Disusun Oleh :
Surya Bakti
190104093
2019
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
A. DEFINISI
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
(Andarmoyo, 2012).
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh dalam mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ ataupun sel. (Smeltzer & Bare. 2008). Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satu dampaknya adalah
kematian. Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar
Trifosfat) yang merupakan sumber energy bagi sel tubuh agar berfunsi secara optimal
(Potter&Perry, 2006). Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam
kehidupan manusia. Dalam tubuh oksigen berperan penting diproses metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satu
dampaknya adalah kematian. Berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu dalam konsep ini perawat perlu
B. ANATOMI PERNAFASAN
Sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang terdiri dari beberapa
organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Organ-organ ini
bekerja sama dalam menerima udara bersih, pergantian udara dari darah, dan
konduksi, sebagai bagian yang berfungsi dalam proses penghantaran dan bagian
respiratorik yang terdiri atas alveoli dan regio distal lainnya yang berfungsi dalam
pertukaran gas. Organ-organ respirasi dapat dibagi lagi menurut letaknya, yaitu upper
respiratory tract yang dimulai dari hidung hingga laring dan lower respiratory tract yang
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) ada 3 sistem tubuh yang bekerja
dalam penyampaian oksigen ke jaringan tubuh yaitu sistem respirasi, sistem
kardiovaskuler dan sistem hematologi.
a. Sistem Respirasi
Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak.
Pada sistem respirasi ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi,
perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-
paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena
adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana
pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) daripada
tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatenan ventilasi yaitu
kebersihan jalan nafas (adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru), adekuatnya
sistem saraf pusat dan pusat pernafasan, adekuatnya pengembangan dan
pengempisan paru, kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma eksternal
interkosta, internal interkosta, otot abdominal (Tarwoto & Wartonah, 2006).
2. Perfusi
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi paru untuk
dioksigenasi dimana pada sirkulasi paru darah yang dioksigenasi mengalir dalam
arteri pulmonalis dari ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta dalam proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama
sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah yang dioksigenasi dari dan ke paru-
paru agar dapat terjadi pertukaran gas.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Dengan demikian,
adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan
perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume
tidal = V) sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar
5 lt/menit (Tarwoto & Wartonah, 2006).
3. Difusi
Dalam difusi pernafasan, komponen yang berperan penting adalah alveoli
dan darah. Untuk memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan, proses difusi gas pada
sistem respirasi haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2
atau partikel lain dari area bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di
dalam alveoli, O2 melintasi membran alveoli-kapiler dari alveoli berdifusi
kedalam darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi dialveolus
(100 mmHg) dan tekanan pada kapiler lebih rendah (PO2 40 mmHg), sedangkan
CO2 berdifusi keluar alveoli akibat adanya perbedaan tekanan PCO2 darah 45
mmHg dan di alveoli 40 mmHg. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan
membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2
dan CO2, serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2 (Muttaqin, 2010).
Kebutuhan oksigen pada manusia :
Volume pasang surut rata-rata adalah 500cc.
Volume cadangan hisap adalah 300cc.
Volume cadangan hembus adalah 1100cc.
Volume sisa rata-rata adalah 1200cc
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi
jantung untuk memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke
atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju
aorta melalui katup aorta.
Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap
molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu
molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb
dengan O2 adalah Hb + O2 ↔ HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 di
pengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian, besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi
transport gas (Tarwoto & Wartonah, 2006).
- Dewasa tua :
Adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun,
ekspansi paru menurun.
3. Faktor - Nutrisi:
Perilaku
Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosklerosis.
- Exercise:
exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Merokok:
Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
F. PATHWAY
Hipoventilasi/hiperventilasi
Takipneu/bradipnea
Bersihan jalan nafas tidak efektif Gangguan pertukaran gas
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.
Perawat juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus
pada keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat pekerjaan (Somantri, 2008).
Tabel pengkajian riwayat kesehatan :
Lakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan umum klien dan nilai tanda-
tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk,
penilaian produksi sputum, dan lainnya. Penilaian bentuk dada secara inspeksi
untuk melihat seberapa jauh kelainan yang terjadi pada klien.
c. Perkusi
d. Auskultasi
p
a
d
a
i
r
a
m
a
d
a
n
f
r
e
k
u
e
n
s
i
p
e
r
n
a
f
a
s
a
n
- Bat
uk
tida
k
efek
tif
- Perubahan pada
irama dan
frekuensi
pernafasan
- Batuk tidak efektif
- Sianosis
- Kesulitan bersuara
- Penurunan bunyi
nafas
- Ortopneu
- Kegelisahan
- Sputum
- Sindrom
inspirasi/ekspirasi hipoventilasi
6. Perencanaan
Dx. 1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Defenisi:
pernafasan.
Tujuan/kriteria hasil :
1. Saluran nafas menjadi bersih
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret secara efektif
3. Mudah untuk bernafas
4. Kegelisahan, sianosis, dan dispneu tidak ada
5. Saturasi O2 dalam batas normal
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Status Respirasi : jalan Manajemen jalan nafas
Ketidakefektifan nafas paten/lancar
bersihan jalan nafas Jaga kepatenan jalan
Data Subyektif Status Respirasi nafas : buka jalan
Klien :Ventilasi nafas, suction,
efektif fisioterapi dada sesuai
mengatakan :
indikasi
Status Respirasi :
Sesak nafas Pertukaran gas Efektif Identifikasi kebutuhan
insersi jalan
Sputum tak Tidak terjadi aspirasi nafas buatan
bisa keluar Setelah dilakukan
asuhan Monitor pemberian
Data Obyektif keperawatan selama oksigen, vital sign
...... x 24 tiap ....... jam
Batuk tidak jam :
efektif Klien mampu Monitor status respirasi
mengidentifikasi dan : adanya suara
mencegah nafas tambahan.
Dispnea faktor yang dapat
menghambat
/Orthopnea/ Identifikasi sumber
jalan nafas
alergi : obat,makan
Sianosis an, dll, dan reaksi yang
Menunjukkan jalan biasa terjadi
nafas
Perubahan yang paten : klien tidak
ritme & merasa
frekuensi tercekik, tidak terjadi Monitor respon alergi
pernafasan aspirasi, selama 24 jam
frekuensi pernafasan
dalam Ajarkan/ diskusikan dgn
Gelisah rentang normal : klien/keluraga
Respirasi: untuk menghindari
Suara nafas alergen
Dewasa:16-20/mnt
tambahan :
Ajarkan tehnik nafas
rales Tidak ada suara nafas dalam dan batuk
,crakles,ronkhi, abnormal efektif
wheezing
Mampu mengeluarkan Pertahankan status
sputum dari jalan nafas hidrasi untuk
Sputum
produktif menurunkan viskositas
Menunjukkan sekresi
pertukaran
Karakteristik gas efektif Kolaborasi dgn Tim
sputum: - pH : 7.35 – 7.45 medis : pemberian
- PaCO2 : 35 – 45 % O2, obat
...... - PaO2 : 85 – 100 % bronkhodilator, obat
- BE : + 2 s/d – 2 anti allergi,
TD... mmHg N meq/L terapi nebulizer, insersi
:.... - SaO2 : 96-97 % ( jalan nafas, dan
perifer pemeriksaan
x/mnt ) laboratorium: AGD
RR....... x mnt Penghisapan jalan
S..... Tidak ada dyspnea dan nafas
° sianosis, mampu
bernafas Tentukan kebutuhan
C dengan mudah penghisapan sekret
melalui
Menunjukkan ventilasi oral maupun tracheal
adekuat
Monitor saturasi
Ekspansi dinding dada oksigen klien dan
simetris, tidak ada : status
penggunaan hemodinamik selama
otot-otot nafas dan setelah
tambahan, penghisapan
retraksi dinding dada,
nafas Catat tipe dan jumlah
cuping hidung, sekresi
dyspnea, taktil Pencegahan Aspirasi
fremitus
Monitor tingkat
kesadaran, reflek
batuk, muntah dan
kemampuan menelan.
Tinggikan posisi kepala
tempat tidur
30-45 derajad setelah
makan, untuk
mencegah aspirasi dan
mengurangi dispnea.
Intervensi Rasio
nal
- Sediakan alat suction - Peralatan dalam keadaan siap
Kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu karena adanya
Intervensi Rasional
Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbon
Brunner & Suddarth. 2007. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan keperawatanpada klien dengan
gangguan sistem hematologi. Salemba Medika :Jakarta.
Johnson, M., et all. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Nanda. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2007-2008. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer & Bare. 2008. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGG