Anda di halaman 1dari 10

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON

LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI


EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN UNTUK
PERTAMBANGAN SEKALA KECIL , DAERAH KABUPATEN
BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH

Raharjo Hutamadi 1 , Mulyana 2


1
Kelompok Program Penelitian Konservasi,
2
Subbid Laboratorium, Bidang Sarana Teknik

SARI

Daerah kegiatan meliputi kecamatan Lumbir, Gumelar, Pekuncen, Ajibarang dan Kedung
Banteng secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah
dengan ibukota kabupaten di Purwokerto.
Bahan galian yang memiliki kadar maupun jumlah sumber daya dan cadangan yang rendah
umumnya kurang diminati oleh pelaku usaha pertambangan bersekala besar, maka perlu upaya
untuk dapat memanfaatkannya meskipun dengan penambangan sekala kecil, hal ini dilakukan agar
potensi bahan galian tersebut dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah maupun
devisa negara.
Pengertian, kriteria, ketentuan tentang pertambangan sekala kecil hingga saat ini masih sering
menimbulkan kerancuan dikalangan aparat terutama di daerah dan masyarakat yang terkait
pertambangan, hal ini antara lain disebabkan belum adanya ketentuan ataupun peraturan yang
menjadi acuannya.
Usaha pertambangan di Banyumas pada umumnya kategori pertambangan rakyat atau dapat
dikatakan sebagai pertambangan sekala kecil. Pengusahaan bahan galian di wilayah ini meliputi
kegiatan penambangan dan pengolahan bahkan sampai pemasaran. Adapun bahan galian yang
diusahakan cukup beragam, seperti batugamping, andesit dan diorit, (istilah setempat batukali, batu
gunung), pasir, batulempung. Pendulangan emas dilakukan masyarakat sejak terjadinya krisis
ekonomi hingga saat ini bahkan telah menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat di sekitar
aliran S. Larangan dan Kali Arus. Masyarakat dalam mencari emas ini melakukan dengan cara
penggalian pada endapan aluvial tua yang kemudian dilakukan pendulangan. Di desa Gancang (K.
Arus), penambangan dilakukan dengan cara menggali pasir yang mengandung emas di dalam
sumur-sumur berkedalaman 4 -5 m dan diteruskan dengan pembuatan terowongan-terowongan.,
untuk mengeluarkan genangan air di dalamnya dibantu dengan menggunakan pompa.
Di daerah Karang Alang ditemukan mineralisasi berupa urat-urat kuarsa yang mengandung
logam sulfida, diduga mineralisasi ini mengikuti bidang patahan yang telah mengalami ubahan
argilik. Urat kuarsa dilokasi ini umumnya berupa lensa-lensa mengandung pirit tersebar yang
sebagian telah mengalami oksidasi, tebal urat antara 20-25 cm dengan arah jurus/kemiringan
N95°E/50°. Khususnya bahan galian emas di daerah Cihonje-Karang Alang apabila dikembangkan
menjadi suatu wilayah pertambangan emas walaupun bersekala kecil dihadapkan beberapa
kendala,antara lain :
− Aspek tata guna lahan, karena lokasinya terletak di daerah pemukiman padat penduduk, daerah
peruntukan perkebunan/kehutanan dan dilalui satu-satunya jalan utama sebagai jalur
perekonomian desa.
− Aspek sosial - ekonomi; kemungkinan penolakan oleh masyarakat karena kebiasaan masyarakat
setempat telah cukup lama akrab dan memilih menambang emas dengan cara menggali pasir dan
mendulang di sungai dimana dampak terhadap lingkungan dirasakan relatif tidak
mengkhawatirkan.

1
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
1. PENDAHULUAN bahan galian di daerah ini dalam upaya
optimalisasi pemanfaatan bahan galian apabila
1.1. Latar Belakang diusahakan dengan cara penambangan
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pelaku bersekala kecil. Hasil evaluasi ini diharapkan
usaha pertambangan pemegang izin usaha dapat menjadi bahan atau landasan penetapan
pertambangan umumnya banyak yang kebijakan sektor pertambangan guna
dihentikan atau di terminasi karena tidak meningkatkan kegiatan pertambangan sekala
sesuainya jumlah potensi sumber daya dan kecil di daerah Banyumas.
cadangan bahan galian ditemukan dengan
jumlah potensi sumber daya dan cadangan 1.3. Lokasi Kegiatan
yang diharapkan atau yang telah ditetapkan Daerah kegiatan meliputi kecamatan
oleh pelaku usaha pertambangan tersebut. Lumbir, Gumelar, Pekuncen, Ajibarang dan
Hal demikian dapat terjadi karena usaha Kedung Banteng secara administratif termasuk
pertambangan selain tergantung pada kualitas ke dalam Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa
dan kuantitas sumber daya dan cadangan Tengah dengan ibukota kabupaten di
bahan galian yang ada, juga sangat Purwokerto. Kabupaten Banyumas berbatasan
terpengaruh pada kondisi ekonomi, hukum, di sebelah selatan - barat dengan kabupaten
sosial kemasyarakatan, teknologi dan Cilacap, di sebelah barat-utara kabupaten
infrastruktur yang ada. Brebes, di sebelah utara - timur dengan
Bahan galian yang memiliki kadar kabupaten Banjarnegara dan sebelah timur
maupun jumlah sumber daya dan cadangan kabupaten Kebumen.
yang rendah yang umumnya kurang diminati Peta lokasi kegiatan dan conto dapat
oleh pelaku usaha pertambangan bersekala dilihat pada Gambar 1.
besar, maka perlu upaya untuk dapat Pemilihan daerah ini didasarkan data dan
dimanfaatkan meskipun dengan penambangan informasi penyelidikan terdahulu yaitu;
sekala kecil, hal ini dilakukan agar eksplorasi pendahuluan yang dilakukan PT.
keterdapatan bahan galian tersebut dapat PT. Harlan Bekti Corporation di daerah
memberikan sumbangan bagi pendapatan Banyumas pada tahun 1998 menemukan
daerah maupun devisa negara. beberapa daerah prospek mineralisasi logam di
Meskipun sifatnya penambangan kecamatan Gumelar, Kecamatan Lumbir dan
bersekala kecil tetapi seluruh kegiatan Kecamatan Ajibarang.
penambangannya mulai dari penggalian,
pengolahan dan penanganan lingkungan 2. GEOLOGI DAN BAHAN GALIAN
sekitar tambang harus dilakukan dengan baik 2.1. Geologi
dan benar, sehingga seluruh kegiatan Secara regional wilayah penyelidikan
penambangan tersebut dapat memberikan terletak di dalam zona fisiografi Pegunungan
dampak yang positif bagi daerah sekitarnya. Serayu Selatan bagian barat.. Jalur ini
Evaluasi sumber daya dan cadangan bahan memanjang dari Majenang sampai
galian untuk pertambangan sekala kecil Pegunungan Manoreh di daerah Kulon Progo
merupakan kegiatan evaluasi data potensi (Van Bemmelen, 1949). Di samping
sumber daya cadangan bahan galian bersekala merupakan daerah pegunungan, daerah ini juga
kecil pada suatu daerah yang dilanjutkan merupakan bagian dari cekungan Banyumas
dengan uji lapangan yang meliputi aspek yaitu berupa cekungan belakang busur (back
geologi, pertambangan dan kelayakan arc basin) Tersier sebagai akibat interaksi
pengusahaannya secara sosial ekonomi. antara lempeng Samudra Hindia yang
menunjam ke arah utara di bawah lempeng
1.2. Maksud dan Tujuan Asia.
Maksud kegiatan ini adalah untuk Berdasarkan fisiografi tektonik (Suyanto
memperoleh dan mengumpulkan data sebagai dan Y.R. Sumantri, 1977), bagian baratdaya
bahan evaluasi keterdapatan, potensi sumber daerah ini termasuk kedalam depresi dan
daya dan cadangan bahan galian di daerah tinggian Majenang, serta rendahan Wangon.
Banyumas. Daerah kegiatan termasuk ke dalam fisiografi
Tujuan kegiatan adalah untuk Pegunungan Selatan Pulau Jawa dengan
mengevaluasi potensi sumber daya cadangan topografi terdiri dari perbukitan bergelombang
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
dengan ketinggian berkisar antara 80 m hingga Mineralisasi
550 m dan daerah pedataran. Proses mineralisasi di daerah sekitar
Batuan penyusun daerah kegiatan terdiri Karang Alang terjadi akibat orogenesa Plio-
dari bawah ke atas adalah batuan Formasi Pleistosen yang menyebabkan formasi-formasi
Pemali yang terdiri dari batulempung dan batuan di cekungan Banyumas terlipat,
napal berumur Eosen, kemudian diatasnya tersesarkan, dan terintrusi sehingga
diendapkan Formasi Rambatan yang terdiri membentuk pola struktur geologi yang rumit.
dari batugamping dan konglomerat dengan Pola penyebaran intrusi dan pengaruh
sisipan napal – serpih berumur Oligosen; larutan sisa magma (hidrotermal) yang
Formasi Halang yang terdiri dari batupasir membawa sulfida-sulfida logam (pirit,
tufaan, konglomerat, batulempung dan napal; kalkopirit, galena, arsenopirit, dll) dan mineral
Anggota Formasi Halang yang terdiri dari gangue (kuarsa, barit, topas, gipsum, sinabar,
endapan turbidit berseling dengan breksi dll) yang diendapkan sebagai pengisian pada
gunungapi bersusunan andesit dan zona lemah atau penggantian (replacement)
batugamping berumur Miosen Tengah; pada batuan samping (host rock) yang
Formasi Kumbang terdiri dari breksi bertekanan lebih rendah. Penyebaran tempat-
gunungapi, lava, tuf, batupasir tufaan berumur tempat bertekanan rendah atau koridor
Miosen Atas; Formasi Tapak yang terdiri dari (channel way) yang berupa "fissure veins",
batupasir – batugamping dan breksi "shear zone", "stock work", intrusi breksi atau
gunungapi berumur Pliosen dan endapan pengisian pori-pori batuan tersebut, sangat
alluvium. (Gambar 2) dipengaruhi pola struktur yang dihasilkan oleh
Stratigrafi daerah Gumelar dan sekitarnya orogenesa Plio-Pleistosen tersebut.
yang merupakan bagian dari cekungan Manifestasi lapangan dari mineralisasi
Banyumas umumnya terdiri dari batuan hidrotermal oleh daerah alterasi argilik atau
sedimen yang termasuk kedalam Formasi propilik yang memberikan ciri fisik khas dan
Halang (batupasir andesit, konglomerat tufaan sangat berbeda dengan batuan yang tidak
dan napal yang mengandung sisipan-sisipan teralterasi.
batupasir andesit) berumur Miosen Atas, Di sekitar Ajibarang terdapat intrusi (dike)
ditutupi oleh anggota batugamping Formasi andesit kuarsa porfir memotong Formasi
Tapak berupa lensa-lensa yang berlapis hingga Halang di Desa Tameng. Umur intrusi tersebut
masif, dan Formasi Tapak (batupasir berbutir diperkirakan 8,7 Ma atau Miosen Atas (Bellin
kasar dan konglomerat, dibeberapa tempat et al, 1989). Di daerah penelitian, kegiatan
terdapat breksi, di bagian atas terdiri dari magmatik post Formasi Halang dicerminkan
batupasir gampingan dan napal). juga oleh penyebaran vein dan alterasi
Disamping batuan-batuan tersebut di atas hidrotermal terdapat di Desa Karang Alang,
di daerah penyelidikan juga diendapkan batuan Gancang, Lumbir dan Karangpucung.
hasil gunungapi tak teruraikan (breksi, lava, Gejala alterasi juga terdapat Di Karang
lapili dan tufa dari G. Slamet), aluvium Alang sebagai breksi hidrotermal pada
gunungapi (bongkah-bongkah andesit sampai Formasi Halang sehingga struktur (perlapisan)
basal) dan aluvium (lempung, lanau, pasir dan aslinya hilang atau sangat terganggu. Daerah
kerikil). Sedangkan batuan terobosan diorit breksi hidrotermal ini memberikan alterasi
terletak disebelah selatan Ajibarang berdekatan argilik (kaolin atau monmorilonit) yang
dengan aliran Kali Tajum. banyak mengandung pirit.
Struktur geologi yang berkembang di Di daerah sekitar kampung Cihonje dan S.
daerah ini umumnya berupa sesar naik, sesar Larangan terdapat mineralisasi berupa urat
normal dan sesar geser dengan arah umum kuarsa-karbonat disertai butiran-butiran halus
baratlaut - tenggara sampai timurlaut – logam sulfida (pirit, galena, chalkopirit dll.)
baratdaya dan perlipatan berupa sinklin- tersebar yang terjadi pada satuan batupasir
antiklin dengan arah relatif barat-timur. (Formasi Halang), ketebalan urat kuarsa
Mineralisasi terjadi pada batuan breksi berkisar antara 1-1,5 m dengan arah
gunugapi, berupa urat-urat pirit halus yang jurus/kemiringan N70°E/30°-40°.
mengisi rekahan. Mineralisasi berupa urat-urat kuarsa yang
mengandung logam sulfida di Karang Alang
juga ditemukan , diduga mineralisasi ini
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
mengikuti bidang patahan yang telah sebagian masyarakat dibuat semen merah
mengalami ubahan argilik. Urat kuarsa dengan cara dibakar yang kemudian
dilokasi ini umumnya berupa lensa-lensa dilakukan penggilingan yang hasilnya
mengandung pirit tersebar yang sebagian telah berupa serbuk halus berwarna merah.
mengalami oksidasi, tebal urat antara 20-25 o Pasir dan kerikil, terdapat di sepanjang alur
cm dengan arah jurus/kemiringan N95°E/50°. S. Tajum dan anak-anak sungai
Indikasi adanya mineralisasi di daerah disekitarnya, penambangannya dilakukan
lainnya yaitu disekitar S. Larangan pada tebing secara tradisionil dan digunakan sebagai
jalan, (Foto 1) dan ditemukan float berupa bahan bangunan.
bongkahan urat kalsit mengandung o Bongkah-bongkah andesit/basal, yang
mineralisasi galena, chalkopirit dan pirit yang tersebar disepanjang aliran-aliran sungai.
mengelompok membentuk spots. Selain itu Bongkahan-bongkahan tersebut
ditemukan pula urat-urat kuarsa berupa float di dihancurkan dengan menggunakan mesin
S. Penaruban mengandung pirit yang tersebar dijadikan batu split, digunakan sebagai
bahan bangunan dan pondasi jalan. Bahan
2.2. Bahan Galian galian granodiorit/diorit yang terletak di
Bahan galian utama yang terdapat di desa Baseh, kecamatan Kedung Banteng.
wilayah ini terdiri dari: Dilokasi ini sudah terdapat pabrik yang
o Emas, pendulangan emas sejak terjadinya dilengkapi dengan mesin pemotong batuan
krisis ekonomi hingga saat ini merupakan dan alat poles, dimana batuan
mata pencaharian sebagian masyarakat di granodiorit/diorit yang telah dipotong
sekitar aliran S. Larangan dan Kali Arus. dengan ukuran-ukuran tertentu dipasarkan
Masyarakat dalam mencari emas ini untuk dijadikan lantai atau ornamen
melakukan dengan cara penggalian pada bangunan.
endapan aluvial tua yang kemudian
dilakukan pendulangan. Di Desa Gancang 3. KRITERIA PERTAMBANGAN
(K. Arus), masyarakat setempat mengambil SEKALA KECIL
pasir yang mengandung emas dilakukan
dengan cara pembuatan sumur hingga Pengertian dan kriteria pertambangan
kedalaman 4 -5 m dan diteruskan dengan sekala kecil hingga saat ini masih sering
pembuatan terowongan-terowongan, menimbulkan kerancuan dikalangan aparat
dibantu dengan pompa air untuk terutama di daerah dan masyarakat yang terkait
mengeluarkan genangan air didalamnya. pertambangan, hal ini antara lain disebabkan
(Foto 2) belum adanya peraturan ataupun ketentuan
o Bahan galian batugamping, yang yang menjadi acuan tentang hal tersebut
keterdapatannya dapat dijumpai hampir terutama kesepahaman acuan pelaksanaannya.
disepanjang jalan dari Ajibarang menuju ke Pada masa sebelum reformasi telah terbit
arah kota kecamatan Gumelar, saat ini peraturan yang menyangkut pertambangan
sudah banyak diusahakan penambangannya. skala kecil tertuang dalam peraturan menteri
Batugamping hasil penggalian kemudian Pertambangan dan Energi no
diangkut dengan menggunakan truk 01P/201/M.PE/1986 yaitu tentang Pedoman
kemudian dilakukan pembakaran pada Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan
tungku pembakaran, selanjutnya setelah Galian Strategis dan Vital (Golongan A dan
disiram dengan air dilakukan penggilingan B). Dalam peraturan ini yang dimaksud
menjadi serbuk-serbuk halus dan dengan pertambangan rakyat antara lain usaha
dimasukkan kedalam karung untuk pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat
dipasarkan. setempat sebagai lahan kehidupan sehari-hari
o Bahan galian tanah liat/lempung, dengan menggunakan peralatan sederhana,
keterdapatannya terutama pada daerah juga luas dibatasi maksimal 25 Ha. Kedalaman
alterasi argilik. Bahan galian ini terdapat di penggalian maksimal 25 meter. Sedangkan
Desa Cihonje dan dipasarkan kedaerah- pengelolaan pertambangan bahan galian
daerah sentra pembuatan gerabah/keramik. golongan C sejak tahun 1980 an sudah menjadi
Selain untuk bahan pembuatan keramik, kewenangan daerah, sehingga pengaturan baik
tanah liat dibagian permukaan oleh aspek teknis maupun non teknis bahan galian
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
golongan ini sangat tergantung pada daerah Small Scale Mining in Indonesia, 2001 yaitu
yang mengaturnya. terdiri atas :
Seiring dengan penerapan otonomi daerah, Koperasi Unit Desa (KUD), pertambangan
peraturan-peraturan yang ada tersebut perlu yang dilakukan oleh penduduk setempat yang
penyesuaian atau perubahan mengingat mempunyai wadah badan hukum koperasi desa
semakin meningkatnya perkembangan sektor dengan perizinan diterbitkan oleh daerah
pertambangan bersekala kecil. Pertambangan Rakyat, pertambangan yang
Kriteria pertambangan skala kecil lainnya dilakukan oleh penduduk setempat secara
seperti yang diusulkan oleh Lembaga perseorangan atau kelompok dengan perizinan
Demografi Universitas Indonesia (LD-UI) oleh daerah
1996 yang diharapkan dapat menjadi bahan Pertambangan Tradisional, pertambangan
acuan pengembangan pertambangan rakyat yang dilakukan oleh penduduk setempat secara
atau pertambangan skala kecil dengan perseorangan atau kelompok yang telah
memasukan kegiatan PETI (pertambangan berlangsung secara turun-tumurun, contohnya :
tanpa izin) kedalam kriteria tersebut. penambang emas, intan mendulang di sungai-
Adapun kriteria yang dibuat oleh LD-UI sungai di Kalimantan
/1996 tersebut antara lain : Pertambangan Tanpa Izin (PETI),
• Potensi sumber daya/cadangan sifatnya pertambangan yang dilakukan oleh penduduk
terbatas (kecil) dan biasanya mereka tidak setempat secara perseorangan atau kelompok
mampu untuk melaksanakan kegiatan dengan TANPA perizinan sehingga dalam
eksplorasi. kegiatannya sulit terkendali. Oleh karena itu
• Teknologi penambangan dan pengolahan PETI ini seringkali menimbulkan masalah baik
sifatnya sederhana atau manual dan sosial maupun lingkungan karena. sangat
diterapkan untuk bahan galian yang bernilai merugikan negara dan memperparah dampak
(berkadar) tinggi.Kualitas bahan galian kerusakan lingkungan.
dipengaruhi atau ditentukan oleh pasar/ Pada uraian di atas menunjukkan
konsumen. keanekaragaman definisi atau pengertian
• Sering mengabaikan kelestarian lingkungan tentang pertambangan sekala kecil, ,
serta kesehatan dan keselamatan kerja (K- diharapkan bagi para pemegang kebijakan baik
3). di tingkat pusat maupun daerah dapat membuat
• Modal awal kegiatan penambangan sangat kebijakan atau peraturan pelaksanaan yang
terbatas (kecil). dapat menjadi acuan.
• Dilakukan sebagai usaha keluarga atau Pada keadaan sekarang yang penting
perorangan oleh masyarakat setempat. adalah adanya peraturan yang jelas, tegas dan
• Penggunaan tenaga kerja untuk setiap unit efektif dalam penataan, pelaksanaan dan
produk yang dihasilkan relatif tinggi (padat pengawasannya baik secara nasional maupun
karya). lokal/daerah. Akibat belum adanya peraturan
dan ketentuan yang efektif tersebut
• Waktu pelaksanaan penambangan sifatnya
mengakibatkan kegiatan pertambangan sekala
terbatas dan biasanya merupakan usaha
kecil terus berkembang tanpa kendali atau
sampingan atau musiman.
dengan kata lain menjadi pertambangan tanpa
• Produktivitas rendah.
izin yang sangat merugikan negara dan
memperparah dampak kerusakan lingkungan.
Disamping kriteria umum untuk
pertambangan sekala kecil, khusus untuk
4. EVALUASI SUMBER DAYA DAN
bahan galian logam emas perlu ditambah
CADANGAN BAHAN GALIAN
kriteria yang bersifat teknis yaitu :
a. Tipe cebakan sederhana
Berdasarkan uraian pada bab di atas maka
b. Umumnya berbentuk urat
hasil kompilasi data sekunder dan uji petik di
c. Kadar emas cukup tinggi.
lapangan, disimpulkan bahwa pada umumnya
d. Pengolahan sederhana
beberapa jenis bahan galian di daerah
Banyumas telah banyak diusahakan
Kategori pertambangan skala kecil yang
masyarakat dengan cara sederhana sebagai
dikemukakan oleh Clive Aspinall , dalam
usaha keluarga ataupun industri pertambangan
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
sekala kecil. Bahan galian yang diusahakan pertambangan. Seperti misalnya; kebiasaan
sebagian besar kategori golongan C ( kategori masyarakat setempat telah cukup lama akrab
bahan galian bukan vital dan strategis). dan memilih menambang emas dengan cara
menggali pasir dan mendulang di sungai
4.1. Aspek Keprospekan Bahan Galian dimana dampak terhadap lingkungan dirasakan
Emas relatif tidak mengkhawatirkan.
Daerah yang dianggap prospek bahan
galian emas dijumpai di perbukitan Karang 4.2. Bahan Galian Lainnya
2
Alang, seluas 1,0 x 0,5 km . Hasil pengamatan Usaha pertambangan yang ada disini pada
lapangan menunjukkan daerah ini tersusun umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat
oleh batuan tufa, breksi dan diorit. dalam kategori pertambangan rakyat atau
Dari hasil pengamatan lapangan tipe dapat dikatakan sebagai pertambangan sekala
cebakan emas berupa urat. Terdapat 5 lokasi kecil. Bentuk pengusahaan bahan galian di
singkapan urat kuarsa, berbentuk zona urat, di wilayah ini meliputi kegiatan penambangan
beberapa tempat cebakan berbentuk menjaring dan pengolahan bahkan sampai pemasaran.
(stock work). Pada umumnya urat berarah Adapun bahan galian yang diusahakan cukup
relatif Timurlaut-Baratdaya, urat tersebut beragam, seperti batugamping lebih dikenal
berkembang mengisi shear zone, yang oleh masyarakat setempat sebagai batukapur,
terbentuk akibat adanya stuktur sesar utama andesit dan diorit (batukali, batu gunung),
yang berarah relatif Utara - Selatan. Ukuran pasir, lempung.
zona urat bervariasi antara 0,5 – 1,5 m, dengan
ukuran individu urat antara 5 – 20 cm. 4.2.1. Batukapur
Minimal terdapat ada 3 zona urat yang Menurut data Dinas Sumber Daya Air,
berukuran cukup besar. Selanjutnya untuk Pertambangan dan Energi kabupaten
mengetahui keprospekan di daerah ini apakah Banyumas sumber daya batugamping di
layak ditambang tentunya memerlukan daerah Darmakradenan berjumlah 442.181.173
penyelidikan lebih rinci. ton. Pengusahaan batukapur saat ini yang
Menurut hasil eksplorasi PT Harlan Bekti dilakukan oleh masyarakat yang dalam
Corporation 1998 melaporkan estimasi sumber pengertian termasuk pertambangan sekala
daya cadangan sekitar 9 juta ton Au, hasil kecil banyak dijumpai di daerah Sawangan dan
estimasi ini didasarkan pada cebakan Darmakradenan kecamatan Ajibarang sebagai
berbentuk urat dan dari hasil analisis kimia usaha pertambangan rakyat. Seperti pada
atau kandungan kadar emas dalam batuan umumnya pertambangan rakyat mulai dari
relatif rendah (Au = 1,01- gr/t, Ag = 1,0-260 penambangan dilakukan dengan cara
gr/t, Cu = 14-90 ppm, Pb = 18-78 ppm, Zn = sederhana yaitu penggalian secara manual
13-277 ppm. menggunakan alat gali linggis, kemudian
Aspek lain tentang tata guna lahan, adalah diangkut menggunakan truk ke tempat
bahwa lokasi keterdapatan cebakan emas pengolahan atau tungku pembakaran yang
berada di daerah pemukiman atau berjarak sekitar 1 – 3 km. Menurut keterangan
perkampungan yang cukup padat Desa penduduk dengan adanya kegiatan
Cihonje, Babakan dan Karang Alang. Dan penambangan batukapur disini sangat
daerah ini dilalui sarana jalan utama membantu perekonomian mereka terutama
penghubung kecamatan Ajibarang dan dalam penciptaan lapangan kerja. Sebagai
Gumelar yang merupakan urat nadi ekonomi catatan kecil dengan maraknya penambangan
desa sehingga apabila daerah ini batukapur tersebut ada pula sebagian warga
dikembangkan menjadi wilayah pertambangan yang melakukan kegiatan secara tidak
emas walaupun bersekala kecil maka kondisi bertanggungjawab yaitu melakukan penggalian
tersebut menjadi kendala yang harus bahan baku batukapur di dalam wilayah
diperhitungkan. larangan PT Perhutani yaitu kawasan hutan
Disamping karena kendala lokasi dan pinus yang memang sangat berdekatan
kondisi yang berkaitan dengan lingkungan, lokasinya.
maka perlu dilakukan juga evaluasi aspek yang Di daerah Darmakradenan terdapat tidak
berkaitan dengan sosial-budaya yang kurang dari 15 tempat penambangan dan
kemungkinan timbul akibat adanya aktivitas pengolahan batukapur yang terletak di sisi
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
kanan kiri jalan utama penghubung kecamatan daerah, dapat membantu meningkatkan
Ajibarang dan Gumelar. Sekarang ini kegiatan perekonomian atau minimal tidak mengubah
penambangan dilakukan di lokasi sepanjang merusak tatanan kegiatan ekonomi masyarakat
kurang lebih 8 km. sekitar yang telah berlangsung dan berlanjut
sebelumnya.
4.2.2. Sirtu Dalam aspek sosial dan budaya yang perlu
Sirtu atau pasir batu adalah batu diperhatikan dan menjadi bahan pertimbangan
kerikil untuk bahan baku batu split dan bahan adalah permasalahan adanya kepentingan lain
pengerasan jalan atau bahan bangunan diambil akibat kegiatan pertambangan.
dari sungai Tajum, Logawa, Krukut dan
Banjaran. Sedangkan pabrik pengolahan atau
Crushing Plant nya beberapa buah terletak di 5. KESIMPULAN
sepanjang jalan utama Wangon Ajibarang, Hasil kegiatan evaluasi sumber daya dan
tepatnya di sekitar desa Wlahar. Sumber daya cadangan bahan galian untuk pertambangan
keseluruhan diperkirakan lebih dari 5,8 juta sekala kecil di daerah, Kabupaten Banyumas,
ton. Provinsi Jawa Tengah, menyimpulkan bahwa;
Pengertian dan kriteria pertambangan
4.2.3. Pasir sekala kecil hingga saat ini masih sering
Pasir dan kerikil, terdapat di sepanjang menimbulkan kerancuan dikalangan aparat
Sungai Serayu, alur S. Tajum dan anak-anak terutama di daerah dan masyarakat yang terkait
sungai disekitarnya, penambangannya pertambangan, hal ini antara lain disebabkan
dilakukan secara tradisionil dan digunakan belum adanya peraturan ataupun ketentuan
sebagai bahan bangunan. yang menjadi acuan terutama kesepahaman
acuan pelaksanaannya.
4.2. Aspek Hukum, Ekonomi dan Sosial Usaha pertambangan yang ada pada
Budaya umumnya kategori pertambangan rakyat atau
Dalam melakukan pengembangan dapat dikatakan sebagai pertambangan sekala
pertambangan emas sekala kecil, perlu kecil. Bentuk pengusahaan bahan galian di
ditekankan mengenai aspek legalitas wilayah ini meliputi kegiatan penambangan
hukumnya, karena banyak pertambangan dan pengolahan bahkan sampai pemasaran.
sekala kecil yang tidak/kurang mengindahkan Adapun bahan galian yang diusahakan cukup
hal ini. Aspek hukum yang terkait berupa beragam, seperti batugamping, andesit dan
perijinan, pengaturan tata ruang atau kawasan, diorit (batukali, batu gunung), pasir, lempung.
termasuk kebijaksanaan tentang zonasi, Menurut keterangan penduduk dengan
pertanahan, pengendalian pencemaran dan adanya kegiatan penambangan batukapur
reklamasi serta hukum adat. Dalam disini sangat membantu perekonomian mereka
pertambangan sekala kecil bentuk izin yang terutama dalam penciptaan lapangan kerja.
diperlukan adalah berupa ijin KP dan bisa Khususnya bahan galian emas di daerah
dimiliki perorangan atau kelompok atau Cihonje-Karang Alang apabila dikembangkan
berupa koperasi/ badan usaha yang menjadi suatu wilayah pertambangan emas
dikeluarkan oleh intansi yang berwenang walaupun bersekala kecil dihadapkan beberapa
untuk mengurus soal pertambangan ini yaitu, kendala,antara lain :
melalui Dinas Pertambangan dan Energi di − Aspek tata guna lahan, karena lokasinya
daerah Kabupaten/ Kota. terletak di daerah pemukiman padat
Disamping itu perlu diperhatikan penduduk, peruntukan
peraturan mengenai K3 (Kesehatan dan perkebunan/kehutanan dan dilalui satu-
Keselamatan Kerja). Telah banyak daerah satunya jalan sebagai jalur utama
penambangan emas rakyat yang tercemar perekonomian desa
menjadi rusak dan bahkan sampai memakan − Aspek sosial-ekonomi; kemungkinan
korban seperti tertimbun tanah longsor, gas penolakan oleh masyarakat karena
beracun, pencemaran lingkungan dll. kebiasaan masyarakat setempat telah cukup
Dalam aspek ekonomi yang sangat perlu lama akrab dan memilih menambang emas
dipertimbangkan adalah dengan adanya dengan cara menggali pasir dan mendulang
kegiatan berupa pengusahaan pertambangan di di sungai dimana dampak terhadap
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
lingkungan dirasakan relatif tidak
mengkhawatirkan.
.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin S., Handoyo, A., Pratistho, B., Gafoer,


S., 1992, Geologi Lembar Banyumas,
Jawa, Lembar 1308 – 3 skala 1 : 100.000,
Departemen Pertambangan dan Energi,
Ditjen. Geologi dan Sumberdaya Mineral
DPE., Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Aspinall Clive, 2001, Small Scale Mining in
Indonesia, MMSD-IIED, England
Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Mineral, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
2003, Peta Potensi Sumber
Daya/Cadangan Mineral Seluruh
Kabupaten di Jawa, Edisi Tahun 2003.
Djuri, M.,Peta Geologi Lembar Purwokerto
dan Tegal, Jawa, Direktorat Geologi.
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi,
Nomor : 01P/201/M.PE/1986, Pedoman
Pengelolaan Pertambangan Rakyat
Bahan Galian Strategis dan Vital
(Golongan A dan B)
Peters, Wiliam, C., 1987, Exploration and
Mining Geology, Second edition,
Department of Mining and Geological
Enginering, The University of Arizona,
Jhon Willey and Sons, New York.
PT. Multi Simaco, 1999, Penyelidikan
Pendahuluan KP No.
302.K/23.01/DDJP/1998, Laporan
Triwulan I Tahun I.
PT. Harlan Bekti Corporation, 1998, Laporan
Eksplorasi Bijih Emas DMP KW. 96
MEP 161 Kab. Banyumas, Prop. Jawa
Tengah.
Subdit Eksplorasi Mineral Logam DSM, Data
Digital Potensi Bahan Galian Indonesia,
Direktorat Sumberdaya Mineral,
Bandung.
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan dan Conto Kabupaten Banyumas

Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Kegiatan


PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON
LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 3. Singkapan Urat Kuarsa di Kali Larangan, Babakan, Banyumas

Gambar 4. Penggalian pasir dan pendulangan emas di Kali Arus, Desa Gancang, Banyumas

Anda mungkin juga menyukai