BAB IV
PEMBAHASAN
Pada makalah ini dibahas sebuah laporan kasus bayi perempuan berusia 4
ekstrahepatik yang dirawat di ruang anak RSUD Barabai. Pasien datang dengan
keluhan BAB hitam sejak 6 jam sebelum masuk Rumah Sakit dengan frekuensi
BAB sebanyak 2 kali. BAB tidak cair dan tidak berlendir. Sebelumnya BAB pasien
normal, tidak pernah cair dan berwarna kuning. Selain itu, ibu pasien juga
dan muntah yang kedua berwarna merah segar dan terdapat gumpalan. Saat ini, bayi
hanya mengkonsumsi ASI. Menurut ibu pasien, bayi mengalami demam naik turun
sejak 2 hari SMRS. Di IGD, bayi tidak ada muntah maupun BAB. BAK (+)
berwarna kuning (terakhir diganti pukul 17.00). Keluhan lain seperti batuk, pilek,
Melena adalah suatu kondisi dimana pasien mengalami buang air besar
(BAB) berdarah dan berwarna hitam. Melena merupakan suatu perdarahan yang
terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat
darurat yang sering dijumpai. Melena dapat terjadi sendiri atau bersama dengan
menyebabkan melena 1
ke dalam empedu (antara lain bilirubin, asam empedu dan kolesterol) didalam darah
41
42
dan jaringan tubuh. Kolestasis pada bayi biasanya terjadi pada usia tiga bulan
syndrome, batu kandung empedu, cystic fibrosis, dan Caroli disease), dan kolestasis
Komplikasi dari kolestasis yaitu terjadinya proses fibrosis dan sirosis hati.
Pada keadaan lanjut dapat terjadi sirosis bilier dan terjadi gagal tumbuh serta
defisiensi zat gizi. Sirosis akan menyebabkan hipertensi portal yang berakibat lanjut
Pada usia 2 minggu, sekitar 15% bayi masih tampak kuning. Penyebab yang
indirek tersebut dapat disebabkan karena breastmilk jaundice atau ikterus fisiologis.
43
Namun, kuning pada bayi setelah usia 2 minggu dapat terjadi karena kolestasis.9
Ketika bayi baru lahir memiliki penyakit kuning, maka harus ditentukan apakah
3. Defisiensi G6PD.
Bilirubin Total >13 mg/dl untuk bayi cukup bulan dan >15 mg/dl untuk bayi
- Toksin yang berasal dari luar tubuh seperti: obat – obatan, maupun yang
berasal dari dalam tubuh seperti yang terjadi pada reaksi transfusi dan
eritroblastosis fetalis.
Ikterus berlangsung >14 hari pada bayi cukup bulan dan >21 hari pada bayi
prematur. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya
44
Bilirubin Direk >2 mg/dl atau 20% Bilirubin Total. Kerusakan sel hati
aliran darah. Kerusakan sel hati terjadi pada keadaan: hepatitis, sirosis
perempuan, lahir dengan berat lahir normal dan cukup bulan, serta pertumbuhan
akolik, dan apabila sudah lanjut dapat dijumpai gagal tumbuh, pruritus, dan
ascites dan tanda-tanda sirosis lain dapat ditemukan apabila penyakit sudah sampai
tahap lanjut.7
dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Pada langkah
pertama oksidasi, biliverdin terbentuk dari heme melalui kerja heme oksigenase,
dan terjadi pelepasan besi dan karbon monoksida. Biliverdin yang larut dalam air
direduksi menjadi bilirubin yang hampir tidak larut dalam air. Bilirubin tak
terkonjugasi yang hidrofobik diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin.
45
Bila terjadi gangguan pada ikatan bilirubin tak terkonjugasi dengan albumin baik
oleh faktor endogen maupun eksogen (misalnya obat-obatan), bilirubin yang bebas
dapat melewati membran yang mengandung lemak (double lipid layer), termasuk
tidak larut air menjadi molekul yang larut air. Bilirubin direk dan konstituen
Proses ini berlangsung sangat panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang
Pada pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan keadaan umum tampak sakit
suhu 36.2°C. Pada pasien tampak badan kuning (kramer 3), konjungtiva didapatkan
Hiperbilirubinemia (Bil D 3.05; Bil I 4.15; Bil T 7.2), Hipertransaminase (OT 259;
PT 150).
Pemeriksaan laboratorium yang paling penting pada bayi dengan ikterus >
dua minggu ialah bilirubin direk. Jika bilirubin direk meningkat, maka harus
dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut. Bilirubin direk yang melebihi 17 μmol/L
(1 mg/dL) atau lebih 15% dari nilai bilirubin total, maka seharusnya dipikirkan
suatu keadaan yang tidak normal. Selain itu keadaan ini dapat disertai dengan
bayi dengan curiga Atresia Bilier (AB). Pemeriksaan ultrasonografi hati pada saat
puasa (lebih baik bayi dipuasakan 12 jam bila dicurigai AB, tetapi bayi perlu
empedu yang kecil atau tidak terlihat. Pada saat setelah diberi minum, tidak tampak
kontraksi kandung empedu (ukuran kandung empedu sama dengan saat puasa).
Selain itu hilus hati tampak gambaran hiperekoik (tanda triangular cord) atau
48
tampak kista di hilus hati. Selain itu pada bayi AB dengan sindrom, dapat
ditemukan limpa multipel, vena porta preduodenal, vena kava retrohepatik tidak
Pada pasien diberikan terapi IVFD D51/4NS (500cc/24 jam), inj. Cefotaxim
250 mg/12 jam, inj. Omeprazol 2x6 mg, inj. Ondancentron 2c0.6 mg, inj. Asam
tranexamat 250 mg, Pro transfuse PRC 2x50 cc, Po. Estazor 2x60 mg. Tatalaksana
yang tepat diperlukan pada penderita kolestasis ialah untuk mencegah terjadinya
kerusakan hati lebih lanjut, dan tumbuh kembang dapat dioptimalkan dengan
melindungi hati dari zat toksis.1 Asam ursodeoxycholic adalah obat pilihan.
Diberikan PO dalam tiga per hari sebesar 10-20 mg/kg/hari. Obat ini meningkatkan