Anda di halaman 1dari 23

ISBN : 978-602-72094-8-0

PEMANFAATAN BIOFERTILIZER PADA TANAMAN


SAYURAN MENDUKUNG PENGEMBANGAN
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI
DI PAPUA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2015
BPTP Papua

Pemanfaatan Biofertilizer Pada Tanaman Sayuran


Mendukung Pengembangan Kawasan Rumah
Pangan Lestari Di Papua

Penanggung Jawab :
Kepala Balai Pengkajaian Teknologi Pertanian Papua

Penyusun :
Arifuddin Kasim
Sitti Raodah Garuda
Septi Wulandari

Editor :
Syafruddin Kadir
Sri Rahayu D. Sihombing

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
i
2015
BPTP Papua

Kata Pengantar
Pertanian organik adalah teknisk pertanian
yang menghindari penggunaan pupuk dan pestisida
kimia. Penggantian bahan-bahan kimia yang dinilai
berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan
lingkungan seperti pemanfaatan mikroba agen
bioferrtilizer, menajdikan sistem pertanian lebih
aman bagi masyarakat dan lingkungan pertanian.
Biofertilizer sangat berperan untuk meningkatkan
produksi tanaman, dimana sistem pertanian organik
yang sebagain besar memanfaatkan sumber hara
bagi tanaman, penggunaan biofertilizer dapat
merupakan upaya efisiensi penggunaan bahan
organik tersebut.
Buku ini diharapkan dapat sebagai pelengkap
dalam menalukan kegiatan budidaya tanaman
sayuran mendukung pengembangan kawasan
rumah pangan lestari di Papua.

Kepala,
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Papua

Ir. Syafruddin Kadir, MP


NIP. 19580131 198603 1 002 ii
BPTP Papua

Daftar Isi
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Pendahuluan 1
Peranan Biofertilizer 4
III. Jenis-Jenis Biofertilizer 5
IV. Cara Aplikasi Biofertilizer 12
V. Hasil Kajian Biofertilizer 13
VI. Rekomendasi Biofertilizer 15
VII. Daftar Pustaka 16

iii
BPTP Papua
Pendahuluan

I. PENDAHULUAN
Dalam bidang pertanian khususnya pertanian
organic dikenal istilah biofertilizer yang dapat
digunakan untuk meningkatkan hasil tanaman.
Biofertilizer atau pupuk hayati adalah larutan konsentrat
campuran sel-sel beberapa jenis mikroorganisme
tertentu yang aktif (hidup), seperti mikroorganisme
pengikat nitrogen,pelarut pospat, dan pengurai senyawa
organic yang dapat menyuplai nutrisi yang dibutuhkan
oleh tanaman. Tidak seperti pupuk kimia pada
umumnya yang langsung meningkatkan kesuburan
tanah, biofertilizer menambahkan nutrisi melalui
proses alami dengan cara memperbaiki atmosfer
nitrogen, melarutkan fosfor, dan merangsang
pertumbuhan tanaman dengan memicu sintesis zat
tertentu yang dibutuhkan. Mikroorganisme dalam
biofertilizer mengembalikan siklus hara alami dan
membangun materi organic tanah. Biofertilizer tidak
mengandung N, P, dan K. Kandungan pupuk hayati
adalah mikroorganisme yang memiliki peranan positif
bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan
adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara,
mikroba yang melarutkan hara (terutama P dan K), dan
mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.
Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi
yang memiliki wilayah dan agroekosistem yang 1
BPTP Papua
Pendahuluan

sangat beragam, mulai dari dataran rendah


berawah disekitar pesisir utara dan selatan sampai
daerah pegunungan yang memiliki tingkat
kelerengan yang sangat curam di daerah
pegunungan tengah (Deptan 2007) Salah satu
kabupaten yang terletak pada daerah pegunungan
tengah adalah Kabupaten Jayawijaya yang dikenal
dengan sistem pertanian pertanian organik yang
sudah dilakukan secara turun temurun. Sebagai
suatu daerah yang terisolasi dengan segala
kekurangannya maka diperlukan adanya inovasi-
inovasi baru dalam sistem budidaya tanaman.
Teknologi budidaya tanaman merupakan salah satu
komponen penting dalam meningkatkan produksi
dan produktivitas tanaman utamanya tanaman
sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani
lokal yang ada di wilayah ini.
Penggunaan biofertilizer merupakan salah satu
teknologi yang dapat diadopsi oleh petani lokal
dalam meningkatkan produksi tanaman sayuran
organik yang dibudidayakan. Biofertilizer dapat
berupa pupuk Mikoriza, pupuk bakteri pelarut
Phosfat (BPF), pupuk biologis tanah jamur
Trichoderma sp, Rizobakteri pemacu tumbuh atau
Plan Growth Promoting Rizobacteria (PGPR) 2
BPTP Papua
Pendahuluan

ataupun Tricompos. Yang termasuk Biofertilizer yang


dapat membantu ketersediaan hara bagi tanaman
antara lain Rhizobium, Azospirilium dan Azotobacter.
Yang termasuk Biofertilizer yang dapat membantu
penyediaan hara fosfat bagi tanaman antara lain bakteri
pelarut fosfat, Ektomikoriza dan Versiculer Arbuskular
Mycorrhizae (VAM). Dan yang termasuk biofertilizer
yang dapat mempercepat proses dekomposisi bahan
organik antara lain bakteri perombak selulosa dan Efektif
Mikroorganisme (EM).

Pertumbuhan
tanaman
kentang yang
diberi
biofertilizer

Pertumbuhan
tanaman
kentang yang
diberi
biofertilizer
jenis bakteri
pelarut fosfat
3
BPTP Papua
Peranan Biofertilizer

II. PERANAN BIOFERTILIZER


Dalam system pertanian organic biofertilizer
sangat berperan untuk meningkatkan produksi tanaman,
dimana system pertanian organic yang sebagian besar
memanfaatkan sumber hara bagi tanaman, penggunaan
biofertilizer dapat merupakan upaya efeisiensi
penggunaan bahan organic tersebut. Selain dapat
memperkecil volume bahan organic yang dibutuhkan
dalam pertanian organic juga dapat mempercepat
proses dekomposisi bahan organic sehingga unsur hara
yang terkandung didalamnya dapat segera dimanfaatkan
oleh tanaman.
Secara garis besar peranan biofertilizer menurut
Gunala (1996) adalah :
1. Penyedia hara
2. Peningkat ketersediaan hara
3. Pengotrol organisme pengganggu tanaman
4. Pengurai bahan organic dan pembentuk humus
5. Pemantap agregat tanah
6. Perombak senyawa agrokimia

Performa tanaman yang diberi biofertilizer


4
BPTP Papua
Jens-Jenis Biofertilizer

III. JENIS-JENIS BIOFERTILIZER


Secara umum jenis dan manfaat yang dihasilkan
oleh biofertilizer adalah sebagai berikut :
1. Mikoriza
adalah sejenis jamur yang hidup bersimbiosis
dengan akar tanaman, yang dikenal juga sebagai
jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah
dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer).
Mikoriza berdasarkan tempat jamur berkembang
dalam akar dibagi dua yaitu (1) Ektomikoriza, jamur
yang berkembang di permukaan luar akar dan
diantara sel-sel korteks akar. Ektomikoriza biasanya
bersimbiosis dengan tanaman jenis pohon seperti
pinus, oak, eukaliptus dan lain-lain. (2) Endomikoriza
terdiri dari empat tipe yaitu Phycomycetous atau lebih
dikenal sebagai versiculer arbuskular mycorrhizae
(VAM), Orchidaceous, Ericoid dan Arbutoid. VAM
hidup berkoloni pada beberapa jenis tanaman
pertanian, termasuk hortikultura dan kehutanan yang
mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan
dan proses-proses fisiologi lain pada tanaman
(Gianinazzi Person et al., (1981); Bolang et al.,
(1984); Hirata et al (1988). Bolang (1991)
menyatakan bahwa pengaruh menguntungkan VAM
terhadap pertumbuhan tanaman sering dihubungan
dengan peningkatan serapan hara yang tidak mobil,
terutama fosfat (P). De La Cruz (1981 dalam 5
BPTP Papua
Jens-Jenis Biofertilizer

Octavitani, 2009) membuktikan bahwa CMA mampu


menggantikan ± 50% penggunaan fosfat, 40%
nitrogen dan 25% kalium. Hasil penelitian Mieke et al,
(1999) menunjukan bahwa inokulasi cendawan
mikoriza dapat meningkatkan serapan hara N dan P
pada tanaman kedelai, meningkatkan efisiensi
penggunaan P dan mengurangi pemberian kapur
pada tanaman
masam, serta
meningkatkan hasil
tanaman kedelai,
kacang tanah, kacang
hijau, jagung dan ubi
jalar (Simanungkalit,
1999), juga dapat Biofertilizer Mikoriza pada
meningkatkan jumlah tanaman kentang
dan bobot umbi kentang (Panda et al., 1999).
2. Mikroba Penambat Nitrogen (N)
Terbagi dua yaitu mikroba yang bersimbiosis
dengan tanaman seperti Rhizobium sp dan mikroba
yang tidak bersimbiosis dengan tanaman seperti
Azosprillium sp dan Azotobacter sp. Azosprillium
mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan
sebagai biofertilizer, bakteri ini banyak dijumpai
berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan
termasuk beberapa jenis serealia, jagung, cantel dan
gandum. Keuntungan saat berasosiasi dengan 6
BPTP Papua
Jens-Jenis Biofertilizer

perakaran tanaman adalah meningkatkan penyerapan


nitrogen yang ada di dalam tanah dan
mempertahankan keberadaan nitrogen dalam tanah
dalam waktu yang relatif lebih panjang.
3. Mikroba Pelarut Fosfat (P)
Beberapa
mikroba yang
diketahui dapat
melarutkan P dari
sumber-sumber
yang sukar larut
ditemukan baik
Biofertilizer Pelarut Fosfat pada dari kelompok
tanaman kentang jamur seperti
Penicillium sp dan Aspergillus sp atau dari kelompok
bakteri seperti Bacillus sp dan Pseudomonas sp.
Mikroba pelarut fosfat dimanfaatkan untuk
memperkaya fosfat alam
4. Mikroba Perangsang Pertumbuhan Tanaman atau
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
PGPR adalah kelompok bakteri yang
menguntungkan yang agresif menduduki
(mengkolonisasi) rizosfir (bagian perakaran) dan
memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman
dan pertumbuhannya. Pengaruh langsung PGPR
didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan
memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai 7
BPTP Papua
Jens-Jenis Biofertilizer

unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan


mengubah konsentrasi fithothormon pemacu tumbuh.
Sedangkan tidak langsungnya berkaitan dengan
kemampuan menekan aktivitas patogen dengan
menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit
seperti antibiotik. Kelompok ini mempunyai peranan
ganda di samping (1) menambat N2 , juga; (2)
menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA,
giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain); (3)
menekan penyakit tanaman asal tanah dengan
glukanase, kitinase, sianida memproduksi siderofor;
dan (4) melarutkan P dan hara lainnya (Cattelan et
al., 1999; Glick et al., 1995).
Bakteri yang diketahui dapat merangsang
pertumbuhan tanaman antara lain adalah
Pseudomonas sp, Azosprillium sp, sedangkan dari
golongan jamur adalah Trichoderma sp. Trichoderma
disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator
pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies
Trichoderma telah
dilaporkan sebagai
agensia hayati seperti
T. Harzianum, T.
Viridae, dan T. Konigii
yang berspektrum
luas pada berbagai
Biofertilizer PGPR pada 8

tanaman kentang
BPTP Papua
Jens-Jenis Biofertilizer

tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma


diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai
biodekomposer, mendekomposisi limbah organik
(rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi
kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai
biofungisida yang berperan mengendalikan
organisme patogen penyebab penyakit tanaman.
Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman
antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum,
Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsi. Disamping
kemampuan sebagai pengendali hayati, Trichoderma
harzianum memberikan pengaruh positif terhadap
perakaran tanaman,
pertumbuhan
tanaman, hasil
produksi tanaman.
Sifat ini
menandakan bahwa
juga Trichoderma Biofertilizer Trichoderma pada
harzianum berperan tanaman kentang
sebagai Plant Growth Enhancer .
5. Mikroba Pelarut Selulosa
Bahan organic merupakan penyanggah biologi yang
mempunyai fungsi dalam memperbaiki sifat-sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah sehingga dapat menyediakan
hara dalam jumlah berimbang. Beberapa mikroba 9
BPTP Papua
Jens-Jenis Biofertilizer

pelarut selulosa adalah Trichoderma, Aspergillus, dan


Penecillium mampu merombak selulosa menjadi
bahan senyawa monosakarida, alkohol, CO 2 dan
asam-asam organic lainnya dengan dikelurkannya
enzim selulosa (Rao, 1994). Penelitian di laboratorium
Puslittanak menunjukkan bahwa inokulasi
Trichoderma pada jerami yang dibenamkan ke dalam
tanah akan mempercepat proses dekomposisi
gambut.
6. Mikroorganisme Efektif (EM)
EM merupakan kultur campuran berbagai jenis
mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri
fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes
dan jamur peragi) yang dapatdimanfaatkan sebagai
inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba
tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kualitas
tanah dan selanjutnya memperbaiki pertumbuhan
dan produksi tanaman.
Menurut Sutanto (2002), pengaruh EM yang
mengutungkan adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia dan
biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama
penyakit.
b. Memperbaiki perkecambahan, pembungaan,
pembentukan buah dan pematangan hasil.
c. Meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman.
10
BPTP Papua
Jens-Jenis Biofertilizer

d. Meningkatkan manfaat bahan organic sebagai


sumber pupuk.

Berbagai jenis perlakuan biofertilizer pada tanaman


kentang di Kabupaten Jayawijaya Papua

11
BPTP Papua
Cara Aplikasi Biofertilizer

IV. CARA APLIKASI BIOFERTILIZER


Biofertilizer dapat diaplikasikan dengan berbagai
cara tergantung jenis biofertilizer tersebut. Berikut cara-
cara aplikasi biofertilizer menurut jenisnya.

12
BPTP Papua
Hasil Kajian Biofertilizer

V. HASIL KAJIAN BIOFERTILIZER


Hasil kajian yang dilakukan BPTP Papua dalam
pemanfaatan biofertilizer pada tanaman sayuran untuk
mendukung pengembangan kawasan rumah panagan
lestari di wilayah dataran tinggi Papua yaitu Kabupaten
Jayawijaya adalah :
Tabel 1. Rata-rata parameter tinggi tanaman, jumlah umbi, diameter
umbi, produksi
Perlakuan Tinggi Jumlah Bobot Diameter Produksi
tanaman umbi umbi (cm) (t/ha)
(cm) (buah) (g)
BPF 34,70bc 6,13ab 156,66b 4,56 c 6,96b
Trichoderma 36,43c 6,73b 141,20ª 4,23 c 9,08c
Trichompos 32,00ab 6,70b 204,33c 3,71b 5,99a
PGPR 29,06a 7,66bc 134,93ª 3,06 a 6,27ab
Mikoriza 30,85b 8,20c 233,66d 4,24c 10,38cd
Kontrol 28,50 a 4,80a 131,50ª 2,88a 5,84a
Sumber : Arifuddin Kasim, 2014.
Dari hasil penelitian Isgitani et al. (2005)
menunjukan bahwa pemberian bakteri pelarut Fosfat
dapat meningkatkan jumlah dan berat biji serta secara
nyata meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman
jagung. Berbagai spesies mikroba pelarut P, antara lain
Pseudomonas, Microccus, Bacillus, Flavobacterium,
Penicillium, Fusarium, Aspergillus dan Sclerotium
berpotensi tinggi dalam melarutkan P terikat menjadi P
tersedia dalam tanah (Alexander 1977, Illmer and
Schinner 1992, Goenadi et al. 1993, Goenadi dan
Saraswati 1993). Salah satu alternatif meningkatkan
13
BPTP Papua
Hasil Kajian Biofertilizer

efisiensi pemupukan fosfat agar fosfat tersedia dalam


tanah adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme
pelarut fosfat yang terdiri atas bakteri (Taha, et al.,
1969), fungsi (Khan dan Bhatnagar, 1977) dan sedikit
aktinomiset (Rao et al., 1982; Chen et al., 2002).

Kegiatan kajian
penggunaan biofertilizer
BPTP Papua di
Kabupaten Jayawijaya,
Papua Tahun 2014 14
BPTP Papua
Rekomendasi Biofertilizer

VI. REKOMENDASI BIOFERTILIZER


Dalam system pertanian organic yang sebagaian
besar memanfaatkan sumber hara bagi tanaman,
penggunaan biofertilizer merupakan salah satu upaya
efisiensi penggunaan bahan organic. Selain dapat
memperkecil volume bahan organic yang dibutuhkan
juga dapat mempercepat proses dekomposisi bahan
organic sehingga unsur hara yang terkandung
didalamnya dapat segera dimanfaatkan oleh tanaman.
BPTP Papua merekomendasikan penggunaan
biofertilizer untuk tanaman sayur organic yaitu :
1. Untuk memperoleh pertumbuhan tinggi tanaman
yang baik dapat diberikan biofertilizer jenis
Trichoderma dan Bakteri Pelarut Fosfat.
2. Untuk memperoleh jumlah umbi, bobot umbi dan
produksi kentang yang tinggi dapat diberi
biofertilizer jenis mikoriza dan Trichoderma.

15
BPTP Papua
Daftar Pustaka

VII. DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2006. Inovasi Teknologi


Unggulan Tanaman Pangan Berbasis
Agroekosistem Mendukung Prima Tani.

Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006. Pupuk


Organik dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer and
Biofertilizer). Editor: RDM.Simanungkalit, Didi
Ardi Suriadikarta, Rasti Saraswati, Diah Setyorini,
dan Wiwik Hartatik. Balai Besar Sumberdaya
Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.

Bolan, N.S., A. D. Robson, N. J. Barrow, and L. A. G.


Aylmpre. 1984. Specific Activity of Phosphorus in
Mycorrhizal and Non- Mycorrhizal Plants in
Relation to the Availability of Phosphorus to
plants. Soil Biol. Biochem. 16:229-304.

Chen, X., J.J. Tang, Z.G. Fang, and S. Hu. 2002.


Phosphate-solubilizing microbes in rhizosphere
soils of 19 weeds in southeastern China. Journal
of Zhejiang University Science 3:355-361.

FNCA Biofertilizer Project Group. 2006. Biofertilizer


Manual. Forum for Nuclear Cooperation in Asia
(FNCA). Japan Atomic Industrial Forum, Tokyo.
Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant
growth by free-living bacteria. Can. J. Microbial.
4: 109-117. 16
BPTP Papua
Daftar Pustaka

Gianinazzi Person, V., J. Fardeau, S. Asimi, and S


Gianinazzi. (1981). Source of Additional
Phosphorus Absorber from Soil by Vesicular
Arbuscular Mycorrhizal Soybeans. Physiol. Veg.
19:33-43.

Glick, B.R. 1995. The enhancement of plant growth by


free-living bacteria. Can. J.Microbiol.4:109-117.
Gunalan. 1996. Penggunaan mikroba bermanfaat pada
bioteknologi tanah berwawasan lingkungan.
Sriwijaya. Surabaya.

Kloepper, J.W., R.M. Zablotowicz, E.M. Tipping, and R.


Lifshitz. 1991. Plant
growth promotion mediated by bacterial
rhizosphere colonizers. p. 315-326. In D.L.
Keister and P.B. Cregan (Eds.). The Rhizosphere
and Plant Growth. Kluwer Academic Pub.,
Dordrecht.

Kloepper, J.W. 1993. Plant growth-promoting


rhizobacteria as biological control agents. p. 255-
274. In

Goenadi, D.H., dan R. Saraswati. 1993. Kemampuan


melarutkan fosfat dari beberapa isolate fungi
pelarut fosfat. Menara Perkebunan 61(3):61-66.

Goenadi, D.H., R. Saraswati, dan Y. Lestari. 1993.


Kemampuan melarutkan fosfat dari beberapa 17
BPTP Papua
Daftar Pustaka

isolate bakteri asal tanah dan pupuk kandang


sapi. Menara Perkebunan 62(2):44-(2):44-49.

Rao, N.S.S. 1994. Soil microorganism and plant growth.


Oxford and IBM Publishing Co.

Setyorini, D dan Husnain, 2004. Pengelolaan Lahan


untuk Budidaya Sayuran organik. Mendukung
Program Go- Organik 2010. Balai Penelitan
Tanah Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
Bogor.

Suwahyono,U,2000. Trichoderma horziyanum dan


Aplikasinya. Direktorat Teknologi Bioindustri.
Jalarta 147 hal.

Saraswati, R., D.H. Goenadi, D.S. Damardjati, N.


Sunarlim, R.D.M. Simanungkalit, dan Djumali
Suparyani. 1998. Pengembangan Rhizo-plus
untuk Meningkatkan Produksi, Efisiensi
Pemupukan Menunjang Keberlanjutan
Sistem Produksi Kedelai, Laporan Akhir
Penelitian Riset Unggulan Kemitraan I Tahun
(1995/1996-1997-1998). Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan.

Widotono, H. 2010. Peranan biofertilizer pada


pertanian organik. http://hendri-
wd.blogspot.co.id/2010/05/peranan-
biofertilizer-pada-pertanian.html (Diakses 8
18
Desember 2015).
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi :
Arifuddin Kasim
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua
Jl. Yahim No. 49 Sentani—Papua 99352
Telepon (0967) 592179 ; Fax (0967) 591235
e-mail : bptppapua@yahoo.com
Web : www.papua.litbang.deptan.go.id

Anda mungkin juga menyukai