Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ca serviks adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini
biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur yang dikarenakan perjalanan
kanker ini dari pertama kali terinfeksi memerlukan waktu sekitar 10-15 tahun
untuk berubah menjadi sebuah kasus kanker serviks, tetapi bukti statistic
menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang
berumur 20 sampai 30 tahun. Layaknya semua kanker, kanker leher rahim
terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang
tidak lazim (abnormal).

B. Tujuan Umum

Secara umum, pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui


penyakit keganasan yang ada pada saluran reproduksi wanita khususnya
keganasan pada serviks (leher rahim).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks


(leher rahim). Kanker serviks ini dimulai pada lapisan serviks. Pertama,
beberapa sel normal berubah menjadi sel-sel prakanker, kemudian berubah
menjadi sel kanker. Perubahan ini disebut displasia dan biasanya terdeteksi
dengan tes Pap Smear.

Kanker serviks tumbuh dari sel-sel serviks, kanker ini dapat berasal
dari leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau
keduanya. Serviks terdiri atas ectocervix (bagian luar) dan endocervix (bagian
dalam). Bagian dari leher rahim yang paling dekat dengan tubuh rahim
disebut endocervix. Bagian ectocerviks dilapisi oleh sel skuamosa (epitel
pipih). Bagian endocerviks dilapisi oleh sel silindris (epitel tabung). Tempat
pertemuan antara dua jenis sel ini disebut zona transformasi. Sebagian besar
kanker serviks dimulai pada zona ini.

Sebagian besar kanker serviks dimulai pada lapisan-lapisan sel


serviks. Sel-sel ini tidak tiba-tiba berubah menjadi kanker. Sel-sel normal
karena pengaruh zat karsinogen dapat berkembang secara bertahap menjadi
sel pra-kanker dan kemudian berubah menjadi kanker dan proses ini
membutuhkan waktu beberapa tahun namun kadang halnya bisa terjadi dalam
kurun waktu kurang dari setahun. Dokter menggunakan beberapa istilah untuk
menggambarkan perubahan pra-kanker yaitu Cervical Intraepithelial
Neoplasma (CIN) atau Squamous Intraepithelial Lesion (SIL) dan dysplasia
atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Perubahan-perubahan ini pada
awalnya tidak menimbulkan deteksi dengan Pap Smear (Sastrawinata, 2004).

2
B. Etiologi

Penyebab utama timbulnya kanker serviks adalah infeksi HPV


(Human Papilloma Virus). Virus HPV akan menyerang selaput di dalam
mulut dan kerongkongan serviks serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi,
infeksi virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker serviks dalam
jangka panjang. Virus HPV terbagi menjadi 2 macam yaitu virus HPV
berisiko rendah dan HPV beresiko tinggi. HPV risiko rendah dapat
menyebabkan kutil pada kelamin dan virus HPV berisiko tinggi yang dapat
mengubah permukaan sel-sel vagina dan menyebabkan kanker serviks. Virus
HPV yang termasuk berisiko tinggi adalah HPV tipe 16, 18, 31,33 dan 45.
Telah diidentifikasi sebanyak 20 tipe yang menjadi penyebab kanker serviks,
namun sebanyak 70% penyebab utama kanker serviks disebabkan oleh virus
HPV beresiko tinggi yaitu tipe 16 dan 18 (Dra. Hartati Nurwijaya, 2010).

C. Patofisiologi

Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan


intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks
setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya
berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat)
menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif.

Berdasarkan karsinogenesis umum,proses perubahan menjadi kanker


diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali
tersebut adalah onkogen, tumor supresor gen, dan repair gen. Onkogen dan
tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis,
dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna, sedangkan
tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur oleh
gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum
dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks

3
pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain seperti faktor
perilaku: merokok dan alat kontrasepsi dalam rahim, umur pertama kali
melakukan hubungan seksual, jumlah kehamilan dan partus, jumlah
perkawinan, higiene dan sirkumsisi; faktor biologis: infeksi virus, genetik;
faktor lain: lingkungan, sosial ekonomi, idiopatik, mengakibatkan perubahan
gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan
sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan sel.

Berikut beberapa jenis sel pemicu Ca Serviks :

a. Neoplasia intraepitel serviks (CIN)


CIN menunjukkan sebagian sel dalam epitel skuamosa serviks uteri
menunjukkan heterotipia dengan derajat bervariasi, setara dengan
hiperplasia atipik dan karsinoma insitu yang dahulu digunakan.
b. Karsinoma mikroinvasif serviks uteri
Yaitu lesi karsinoma in situ serviks uteri tlah menembus membran basal,
menginvasi interstisial dengan kedalaman ≤ 5 mm dan lebar ≤ 7 mm.
Karsinoma invasif serviks uteri dapat terjadi di ostium eksternal serviks
uteri atau di dalam kanal serviks, tapi umumnya timbul di daerah
peralihan epitel skuamosa dan epitel torak serviks uteri. Tipe patologik
utama karsinoma invasif serviks uteri adalah karsinoma sel skuamosa
(90%), adenokarsinoma (5-7%), karsinoma adenoskuamosa (2-5%).
c. Ademona serviks uteri
Adenoma serviks uteri timbul dari epitel torak kanalis servikalis dan
asinus yang memproduksi musin, morfologi umum sama dengan
karsinoma skuamosa.
d. Adenokarsinoma skuamosa serviks uteri
Pada lesi karsinoma serviks uteri, dapat tampak unsur adenokarsinoma
dan unsur karsinoma skuaosa jarang ditemukan, prognosis relatif buruk
(Buku Ajar Onkologi Klinis, 2008).

4
Sebagian besar pendereita kanker serviks adalah wanita yang sudah
menikah. Kehidupan seksual pertama yang terlalu dini dan mitra seksual
yang terlalu banyak berkaitan dengan kanker uteri. Hal ini terjadi karena
sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa.
Selain itu partner seks yang memiliki riwayat kanker penis atau punya
riwayat istrinya meninggal karena ca serviks akan meningkatkan resiko ca
serviks.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang biasanya muncul pada klien dengan kanker serviks
antara lain yaitu:
a. Perdarahan bercak pasca koitus atau leukorea yang bercampur darah
sering merupakan tanda awal kanker serviks ulseratif.
b. Metroragi merupakan tanda keganasan serviks invasive yang paling
sering.
c. Ketidaknyamanan atau disfungsi kandung kemih atau rectum dan
fistula merupakan manifestasi klinis lanjut kanker serviks.
d. Rasa sakit sering kali pada satu sisi dan menjalar ke pinggul, dapat
terjadi pada kanker lanjut ketika ureter tersumbat sebagian atau nervus
sakralis terkena tumor.
e. Anemia, anoreksia, dan kehilangan berat badan merupakan tanda-
tanda penyakit keganasan lanjut (Ralph C. Benson, 2008).
f. Kanker serviks mungkin asimtomatik, atau menimbulkan perdahanan
setelah berhubungan intim atau bercak-bercak darah di antara masa
haid. Dapat timbul rabas vagina yang berbau (Corwin, 2009).
g. Perdarahan vagina bersifat abnormal.
h. Perdarahan dan sakit saat bersenggama, perdarahan setelah
menopause, perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi,

5
periode mentruasi lebih lama atau lebih berat dari biasanya,
perdarahan saat pemeriksaan panggul (douching).
i. Keputihan tidak normal: lendir kental, berwarna kuning atau
kecoklatan, berbau busuk dan gatal.

E. Penatalaksanaan
Pasien dengan kanker servis diterapi dengan pembedahan atau radiasi
bersama dengan kemoterapi, atau bisa disebut kemoradiasi. Pemilihan terapi
yang digunakan disesuaikan dengan keadaan atau kondisi pasien serta
kecocokan tubuh pasien dengan terapi yang digunakan.
Kemoterapi dengan agen tunggal digunakan untuk menangani pasien
dengan metastasis extrapelvis sebagaimana juga digunakan pada tumor
rekurren yang sebelum telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan
merupakan calon exenterasi.
Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan namun
secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut rontok.
Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause
dini pada wanita premenopause. Tetapi, untuk klien yang masih muda, tidak
disarankan melakukan kemoterapi karena dapat mengakibatkan infertilitas.
Pembedahan untuk mempertahankan indung telur mungkin lebih baik untuk
wanita premenopouse radiasi dan kemoterapi dapat menyebabkan disfungsi
fagina dan dispareunia (nyeri ketika melakukan kopulasi)
Ada dua pilihan operasi : histerektomi untuk mengambil seluruh leher rahim
dan rahim, atau konisasi untuk hanya mengambil bagian leher rahim yang
terkena kanker. Histerektomi lebih sering dilakukan pada kasus dengan pasien
wanita menopouse sedangkan pada wanita yang masih dalam masa subur
lebih sering dilakukan konisasi agar masih memungkinkan untuk hamil lagi.
Penatalaksanaan khusus dilakukan apabila kasus kanker serviks terjadi
pada ibu hamil. Jika kehamilan masih muda, maka pengobatan kanker serviks
dilakukan dengan cara penyinaran. Biasanya dengan penyinaran ini akan

6
terjadi abortus , namun jika dalam empat minggu tidak terjadi abortus maka
bayi harus tetap dikeluarkan dengan histeroktomi. Karena anak akan cacat
akibat radiasi sinar. Bila kehamilan sudah besar hingga anak dapat hidup di
dunia luar, anak dilahirkan dengan seksio sesarea. Persalinan normal tidak
dibenarkan mengingat kesukaran dilatasi serviks dan kemungkina
pendarahan. penyinara dilakukan lagi 1-2 minggu setelah sesar.

Sedangkan menurut FIGO penatalaksanaan kangker serviks dibedakan


menurut statusnya yaitu sebagai berikut.

Stadium IA1

Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan dilakuan


konisasi dilanjutkan pengamatan lanjut.

Stadium IA2

a. Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi


pelvis. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak
ada invasi limfo vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi radikal
dengan limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan
b. Radioterapi:
Radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy).

Stadium IBI/IIA

a. Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi


morbiditas. Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, ± sampel
KGB para-aorta2. Pada usia muda, ovarium dapat dikonservasi.
b. Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah:
Dengan cisplatin ± 5-FU bila ada faktor risiko KGB (+), parametrium
(+), tepi sayatan (+)

7
c. Radioterapi:
Radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)

Stadium IB2/IIA > 4 cm

a. Kemoradiasi:

Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40


mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau
para-aorta (+) lapangan radiasi diperluas.

b. Operasi:

Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis

c. Neoadjuvan kemoterapi:

Cisplatin 3 seri diikuti histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis

Stadium IIB, III, IVA

a. Kemoradiasi:

Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian cisplatin 40


mg/m2/minggu selama radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau
para aorta (+) lapangan radiasi diperluas

b. Eksenterasi:

Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding


panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal

Stadium IVB atau residif

Radiasi + kemoterapi (cisplatin ± 5-FU). 50 Gy bila lesi mikroskopik


dan 64-66 Gy pada tumor yang besar2. Eksenterasi kalau proses tidak
sampai dinding panggul.

8
F. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra
servikal
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada
jaringan intra servikal
d. Kecemasan berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat
kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya
e. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan penampilan terhadap pemberian sitostastika.

9
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

Anamnesa

A. Data Dasar
a. Data pasien
Identitas pasien, usia, status, perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama,
alamat, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium 3 dan 4 klien merasakan keluhan seperti
perdarahan, keputihan, dan nyeri intra servikal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah riwayat abortus, infeksi paska abortus, infeksi
masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor, dan adanya
keluarga yang menderita kanker.
e. Riwayat obstetric
Apakah klien punya anak? Jika iya berapa anaknya? Apakah anaknya masih
hidup ? lahirnya pada kehamilan ke berapa?
f. Riwayat penyakit keluarga
Mungkin ada salah satu dari keluarga yang pernah menderita kanker.
g. Riwayat menstruasi
1. Banyak sedikitnya nya menstruasi, dan lama mentruasi
2. Siklus menstruasinya normal atau tidak ( normal 28 hari)
3. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
4. Keluhan saat mentruasi

10
h. Riwayat ginekologi
1. Bagaimana aktivitas seksualnya?
2. Apakah ada masalah selama berhubungan seksual?
3. Adakah nyeri saat berhubungan?
4. Bagaimana frekuensi urinnya? Apakah disuria, nokturia, urgensi,
inkontinensia?
5. Apakah klien pernah keputihan? Kapan mengalami keputihan? Bagaimana
warna, baud an banyaknya? Sejak kapan mengalami keputihan? Apakah
sampai sekarang?
i. Riwayat penggunaan obat-obatan
Apakah menggunakan obat-obatan kontrasepsi secara teratur?
j. Keadaan psiko-sosio-ekonomi dan budaya
Kanker serviks sering dijumpai pada masyarakat dengan tingkat ekonomi
rendah yang berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi
yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygine
terutama kebersihan daerah urogenital.

B. Data Khusus
a. Riwayat Kebidanan
Riwayat paritas, kelainan mentruasi, lama, jumlah dan warna darah, adakah
hubungan perdarahan dengan aktivitas, apakah darah keluar setelah koitus,
dan pekerjaan yang dilakukan sekarang.
b. Pemeriksaan Penunjang
Sitologi dengan pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikogram,
pemeriksaan visual langsung dan gineskopi.

11
Pemeriksaan Fisik Ginekologis

a. Tampilan umum

Apakah klien merasa sakit ringan atau lebih? Timbang BB, TB dan TD

b. Pemeriksaan payudara

Inspeksi payudara apakah simetris atau ada benjolan?

c. Periksa abdomnen

Inspeksi untuk menilai adanya striae, jaringan parut, masa. Lakukan


palpasi untuk mengetahui nyeri tekan dan massa. Lakukan perkusi untuk
mencari massa dan pekak berpindah.

d. Periksa Vagina

Pastikan pendamping dan privasi. Inspeksi adanya benjolan, ulkus, secret


dan prolaps yang jelas. Periksa serviks, uterus, dan adneksa. Caranya:
jelaskan pada klien bahwa hal tersebut tidak nyaman tapi tidak nyeri,
gunakan pelumas jari dan tangan dibungkus sarung tangan, letakan tangan
kiri ke simfisis pubis dan tekan ke bawah kea rah panggul dengan
perlahan.

e. Pemeriksaan speculum cuscoe

Inspeksi serviks dan dinding dalam vagina.

f. Speculum sim

Inspeksi dinding vagina jika diduga ada prolaps dengan posisi lateral kiri
dan kaki ditekuk.

12
g. Pemeriksaan rectal

Pemeriksaan jika ada prolaps dinding posterior dan adanya keganasan


pada serviks.

Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra


servikal
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan
intra servikal
d. Kecemasan berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat
kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya
e. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan terhadap pemberian sitostastika.

Intevensi

A. Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan perdarahan intra


servikal

NOC :

1. Circulation status
2. Tissue Prefusion : cerebral

Kriteria Hasil :

1. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :


a. Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan

13
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih
dari 15 mmHg)
2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
a. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
c. Memproses informasi
d. Membuat keputusan dengan benar
3. Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh yang ditandai
dengan:
a. Tingkat kesadaran mambaik
b. Tidak ada gerakan gerakan involunter

NIC :

a. Berikan informasi kepada keluarga


b. Set alarm
c. Monitor tekanan perfusi serebral
d. Catat respon pasien terhadap stimuli
e. Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap
aktivitas
f. Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
g. Monitor intake dan output cairan
h. Restrain pasien jika perlu
i. Monitor suhu dan angka WBC
j. Kolaborasi pemberian antibiotic
k. Posisikan pasien pada posisi semifowler
l. Minimalkan stimuli dari lingkungan

14
B. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan nafsu makan

NOC

a. Nutritional status: Adequacy of nutrient


b. Nutritional Status : food Albumin serum
c. Weight Control
d. and Fluid Intake

Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selama 5x24 jam nutrisi kurang


teratasi dengan indikator:

a. Pre albumin serum


b. Hematokrit
c. Hemoglobin
d. Total iron binding apacity
e. Jumlah limfosit

NIC

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untukmenentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
3. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
4. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
5. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
6. Monitor lingkungan selama makan
7. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
8. Monitor turgor kulit

15
C. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan desakan pada jaringan
intra servikal.

NOC

a. Pain Level
b. pain control
c. comfort level

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 3x24 jam Pasien tidak


mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan


tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur

NIC :

1. Lakukan pengkajian kembali nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

16
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

D. Kecemasan berhubungan dengan terdiagnosis Ca. Serviks sekunder akibat


kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan cara pengobatannya.

NOC :

1. Kontrol kecemasan
2. Koping

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan asuhan selama 3x24 jam klien kecemasan teratasi dengan:

1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas


2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

a. Gunakan pendekatan yang menenangkan


b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
f. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien Instruksikan pada pasien
untuk menggunakan tehnik relaksasi
g. Dengarkan dengan penuh perhatian

17
h. Identifikasi tingkat kecemasan
i. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
j. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
k. Kelola pemberian obat anti cemas

E. Resiko tinggi terhadap gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan


penampilan terhadap pemberian sitostastika.

NOC:

1. Body image
2. Self esteem

Kriteria hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan body


image pasien teratasi dengan:

1. Body image positif


2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh
4. Mempertahankan interaksi sosial

NIC

a. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya


b. Monitor frekuensi mengkritik dirinya
c. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit
d. Dorong klien mengungkapkan perasaannya
e. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu
f. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

18
Evaluasi

a. Perfusi jaringan efektif (anemia) hilang atau teratasi.


b. Skala nyeri hilang atau berkurang.
c. Nutrisi terpenuhi atau adekuat.
d. Kecemasan menurun atau hilang.
e. Tidak terjadi gangguan citra tubuh.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi masalah keperawatan yang dapat timbul akibat penyakit kanker serviks
antara lain gangguan perfusi jaringan (anemia), ketidakseimbangan nutrisi,
gangguan rasa nyaman (nyeri), kecemasan, dan resiko tinggi terhadap
gangguan citra tubuh.

Dan dari masalah keperawatan tersebut kita sebagai tenaga kesehatan dapat
memfokuskan penanganan terlebih dahulu pada masalah anemia.

B. Saran

Kanker serviks merupakan salah satu penyakit keganasan yang diderita pada
klien dengan gangguan sistem reproduksi. Untuk itu, penting bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat untuk mengerti dan lebih banyak mendalami
asuhan keperawatan bagi klien dengan kanker serviks.

20

Anda mungkin juga menyukai