Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembelajaran adalah kegiatan yang disengaja (sadar) oleh peserta didik


dengan arahan, bimbingan atau bantuan dari pendidik untuk memperoleh suatu
perubahan. Perubahan yang diharapkan meliputi perubahan pada aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap dan tingkah laku) dan psikomotorik (keterampilan).

Perubahan yang diharapkan dalam proses pembelajaran itulah yang


dinamakan dengan kompetensi (kemampuan melakukan sesuatu) yang telah
dirumuskan sebelumnya dalam desain pembelajaran. Rumusan tersebut biasa
disebut dengan tujuan pembelajaran.

Sudah menjadi kebiasaan dalam pembelajaran bahwa kegiatan evaluasi


pasti dilaksanakan kepada peserta didik baik itu bisa dilaksanakan setelah
berakhirnya suatu mata pelajaran tertentu atau bisa dilakukan setelah diakhir
proses pembelajaran yang tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman peserta didik mengenai suatu mata pelajaran tertentu yang kemudian
bagi peserta didik bisa dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki proses
pembelajaran.

Ketika kita membahas masalah evaluasi tidak terlepas dengan istilah lain
yang hampir sama tetapi sebenarnya berbeda dengan evaluasi. Istilah yang
dimaksud diantaranya seperti pengukuran, penilaian, tes dan juga ketika menyebut
istilah evaluasi pendidikan, dengan evaluasi pembelajaran yang dimana istilah-
istilah tersebut tentu berbeda dalam beberapa seginya, pada fokus, pada ruang
lingkup serta pada penerapannya dalam kegiatan praktis.

Kegiatan evaluasi tidak hanya bermakna terbatas pada pekerjaan menilai


program pembelajaran dalam lingkup interaksi antara pendidik dan peserta didik
2

didalam kelas saja, tetapi kini istilah ini telah menjadi sebuah istilah umum yang
dipergunakan untuk menyebutkan suatu tindakan yang mengandung maksud
melakukan penilaian dalam semua aspek bidang kehidupan. Karena dengan
melakukan evaluasi maka kita akan mengetahui keberhasilan suatu kegiatan,
dimana dan bagian mana letak kelemahan, kekurangan dan kegagalannya serta
bagaimana cara atau strategi untuk mengatasinya, kemudian seberapa besar ruang
dan gerak yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan tersebut, semua persoalan
tersebut bisa diperjelas dengan melakukan evaluasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian program dan evaluasi program?


2. Apa komponen, subkomponen dan indikator program?
3. Apa manfaat evaluasi program?
4. Apa yang dimaksud evaluator pendidikan?
5. Apa sasaran evaluasi program?
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Program dan Evaluasi Program

1. Pengertian Program

Ada dua pengertian untuk istilah “program” yaitu pengertian secara khusus
dan umum. Secara umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Apabila
program ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program
didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi
atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang
berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang.1

Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan


program, yaitu:

a. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan.


b. Terjadi dalam waktu relative lama, bukan kegiatan tunggal tetapi
jamak berkesinambungan.
c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

2. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan istilah serapan yang berasal dari istilah dalam bahasa
inggris yaitu “evaluation”. Evaluation sendiri berasal dari akar kata “value” yang
berarti nilai. Selanjutnya dari kata nilai terbentuklah kata “Penilaian” yang dalam

1
Djuju Sujana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006), h.18
4

perbincangan sering digunakan sebagai padanan dari istilah evaluasi, padahal


secara kosepsional, penilaian bukan merupakan alih bahasa dari sitilah evaluasi.2

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah


kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat
dalam dalam mengambil sebuah keputusan

3. Pengertian Evaluasi Program

Makna dari evaluasi program itu sendiri mengalami proses pemantapan.


Definisi yang terkenal untuk evaluasi program dikemukakan oleh Ralph Tyler,
yang mengatakan bahwa evaluasi program adalah proses untuk mengetahui
apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan.

Evaluasi program adalah upaya untuk menyediakan informasi untuk


disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan dengan definisi tersebut
the Stanford Evaluation Consorsium Group menegaskan bahwa meskipun
evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah pengambil keputusan
tentang suatu program.3

Tujuan dari evaluasi program, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu,


maka evaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk penelitian
evaluative. Oleh karena itu, dalam evaluasi program, pelaksana berfikir dan
menentukan langkah bagaimana melaksanakan penelitian.

Terdapat perbedaan yang mencolok antara penelitian dan evaluasi program


adalah sebagai berikut : (a) Dalam kegiatan penelitian, peneliti ingin mengetahui
gambaran tentang sesuatu kemudian hasilnya dideskripsikan, sedangkan dalam
evaluasi program pelaksana ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi
sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul
2
Arikunto, Suharsimi , Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 24
3
Enoch Jusuf, Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h.
50
5

dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu, (2) Dalam kegiatan penelitian,
peneliti dituntut oleh rumusan masalah karena ingin mengetahui jawaban dari
penelitiannya, sedangkan dalam evaluasi program pelaksana ingin mengetahui
tingkat ketercapaian tujuan program, dan apabila tujuan belum tercapai
sebagaimana ditentukan, pelaksana ingin mengetahui letak kekurangan itu dan apa
sebabnya.4

Dilihat dari tujuannya, yaitu bahwa pelaksana ingin mengetahui kondisi


sesuatu, maka evaluasi program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk dari
penelitian, yaitu penelitian evaluative. Oleh karena itu dalam pembicaraan
evaluasi program, pelaksan berpikir dan menetukan langkah sebagaimana
melaksanakan penelitian. Perbedaan yang mencolok antara penelitian dengan
evaluasi program adalah sebagai berikut:5

a. Dalam kegiatan penelitian peneliti ingin mengetahui gambaran tentang


sesuatu kemudian dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program,
pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau
kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data
terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.
b. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntun oleh rumusan masalah,
karena ingin mengetahui jawaban dari penelitiannya, sedangkan dalam
evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengatahui tingkat
ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana
(evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya
digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan
diambil.

4
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo.
2003), H. 48
5
Wibowo, Mungin Eddy, Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Surabaya. 2003.
6

4. Ciri-ciri dan persyaratan dari evaluasi program

a. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah uang


berlaku bagi penelitian umumnya.
b. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berfikir secara sistematis,
yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang
terdiri dari beberapa komponen atau unsure yang saling berkaitan satu
sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari objek yang
dievaluasi.
c. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari objek yang dievaluasi,
perlu adanya identifikasi kmponen yang berkedudukan sebagai faktor
penentu bagi keberhasilan program.
d. Menggunakan standar, kriteria, atau tolak ukur sebagai perbandingan
dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk
mengambil kesimpulan.
e. Kesimpulan atau hasil penelititan digunakan sebagai masukan atau
rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah
ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi
program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai
standar, kriteria atau tolak ukur.
f. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara
rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana,
maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan
identifikasi subkomponen, sampai pada indikator program dari program
yang dievaluasi.
g. Standar, kriteria atau tolak ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian
yang paling kecil dari program agar dapatdengan cermat mengetahui letak
kelemahan dari proses kegiatan.
7

h. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci
dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.6

B. Komponen, Subkomponen dan Indikator Program

Program merupakan sistem. Sedangkan sistem adalah satu kesatuan dari


beberapa bagian atau komponen program yang saling terkait dan bekerja sama
satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem.
Dengan begitu program terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan
dan saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Komponen program adalah bagian-bagian atau unsur-unsur yang


membangun sebuah program yang saling terkait dan merupakan faktor-faktor
penentu keberhasilan program. Karena suatu program merupakan sebuah sistem,
maka komponen-komponen program merupakan “subsistem”.7

Komponen tersebut dapat dirinci lagi menjadi subkomponen kemudian


indikator, yang selanjutnya dapat dirinci lagi menjadi subindikator.

Istilah indikator berasal dari kata bahasa Inggris to indicate yang dalam
bahasa Indonesia berarti menujukkan. Jadi indikator merupakan sesuatu yang
dapat menunjukkan kriteria subkomponen, dan selanjutnya menunjukkan kinerja
komponen. Seperti halnya ketika menentukan komponen, cara identifikasi
subkomponen juga dilakukan dengan menentukan faktore-faktor penting karena
berperan sebagai penentu keberhasilan kinerja komponen.8

Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen


program dalam mendukung pencapaian tujuan program. Setiap kegiatan yang
merupakan realisasi dari suatu kebijakan harus dirancang dengan cermat dan teliti,
agar tujuan yang sudah ditetapkan dalam kebijakan dapat tercapai dengan sebaik-

6
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h.108
7
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005),
h. 80
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 88
8

baiknya. Dengan demikian, kegiatan realisasi kebijakan merupakan sebuah


program. Dengan memandang kegiatan tersebut sebagai sebuah program, ada satu
keuntungan yang besar bagi para evaluator karena dapat mencermati letak
kekuatan dan kelemahan program secara lebih baik.

Kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pengambil keputusan belum tentu


dapat direalisasikan dengan baik sesuai dengan jiwa kebijakan. Untuk mengetahui
seberapa jauh dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai, dan bagian mana
yang belum tercapai serta apa penyebabnya, perlu adanya evaluasi program.
Tanpa adanya evaluasi program, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat
diketahui.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan dalam sebuah definisi berikut,


evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu
kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing
komponennya.

C. Manfaat Evaluasi Program

Dalam organisasi pendidikan, evaluasi program dapat disamaartikan


dengan kegiatan supervisi. Secara singkat, supervisi diartikan sebagai upaya
mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program
adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar
dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula.9

Kesalahan yang terjadi di masyarakat beberapa waktu yang lalu, yaitu


supervisi hanya menekankan aspek ketatausahaan saja. Jika konsep seperti itu
maka ada perbedaan antara eveluasi program dengan supervisi. Jika supervisi di
lembaga pendidikan dilakukan dengan objek buku-buku dan pekerjaan clerical
work maka evaluasi program dilakukan dengan objek lembaga pendidikan secara

9
Widoyoko, Eko Putro.. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Pendidik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 66
9

keseluruhan. Kebijakan supervisi yang berlangsung saat ini dapat dikatakan sama
dengan evaluasi program, tetapi sarananya ditekankan pada kegiatan
pembelajaran. Dengan kata lain, prestasi belajar menjadi titik pusat perhatian.
Oleh karena tujuan utamanya memperhatikan prestasi belajar bidang studi atau
mata pelajaran maka supervisor (yang di dalam praktik disebut pengawas),
disaratkan memiliki latar belakang studi tertentu dan harus memiliki pengalaman
menjadi guru. Dilihat dari ruang lingkupnya, supervisi dibedakan menjadi 3, yaitu
(1) supervisi kegiatan pembelajaran, (2) supervisi kelas, dan (3) supervisi
sekolah.10

Berdasarkan pengertian tadi, supervisi sekolah yang diartikan sebagai


evaluasi program, dapat disamaartikan dengan validasi lembaga dan akreditasi.
Evaluasi program merupakan langkah awal dari proses akreditasi dan validasi
lembaga. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: evaluasi program
pendidikan tidak lain adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus,
tertuju pada lembaga secara keseluruhan.

Program adalah rangkaian kegiatan sebagai realisasi dari suatu kebijakan.


Apabila suatu program tidak dievaluasi maka tidak dapat diketahui bagaimana dan
seberapa tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat terlaksana. Informasi
yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi pengambilan keputusan
dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil evaluasi program
itulah para pengambil keputusan akan menentukan tidak lanjut dari program yang
sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari hasil evaluasi adalah sebuah
rekomendasi dari evaluator untuk mengambil keputusan (decision maker). Ada
empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam
pelaksanaan sebuah program keputusan, yaitu:11

10
Sukardi, MS. Evaluasi Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: :
PT. Remaja rosda Karya, 2008), h. 90
11
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, h.120
10

a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa program tersebut


tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana
diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai


dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

c. Melanjutkan, karena pelaksanaan program menunjukan bahwa segala


sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil
yang bermanfaat.

d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program ditempat-tempat


lain atau mengulangi lagi dilain waktu), karena program tersebut
berhasil dengan baik maka yang baik jika dilaksanakan lagi ditempat
dan waktu yang lain.

D. Evaluator Pendidikan

Evaluator pendidikan merupakan orang yang melakukan evaluasi program.


Untuk menjadi seorang evaluator program tentu harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:12

1. Mampu melaksanakan, yakni mereka harus memiliki kemampuan untuk


melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian
program yang akan dievaluasi.
3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, agar dapat
mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat
mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus
diikuti.
4. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari embuat
rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun

12
Arikunto, Suharsimi , Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis Bagi
Praktisi Pendidikan, h. 30
11

instrument, mengumpulkan data dan menyusun laporan dan tidak gegabah


dan tergesa-gesa.
5. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan evaluasi
dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang
diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya.

Evaluator dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

1. Evaluator Dalam (Internal Evaluator)

Yang dimaksud dengan Evaluator Dalam adalah petugas evaluasi program


yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana
program yang evaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari evaluator dalam
yaitu:13

Kelebihan :

a. Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga


kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidaka perlu
ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasran.
b. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak
perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.

Kekurangan :

a. Adanya unsur subyektivitas darievaluator, sehingga berusaha


menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluai dan
menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan
dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat
dikhwatirkan akan bertindak subjektif.

13
Ibrahim, R., Ali, M., & Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, (Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 48
12

b. Karena sudah memahami seluk-beluk program, jika evaluator yang


ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan
tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
2. Evaluator Luar (Eksternal Evaluator)

Yang di maksud dengan evaluator luar adalah orang-orang yang tidak terkait
dengan kebijakan dan implementasi program. Mereka berada diluar dan diminta
oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau
keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka
berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka
sendiri maka tim evaluator luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau
independent team.14

Kelebihan :

a. Oleh karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka


evaluator luar dapat bertindak secara objektif selama melaksanakan
evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi, tidak
akan ada respons emosional dan evaluator karena tidak ada keinginan
untuk melibatkan bahwa program tersebut berhasil. kesimpulan yang
dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.
b. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan
kredibilitas kemampuannya. Dengan begitu, evaluator akan bekerja
secara serius dan hati-hati.

Kekurangan :

a. Evaluator luar adalah orang baru, yang sebelumnya tidak mengenal


kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha
mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah
mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Mungkin sekali pada

14
Ibrahim, R., Ali, M., & Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan, (Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 48
13

waktu mendapat penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-


hal yang kurang jelas. hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam
proses kegiatannya. dampak dari ketidakjelasan pemahaman tersebut
memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
b. Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang
cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.

Adapun perbedaan yang menonjol antara evaluator luar dan evaluator


dalam adalah adanya satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan
tugas. oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak tahu-menahu dan
tidak berkepentingan dengan program, yang diasumsikan belum memahami seluk-
beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang
akan dievaluasi.

Hal-hal yang harus dipelajari oleh seorang evaluator meliputi tujuan


program, komponen program, siapa pelaksananya dan pihak-pihak mana yang
terlibat, kegiatan apa saja yang sudah terlaksana dan gambaran singkat tentang
sejauh mana tujuan program sudah dicapai.

E. Sasaran Evaluasi Program

Untuk menentukan sasaran evaluasi, evaluator perlu mengenali program


dengan baik, terutama komponen-komponennya. Karena yang menjadi sasaran
evaluasi bukan program secara keseluruhan, tetapi komponen atau bagian
program.

Tujuan umum harus dijabarkan menjadi tujuan khusus maka sasaran


evaluator diarahkan pada komponen agar pengamatannya dapat lebih cermat dan
data yang dikumpulkan lebih lengkap. Untuk itulah maka evaluator harus
memiliki kemampuan mengidentifikasi komponen program yang akan dievaluasi.
14

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

1. Evaluasi program adalah upaya untuk menyediakan informasi untuk


disampaikan kepada pengambil keputusan. Sehubungan dengan definisi
tersebut the Stanford Evaluation Consorsium Group menegaskan bahwa
meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukanlah
pengambil keputusan tentang suatu program.
2. Komponen program adalah bagian-bagian atau unsur-unsur yang
membangun sebuah program yang saling terkait dan merupakan faktor-
faktor penentu keberhasilan program. Karena suatu program merupakan
sebuah sistem, maka komponen-komponen program merupakan
“subsistem”.
3. Informasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna bagi
pengambilan keputusan dan kebijakan lanjutan dari program, karena dari
masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan
menentukan tidak lanjut dari program yang sedang atau telah
dilaksanakan.
4. Tujuan umum harus dijabarkan menjadi tujuan khusus maka sasaran
evaluator diarahkan pada komponen agar pengamatannya dapat lebih
cermat dan data yang dikumpulkan lebih lengkap. Untuk itulah maka
evaluator harus memiliki kemampuan mengidentifikasi komponen
program yang akan dievaluasi.
15

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada,


2005.

Arikunto, Suharsimi , Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis


Bagi Praktisi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Arikunto, Suharsimi , Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis


Bagi Praktisi Pendidikan, h. 30

Djuju Sujana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya, 2006.

Enoch Jusuf, Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,


2000.

Ibrahim, R., Ali, M., & Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan
Aplikasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 48

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2006.

Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta:


Grasindo. 2003.

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.

Sukardi, MS. Evaluasi Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,


Bandung: : PT. Remaja rosda Karya, 2008.

Wibowo, Mungin Eddy, Standardisasi, Sertifikasi, dan Lisensi Profesi Pendidik


dan Tenaga Kependidikan. Surabaya. 2003.

Widoyoko, Eko Putro.. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi


Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Anda mungkin juga menyukai