Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


MASALAH UTAMA PERILAKU KEKERASAN

A. Kasus (Masalah Utama) : Perilaku Kekerasan


B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
 Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisikbaik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.
(Stuart dan Sudden, 1995)
 Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan adalah
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis. (Depkes, RI, 2000)
 Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. (Yosep, 2007)
2. Rentang Respon
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan
suatu tindakan yang memungkinkan dapat melukai / membahayakan diri,
orang lain, dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
a) Memperlihatkan permusuhan
b) Mendekati orang lain dengan ancaman
c) Memberikan kata – kata ancaman dengan rencana melukai\
d) Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
e) Mempunyai rencana untuk melukai

3. Penyebab
Perilaku kekerasan bias disebabkan adanya gangguan harga
diri yaitu harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
igambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Radjiman, 2003), tanda dan gejala yang mucul pada perilaku
kekerasan atau agresifitas dilihat dari tingkah laku klien yaitu :
a) Menyatakan perilaku kekerasan
b) Mengatakan perasaan jengkel atau kesal
c) Sering memaksakan kehendak
d) Merampas atau memukul
e) Tekanan darah meningkat
f) Wajah merah. Pupil melebar
h) Kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot
Menurut Budiana Keliat : 1999, Tanda dan gejala diklasifikasikan
sebagai :
a. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik / menyalahkan diri
sendiri)
b. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit
c. Gangguan hubungan social (menarik diri)
d. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
e. Menciderai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram. Mungkin klien akan mengakhiri hidupnya)
5. Akibat
Menurut Townsend, perilaku kekerasan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri sendiri
maupun
orang lain. Seseorang dapat mengalami perilaku kekerasan pada diri
sendiri dan orang lain dapat menunjukan perilaku (Kartika Sari, 2015):
Data Subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang
mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

Data Obyektif :

a. Wajah tegang merah


b. Mondar mandir
c. Mata melotot, rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar banyak keringat
f. Mata merah
g. Tatapan mata tajam
h. Muka merah
C. 1. Pohon Masalah
Resiko Menciderai
Orang lain dan diri sendiri

Menarik Diri

Harga diri rendah

PERILAKU KEKERASAN

2. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu Dikaji


1. Perilaku kekerasan

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan

E. RENCANA KEPERAWATAN
a) Diagnosa : Perilaku kekerasan
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal
Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
INTERVENSI :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Salam terapeutik
c) Perkenalan diri
d) Tanyakan nama lengkap klien dan panggilan yang disukai.
e) Jelaskan tujuan pertemuan
f) Ciptakan lingkungan yang tenang
g) Buat kontrak yang jelas ( waktu, tempat dan topik pembicaraan
h) Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
i) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
j) Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga
k) dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

SP 1 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.
Tindakan:
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian
negatif
3. Utamakan memberi pujian yang realistis.
SP 2 : Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah.
SP 3 : Klien dapat menetapkan/ merencanakan kegiatan sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan ( mandiri, bantuan sebagian,
bantuan total ).
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan.

SP 4 : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan


kemampuannya
Tindakan :
1. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
SP 5 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah.
2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

STRATEGI PELAKSANAAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Pertemuan : Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang
diajukan.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan
cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan
nafas dalam).

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi :
“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Khairil
Anwar, saya biaya dipanggil Anwar. Saya perawat yang dinas diruang
Madrim ini, saya dinas diruangan ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas
pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi selama 3 minggu ini saya yang
merawat ibu.
Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”
“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”
“masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah
yang ibu rasakan,”
“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10
menit“ “Dimana kita akan bincang-bincang?
“Bagaimana kalau diruang tamu?”
2. Fase Kerja :
“ apa yang menyebabkan ibu R marah?
Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?
Terus penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,
makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab
marah klien), apa yang ibu R rasakan?“
Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu
lakukan selanjutnya”
“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?
“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?
“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?
” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu,
“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik
nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari
mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak
5 kali. Bagus sekali ibu R sudah dapat melakukan nya.
“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu R sudah terbiasa
melakukannya”.
3. Fase Terminasi :
“ Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan ibu?”
“ Coba ibu R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa
yang ibu lakukan serta akibatnya.
“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu”
” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus..
“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu
dibantu dan T, bila ibu tidak melakukan”
“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah
dan mengendalikan marah ibu R.
”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”
“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”
“Saya pamit dulu Ibu…Assalamu’alaikum.”

Pertemuan : Ke 2 (dua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
kedua
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik ke dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan
perilaku kekerasan dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal),
menyusun jadwal kegiatan harian cara ke dua.

B. Strategi Peaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya
saya Anwar”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu
marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal,
selain nafas dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang
mari kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi
kalau nanti ibu kesal atau marah, ibu langsung kekamar dan
lampiaskan marah ibu tersebut dengan memukul bantal dan kasur.Nah
coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu
melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika
ada perasaan marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur
Ya!”

3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”“ Coba ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih?
Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul
berapa ibu mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3
sore, lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua
cara tadi ya Bu.“ sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu,
kita akan belajar mengendalikan marah dengan belajar bicara yang
baik. Sampai Jumpa!” Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 3 (tiga)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara,
sesekali nada bicara agak tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara
sosial/verbal
b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik
c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4.TindakanKeperawatan
SP3 klien :
Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik
mengendalikan perilaku kekerasan, latihan mengungkapkan rasa
marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan
mengungkapkan marah secara verbal)

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar”, sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu
lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur
bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”“Coba saya lihat jadual kegiatan hariannya. “Bagus,
“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat
yang sama?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10
menit?”
2. Fase Kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan
bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah. Ada tiga caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa
marah dengan suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar.
Kemarin ibu mengatakan penyebab marahnya karena makanan tidak
tersedia, rumah berantakan, Coba ibu minta sediakan makan dengan
baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah” Nanti
biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba
ibu praktekkan . Bagus bu. “
Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.”
Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah
karena perkataan mu itu’. Coba praktekkan. Bagus.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol
marah dengan bicara yang baik?’
“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita
pelajari.”“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal.
Berapa kali sehari ibu mau latihan bicara yang baik? bisa kita buat
jadwalnya?”
“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”
“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”
“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu
yaitu dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik
sampai nanti ya Ibu…Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 4 (empat)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya secara spiritual,
4. Tindakan Keperawatan
SP 4 klien :
Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara fisik dan sosial/verbal, latihan beribadah dan
berdoa, buat jadwal latihan ibadah/ berdoa)

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” Betul Ibu
“Bagaiman bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah
yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu ditempat biasa?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?”
2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana
yang mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan
langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan
agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu
bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba
sebutkan caranya?”
3. Fase terminasi
“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang
ketiga ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari?
Bagus”
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa
kali ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan
pasien).”
“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang
marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita
buat tadi”
“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol
rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum

Pertemuan : Ke 5 (lima)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, kontak mata ada saat komunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PKnya dengan terapi psikofarmaka
4. Tindakan Keperawatan
SP 5 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat ( bantu pasien minum
obat secara teratur dengan prinsip 5 benar ( benar pasien, benar nama obat, benar
cara minum obat, benar waktu dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna
minum obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara
teratur)

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya
Anwar, “sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu, sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana bu, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal,
bicara yang baik serta sholat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan
secara teratur? Coba kita lihat kegiatannya”.“Bagaimana kalau sekarang kita
bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa
marah?”“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
ditempat tadi?”
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
2. Fase Kerja (Perawat membawa obat pasien)
“Ibu sudah dapat obat dari dokter?”“Berapa macam obat yang ibu
minum?warnanya apa saja? Bagus, jam berapa ibu minum?Bagus”“Obatnya
ada 3 macam bu, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran
tenang, yang putih namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan yang
merah jambu ini namanya HLP rasa marah berkurang. Semuanya ini harus
ibu minum 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”“Bila nanti
setelah minum obat mulut ibu terasa kering, untuk membantu mengatasinya
ibu bias mengisap-isap es batu”.“Bila terasa berkunang-kunang, ibu
sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”.
“Nanti dirumah sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama ibu tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam
berapa saja harus diminum, baca juga apakah nama obatnya sudah benar?
Disini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya”.
“Jangan penah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan
dokter ya bu, karena dapat terjadi kekambuhan.”“ Sekarang kita masukkan
waktu minum obat kedalam jadwal ya bu”

3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara kita
minum obat yang benar?”“Coba ibu sebutkan lagi jenis jenis obat yang
ibu minum! Bagaiman cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah
berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang
kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya”.“Baik, besok kita ketemu lagi
untuk melihat sejauh mana ibu melaksanakan kegiatan dan sejauh mana
dapat mencegah rasa marah. Selamat siang bu, sampai jumpa.”….
Assalamu’alaikum

DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai