PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengertian lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia kemunduran´ yaitu ada yang menetapkan 60 tahun,
65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai
usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang
telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Seiring dengan pertumbuhan seseorang, usia merekapun juga bertambah. Dari anak-
anak, remaja awal, remaja akhir, dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa akhir.
Perubahn ini juga diikuti dengan perubahan lainnya, yaitu perubahan fisik dan
perubahan intelektual. Perubahan Fisik yang semakin menua akan sangat berpengaruh
terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkunganya. Dengan semakin lanjut
usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini
mengakibatkan menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya sehingga hal ini
secara perlahan mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu:
kehilangan peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan berkurangnya
komitmen.
Perubahan intelektual, pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori,
dan intelegensi mengalami kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa
akhir. Selain itu, orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi
secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.
Dengan adanya perubahan ini, maka terkadang membuat orang-orang yang telah
masuk dalam fase ini menjadi menarik diri dari lingkungannya.
B. Tujuan
Mengetahui perkembangan apa saja yang terjadi saat kita telah memasuki masa dewasa
akhir dan cara asuhan keperawatannya.
C. Rumusan Masalah
D. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller,
1985). Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan
tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan
orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia
adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan
seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia,
lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada
umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-
ciri ketuaan.
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia.
Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan
tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung pada sumber-
sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang memuaskan, dan
status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit, umumnya
memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering merupakan anteseden
penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang menjaga
kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang memadai
menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan senantiasa
berpikir positif terhadap kehidupan ini.
3. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima
kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan,
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus
dihadapi lanjut usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan
depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan
penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam
menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-
masa selanjutnya.
4. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan
keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan
mental.
6. Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa
penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma
melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat
memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan-latihan memperkuat diafragma.
7. Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas
manusia, dan terdapat perubahan yang lebih banyak pada laki laki dari pada
perempuan. Rubin (Harlock) mengatakan bahwa hubungan seksual tidak mungkin
berhenti secara otomatis pada usia berapapun. Mereka yang tidak melakukan
hubungan seksual pada usia lanjut, biasanya disebabkan oleh penyakit yang diderita
pasangannya.
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
dan Hurlock (1980)
F. Masalah-Masalah Kesehatan.
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-sumber finansial
yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan lainnya yang
dialami oleh lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia (Kelley
et al, 1977). Oleh karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan yang multipel.
Pasangan atau individu lansia dalam semua fase sakit kronis mulai dari fase akut
hingga fase rehabilitasi sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang terkait
secara medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi
keperawatan (mengkaji respons klien terhadap sakit dan pengobatan serta kemampuan
koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang sangat
penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan cidera, penggunaan obat
yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti merokok.
Semakin tua, kemungkinan terkena beberapa penyakit atau penurunan kondisi tubuh
semakin meningkat. Penyakit yang biasanya menyerang usia lanjut adalah radang sendi
dan osteoporosis.
Keseahtan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran gangguan-gangguan mental,
berbagai kesulitan dan frustasi, tetapi juga merefleksikan kemampuan seseorang untuk
menghadapi masalah-masalah kehidupan dengan cara efektif dan memuaskan.
Depresi yang dimaksud adalah suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa
sangat tidak bahagia., kehilangan semangat, dan bosan. Orang yang menderita depresi
seperti ini mudah kehilangan stamina, tidak merasa sehat, nafsu makan kurang, lesu,
dan kurang bergairah. Gangguan kecemasan adalah gangguan psikologis yang
dicirikan dengan ketegangan motorik (seperti gelisah dan gemetar), hiperaktivitas
(pusing, jantung berdebar, atau berkeringat), dan pikiran yang mencemaskan.
Penelitian membuktikan bahwa orang usia lanjut memiliki kemungkinan yang lebih
tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan daripada depresi (George dkk, 1988)
Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan sejumlah
masalah termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis adalah
masalah kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit fisik.
Pengkajian dan penggunaan sistem dukungan sosial keluarga atau individu harus
menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan keluarga.
Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi secara luas dan menimbulkan banyak masalah
yang berkaitan dengan penuaan (lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa
lagi).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DEWASA AKHIR
Tanggal Pengkajian :
2. Komposisi keluarga
3. Genogram
4. Type keluarga
a. Jenis Type Keluarga :
b. Masalah Yang terjadi dengan tipe tersebut : Keluarga mengatakan sering
merasa sakit –sakitan dan merasa kesepian karena hanya tinggal suami isteri.
5. Suku bangsa
a. Asal Suku Bangsa :
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan:
- mengatakan bahwa
matanya sudah mulai
kabur, tidak bisa melihat
barang dengan jarak yang
jauh.
2 - mengatakan bahwa dia -Nyeri Melakukan
pernah mengalami usus perut dan operasi
buntu dan sudah dioperasi. minum dirumah sakit
obat yang negeri.
di beli
-Klien mengatakan bahwa diapotik
tekanan darahnya turun -Pusing
naik.
C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Luas rumah :
b. Type rumah :
c. Kepemilikan :
d. Jumlah dan ratio kamar/ruangan :
e. ventilasi yang terdapat di dalam rumah
f. Pemanfaatan ruangan :
g. Septic tank : ada, letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah
h. Sumber air minum : air hujan yang dimasak dan air gallon
i. Kamar Mandi/ WC : memiliki satu wc dan sekaligus kamar mandi
j. Sampah limbah RT : dibuang ditempat pembuangan sampah sejauh 100 meter
k. Kebersihan lingkungan : keadaan kebersihan lingkungan bersih karena kelurga
mengatakan jika tidak ada aktifitas selalu membersihan samping rumah.
.
2. Keadaan diluar rumah : Halaman rumah juga bersih dan rapi terbukti tidak ada
sampah yang berserakan, dipinggir rumah klien juga terdapat sumur yang kecil dan
sudah disemen rapi.
4. Mobilitas geografis keluarga : klien mengatakan dia hanya dirumah saja karena
biasanya anak dan cucunya yang berkunjung keruma.
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat : keluarga mengatakan tiap
bulan klien ada melakukan kegiatan arisan keluarga dan PA dengan tetanga.
6. System pendukung keluarga : Saat ini dalam keluarga ada maslah
dalam kesehatan, hubungan satu anggota keluarga dengan yang lainnya cukup baik
dan sudah terbiasa saling pengertian.
D. Struktur keluarga
1. Pola/cara komunikasi keluarga :
2. Struktur kekuatan keluarga :
3. Struktur peran ( peran masing – masing anggota keluarga ) :
4. Nilai dan norma keluarga :
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif : klien mengatakan selama ini klien antara suami istri saling tolong
menolong dan saling pengertian dan selalu komunikasi kepada anak –anak mereka.
2. Fungsi sosialisasi : klien mengatakan sampai sejauh ini baik dan hubungan dengan
keluarga besarnya mau pun kecil baik –baik saja. Hubungan keluarga dengan orang
lain pun baik, terutama tetangga-tetangga terdekat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Menurut keluarga, masalah kesehatan yang sering dihadapinya yaitu asma dan
pusing dan persiapan berpisah dengan pasanganya.
b. Apa yang dilakukan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan yang
sedang dialami : klien mengatakan sejauh ini dirinya hanya berbicara dengan
anak dan antar suami isteri dan minum obat.
c. Kemana keluarga meminta pertolongan apabila ada anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan : Ke puskesmas.
d. Tindakan apa yang dilakukan keluarga untuk mencegah timbulnya masalah
kesehatan : klien mengatakan biasanya keluarga hanya makan teratur dan
olahraga yaitu jalan pagi di sekitar rumah setiap hari minggu.
4. Fungsi reproduksi
a. Perencanaan jumlah anak : tidak ingin mempunyai anak lagi
b. kseptor : tidak
5. Keterangan lain :
6. Fungsi ekonomi
H. Harapan keluarga
1. Terhadap masalah kesehatan : klien mengatakan mungkin ini masalah yang
didapatkan dimasa lanjut usia.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada : klien mengatakan agar mahasiswa yang
dating bisa berbagi pengetahuan.
I. Pemeriksaan fisik
No Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga
Fisik
1 Keadaan
Umum 70 kg 55 kg
BB 165 cm 150 cm
TB
2 Kepala :
Rambut Hitam tampak uban disela – Hitam sedikit uban, panjang dan
sela rambut dan agak keriting. keriting.
Konjungtiva merah jambu,
N. Analisa data
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. Ds : Kurang Keefektifan
Keluaraga mengatakan pengetahuan/informasi. Manajemen
bahwa dirinya kurang bisa Kesehatan Diri.
dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialaminya.
Do:
Keluarga tampak binggung
ketika ditanya.
O. SKORING
1. Keefektifan manajemen kesehatan diri b.d kurang pengetahuan/Informasi
KRITERIA SKOR BOBOT Pembenaran
SIFAT MASALAH 2/3 Sifat masalah ini termasuk ancaman
o Tidak sehat 3 karena jika tidak diberi pengetahuan
o Ancaman kesehatan 2 keluarga tidak tahu dan tetap minum
o Krisis atau keadaan obat tiap hari dan kita tahu efek yang
sejahtera 1 terjadi akibat terlalu banyak minum
obat streroid.
KEMUNGKINAN 1 Masalah tersebut mungkin hanya
MASALAH DAPAT sebagian dapat diubah karena melihat
DIUBAH kondisi keluarga yang ketergantungan
o Dengan Mudah 2 dengan obat.
o Hanya Sebagian 1
o Tidak dapat 0
PONTISIAL 1 Potensial masalah dapat dicegah
MASALAH DAPAT cukup, karena keluarga mengatakan
DICEGAH bahwa keluarga ingin sembuh dari
o Tinggi 3 sakit.
o Cukup 2
o Rendah 1
MENONJOLNYA 1 Masalah ini merupakan masalah berat,
MASALAH sehingga harus ditangi, sehingga
o Masalah berat, harus 2 keluarga tidak terlalu ketergantungan
segera ditangani dengan obat.
o Ada masalah, tapi tidak
perlu segera ditangani
o Masalah tidak 1
dirasakan
0
2/3 + 1/2+ 2/3+1 =2 1/3
3. Resiko Kesepian b.d Kurang mengetahui tugas perkembangan keluarga dewas Akhir
KRITERIA SKOR BOBOT Pembenaran
SIFAT MASALAH 1 Sifat masalah ini merupakan
o Tidak sehat 3 krisis karena kelurga masih
o Ancaman kesehatan 2 bisa mengatasi masalah
o Krisis atau keadaan sejahtera 1 tersebut.
KEMUNGKINAN MASALAH 2 Karena menurut pengkajian
DAPAT DIUBAH yang kami lakukan keluarga
o Dengan Mudah 2 mengatakan bahwa mungkin
o Hanya Sebagian 1 memang waktunya “kami
o Tidak dapat 0 hidup berdua lagi.”
PONTISIAL MASALAH 1 Karena tindakan masalah yang
DAPAT DICEGAH dihadapi keluarga wajar,
o Tinggi 3 mungkin beradaptasi dengan
o Cukup 2 keadaan.
o Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH 1 Masalah ini tidak perlu
o Masalah berat, harus 2 ditangani karena klien baru
segera ditangani merasakan hal tersebut.
o Ada masalah, tapi tidak perlu 1
segera ditangani
o Masalah tidak dirasakan 0
2/3 +2+2/3+1/2 = 3 5/6
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA PRIORITAS
1. Gangguan Pola Nafas b.d Kurang mengenal masalah
2. Ketidak efektifan Manejemen Diri b.d kurang pengetahuan/informasi
3. Resiko Kesepian b.d Kurang mengetahui tugas perkembangan keluarga dewasa akhir
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Dx Intervensi Keperawatan
keperawatan Tujuan dan kriteria Tindakan keperawatan Rasional
hasil
1. Gangguan Gangguan yang 1.cek atau kaji keadaan 1. untuk mengetahui
Pola Nafas b.d terjadi berkurang umum klien. keadaan umum
kurang kurun waktunya klien.
mengenal setelah dilakukan
masalah tindakan selama 1 X 2. lakukan PENKES 2. untuk memberi
30 menit. berhubungan wawasan kepada
Dengan KH : dengan penyakit klien. klien dan kelurga
1. klien dapat tentang kondisi atau
melakukan apa keadaan klien.
yang telah
disarankan. 3. ajarkan klien hal –hal 3. agar klien dapat
2. klien mengerti yang tepat untuk klien. melakukan hal –hal
olaharaga yang yang tepat bagi
baik untuk dia. kesehatan dirinya.
EVALUASI KEPERAWATAN
No. Hari /
Evaluasi Paraf
Dx. tanggal
1. S:
Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi
pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta penannganan Ashma.
Keluarga mengatakan sudah mampu untuk segera mengambil keputusan
membawa klien ke pusat yankes (puskesmas) jika sakitnya kambuh
O:
Keluarga mampu menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta
pencegahan Ashma.
A:
Masalah teratasi
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh
keluarga
2. S:
Keluarga mengatakan sudah mengerti dan mampu mengidentifikasi hal–hal
yang dapat memicu terjadinya serangan berulang (Ashma)
Keluarga mengatakan sudah mampu mengidentifikasi cara menghindari
terjadinya serangan
Keluarga mengatakan sudah membersihkan rumahnya setiap hari dan
membuka jendela rumahnya setiap pagi.
Keluarga mengatakan telah menyediakan makanan yang merupakan diit bagi
klien
Keluarga mengatakan perasaannya sangat senang dapat bekerja sama dengan
perawat dalam merawat anggota keluarga yang sakit
O:
Keluarga mampu menyebutkan hal–hal yang dapat memicu terjadinya
serangan berulang (Ashma)
Keluarga mampu menyebutkan cara menghindari terjadinya serangan
Keluarga mau bekerjasama dalam merawat klien
Tampak halaman maupun dalam rumah keluarga Tn.Nivos bersih dan jendela
terbuka pada pagi hari.
Keluarga mau menyediakan makanan yang merupakan diit bagi klien
Keluarga mampu melakukan perawatan dengan menyediakan makanan sehat
sesuai diit
A:
Masalah teratasi
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang dilakukan oleh
keluarga
No. Hari /
Evaluasi Paraf
Dx. tanggal
3. S:
Keluarga mengatakan bahwa mereka sudah mengetahui penyebab
keluarga mereka merasa kesepian. Klien mengatakan sudah mampu
mengidentifikasi cara menghindari/mengatasi rasa kesepian dalam
keluarga.
O:
Keluarga mampu menyebutkan tugas-tugas keluarga pada tahap
keluarga dewasa akhir.
A:
Masalah teratasi.
P:
Berikan reinforcement terhadap pernyataan dan kegiatan yang
dilakukan oleh keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan. Edi. (2016). Askep Keluarga Pada Tahap Keluarga. Online. Tersedia.
http://edikurniawanhulu.blogspot.co.id/2014/06/askep-keluarga-pada-tahap-
keluarga.html. [03 Mei 2018].