1.691 Jiwa. Data ini diperoleh dari
hasil wawancara dengan para kepala desa, petugas kesehatan, masyarakat
dan Polsek masing-masing setempat.
3. Kabupaten Konawe Selatan : 125 Jiwa
- Kec. Moramo Utara :
Kegiatan penemuan kasus anak lumpuh layuh (AFP) usia < 15 tahun
sebanyak 22 kasus, target Nasional untuk Provinsi Sulawesi Tenggara 15 Kasus,
dengan demikian penemuan kasus AFP Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009
mencapai target dengan AFP rate 2,4/100.000 penduduk. usia < 15 tahun.
Penemuan kasus yang dilaporkan oleh masyarakat dan puskesmas (Cummunity
Based Surveilance) sebanyak 16 (enam belas) kasus dan survey aktif rumah sakit
(Hospital Based Surveilance) sebanyak 6 (enam) kasus. Berdasarkan hasil
pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Nasional Surabaya 22 kasus yang sudah
diterima hasil laboratorium tidak ditemukan virus polio liar, hanya ditemukan 1
kasus Vaksin Virus Polio Tipe 3. Untuk lebih jelasnya Distribusi kasus AFP Provinsi
Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel 6.1 dibawah ini.
Tabel 6.1
Disitribusi Kasus AFP
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007 s/d 2009
Grafik 6.1
Cakupan Penemuan Kasus AFP per Kabupaten /Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2008-2009
Jumlah kasus Tetanus Neonatorum 3 tahun terakhir yaitu tahun 2007 tahun
2008 dan tahun 2009 mempunyai kecenderungan menurun dari 5 kasus pada
tahun 2007 turun menjadi 3 kasus pada tahun 2008 dan 2 kasus pada tahun 2009,
demikian pula juga dengan angka kematiannya. Untuk lebih jelasnya distribusi
Kasus Tetanus Neonatorum (TN) di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada
Tabel 6. 2 dibawah ini
Tabel 6.2
Distribusi Kasus Tetanus Neonatoeum (TN)
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007 – 2009
Berdasarkan tabel diatas terlihat pada tahun 2007 kasus TN terdapat masing-
masing 2 kasus di Kabupaten Kolaka dan Konawe Selatan, sedangkan tahun 2008
kasus terbanyak di kota Bau-Bau sebanyak 2 kasus dan pada tahun 2009 terjadi
hanya 1 kasus di kota Bau-Bau dan 1 kasus Kabupaten Kolaka.
4. Campak
Tabel 6.3
Distribusi Kasus Campak
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007 – 2009
Jumlah Jumlah
Jumlah Kasus
No Kabupaten / Kota Kasus Kasus Target
2007
2008 2009
1. Kendari 155 19 25 10
2. Konawe 15 3 1 5
3. Kolaka 85 7 34 6
4. Kolaka Utara 3 0 5 2
5. Konawe Selatan 4 3 11 5
6. Bombana 18 1 0 3
7. Muna 2 0 0 5
8. Bau-Bau 0 0 0 3
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 63
9. Buton 0 0 0 6
10. Wakatobi 0 0 56 2
11. Konawe Utara 0 0 0 1
12. Buton Utara 0 0 0 1
Jumlah 282 33 132 49
Sumber : Laporan Tahunan Program Penanggulangan Wabah & Bencana Tahun 2009
Dari tabel kasus campak diatas terlihat bahwa kabupaten yang paling
banyak terjadi kasus campak pada tahun 2008 adalah Kota Kendari dengan 19
kasus dan pada tahun 2009 kasus campak yang terbanyak terjadi di Kabupaten
Wakatobi yaitu 56 kasus disusul Kabupaten Kolaka 34 kasus, Kota Kendari 25
kasus dan Kabupaten Konawe Selatan 11 kasus, peningkatan ini disebabkan
karena adanya kejadian kasus KLB yaitu di Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konsel
dan Kabupaten Wakatobi. Sebenarnya tiap Kabupaten ditargetkan bisa
menemukan kasus campak sebanyak 2/100.000 populasi atau 20/100 dari jumlah
kasus campak pada tahun sebelumnya. Dari 12 kabupaten/kota hanya kota
Kendari yang menggunakan kasus sedangkan kabupaten/kota lain menggunakan
perhitungan berdasarkan jumlah populasi, sehingga kalau dilihat dari 12 kabupaten
tersebut yang mempunyai kinerja baik dalam penemuan kasus campak adalah
Kota Kendari 25 kasus dari 10 yang ditargetkan, Kabupaten Kolaka 26 kasus dari
6 kasus yang ditargetkan, kabupaten Kolaka Utara 5 kasus dari 2 kasus yang
ditargetkan kabupaten Konawe Selatan 11 kasus dari 5 kasus yang ditargetkan
dan Kabupaten Wakatobi 56 kasus dari 2 kasus yang ditargetkan. Jadi secara
keseluruhan Provinsi Sulawesi Tenggara untuk tahun 2009 telah mencapai target
secara nasional penemuan kasus campak sebanyak 132 kasus dari 49 kasus yang
ditargetkan
5. Pertusis
Tabel 6. 4
Distribusi Kasus Pertusis
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2008 – 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 64
Jumlah Kasus Jumlah Kasus Tahun
No Kabupaten / Kota
Tahun 2008 2009
1. Kendari 19 0
2. Konawe 3 10
3. Kolaka 7 38
4. Kolaka Utara 0 75
5. Konawe Selatan 3 0
6. Bombana 1 81
7. Muna 0 26
8. Bau-Bau 0 450
9. Buton 0 0
10. Wakatobi 0 34
11. Konawe Utara 0
12. Buton Utara 0
Jumlah 33 714
Sumber : Laporan Tahunan Program Penanggulangan Wabah & Bencana Tahun 2009
6. Kesehatan Haji
Untuk pelaksanaan haji tahun 2009 jumlah jamaah asal dari Provinsi
Sulawesi Tenggara yang diberangkat ke tanah suci sebanyak 1.698 orang.
Sementara jumlah jamaah haji yang terbanyak adalah berasal dari Kota Kendari
dengan jumlah jamaah haji sebanyak 527 orang disusul kemudian Kabupaten
Kolaka sebanyak 430 orang.
Berdasarkan hasil pemantauan laporan yang kami dapatkan dari
Departemen Agama bahwa jamaah haji yang meninggal di tanah suci sebanyak 1
orang yang berasal dari Kabupaten Bombana umur 58 tahun, jenis kelamin laki-
laki meninggal di Mekkah berdasarkan keterangan dari dokter / RSAS (dr.
Nuraeni) sebab meninggal akibat sistem sirkulasi, sedangkan berdasarkan laporan
yang masuk dari embarkasi makassar bahwa kondisi kesehatan jamaah haji yang
di curigai dengan suhu tubuhnya diatas 38 derajat sebanyak 13 orang yang
berasal dari Kota kendari sebanyak 5 orang, Kabupaten Bombana sebanyak 3
Tabel 6.5
Kondisi Suhu Tubuh Jamaah Haji
Asal Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Penerimaan
No Kab/Kota Vaksin Meningitis Alat Suntik
Jumlah 1698 1808 168 158 1698 0 168 3396 130 590
Sumber : Laporan Tahunan Program Penanggulangan Wabah & Bencana Tahun 2009
Sistem ini sudah lama dilakukan, baik melalui laporan mingguan (W2)
yang bersumber dari Puskesmas maupun Rumah Sakit, Puskesmas
maupun Rumah Sakit juga dari jejaring epidemiologi. Namun demikian target
pengendalian KLB penanggulangan KLB dibawah 2x 24 jam belum bisa
dilaksanakan dengan baik, mengingat laporan W2 yang seharusnya
dilaporkan tiap minggu oleh Puskesmas maupun Rumah Sakit, tidak
dilakukan dan laporan W2 ini dilaporkan setiap bulan itupun hanya sekitar 45
% Puskesmas yang melapor. Laporan mingguan wabah setiba di Kabupaten
hanya ditabulasi untuk dilaporkan ke Provinsi tanpa dilakukan analisis. Tidak
semua Kabupaten mengirimkan laporannya ke Propinsi, sehingga SKD KLB
tidak bisa dilaksanakan sebagaimana prosedur yang seharusnya. Selama
tahun 2009 jumlah kasus KLB di Provnsi Sulawesi Tenggara sebanyak 14
kasus yang terdiri dari :
Sumber : Laporan Tahunan Program Penanggulangan Wabah & Bencana Tahun 2009
Tabel 6.8
Persentase Kelengkapan Dan Ketepatan Laporan STP Puskesmas
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Ketepatan Kelengkapan
No Kabupaten
ABS % ABS %
1 Kota Kendari 6 50 10 83,33
2 Konawe 2 16 5 50,00
3 Konsel 4 33 10 83,33
4 Kolaka 6 50 9 75,00
5 Kolut 5 42 10 83,33
6 Bombana 5 42 10 83,33
7 Kota Bau-Bau 3 25 7 58,33
8 Buton 6 50 11 91,67
9 Muna 3 25 7 58,33
10 Wakatobi 7 58 10 83,33
11 Butur 6 50 12 100
12 Konut 0 0 2 16,67
Provinsi 52 36,11 105 72,92
Sumber : Laporan Tahunan Program Penanggulangan Wabah & Bencana Tahun 2009
Pada tabel diatas terlihat bahwa tidak satu Kabupaten/Kota yang mencapai
100 % baik dari segi ketepatan laporan maupun kelengkapan. Hal ini sangat
mempengaruhi untuk menganalisa situasi penyakit yang ada di masing-masing
Kabupaten/Kota, sehingga tidak jarang ketika terjadi peningkatan kasus penyakit
bahkan sampai menjurus terjadinya KLB terlambat atau tidak terlaporkan utamanya
kasus-kasus penyakit yang kasusnya kecil tetapi sudah menjurus ke KLB seperti
penyakit-penyakit PD3I.
Untuk mengetahui distribusi 10 penyakit terbesar bersumber data STP
puskesmas di Sulawesi Tenggara tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 6.9 dibawah
ini.
Tabel 6.9
Distribuisi 10 Besar Penyakit
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 70
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007 s/d 2009
Influensa 75.903 ISPA bukan Pnemonia 69.225 ISPA bukan Pnemonia 133.791
Diare 45.119 Influensa 45.513 Diare 39.115
Malaria Klinis 26.757 Diare 31.168 Hipertensi 33.551
Hipertensi 21.958 Hipertensi 25.049 Influensa 27.836
Pneumonia 8.497 Malaria Klinis 14.439 Malaria Klinis 11.572
TBC Paru 6.491 Pneumonia 5.877 Tersangak TBC Paru 6.074
Diare berdarah 5.063 Tersangak TBC Paru 4.623 Lakalalin 5.380
Tipes Perut Klins 3.086 Diare Berdarah 4.059 Pneumonia 4.339
iTBC Paru BTA (+) 1.950 Lakalalin 3.292 Diabetes miletus 4.323
Diabetes miletus 1.765 Tipus Perut Klinis 2.744 Diare berdarah 4.257
Sumber : Laporan Tahunan Program Penanggulangan Wabah & Bencana Tahun 2009
Jika dilihat pada tabel diatas, pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan
tahun 2009 jenis penyakit yang terbanyak adalah penyakit ISPA bukan pneumoni
dimana pada tahun 2009 terdapat kasus yang sangat meningkat dari tahun 2008
sebanyak 69.225 dan 133.791 kasus. Dan yang paling ekstrim adalah masuknya 10
besar penyakit tidak menular yaitu hipertensi yang berada di urutan ke 3 dengan
jumlah 33.551 kasus dan kecelakaan lalu lintas di urutan ke 7 dengan 5.360 kasus.
Untuk mengetahui distribusi 10 besar kasus penyakit khususnya tahun 2009 dapat
dilihat pada grafik 6. 2 berikut ini :
Grafik 6. 2
Distribusi 10 Penyakit Terbesar
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
1. ISPA
Tabel 6.10
Cakupan Penemuan Penderita ISPA
Per Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 72
%
KET
NO KAB/KOTA REALISASI TARGET CAKUPAN
Pada Tabel diatas dapat diketahui di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun
2009 cakupan penemuan penderita ISPA yakni Kabupaten Bombana
(62.63%), Kabupaten Konawe (61.78%), Kota Kendari (33.92%), Kabupaten
Konsel (31.09%), Kabupaten Muna (30.32%), Kabupaten Buton (22.94%),
Kabupaten Kolaka (18.07%), Kabupaten Wakatobi (14.30%), Kabupaten
Kolaka Utara (12.44%) dan Kota Bau-Bau (12.10%). Untuk melihat gambaran
penemuan kasus ISPA berdasarkan Kabupaten/Kota dapat dilihat pada Grafik
6. 3 dibawah ini :
Grafik 6. 3
Penemuan Penderita ISPA
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Pada Grafik diatas dapat diketahui cakupan penemuan penderita ISPA tahun
2009 tertinggi di Kabupaten Bombana (target 1287 realisasi 806 atau 62.6%)
dan yang terendah Kabupaten Buton Utara (target 528 realisasi 53 atau
10.0%) sedangkan Kabupaten Konawe Utara adalah Kabupaten baru yang
pelaksanaan programnya belum maksimal (target 0 realisasi 0 atau 0%).
2. DIARE
Tabel 6. 11
Cakupan Penemuan Penderita Diare
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Grafik 6. 4
Penemuan Penderita Diare
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Pada grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2009 cakupan penemuan
penderita diare tertinggi di Kabupaten Kolaka dengan target 12. 567 realisasi
9270 atau 73.76%), yang terendah di Kabupaten Buton (target 12.255 realisasi
2631 atau 21.47%), sedangkan Kabupaten Konawe Utara (target 0 realisasi 0
atau 0%) yang merupakan Kabupaten baru.
3. TBC
Cakupan penemuan penderita Baru TBC BTA Positif (Case Detection Rate)
dari tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami fluktuasi. Rendahnya CDR
pada tahun 2007 yang hanya sebesar 50,57% (target CDR: 70%),
diantaranya disebabkan oleh karena kekurangan/ketiadaan bahan logistik P2
TBC (Reagen dan Laboratorium Supply).
Selain itu, ketergantungan daerah (Dinkes Kab/Kota dan Provinsi) terhadap
Dana Bantuan (Loan) yang sangat tinggi menjadi bumerang ketika dana Loan
tersebut berhenti atau tertunda pengirimannya seperti yang pernah terjadi
pada tahun 2007. Dan jika dilihat berdasarkan grafik diatas pada tahun 2009
kasus penemuan penderita baru TBC sangat menurun yaitu hanya sebesar
49,23 %.
Hal ini perlu menjadi perhatian baik Provinsi majupun Kab/Kota untuk secara
bertahap membuat langkah-langkah “exit strategy” utamanya dalam hal
perencanaan pendanaan (Budgetting), sehingga pelayanan terhadap
penderita TB dapat terus berjalan dengan baik meski tanpa LOAN.
Untuk lebih jelasnya cakupan penemuan Penderita TB BTA positif
Kabupaten/Kota dapat dilihat pada grafik 6. 6 dibawah ini
Grafik 6.6
Cakupan Penemuan Penderita Baru TB BTA Positif
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 77
Sumber : Laporan Tahunan Program P2ML Tahun 2009
Tabel 6.12
Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita TBC
Provinsi Sulawesi Tenggara
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 78
Tahun 2005-2009
Penemuan
Jumlah
BTA
Tahun Cakupan Suspek BTA Positif Extra Penderita
Neg
CDR Kambuh/ RO Pos Paru TB
N % Baru
(%) Gagal
2005 22.870 56,4 2.301 56,7 31 433 78 2.843
Case Detection Rate relatif mengikuti cakupan penemuan suspek. Karena itu,
upaya peningkatan CDR dapat dimulai dari penemuan suspek termasuk
sosialisasi gejala utama suspek TB berupa “batuk berdahak lebih dari 2
minggu” agar segera memeriksakan dahaknya ke unit pelayanan kesehatan
terdekat (Puskesmas dan Rumah Sakit). Hal ini, lebih dipertegas lagi dengan
kualitas diagnosis penderita TBC BTA positif yang baik, seperti yang terlihat
dari proporsi BTA positif terhadap suspek dengan kisaran 8,3% - 12,8% serta
proporsi penderita BTA positif diantara penderita TB paru tercatat sebesar 74-
99% (target >65%). Untuk mengetahui Jumlah penderita TB menurut
klasifikasinya dapat dilihat pada tabel 6. 13 dibawah ini
Tabel 6. 13
Jumlah Penderita Tuberkulosis Menurut Klasifikasi Penderita TBC
Provinsi Sulawesi Tenggara
BTA + BTA -
NO Kab/Kota Suspek EP Jml
Baru Kambuh RO +
1 Konawe 3.239 311 2 4 16 333
2 Buton 3.836 368 4 35 9 416
3 Muna 2.876 266 2 11 3 282
4 Kolaka 2.328 217 0 7 2 226
5 Kendari 2.931 271 1 91 0 363
6 Bau - Bau 1.419 182 0 109 15 306
7 Konsel 2.495 280 0 1 0 281
8 Bombana 899 93 0 0 17 110
9 Wakatobi 1.066 89 0 17 0 106
10 Kolut 1.849 176 0 12 2 190
11 Konut 321 21 0 0 0 21
12 Butur 98 22 2 3 1 28
Propinsi 23.357 2.296 11 290 65 2.662
Total penderita TBC yang ditemukan dan diobati selama tahun 2009 sebanyak
2.662 orang. Melihat proporsi BTA positif diantara TB paru tercatat sebanyak
2,662 atau 86,25% yang berarti kualitas diagnosis penderita BTA positf telah
memenuhi indikator yang diharapkan (>65%) maka upaya-upaya khususnya
sosialisasi penemuan suspek menjadi kegiatan utama program P2 TB utama
di Kabupaten/Kota dimana penemuan suspek maupun penderita sangat
rendah seperti di Kabupaten Butur, Konut, Kolaka dan Bombana.
1) Conversion Rate
Grafik 6. 7
Angka Konversi Penderita TBC
Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 6.8
Hasil Pengobatan Penderita TBC Prov. Sultra Tahun 2009
33 1
4 87 1
4 1
0 3
6
0
Sumber : Laporan Tahunan Program P2ML Tahun 2009
Grafik 6.9
Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan Penderita TBC
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009
3) Error Rate
Grafik 6.10
Kesalahan pemeriksaan mikroskopis (error rate) selama tahun 2004 s.d. 2009
terlihat berfluktuasi. Pada tahun 2007 - 2009 mengalami peningkatan melebihi
dari indikator sebesar masimal 5%. Dengan kesalahan pemeriksaan (error
rate) sebesar 7,25% pada tahun 2009 hal ini berarti kualitas hasil pemeriksaan
laboratorium (mikroskopis dahak) perlu mendapat perhatian sehingga
pemeriksaan dahak penderita TB tidak underdiagnosis (negatif palsu) maupun
overdiagnosis (positif palsu). Aspek lain yang perlu dicermati adalah
kemungkinan jumlah sediaan cross check yang relatif kecil karena tidak
dilakukan pada semua PRM/PPM.
4. Program HIV/AIDS
Tabel 6. 14
Distribusi HIV dan AIDS
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2004 s/d 2009
2004 10 0 10
2005 6 2 8
2006 28 1 29
2007 14 7 21
2008 5 15 20
2009 2 11 13
JUMLAH 65 37 102
Grafikl 6. 11
Distribusi HIV dan AIDS
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2004 s/d 2009
Screening
Tahun Sero Survey VCT Jumlah
Darah
2004
3 7 0
10
2005 3 3 2 8
2006 23 5 1 29
2007
7 7 7
21
2008 0 4 16 20
2009
0 1 12
13
JUMLAH 36 27 37 102
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa distribusi HIV dan AIDS
berdasarkan cara penemuan dari tahun 2004 sampai dengan 2009, penemuan
tertinggi dangan cara VCT (37 kasus), kemudian dengan cara Sero Survey (36
kasus) dan Screening darah ( 27 kasus ).
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 86
Screening darah merupakan cara penemuan penderita HIV/AIDS yang efektif
selama lima tahun terakhir penemuan penderita HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukan penderita HIV/AIDS pada
setiap tahun kegiatan screening. Untuk itu kegiatan screening darah ini
hendaknya dikembangkan lebih luas lagi.
Selain itu, kegiatan Sero Survei perlu dilakukan pada lokasi-lokasi risti,
khususnya pada daerah pertumbuhan ekonomi baru seperti Kabupaten
Bombana. Oleh karena kegiatan sero survei memiliki jangkauan penemuan
yang lebih besar. Berikut ini adalah Distribusi AIDS berdasarkan Kematian di
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004 s/d 2009
Tabel 6. 16
Distribusi AIDS Berdasarkan Kematian
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2004 s/d 2009
2007 7 3
2008 15 9
2009 12 4
Jumlah 37 19
Pada tabel distribusi AIDS berdasarkan kematian, dapat diketahui bahwa dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 Kasus AIDS sebanyak 37 kasus dan
19 kasus diantaranya meninggal dunia. Angka kematian penderita AIDS
sangat tinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini selain disebabkan oleh
karena penemuan penderita yang cenderung terlambat, pengetahuan dan
motivasi penderita untuk berobat juga belum maksimal.
Di sisi lain pengobatan dengan antiretroviral (ARV) tidak dapat menurunkan
angka kematian oleh karena sifatnya hanya sebagai penekan perkembangan
virus. Jika dilihat berdasarkan gambar akan nampak sebagai berikut :
Berikut ini adalah distribusi HIV dan AIDS berdasarkan Kelompok Umur
Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6. 17
Distribusi HIV dan AIDS Berdasarkan Kelompok Umur
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2004 s/d 2009
15-19 tahun 1
20-29 tahun 35
30-39 tahun 49
40-49 tahun 14
50-59 tahun 1
Jumlah 102
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa kasus HIV-AIDS terbanyak pada usia
produktif yaitu usia 20 sampai dengan usia 49 tahun. Berikut ini adalah
gambar Penemuan Penderita Baru HIV/AIDS di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Grafik 6.13
Penemuan Penderita Baru HIV/AIDS Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Tabel 6. 18
Distribusi Penyakit Frambusia
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007 s/d 2009
245.09
KONAWE 0 10 10 0 7 8 15 6 1 7 0 0
8
281.67
BUTON 2 49 51 2 6 44 50 18 1 2 5 10
1
264.45
MUNA 0 7 7 0 0 7 7 3 0 0 0 0
0
284.71
KOLAKA 0 38 38 1 1 34 35 12 0 0 1 3
4
272.80
KENDARI 3 21 24 1 4 23 27 10 0 0 1 4
8
108.93
BAU - BAU 0 34 34 3 4 26 30 28 3 10 3 10
3
224.74
KONSEL 0 16 16 1 1 16 17 8 1 6 0 0
9
122.50
BOMBANA 3 20 23 2 3 20 23 19 1 4 1 4
7
73.88
WAKATOBI 1 18 19 3 1 15 16 22 1 6 3 19
0
124.55
KOLUT 1 33 34 3 0 19 19 15 3 16 3 16
1
86.85
KONUT 0 6 6 1 0 1 1 0 0
6
52.82
BUTUR 1 2 3 1 1 3 4 0 0
3
TO TAL 143.040 11 254 265 1,2 28 216 244 11 11 5 17 7
Prevalensi kusta yang masih tinggi (>1/10.000 pddk) dan proporsi penderita
Multi Baciller (MB) yang lebih besar dibanding PB menunjukkan bahwa kusta
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Sulawesi Tenggara. Hal ini
berarti pula bahwa penularan penyakit kusta masih cukup tinggi di
masyarakat. Berikut ini adalah tabel perhitungan kohort Pengobatan dan
keadaan Cacat Waktu RFT Kusta MB dan Kusta PB
Konawe 17 4 0 0 12 71 8 0 4 0
Buton 35 1 0 1 33 94 33 0 0 0
Muna 27 2 0 1 24 89 24 0 0 0
Kolaka 28 1 0 1 26 93 26 0 0 0
Kendari 35 0 0 8 27 77 33 0 0 0
Bau - Bau 31 0 0 7 24 77 28 0 0 0
Bombana 22 0 0 1 21 95 21 0 0 0
Konsel 16 0 0 0 16 100 16 0 0 0
Wakatobi 4 0 0 0 4 100 4 0 0 0
Kolut 7 0 0 0 7 100 7 0 0 0
Tabel 6. 21
Perhitungan Kohort Pengobatan dan Keadaan Cacat Waktu RFT Kusta PB
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2008
Konawe 2 0 0 0 2 100 2 0 1 0
Muna 6 0 0 0 6 100 6 0 0 0
Kolaka 5 0 0 0 5 100 5 0 0 0
Kendari 9 0 0 0 9 100 9 0 0 0
Bau - Bau 8 0 0 3 5 63 8 0 0 0
Bombana 2 0 0 0 2 100 2 0 0 0
Konsel 3 0 0 0 3 100 3 0 0 0
Wakatobi 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0
Jumlah 47 0 0 3 44 94 47 0 1 0
1. MALARIA
Malaria merupakan salah satu penyakit prioritas sampai saat ini masih menjadi
ancaman di Indonesia dengan Angka Kesakitan dan Kematian tinggi serta
sering menimbulkan KLB dengan tujuan program pemberantasan dan
pencegahan penyakit malaria ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
setiap orang dan kepedulian masyarakat untuk mengatasi masalah malaria,
terciptanya lingkungan yang bebas dari penularan malaria serta
terselenggaranya upaya pemberantasan malaria sehingga meningkatkan
produktifitas kerja guna mencapai indikator Indonesia Sehat 2010. Berikut ini
Jumlah Penderita Malaria Tahun 2009 dapat dilihat pada tebel dibawah ini
Tabel 6. 22
Penderita Malaria Klinis
Propinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Pada tabel diatas di Propinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009, dapat
diketahui bahwa kasus malaria klinis tertinggi di Kabupaten Konawe
sebanyak (252.457 kasus) dan yang terendah di kabupaten Kolaka Utara
sebanyak (213 kasus), Sedangkan AMI ( Annual Malaria Insidence ) tertinggi
di Kabupaten Konawe Utara 21.05 0/00 dan yang terendah di Kabupaten
Kolaka 1.16 0/00. dari gambaran data diatas bahwa penyakit malaria di Provinsi
Sulawesi Tenggara masih menjadi masalah kesehatan, walaupun angka
total /angka Propinsi AMI (Annual Malaria Incidence) 9.78 0/00 dikategorikan
sebagai tingkat resiko rendah, ini disebabkan berbagai faktor antara lain
pengetahuan masyarakat tentang penyakit malaria yang masih rendah, kondisi
lingkungan atau tempat berkembangnya vector ( Brading Place ) yang masih
ada, dan kondisi geografis yang sulit dijangkau sehingga menyulitkan
masyarakat serta petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan. Untuk
melihat keadaan annual Malaria Insiden (AMI) menurut Kabupaten/Kota Tahun
2009 dapat dilihat pada grafik 6.11 dibawah ini
Grafik 6.14
Keadaan Annual Malaria Insiden (AMI)
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Grafik 6.15
Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2006 s/d Maret 2008
2. FILARIASIS
Adapun tujuan dari Program P2 Filariasis ini adalah Meningkatkan kepedulian
dan kemampuan masyarakat untuk mengatasi masalah filaria sehingga
terbebas dari penularan filaria dilingkungannya dan terjaminnya pelayanan
kesehatan yang terjangkau dan bermutu dan berkualitas untuk eliminasi
filariasis 2020 dengan cakupan programnya adalah sebagai berikut :
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 96
Mikrofilaria Rate (Mf Rate) < 1%, Cakupan pengobatan massal > 85%,
Kasus filaria yang ditangani 90%. Berikut ini adalah Jumlah Penderita
Filaria tahun 2009 dan Tahun 2008 dapat di lihat pada grafik berikut ini
Grafik 6.16
Jumlah Kasus Kronis Filariasis
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009
Jmlah Mf Rate
No Kab/kota Tahun Keterangan
Desa (%)
1 Buton 2002 1 1,3 Endemis
2 Muna 2002 1 3 Endemis
3 Konawe 2006 1 1,5 Endemis
4 Kolaka 2006 2 1,9 Endemis
5 Kota KDI - - - -
6 Kota Bau-Bau 2006 1 1,22 Endemis
7 Kon. Sel 2009 1 2,27 Endemis
8 Bombana 2005 1 1,18 Endemis
9 Kolut 2006 2 2,78 Endemis
10 Wakatobi - - - -
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2002 sampai
dengan tahun 2009 angka mikro filaria rate yang diperoleh dari hasil survey
darah jari yang dilaksanakan oleh petugas pusat, Provinsi dan Kabupaten,
masing – masing Kabupaten Buton (1,3 %), Kabupaten Muna 3 %, Kabupaten
Konawe (1,5 %), Kabupaten Kolaka (1,9 %), Kota Bau – Bau (1,22 %),
Kabupaten Bombana (1.18 %) dan Kabupaten Kolaka Utara (2,78 %,)
Kabupaten Konawe Selatan 2,27 %.
Kabupaten/Kota tersebut di atas sudah masuk kategori dari endemis
filariasis sesuai dengan indikator program yaitu di atas 1 (satu) %. Untuk itu
perlu ditindaklanjut kegiatan berupa kegiatan pengobatan massal selama satu
tahun satu kali selama 5 tahun dengan satuan pengobatan 1 (satu)
Kabupaten. Cakupan Pengobatan Massal Filaria Tahun 2009 dapat dilihat
pada Grafik 6.13 dibawah ini.
Grafik 6.17
Cakupan Pengobatan Massal Filaria
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009
Tabel 6. 24
Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD )
Propinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
TOTAL Jumlah
No Kabupaten
P M Penduduk Ket
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 100
1 Konawe 102 0 252.457
2 Muna 0 0 273.868
3 Kolaka 101 3 305.986 (CFR= 2.97%)
4 Buton 0 0 285.947
5 Kota Kendari 298 4 262.951 (CFR= 1.34%)
6 Kota Bau-Bau 117 4 127.290 (CFR= 3.42%)
7 Konsel 0 0 267.534
8 Bombana 14 1 128.712 (CFR= 7.14%)
9 Kolaka Utara 0 0 137.360
10 Wakatobi 60 0 108.898
11 Konawe Utara 0 0 86.234
12 Buton Utara 0 0 52.823
Dari tabel tabel diatas dapat diketahui tahun 2009 jumlah kasus di Kota
Kendari (298 kasus) 4 kasus diantaranya meninggal dunia, Kota Bau-Bau
(117 kasus) 4 kasus diantaranya meninggal dunia, Kabupaten Konawe (102
kasus), Kabupaten Kolaka (101 kasus) 3 kasus diantaranya meninggal dunia,
Kabupaten Wakatobi (60 kasus) dan Kabupaten Bombana (14 kasus) 1 kasus
diantaranya meninggal dunia. Rata-rata kasus kematian disebabkan karena
keterlambatan dalam melakukan pengobatan. Tingginya kasus Demam
Berdarah setiap tahun khususnya di Kota Kendari karena bertambahnya
jumlah penduduk, serta cuaca yang tidak menentu
Jika dilihat berdasarkan jumlah penderita DBD per Kabupaten/Kota
dapat dilihat pada Grafik 6. 14 dibawah ini :
Grafik 6.18
Jumlah Penderita DBD
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 101
Sumber : Laporan Tahunan Program P2B2Tahun 2009
Grafik 6.19
Jumlah Penderita dan Kematian Akibat DBD
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 102
Sumber : Laporan Tahunan Program P2B2Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 103
Grafik 6.20
Perkembangan Kasus DBD Berdasarkan Bulan Kejadian
Di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
3. RABIES
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 104
peran serta masyarakat serta pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau dalam mencegah penyakit rabies pada manusia dan hewan untuk
mencapai Indonesia bebas rabies 2015 dengan Indikator Program P2 Rabies
adalah sebagai berikut :
a. Penanganan kasus gigitan berdasarkan protap tatalaksana kasus: 100%
b. Pemberian VAR minimal 60% dari jumlah kasus
c. Kematian karena Rabies mendekati 0%
Berikut ini adalahcakupan progam P2 Rabies di Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2009
Tabel 6. 25
Cakupan Program P2 Rabies
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
1 Kolut 53 50 0 0 16 8 1
2 Konawe 68 61 0 1 17 11 1
3 Kolaka 396 386 0 1 47 18 1
4 Muna 66 66 0 0 17 17 1
5 Buton 0 0 0 0 0 0 0
6 Kendari 189 137 0 0 16 10 1
7 Bau-Bau 69 43 0 0 14 6 1
8 Konsel - - - 1 - - 1
9 Bombana 46 43 0 0 15 10 1
10 Wakatobi 0 0 0 0 0 0 0
11 Konut 0 0 0 0 0 0 0
12 Butur 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah
887 786 0 3 142 80 8
Sumber : Laporan Tahunan Program P2B2Tahun 2009
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa kasus gigitan hewan tersangka
rabies yang tertinggi di Kabupaten Kolaka( 396 kasus) 1 diantaranya meninggal
dunia dan yang terendah di Kabupaten Bombana( 39 kasus). Hal ini antara lain
disebabkan jumlah populasi hewan yang cukup banyak dan adanya budaya
memelihara hewan untuk membantu dalam hal kegiatan berkebun.
Kecenderungan kasus meninggal karena rabies tiap tahunnya selalu
terjadi, jumlah kasus pada tahun 2009 adalah (887) dan yang mendapatkan
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 105
vaksin anti rabies (786) kasus atau diatas 60 % sesuai dengan indikator angka
nasional. Namun demikian angka kematian masih tetap ada setiap tahunnya. Hal
Ini disebabkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit rabies masih kurang
dan tempat tinggal penderita yang sangat jauh dari tempat pelayanan kesehatan,
sehingga korban gigitan datang ketempat pelayanan kesehatan dengan kondisi
yang sudah menunjukan gejala rabies dan biasanya tidak tertolong lagi. Untuk
jumlah Kasus gigist Hewan tersangka Rabies di Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2009 dapat dilihat pada Grafik 14 dibawah ini
Grafik 6.21
Jumlah Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies
Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2009
Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus gigitan hewan
tersangka rabies tertinggi di diprovinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009,
Kabupaten Kolaka (396 kasus) yang mendapatkan vaksin anti rabies ( 386 kasus)
dan 1 diantaranya meninggal dunia. Menyusul berikutnya Kota Kendari dengan
jumlah (189 kasus) dengan jumlah yang mendapatkan vaksin anti rabies (135
kasus), Kota Bau-Bau (69 kasus), yang mendapatkan vaksin anti rabies
sebanyak (43 kasus), Kabupaten Konawe (68 kasus) yang diberikan vaksin anti
rabies (61 kasus), Kabupaten Muna (66 kasus) diberikan var (66 kasus),
Kabupaten Kolaka Utara (53 kasus) diberikan var (50 kasus) dan Kabupaten
Bombana (46 kasus) diberikan var (43 kasus). Seperti telah diuraikan di atas
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 106
bahwa kecendrungan penderita meninggal setiap tahunnya selalu terjadi, ini
disebabkan keterlambatan mendapatkan vaksin anti rabies dan keterbatasan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit rabies.
3) Program Imunisasi
Laporan yang diuraikan dibawah ini adalah laporan Januari sampai dengan
desember dimana beberapa Kabupaten yang belum mengirim laporan yaitu :
Kab Konawe, Buton Utara, Buton, Kota Bau-Bau dan Kota Kendari. Berikut
ini adalah Hasil Kegiatan Imunisasi Rutin Tahun 2009 dapat dilihat pada
tabel 18 dibawah ini.
Tabel 6.26
Hasil Kegiatan Imunisasi Rutin
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
- BCG 98 % 89%
- DPT – HB 1 98% 86% - Lap. Kab & Pusk. Belum
- DPT – HB 3 88% 79% semua masuk ke Provinsi
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 107
Grafik 6.22
Cakupan Imunisasi BCG
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 108
Grafik 6.23
Cakupan Imunisasi DPT-HB1
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 109
Grafik 6.24
Cakupan Imunisasi DPT-HB3
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 110
Grafik 6.25
Cakupan Imunisasi Polio IV
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Grafik 6.26
Cakupan Imunisasi Campak
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 111
Sumber : Laporan Tahunan Program Imunisasi Tahun 2009
Grafik 6. 27
Cakupan Imunisasi Drop Ot (DO) DPT-HB1
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 112
melewati standar Nasional adalah Kabupaten Konawe Utara 25.48 %,
Sedangkan DO terbaik di Kabupaten Kolaka Utara 0 %.
Berikut ini dalah tabel monitoring vaksin Januari – Desember tahun 2009 di
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tabel 6. 27
Hasil Monitoring Logistik Vaksin
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Berdasarkan laporan yang masuk untuk Tahun 2009, terlihat bahwa semua
Kabupaten/kota telah memberikan laporan pemakaian vaksin.
Target Indikator SPM Imunsasi untuk Desa UCI 100 %, Cakupan imunisasi
BCG 98 %, Cakupan Imunisasi DPT-HB1 98%, Cakupan Imunisasi DPT1-HB3
88 %, Cakupan Imunisasi Polio 4 88 %, Cakupan Imunisasi Campak 98 % dan
Cakupan Imunisasi Birdose 70 % .
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 113
Tabel 6. 28
Cakupan UCI Desa/Kelurahan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 114
.
Sumber : Laporan Tahunan Program Imunisasi Tahun 2009
Data UCI desa program imunisasi untuk tahun 2009 sebesar 38.61 %
atau sebesar 768 Desa yang sudah UCI dari 1.989 desa yang ada pada Tahun
2009. Dan untuk masih sekitar 61.38 % Desa yang tidak UCI
1 . Rumah Sehat
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 116
Tabel 6. 29
Jumlah dan Persentase KK yang Memiliki Rumah Sehat
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009
JUMLAH
RUMAH RUMAH
No AB/KOTA RUMAH %
YG MEMENUHI
DIPERIKSA
TERDAFTAR SYARAT
1 KONAWE 42.312 17.753 11.154 62.83
2 KOLAKA 60.044 26.975 19.506 72.31
3 MUNA 53.062 53.062 22.274 41.98
4 BUTON 50.946 36.463 23.790 65.24
5 KENDARI 43.949 34.023 22.802 67.02
6 BAU-BAU 23.631 23.631 18.214 77.08
7 KONSEL 60.354 29.284 14.337 48.96
8 BOMBANA 28.267 20.965 9.897 47.21
9 KOLUT 23.804 23.804 10.936 45.94
10 WAKATOBI 18.396 11.385 5.968 52.42
11 KONUT - - - -
12 BUTUR 11.821 7.824 4.445 56.81
TOTAL 416.586 285.169 163.323 57.27
.
Sumber : Laporan Tahunan Program Lingkungan Sehat Tahun 2009
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari jumlah rumah yang terdaftar,
masih sangat banyak rumah yang telah diperiksa dan belum memenuhi syarat
kesehatan, dimana rata-rata rumah yang diperiksa tidak mempunyai sanitasi
dasar yang belum memenuhi syarat kesehatan misalnya tempat BAB, air
bersih, saluran pembuangan air limbah dan lain-lain. Jika dilihat berdasarkan
tabel diatas, rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat kesehatan terendah
di Kabupaten Bombana atau hanya terdapat 9.897 rumah yang memenuhi
syarat kesehatan dari jumlah rumah yang terdaftar sebesar 28.267 rumah.
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 117
Hal ini disebabkan kurangnya perhatian masyarakat dalam hal ini kepala dan
anggota keluarga akan pola hidup bersih dan sehat. Untuk melihat persentase
KK yang memiliki rumah sehat dapat tergambar pada grafik dibawah ini :
Grafik 6.28
Persentase KK yang Memiliki Rumah Sehat
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 118
Berdasarkan hasil pemeriksaan rumah di Propinsi Sulawesi Tenggara
sampai akhir tahun 2009 dari jumlah rumah yang terdaftar sebanyak 416.586
rumah yang memiliki jamban keluarga (Jaga) sebanyak 285.169 rumah
(67,34 %), dari jumlah rumah yang diperiksa dan memiliki jamban tersebut
yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 154.365 rumah (54,138 %), lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. 30
Jumlah dan Persentase Rumah yang Menggunakan
Jamban Keluarga (JAGA)
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
JUMLAH
RUMAH RUMAH JAGA
No KAB/KOTA
YG DGN JAGA MEMENUHI %
TERDAFTAR DIPERIKSA SYARAT
1 KONAWE 42.312 17.753 11.154 62.83
2 KOLAKA 60.044 26.975 16.210 60.09
3 MUNA 53.062 53.062 21.791 41.07
4 BUTON 50.946 36.463 16.416 45.02
5 KENDARI 43.949 34.023 25.481 74.89
6 BAU-BAU 23.631 23.631 21.041 89.04
7 KONSEL 60.354 29.284 17.694 60.42
8 BOMBANA 28.267 20.965 7.189 34.29
9 KOLUT 23.804 23.804 10.936 45.94
10 WAKATOBI 18.396 11.385 3.694 32.45
11 KONUT - - - -
12 BUTUR 11.821 7.824 2.759 35.26
TOTAL 416.586 285.169 154.365 54.13
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 119
bahwa di Kabupaten tersebut kinerja petugas sanitarian masih kurang. Jika
melihat persentase rumah yang menggunakan JAGA di Kabupaten/Kota dapat
dilihat pada grafik dibawah ini
Grafik 6. 29
Persentase Rumah yang Menggunakan JAGA
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Secara umum air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, industri dan tempat-tempat umum lainya yang biasa
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan terhadap
kesehatan manusia serta dapat mengganggu kelestarian lingkungan. Air
limbah dapat dipengaruhi oleh tingkat kehidupan masyarakat, semakin tinggi
tingkat sosial masyarakat semakin beragam pula air limbah yang dihasilkan
olehnya itu maka pengawasan terhadap air limbah harus di tingkatkan secara
terus menerus.
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 120
Untuk meningkatkan kondisi lingkungan perumahan dan pemukiman
yang memenuhi syarat kesehatan sangat erat kaitannya dengan kegiatan
pengawasan sarana pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga.
Tabel 6. 31
Jumlah dan Persentase Rumah yang Menggunakan SPAL
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
JUMLAH
SPAL
No RUMAH RUMAH
MEMENUHI %
KAB/KOTA YG DGN SPAL
SYARAT
TERDAFTAR DIPERIKSA
KES
1 KONAWE 42.312 14.421 10.549 73.15
2 KOLAKA 60.044 16.295 13.210 81.07
3 MUNA 53.062 46.906 13.645 29.09
4 BUTON 50.946 13.816 10.194 73.78
5 KENDARI 43.949 34.023 20.093 59.06
6 BAU-BAU 23.631 12.380 9.146 73.88
7 KONSEL 60.354 29.137 10.542 36.18
8 BOMBANA 28.267 19.553 6.943 35.51
9 KOLUT 23.804 7.574 6.148 81.17
10 WAKATOBI 18.396 4.746 2.462 51.88
11 KONUT - - - -
12 BUTUR 11.821 9.301 2.508 26.96
TOTAL 416.586 208.152 105.440 50.66
Grafik 6.30
Persentase Rumah yang Menggunakan SPAL dan
Memenuhi Syarat Kesehatan Tahun 2009
Sampah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia oleh karena itu adanya
sampah pada umumnya sebagai akibat dari kegiatan manusia itu sendiri.
Permasalahan sampah timbul sejalan dengan tingkat perkembangan dan
kemajuan di bidang teknologi disamping itu juga produksi sampah terus
meningkat seiring dengan perkembangan penduduk. Sampah yang tidak atau
kurang pengelolaannya akan menimbulkan dampak negatif baik langsung
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 122
maupun tidak langsung, dan dari segi estetika sampah dapat menimbulkan
bau yang tidak enak dan akibatnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
Dari hasil pemeriksaan rumah di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009 dari
jumlah rumah yang terdaftar sebanyak 416.586, yang diperiksa dan
mempunyai tempat pembuangan sampah sementara sebanyak 123.592
rumah dan yang memenuhi syarat sebanyak 66.732 ( 53,99 %). dan lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.24.
Tabel 6.32
Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah Sementara
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
JUMLAH
RUMAH RUMAH TPS
No KAB/KOTA YG DGN TPS MEMENUHI %
TERDAFTAR DIPERIKSA SYARAT
KES
1 KONAWE 42.312 16.636 11.709 70.38
2 KOLAKA 60.044 16.925 5.133 30.33
3 MUNA 53.062 14.902 7.521 50.47
4 BUTON 50.946 14.699 11.042 75.12
5 KENDARI 43.949 34.023 23.545 69.20
6 BAU-BAU 23.631 20.034 14.717 73.46
7 KONSEL 60.354 29.137 13.260 45.51
8 BOMBANA 28.267 19.553 6.943 35.51
9 KOLUT 23.804 7.137 6.451 90.40
10 WAKATOBI 18.396 1.567 861 54.95
11 KONUT - - - -
12 BUTUR 11.821 9.631 2.452 25.46
TOTAL 416.586 123.592 66.732 53.99
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari jumlah rumah yang ada dan
jumlah rumah yang diperiksa tempat pembuangan sampah sementara nampak
bahwa rumah yang mempunyai TPS dan memenuhi syarat masih sangat
rendah sekali ini disebabkan dengan kurangnya motivasi dari masyakarat
untuk membuang sampah pada tempat-tempat yang sesuai dengan standar
kesehatan.
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 123
Khususnya di Kabupaten Wakatobi kepedulian masyarakat untuk membuang
sampah pada tempatnya masih kurang diakibatkan kurang maksimalnya
tenaga penyuluh dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Jika
lihat berdasarkan persentase Rumah yang menggunakan TPS dan memenuhi
syarat kesehatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini
Grafik 6.31
Persentase Rumah yang Menggunakan TPS
yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tahun 2009
2. Penyehatan Air
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 124
yang digunakan masyarakat sebagai sumber air minum baik tingkat resiko
pencemaranya Rendah, Sedang, Tinggi maupun Amat Tinggi sehingga
memudahkan dalam melakukan perbaikan baik fisik sarana maupun kualitas
sarana air bersih tersebut. inspeksi sanitasi ini merupakan elemen pokok
dalam pengawasan dan perbaikan kualitas air.
Hasil kegiatan surveilans dalam rangka inspeksi sanitasi sarana air bersih
sampai akhir tahun 2009 jumlah sarana air bersih yang diinspeksi sanitasi
sebanyak 62.757 sarana (52,02 %) dari jumlah sarana air bersih yang ada
sebanyak 120.648 sarana.
Dari jumlah sarana air bersih yang diinspeksi tersebut ( 62.757 sarana ),
dengan tingkat resiko pencemarannya masing-masing sebagai berikut
Rendah sebanyak 33.152 sarana ( 52,83%), Sedang sebanyak 17.326 sarana
( 27,61 %), Tinggi sebanyak 6.271 sarana ( 9,99 %) dan Amat Tinggi
sebanyak 6.502 sarana ( 10,36 %), lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 6. 33
Jumlah dan Persentase Tingkat Resiko Pencemaran SAB
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 125
Jika dilihat berdasarkan persentase tingkat resiko Pencemaran Sarana Air
Bersih di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009 dapat dilihat berdasarkan
grafik dibawah ini
Grafik 6. 32
Persentase Tingkat Resiko Pencemaran Sarana Air Bersih
di Prop. Sultra Tahun 2009
Keadaan atau kondisi kualiatas air PDAM yang ada di Propinsi Sulawesi
Tenggara sampai akhir tahun 2009 berdasakan hasil pengawasan dengan
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 126
melakukan kegiatan pengambilan dan pemeriksaan sampel di
Laboratorium secara bakteriologis dari 40 sampel yang di periksa yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 10 sampel (25,00 %) sedangkan
untuk sampel kimia sebanyak 24 sampel yang memenuhi syarat
kesehatan 21 sampel (87,50 %)
Dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang
melaporkan hasil kegiatan pengawasan kualitas air PDAM dengan melalui
pemeriksaan sampel di Laboratorium hanya 1 Kabupaten/Kota yaitu
Kabupaten Kolaka sedangkan yang lainnya belum melaporkan hasil
pemeriksaannya, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6. 34
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Minum (PDAM)
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
HASIL PEMERIKSAAN
BAKTERIOLOGIS KIMIA
KABUPATEN/ Jml Memen % Jml Memen
NO
KOTA Sampel uhi Sampel uhi
%
Di Syarat Di Syarat
periksa kes periksa kes
1 KONAWE - - - - - -
2 KOLAKA 40 10 25 24 21 87.50
3 MUNA - - - - - -
4 BUTON - - - - - -
5 KENDARI - - - - - -
6 BAU-BAU - - - - - -
7 KONSEL - - - - - -
8 BOMBANA - - - - - -
9 KOLUT - - - - - -
10 WAKATOBI - - - - - -
11 KONUT - - - - - -
12 BUTUR - - - - - -
TOTAL 40 10 25 24 21 87.50
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 127
merupakan sumber terjadinya pencemaran dengan jalan memberikan dana-
dana stimulan kepada masyarakat yang kurang mampu, serta memberikan
motivasi agar dapat melakukan perbaikan sendiri, sedangkan untuk menjaga
kualitas airnya agar tidak mengandung kuman bakteriologis atau kuman-
kuman pathogen lainnya dapat dilakukan dengan pemberian kaporit secara
teratur. Hasil pencapaian kegiatan kaporisasi sampai akhir tahun 2009 dari
jumlah sarana air bersih yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak
122.707 sarana yang dilakukan perbaikan dengan kaporisasi sebanyak 21.918
sarana (17,86 %) dan secara rinci perKabupaten/Kota dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 6. 35
Jumlah dan Persentase Perbaikan Kualitas SAB
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
JUMLAH
No KAB/KOTA JUMLAH SAB YANG
%
SAB DIKAPORISASI
1 KONAWE 14.230 658 4.62
2 KOLAKA 17.157 60 0.35
3 MUNA 16.627 6.333 38.09
4 BUTON 24.112 9.482 39.32
5 KENDARI 7.484 658 8.79
6 BAU-BAU 11.178 60 0.54
7 KONSEL 10.599 1.641 15.48
8 BOMBANA 2.397 324 13.52
9 KOLUT 3.582 283 7.90
10 WAKATOBI 12.048 1.857 15.41
11 KONUT - - -
12 BUTUR 3.293 562 17.07
TOTAL 122.707 21.918 17.86
d. Jenis Sarana
Jumlah sarana air bersih yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara sampai
akhir tahun 2009 sebanyak 122.707 sarana yang terdiri dari sumur gali (SGL)
sebanyak 96.506 sarana (78,65 %), Sumur Pompa Tangan Dangkal/Dalam
(SPT, DK, DLM) sebanyak 4.597 sarana (3,75%), Perlindungan Mata Air
(PMA) sebanyak 3.206 sarana (2,65 %), Penampungan Air Hujan (PAH)
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 128
sebanyak 15.322 sarana (12,49%), PP Non pengolahan sebanyak 3.065
(2,10 % ) dan PDAM sebanyak 11 ( 0,01 %).
Dengan berbagai jenis sarana air bersih yang ada di Propinsi Sulawesi
Tenggara, yang paling banyak di gunakan oleh masyarakat sebagai sumber air
minum adalah jenis sarana air bersih Sumur Gali (SGL) yaitu 78,65 % dari
jumlah sarana yang ada (122.707), jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.36
Jumlah dan Jenis Sarana Air Bersih
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Grafik 6. 33
Jenis dan Jumlah Sarana Air Bersih
di Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 129
Sumber : Laporan Tahunan Program Lingkungan Sehat Tahun 2009
Tabel 6. 37
Cakupan Penggunaan Sarana Air Bersih
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007 s/d 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 130
12 Butur 0 0 55,5
Sultra 65,43 65,56 62,60
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 131
Grafik 6.34
Persentase Cakupan Sarana Air Bersih
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2006 s/d 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 132
Tabel 6.38
Jumlah dan Keadaan Pokmair
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007- 2009
Jumlah Pokmair
No Kabupaten/Kota Th.2007 Th.2008 Th.2009
Terbt Aktif Terbt Aktif Terbt Aktif
1 Konawe 5 5 0 0 0 0
2 Kolaka 0 0 0 0 0 0
3 Muna 0 0 0 0 0 0
4 Buton 0 0 88 68 0 0
5 Kota Kendari 74 74 0 0 0 0
6 Kota Bau-Bau 18 18 0 0 0 0
7 Konsel 3 1 0 0 0 0
8 Bombana 0 0 0 0 0 0
9 Kolaka Utara 81 0 0 0 0 0
10 Wakatobi 0 0 0 0 0 0
11 Konut 0 0 0 0 0 0
12 Butur 0 0 0 0 0 0
Sultra
181 98 88 68 - -
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok pemakai air pada tahun 2007
terdapat 4 Kabupaten yang aktif dari 5 Kabupaten Pokmair yang terbentuk
yaitu kabupaten Konawe, Kota Kendari, Bau-Bau dan Konawe Selatan,
sementara di Kabupaten Kolaka Utara terbentuk 81 pokmair yang yang aktif
tidak ada.
Sedangkan untuk Tahun 2008 hanya 1 Kabupaten yang masih aktif
pokmairnya sesuai dengan laporan yang masuk yaitu Kabupaten Buton
namun di Tahun 2009 tidak dilaporkan lagi keadaan pokmair untuk semua
kabupaten/kota. Jika dilihat dalam bentuk gambar jumlah pokmair Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2007 s/d 2009 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 133
Grafik 6. 35
Jumlah Pokmair
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2007 s/d 2009
3. Pengendalian Vektor
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 134
Tabel 6. 39
Jumlah dan Persentase Rumah Yang Bebas Jentik
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
No KAB/KOTA JUMLAH
RUMAH RUMAH RUMAH %
YG DIPERIKSA BEBAS
TERDAFTAR JENTIK
1 KONAWE 43.312 100 72 72.00
2 KOLAKA 60.044 1.008 838 83.18
3 MUNA 53.062 70 55 78.57
4 BUTON 50.946 120 101 84.17
5 KENDARI 43.949 1.873 1.199 64.01
6 BAU-BAU 23.631 300 227 75.67
7 KONSEL 60.354 60 46 76.67
8 BOMBANA 28.267 58 47 81.03
9 KOLUT 23.804 1.748 1.446 82.72
10 WAKATOBI 18.396 100 33 33.00
11 KONUT - - - -
12 BUTUR 11.821 7.824 4.445 56.81
TOTAL 416.586 13.261 8.509 64.17
Grafik 6.36
Persentase Rumah yang Bebas Jentik
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 135
Grafik 6.37
Perbandingan Rumah Bebas Jentik
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2006 s/d 2009
Secara umum tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang
diselenggarakan oleh badan-badan pemerintah, swasta maupun perorangan yang
langsung digunakan oleh masyarakat, mempunyai tempat yang tetap serta
memiliki fasilitas.
Ruang lingkup penyehatan tempat-tempat umum meliputi antara lain :
a. Yang berhubungan dengan sarana
pariwisata, meliputi :
- Hotel/penginapan
- Kolam renang/pemandian umum
- Restoran/rumah makan
- Bioskop/gedung pertunjukan
- Tempat hiburan/tempat rekreasi
b. Yang berhubungan dengan sarana
perhubungan, antara lain :
Terminal angkutan darat.
Terminal angkutan laut
Terminal angkutan udara
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 136
c. Yang berhubungan dengan sarana
sosial/keagamaan, seperti :
Tempat ibadah (mesjid, gereja, pura, vihara, dll)
Rumah sakit
Puskesmas
d. Yang berhubungan dengan sarana
komersial, yaitu :
Salon kecantikan/pangkas rambut
Panti pijat
Pusat perbelanjaan
Pasar, dll.
Tabel 6. 40
Hasil Pemeriksaan TTU
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009.
JUMLAH
No TTU TTU YANG TTU YG
%
KAB/KOTA YG DIPERIKSA MEMENUHI
TERDAFTAR SYARAT
1 KONAWE 1.061 689 352 51.09
2 KOLAKA 1.190 1.058 699 66.07
3 MUNA 520 458 380 82.97
4 BUTON 846 824 526 63.83
5 KENDARI 417 283 216 76.33
6 BAU-BAU 473 102 102 100
7 KONSEL 1.757 356 98 27.53
8 BOMBANA 453 453 227 50.11
9 KOLUT 206 206 109 52.91
10 WAKATOBI 280 129 129 100
11 KONUT - - - -
12 BUTUR - - - -
TOTAL
7.203 4.558 2.838 62.26
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 137
tempat pengolahan makanan terutama diarahkan pada hotel/restoran, jasa boga,
pengrajin makanan pedagang makanan jajanan, lokasi makanan jajanan, industri
makanan, TPM industri khusus, toko makanan, desa pengrajin dan TPM lainnya.
Hasil pencapaian cakupan dan target kegiatan pengawasan tempat pengolahan
makanan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009,
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. 41
Hasil Pencapaian Cakupan dan Target Pengawasan TPM
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
No KAB/KOTA JUMLAH
TPM TPM YANG TPM YG %
YG DIPERIKSA MEMENUHI
TERDAFTAR SYARAT
1 KONAWE 403 224 166 74.11
2 KOLAKA 648 382 207 54.19
3 MUNA 287 280 155 55.36
4 BUTON 250 414 185 44.69
5 KENDARI 1.112 554 255 46.03
6 BAU-BAU 180 112 98 87.50
7 KONSEL 616 150 60 40.00
8 BOMBANA 238 238 95 39.92
9 KOLUT 76 76 20 26.32
10 WAKATOBI 225 - - -
11 KONUT - - - -
12 BUTUR 119 117 74 63.25
TOTAL 4.424 2.547 1.315 51.63
Tabel tersebut diatas, terlihat bahwa untuk tempat pengolahan makanan di tingkat
Kabupaten/Kota sudah semakin berkembang, sehingga sangat memerlukan
perhatian khusus dalam hal pengawasannya. Sesuai data yang ada menunjukkan
bahwa di Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009, terdapat 4.424 jenis TPM
yang telah terdaftar. Dari 4.424 jenis TPM yang ada (terdaftar), sebanyak 2.547
jenis TPM telah diperiksa dan sebanyak 1.315 jenis TPM dinyatakan memenuhi
syarat kesehatan (51,63 %)
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 138
Grafik 6.38
Persentase Pencapaian Cakupan dan Target Penyehatan TPM
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2008 - 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 139
Tabel 6.42
Pengawasan Tempat Pengelolaan dan Penyimpanan (TP2) Pestisida
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
JUMLAH
TP2 TPM YANG TP2 YG
No KAB/KOTA %
PESTISIDA PESTISIDA MEMENUHI
TERDAFTAR DIPERIKSA SYARAT KES
1 KONAWE 161 65 46 70.77
2 KOLAKA 90 84 59 70.24
3 MUNA 25 25 15 60.00
4 BUTON 37 32 10 31.25
5 KENDARI - - - -
6 BAU-BAU - - - -
7 KONSEL 64 23 7 30.43
8 BOMBANA 152 98 37 37.76
9 KOLUT 38 38 10 26.32
10 WAKATOBI - - - -
11 KONUT - - - -
12 BUTUR - - - -
TOTAL 567 365 184 50.41
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 140
33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah
memungkinkan daerah untuk melakukan inovasi dalam menentukan arah
kebijakan pembangunannya.
Di Provinsi Sulawesi Tenggara program kabupaten/kota sehat diarahkan
untuk melaksanakan sosialisasi di semua Kabupaten/Kota yang ada. Namun oleh
karena keterbatasan dana, maka pada tahun 2007 program kabupaten/kota sehat
baru dilaksanakan di 4 (empat) lokasi, yaitu di Kab. Bombana, Kab. Buton,
Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara, sedangkan pada tahun 2008
dan tahun 2009 untuk kegiatan sosialisai kab/kota sehat tidak ada karena dana
tidak tersedia.
Tabel 6. 43
Cakupan Pengawasan Kesehatan Lingkungan Kerja
Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 142
syaraf bekerja secara harmonis. Bila aktifitas cholinesterase darah menurun
sampai pada tingkat tertentu, akan mengakibatkan fungsi jaringan tubuh tersebut
akan terganggu. Hal tersebut erat kaitannya dengan keracunan pestisida dari
gelongan organofosfat dan karbonat, yang pada umumnya digunakan oleh petani
dalam menyemprot hama tanaman.
Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat keracunan pestisida pada petani yang
ada di Provinsi Sulawesi Tenggara, maka pada tahun 2007 dilaksanakan
pengambilan dan pemeriksaan aktifitas cholinesterase darah para petani di 6
(enam) Kabupaten masing-masing Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe
Selatan, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Bombana, Kabupaten Muna dan
Kabupaten Buton.
Tabel 6. 44
Hasil Pemeriksaan Aktifitas Cholinesterase Darah Petani
di Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2009
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 143
Dengan melihat tabel tersebut diatas, dengan tingkat keracunan yang sedemikian,
maka sudah perlu mengkomunikasikan resiko baik terhadap petani maupun pada
masyarakat yang menggunakan pestisida tentang efek yang dapat ditimbulkan,
termasuk perilaku serta kelengkapan pakaian kerja.
Depot Air Minum merupakan usaha berskala kecil dan produksi yang
sudah berkembang dengan pesat, hal ini dikarenakan kecenderungan masyarakat
untuk mengkonsumsi air minum siap pakai semakin besar. Disatu sisi dalam
penyediaan air minum terutama pada masyarakat perkotaan, memiliki potensi
sebagai media penularan penyakit dan keracunan.
Dari berbagai studi dan uji petik yang dilakukan oleh beberapa institusi
terhadap kualitas air pada berbagai Depot Air Minum, ditemukan bahwa masih
ada Depot Air Minum yang belum memenuhi standar kesehatan sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat–syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan
hal tersebut diatas antara lain adalah kurangnya pengetahuan dan acuan bagi
pemilik/operator depot serta masyarakat dalam meningkatkan Kondisi Hygiene
Sanitasi dalam usaha kegiatan Depot Air Minum.
Dalam rangka terselenggaranya upaya hygiene sanitasi depot air minum
yang sehat bagi masyarakat diperlukan sosialisasi kepada masyarakat,
melakukan pembinaan dan pengawasan DAM. Untuk data Pengawasan Hygiene
Depot Air Minum di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2009, baru didapatkan data
Depot Air Minum dari Kab. Kolaka sebanyak 26 buah, yang memenuhi syarat
kesehatan 19 buah (73 %), tidak memenuhi syarat kesehatan 7 buah (26 %).
Kemudian Kota Kendari sebanyak 61 buah (100 %) memenuhi syarat kesehatan.
Sedangkan untuk Kab/Kota lainnya belum ada laporannya. Hal ini disebabkan
karena terbatasnya dana.
Laporan Pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan Prov. Sultra Tahun 2009 144