Cara terbaik
Memimpikan masa depan,
adalah menciptakan masa depan itu sendiri
v
Persembahan
Skripsi ini aku persembahkan untuk
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………… . i
Lembar Persetujuan………………………………………………………… . ii
Lembar Pengesahan………………………………………………………… iii
Lembar Pernyataan………………………………………………………… . iv
Lembar Persembahan……………………………………………………… .. vi
Kata Pengantar……………………………………………………………… vii
Daftar Isi…………………………………………………………………… . x
Daftar Gambar………………………………………………………………. xiii
Daftar Tabel ………………………………………………………………... xvi
Abstrak……………………………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………... 5
C. Tujuan penelitian……………………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 6
x
3. Tari Lading……………………………………………………… 11
4. Budaya Melayu…………………………………………………. 12
B. Kerangka Berpikir…………………………………………………... 15
F. Instrumen Penelitian………………………………………………... 25
G. Analisis Data……………………………………………………….. 25
H. Uji Keabsahan Data………………………………………………… 26
xi
2. Pendidikan.....................................………………………............ 31
3. Agama...........…………………………………………………… 32
4. Mata Pencaharian.......................................................................... 34
C. Jenis Kesenian yang Masih Berkembang…………………………... 36
D. Sejarah Tercipta Tari Lading……………………….......................... 39
E. Bentuk Penyajian Tari Lading............................................................ 47
F. Nilai-Nilai Sosial Tari Lading............................................................. 79
G. Tanggapan Masyarakat....................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 93
LAMPIRAN………………………………………………………………... 95
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Triangulasi tekhnik pengumpulan data………………………... 27
Gambar 2. Peta Kabupaten Muara Enim………………………………….. 28
Gambar 3. Ragam Gerak Putar pembuke Duduk …………………………. 48
Gambar 4. Ragam Gerak Putar pembuke Duduk ………………………...... 39
Gambar 5. Ragam Gerak Putar Ngucap Mantra………………………...... 51
Gambar 6. Ragam Gerak Putar Ngucap Mantra…………………………... 51
Gambar 7. Ragam Gerak Putar Ngucap Mantra………………………….. 52
Gambar 8. Ragam Gerak Ngambik Lading……………………………….. 53
Gambar 9. Ragam Gerak Ngambik Lading……………………………….. 53
Gambar 10. Ragam Gerak Putar Lading…………………………………... 54
Gambar 11. Ragam Gerak Betegak Genjot……………………………….. 55
Gambar 12. Ragam Gerak Buhung Terbang………………………………. 56
Gambar 13. Ragam Gerak Mangkas Lading………………………………. 57
Gambar 14. Ragam Gerak Tusuk Perut……………………………………. 59
Gambar 15. Ragam Gerak Tusuk Lengan…………………………………. 60
Gambar 16. Ragam Gerak Tusuk Kepala………………………………...... 61
Gambar 17. Ragam Gerak Putar Penutup Duduk ………………………...... 63
Gambar 18. Ragam Gerak Putar Penutup Duduk ………………………...... 63
Gambar 19. Tata Rias Wajah periode I dan II……………………………... 67
Gambar 20. Kostum Lengkap Tampak Depan Periode I dan II…………... 68
Gambar 21. Kostum Lengkap Tampak Belakang Periode I dan II……….. 68
Gambar 22. Tata Rias wajah Periode III…………………………………... 69
xiii
Gambar 23. Kostum Lengkap Periode III…………………………………. 69
Gambar 24. Baju Kurung………………………………………………….. 70
Gambar 25. Kain Tenun…………………………………………………… 70
Gambar 26. Selendang Tenun……………………………………………... 71
Gambar 27. Ikat Kepala……………………………………………………. 72
Gambar 28. Teratai………………………………………………………… 72
Gambar 29. Bunga Rampai………………………………………………... 73
Gambar 30. Kalung Tiga Susun…………………………………………… 73
Gambar 31. Klat Bahu……………………………………………………... 74
Gambar 32. Pendhing……………………………………………………… 74
Gambar 33. Subang atau Anting…………………………………………… 75
Gambar 34. Kain Songket…………………………………………………. 75
Gambar 35. Lading Cap Garpu……………………………………………. 78
Gambar 36. Lading Cap Kiwi……………………………………………… 78
Gambar 37. Penonton Tari Lading………………………………………… 80
Gambar 38. Penari yang Menari dengan Kompak........................................ 80
Gambar 39. Ke Empat Penari Lading…………………………………….. 82
Gambar 40. Penonton dan Sesepuh tari Lading………………………….. 83
Gambar 41. Pembagian Air Minum……………………………………….. 85
Gambar 42. Proses Latihan………………………………………………… Lampiran
Gambar 43. Proses Latihan………………………………………………… Lampiran
Gambar 44. Proses Latihan………………………………………………… Lampiran
Gambar 45. Proses Latihan………………………………………………… Lampiran
Gambar 46. Foto ke-4 Penari, Sesepuh dan Pemusik……………………… Lampiran
Gambar 47. Foto ke-4 Penari Lading……………………………………… Lampiran
Gambar 48. Foto Pementasan……………………………………………… Lampiran
Gambar 49. Penonton Tari Ladin g……………………………………….... Lampiran
xiv
Gambar 50. Pementasan Tari Lading……………………………………… Lampiran
Gambar 51. Pementasan Tari Lading……………………………………… Lampiran
Gambar 52. Keikutsertaan Peneliti dalam proses Latihan Tari Lading……. Lampiran
Gambar 53. Keikutsertaan Peneliti dalam proses Latihan Tari Lading……. Lampiran
Gambar 54. Peneliti Bersama Sesepuh Tari Lading dan Penari Lading………… Lampiran
Gambar 55. Ucapan Terimakasih Seusai Pementasan Tari Lading…………….. Lampiran
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
xvi
KAJIAN SOSIOLOGI TARI LADING DI DESA TEMPIRAI
KECAMATAN PENUKAL UTARA KABUPATEN MUARA ENIM
PROPINSI SUMATERA SELATAN
Oleh:
Azrofia Bita Lado
09209241031
ABSTRAK
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
tertentu menjadi ciri khas bagi suatu masyrakat yang membedakan dengan
menjadi simbol suatu masyarakat dan adat istiadat yang dimiliki oleh
setiap daerah. Selain itu ada pula tari tradisi yang menjadi identitas
cultural suatu daerah. Tari tradisi yang terdapat di suatu daerah tertentu
menjadi ciri khas yang membedakan daerah tersebut dengan daerah lain,
ayun, di Bali terdapat tari Pendet dan di desa Tempirai terdapat tari
Lading. Seluruh budaya dan adat istiadat tersebut menjadi budaya turun
temurun dan diwariskan oleh nenek moyang yang perlu dilestarikan oleh
masyarakat setempat.
1
2
merupakan akar dari segala nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok
masyarakat tertentu.
Lading yang saat ini sudah mulai tergeser oleh pengaruh modernisasi.
Pergeseran fungs i tari pun tidak bisa dihindari. Tari tradisional Lading
yang dahulu sangat populer dan ditarikan dalam berbagai acara, saat ini
hanya dipentaskan dalam acara persedekahan saja. Selain itu tari Lading
sangatlah jarang.
Tari Lading diambil dari kata “Lading” yaitu parang yang pendek
manapun mereka pergi guna untuk menjaga diri dari ancaman yang
sewaktu-waktu datang.
3
Lading mainan yang terbuat dari bahan kayu atau plastik, melainkan
pisau sungguhan yang memiliki ujung runcing. Tari ini ditarikan oleh
tiga ratus enam puluh derajat. Bagian tubuh yang ditusukkan Lading
karena setiap orang boleh belajar tari ini. Kuncinya hanya satu yaitu
calon penari harus yakin dan tidak ada keragu-raguan di dalam hati, ia
Namun, tidak semua orang mamp u dan berani menarikan tari ini.
Mengingat property yang digunakan dalam tari ini adalah Lading atau
pisau, masyarakat merasa takut dan khawatir akan resiko yang akan
terjadi, sehingga masyrakat lebih banyak memilih untuk belajar tari lain
yang tidak beresiko. Hal inilah yang menyebabkan tari ini terancam
punah, karena tidak adanya regenerasi penari Lading. Saat ini yang
Tari Lading dahulu menjadi tari yang sangat populer dan berkelas
masyarakat dalam berbagai acara, mulai dari pentas hiburan atau media
untuk upacara adat. Namun, saat ini tari Lading dikategorikan sebagai
suatu iringan dengan tempo yang cepat. Sama halnya dengan penari, para
penabuh pun tidak ada regenerasi. Saat ini sudah tidak ada pemusik yang
benar sudah tidak ada lagi penari muda untuk tari Lading. Generasi muda
Generasi muda Tempirai menganggap bahwa tari Lading ini sebagai tari
hiburan lainnya yang dianggap lebih menarik dan lebih menghibur. Dari
B. Rumusan Masalah
1. Nilai sosial apa saja yang terdapat pada tari Lading di desa Tempirai,
Sumatera Selatan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan nilai sosial apa saja yang terdapat pada tari Lading
D. Manfaat Penelitian
khalayak umum.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b) Bagi penulis, mengetahui sejarah , nilai sosial apa saja yang terdapat
Sumatera Selatan
kebudayaan daerah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
tindakan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal (Weber dalam Ritzer,
masyarakat atau social action untuk dapat merumuskan pola pikiran dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, hubungan dan
pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non sosial, seperti
tidak lepas dari fungsi dan peran tari di masyarakat. Mempelajari sosiologi
kesadaran kolektif yaitu struktur sosial kesenian dalam struktur itu (Hadi,
8
9
1991:2). Lebih lanjut dikatakan bahwa seni tari ditinjau dari ilmu sosial
stratifikasi sosial.
sesuatu yang dipandang berharga oleh orang atau kelompok orang serta
Nilai adalah patokan, ukuran, anggapan atau keyakinan yang dianut oleh
situasi dan kondisi yang terjadi pada manusia, agar manusia menyadari akan
Selatan, tari ini mempunyai nilai- nilai sosial yang diakui dan dihargai oleh
10
sejarah yang cukup lama dan selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang
bentuk geraknya sederhana, tata arias dan busana sederhana, irama iringan
menunjangnya.
tari Lading ditarikan secara bersama-sama oleh penari tidak bergantian, tari
memiliki jangkauan wilayah, tata rias dan busana tari Lading sederhana,
serta irama iringan tari Lading bersifat dinamis dan tidak membawakan
cerita lakon.
3. Tari Lading
yang pendek dan agak lebar di tengah-tengah, matanya yang tajam lengkung
keluar (KBBI edisi III, 2001:623). Lading menjadi suatu alat yang sangat
wanita maupun laki- laki. Bagi kaum wanita lading digunakan untuk
12
sebagian besar digunakan sebagai senjata untuk melindungi diri dari segala
memainkan dua buah Lading. Tari ini ditarikan oleh wanita dengan
ditempelkan di atas kulit bagian tubuh tertentu, seperti: pelipis mata, perut
dan lengan. Pisau yang di tempel dan di tekan pada kulit tubuh pisau lalu
menari kedua pisau ini secara terus menerus diputar-putarkan tanpa henti.
4. Budaya Melayu
dasar, yaitu: (a) Melayu itu islam, sifatnya universal (umum), (b) melayu itu
berbudaya (c) melayu itu beradat (d) melayu itu berlurai, yaitu tersusun atas
hidup (e) melayu itu berilmu dan memiliki pandangan yang luas ( Ali,
1999:1).
berbalas pantun. Pada mulanya pantun adalah senandung atau puisi rakyat
sajak yang berbaris empat, dan bersajak a,b,a,b (Yock Fang, 1982:285).
Pantun biasanya terdiri atas empat bagian. Baris pertama dan kedua disebut
Contoh pantun:
Tampul si mardulang-dulan
Artinya:
bahasa Arab mantera atau jampi-jampi sering disebut ruqyah atau tholasim.
(iringan).
Artinya:
B. Kerangka Berfikir
kesenian tradisional yang seharusnya menjadi aset daerah yang patut untuk
dibanggakan tidak tergerus oleh hiburan modern yang berkembang saat ini.
Enim, Propinsi Sumatera Selatan. Tari ini merupakan salah satu kesenian
tergolong ke dalam suatu tari yang hampir punah, tari ini sudah sangat jarang
terhadap keberadaan tari ini. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kesadaran
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini lebih menonjolkan proses dan
makna, dengan mengumpulkan data lalu diolah. Data asli diolah hingga dapat
dan gambar.
sebagai setting penelitian karena hanya di sana tari Lading tercipta dan
berada.
17
18
siapa saja yang bisa membantu untuk menjadi narasumber, setelah melalui
proses pencarian selama dua minggu, ditentukan siapa saja yang layak
peneliti ikut serta dalam latihan tari Lading guna persiapan pementasan tari
C. Objek Penelitian
Selatan terdapat dua objek, yaitu objek formal dan objek material. Objek
merupakan suatu hasil karya cipta manusia yang menjadi salah satu hasil
seni, aset budaya bangsa yang lahir dan berkembang pada masyarakat di
Sumatera Selatan. Objek formal kajian sosiologi terhadap objek material tari
D. Data Penelitian
wawancara, data-data yang di miliki oleh sesepuh tari Lading dan video tari
sesepuh tari Lading, penari Lading, pengiring musik orgen dan masyarakat
20
Kades Tempirai dan Kades Tempirai yang masih aktif saat ini. Data yang
telah didapatkan dari berbagai sumber lalu di kumpulkan dan disusun untuk
Lading, empat orang penari Lading, tokoh masyarakat desa Tempirai dan
sejarah terciptanya tari Lading, nilai sosial dan tanggapan masyarakat. Data-
21
data yang diperoleh dari para informan di triangulasi agar data yang
menyusun karya ilmiah yang berjudul Kajian Sosiologi Tari Lading di Desa
a) Observasi
b) Wawancara Mendalam
terkait dalam kesenian ini, seperti masyarakat, penari dan sesepuh desa.
1). Ibu Nurjannah (kurang lebih berumur 70 tahun), seniman tari di desa
2). Ibu Nurbaiti, S.Pd (umur 58 tahun), penari lama Tari Lading dibawah
3). Ibu Shinta (umur 41 tahun), penari tari Lading sejak tahun 1990an,
Sumatera Selatan.
23
4). Ibu Khoini (umur 36 tahun), penari Lading sejak tahun 1990an,
5). Ibu Lina (umur 37 tahun), penari Lading sejak tahun 1900an. Berdomisili
6) Ibu Eva (umur 38 tahun), penari Lading sejak tahun 1990an, berpasangan
7). Bapak M. Usman Yunus (kurang lebih berumur 46 tahun). Kades Desa
9). Bapak Jhon Kenedi (umur 41 tahun). Pegawai kantor Kecamatan Penukal
12). Masyrakat desa Tempirai Utara, baik orang tua atau generasi muda Ibu
Siti Aisyah, Bapak Ahmad Rizal, Bapak Firman dan lain- lain yang hadir
berupa gambar, tulisan, video atupun bentuk dokumen lainnya. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tari Lading di desa
Sumatera Selatan.
25
F. Instrumen Penelitian
atau human instrument yaitu peneliti sendiri, dengan mengolah data yang
Untuk penelitian yang berjudul Kajian Sosiologi Tari Lading Desa Tempirai,
hal- hal penting yang sesuai dengan pola dan peta penelitian. Dengan
Tentu saja, klasifikasi ini selalu berorientasi pada tujuan penelitian yang
dirumuskan.
disusun dalam suatu sistem sesuai dengan peta masalah penelitian. Proses
display data ini secara sistematis akan menuju proses konstruksi teoritis,
karena akan diketahui adanya hubungan antara unsur yang satu dan unsur
yang lain.
H. Uji Keabsahan
mengecek data yang diperoleh dari berberapa sumber. Data yang telah
27
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Mendalam
triangulasi data harus dilakukan check, cros-check dan re-chek agar data
jawabkan.
BAB IV
28
29
Jarak tempuh dari desa Tempirai ke pusat kota Palembang ( ibu kota
Provinsi Sumatera Selatan) kurang lebih lima hingga enam jam, melalui
tergolong lancar.
30
B. Struktur Sosial
1. Kependudukan
Tempirai sebanyak 12570 wajib pilih, dengan rincian laki- laki 6317 dan
erat semangat gotong royong. Pola kehidupan sehari- hari pun masih sangat
balutan pakaian pengganti rok dan celana yang dipakai oleh ibu- ibu dan
api kayu di tungku, untuk kegiatan mandi dan mencuci dilakukan di tepi
2. Pendidikan
yang ada didesa Tempirai terdiri atas ;SD, SMP dan SMA. Namun sangat
mereka berfikiran sekolah atau tidak sekolah sama saja, pada ahirnya juga
SD 26%
SMP 20%
SMA 10%
Perguruan Tinggi 4%
3. Agama
dipeluk 100% dari jumlah penduduk yang ada,12570 jiwa tanpa terkecuali
beragama islam. Dari dahulu hingga saat ini tidak pernah ada penduduk
desa tempirai yang memeluk agama selain islam, bahkan saat ini warga
Islam 100%
Hindu 0
Budha 0
Protestan 0
Katholik 0
unsur syirik yang berhubungan dengan jin atau syaitan. Mantera yang
digunakan merupakan doa atau panjatan yang berisi harapan akan sesuatu,
dengan amin. Hal ini cukup menjadi bukti bahwa unsur islam masih
4. Mata Pencarian
petani karet, sisanya petani kelapa sawit, nelayan dan pedagang. Anak-
anak di desa ini sejak kecil sudah dibiasakan ikut membantu keluarga
Nelayan 13%
Pedagang 5%
karet. Kegiatan mantang dapat dilakukan pada pagi hari atau siang hari.
35
Namun lebih baik jika dilakukan dipagi hari sebelum matahari terbit,
karena getah karet mengalir lebih deras jika dibanding ketika disadap
disiang hari. Masyarakat desa Tempirai yang bekerja sebagai petani karet,
kebunkaret terdiri atas 500 batang, untuk menyadap 1 hektar kebun karet
membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam, jadi jika mantang karet seluas
dua hektar kurang lebih mereka memerlukan waktu 4 jam. Setelah getah
putih mengalir dari batang karet dan memenuhi mangkuk, maka dalam
yang berukuran 1 x 0,5 meter, setiap hari petani melakukan mantang dan
dalam waktu dua hari karet di pulung. Setelah cetakan atau bak terisi
penuh oleh bekuan karet barulah langkah terakhir, petani mengambil getah
karet encer yang baru disadap sebanyak dua ember, lalu getah tersebut
didalam cetakan barulah karet diangkat dari cetakan dalam bentuk kotak
sepeti tahu yang berukuran besar, setelah itu barulah karet siap dijual
Tempirai. Dengan menjadi karyawan tetap atau tidak tetapi ketika air
36
Padang Rawa Tempirai pasang, bapak-bapak dan anak laki- laki pergi ke
serkap. Ikan yang terdapat di padang rawa ini adalah, ikan patin, baung,
serandang, lais, gurameh. Jika hasil tangkapan banyak maka ikan dijual
tari Piring, tari Tiga Serangki, tari Tanggai dan Tari Gending. Hanya saja
saat ini tari Lading menjadi tarian yang terancam punah. Karena gadis
desa saat ini menganggap tari ini memiliki resiko yang besar, sehingga
mereka malas untuk mempelajari tari ini, dan lebih memilih untuk
mempelajari tari lainnya, misalnya tari Piring, tari Tiga serangki, tari
menggunakan sembilan buah piring, dua buah di tangan kanan, dua buah
tembang senjang merupakan pantun yang lebih dari empat baris, tetapi
seorang wanita dan seorang laki- laki. Kalimat yang digunakan dalam
ataupun lelucon.
Contoh Senjang:
Artinya:
pacaran. Dijelaskan bahwa seorang laki- laki atau wanita ketika masa
suami istri.
39
yang lahir dan berkembang di desa Tempirai, suatu desa yang berada di
Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Tari ini menjadi tari kebesaran
Riqyun. Riqyun merupakan putri daerah yang memiliki rasa cinta yang
tinggi terhadap seni, baik seni tari maupun seni musik. Riqyun merupakan
kalangan keluarga biasa yang orang tua nya bekerja sebagai petani,
bermain musik. Riqyun sangat dikenal oleh masyrakat sebagai gadis yang
tekun dan pintar. Riqyun dapat dikatakan sebagai artis desa Tempirai.
Namun yang disayangkan seniman alam Riqyun ini telah tiada. Riqyun
telah meninggal dunia sejak lama, namun tidak ada yang mengetahui
dengan pasti kapan Riqyun meninggal dunia. Karena sekitar 1962 Riqyun
tidak lagi menetap di desa Tempirai, Riqyun ikut merantau bersama anak-
anaknya. Sanak saudaranya pun sudah tidak yang lagi tersisa di desa
Tempirai.
40
Tari Lading sudah ada fikiran Riqyun pada tahun 1930. Riqyun
satu persatu, hingga akhirnya ia merasa cukup atas gerak yang telah
kesatuan, dalam tari. Pada awal penciptannya, tari ini suatu tari biasa
merasa khawatir jika menarikan tari ini. Mengingat pada saat itu suasana
letak geografis Sumatera yang pada saat itu didominasi oleh hutan
dan bersembunyi dibalik pohon atau semak belukar, belum lagi dari
ancaman binatang buas, seperti harimau atau ular. Dari keadaan yang
ada bahaya mengintai, dirinya bisa siap siaga. Permainan Lading di tangan
untuk mengecoh lawan, jika sewaktu-waktu ada yang berniat jahat, kita
demikian terciptalah suatu tarian yang disebut dengan tari Lading. suatu
tangan. Setelah tercipta, Riqyun belum berani menyebar luaskan tari yang
41
ada orang yang menyadari jika dirinya sedang menari. dan disebutlah tari
Riqyun mengajarkan tari ini kepada beberapa gadis desa yang tertarik
untuk belajar tari ini. Murid Riqyun yang masih ada saat ini adala h Suba.
Tari Lading ciptaan Riqyun merupakan suatu tarian yang bertempo cepat.
Busana yang digunakan masih sangat sederhana yaitu, kain tenun, baju
kurung dan selendang tenun yang digunakan untuk menutup kepala. Selain
tari, Riqyun pula seorang gadis yang gemar bermain musik, karena
melayu dan terompet. Musik yang me reka buat disebut dengan iringan
Sejak tahun 1946 sampai tahun 1955. Riqyun dan Suba menarikan
tari Lading diberbagai acara dan berbagai tempat. Tari Lading menjadi tari
kabupaten. Masa ini disebut dengan masa kejayaan I tari Lading (periode
I).
Lading kepada beberapa gadis desa pada tahun 1957. Suba mengajarkan
tari Lading sesuai dengan apa yang ia dapatkan dari Riqyun, tanpa
tetap dengan tempo yang cepat, busana masih menggunakan kain tenun,
baju kurung dan selendang tenun yang kemudian diikat diatas kepala
murid Suba yang masih ada saat ini yaitu Nurjannah dan Nurbaiti. Tari
Lading tetap bertahan, masih terus tampil dalam berbagai acara dibawah
asuhan Suba. Terhitung sejak 1957 sampai 1968 selama 11 tahun, disebut
hal ini berakibat pada kesenian tari Lading, semenjak ditinggalkan oleh
Suba perlahan tari Lading ini semakin jarang dipentaskan bahkan tidak
43
pernah lagi, tari ini facum dari pementasan selama 27 tahun. Tari lading
tidak lagi menjadi pilihan masyarakat desa, masyrakat lebih memilih tari-
tarian yang lain seperti tari Tanggai dan tari Piring, karena dianggap lebih
menyadari bahwa ternyata tari Lading merupakan suatu tari yang patut
bagaimanapun makna tari Lading dihati masyrakat desa tidak akan pernah
tergantikan oleh tari apapun. Pada tahun 1990 Nurjannah mencari 4 orang
mengiringi tari Lading ternyata sudah tidak ada lagi, ia mencari alat-alat
Lading versi orgen tunggal, walaupun tidak dapat sama persis denga n
mengajarkan tidak sama persis seperti apa yang diajarkan pencipta tarian.
menonton, karena detail gerak yang dilakukan penari tidak terlihat jelas.
telah ada, tanpa membua ng ataupun menambah gerakan dalam tari Lading,
masyrakat. Tidak butuh waktu lama tari Lading kembali menjadi tari yang
berjumlah 4 orang yaitu Eva, Shinta, Khoini dan Lina pun menjadi
khususnya laki- laki. Banyak sekali laki- laki yang menginginkan para
45
istri. Masa ini yaitu pada tahun 1995 sampai 2003 merupakan puncak
yang sangat dekat dengan hiburan musik dangdut, dalam berbagai acara
bernyanyi. Hingga suatu ketika ada masyrakat yang meminta tari Lading
apapun. Karena memang pada awalnya tidak ada aturan khusus untuk tari
Lading tetap hidup, sekalipun musik dangdut yang mengiringi hal tersebut
bukanlah masalah”. Sejak saat itu hingga saat ini masyrakat meminta tari
Tahun Keterangan
1957-1968 Tari Lading diajarkan kembali oleh Suba, dan menjadi masa
1. Rangkaian Gerak
diajarkan dari pencipta. Tidak ada perubahan gerak pada jaman dahulu dan
saat ini, yang ada hanya perubahan tempo. Dahulu tari Lading ditarikan
dengan detail setiap gerak yang dilakukan penari. Namun saat ini tari
Lading ditarikan dengan iringan dan gerak yang lebih lambat, hal ini
dilakukan penari. Tari Lading terdiri atas 8 ragam gerak inti, 3 gerak
penghubung dan 3 kali pose diam saat menari. Pemberian nama gerak
menghubungkan antara gerak inti yang satu dengan yang lainya. Pose
gerakan selanjutnya, selain itu pose diam digunakan untuk para penari
sebanyak 2x8 hitungan. Gerak ini dilakukan pada posisi duduk. Posisi kaki
telapak tangan secara bergantian dan terus menerus. Ketika tangan yang
Gerak putar ngucap mantera merupakan gerak inti ke-2, dilakukan dalam
posisi setengah duduk, badan berputar kekiri diikuti kaki kanan melangkah
kekiri, dengan melangkahi pisau yang telah diletakkan silang di depan penari,
setelah kearah kiri lalu tubuh kembali ketengah menghadap depan lagi.
dengan tujuan untuk memberikan rasa percaya diri kepada dan untuk
melemahkan pisau, pisau yang terbuat dari besi dan berujung runcing di
doakan agar menjadi lunak sehingga tidak melukai penari. Mantera tari
kepentingan nya untuk suatu penelitian yang mereka sadari dapat menjadi
Bismillahirahhman nirrahim
Aku tau asalmu besi
Lillahitaala
Artinya:
Bismillahirahman nirrahim
c. Ngambik Lading
nama ragam yaitu gerak mengambil pisau atau lading. Lading yang
dan dimant erai, selanjutnya lading diambil dan dijilat, menandakan bahwa
Lading yang telah dimanterai siap untuk di gunakan sebagai property untuk
d. Putar Lading
dalam tari Lading, dilakukan sebanyak 2x8 (+4) hitungan. Ragam gerak putar
lading masih dilakukan dalam posisi duduk, posisi kaki duduk bertumpu,
Ketika tangan yang diputarkan pada sisi telapak tangan (putih) tubuh
Ragam gerak putar betegak genjot merupakan gerak inti ke-4, dilakukan
sebanyak 3x8 hitungan. Gerakkan dilakukan dari posisi duduk perlahan berdiri.
bergelombang.
f. Buhung Terbang
tubuh seekor burung yang sedang terbang dilangit. Gerak ini merupakan
penghubung gerak ke-2. Ragam gerak buhung terbang dilakukan pada hitungan 1
sampai 4. Setelah dilakukan gerak penhubung ini, lalu gerak putar genjot diulang
g. Mangkas Lading
h. Tusuk Perut
manterai oleh si penari. Perut merupakan bagian tubuh pertama yang di tusuk
Menusukkan pisau harus dalam, jika tidak maka lading akan terjatuh. Gerak
ini merupakan gerak inti ke-5 dan dilakukan sebanyak 7x8 hitungan. Tusuk
lading perut merupakan gerak menusuk yang paling lama dilakukan jika
dibandingkan dengan tusuk lengan dan kepala, tusuk lengan dan kepala hanya
tubuh yang terlapisi oleh kain, songket. Yang memungkin siapa saja
tersebutlah, Tusuk Perut dilakukan lebih lama, agar lebih menyakinkan para
membodohi masyrakat.
59
i. Tusuk Lengan
lengan atas. Sama halnya dengan tusuk perut, pada gerak ini kedua ujung
langsung tanpa alas sehelai kainpun. Gerak ini merupakan gerak inti ke-6 dan
j. Tusuk Kepala
bagian ujung pelipis mata. Pisau ditempelkan pada telapak tangan tanpa
sama seperti tusuk lengan, tusuk kepala dilakukan sebanyak 4x8 hitungan dan
Ragam gerak ini merupakan ragam sebagai penanda bahwa tarian sebentar
lagi akan berakhir dan merupakan gerakan inti ke-8. Dilakukan sebanyak 4x8
putar pembuke duduk dilakukan pada awal tarian, maka putar penutup duduk
dilakukan pada akhir taria menjelang penutupan dan diakhiri dengan sembah
usai.
63
2. Iringan
pokok yang harus ada. Karena iringan berfungsi sebagai pengiring dan
desa Tempirai dikenal tiga macam iringan atau petikan gitar yaitu seluang
mudik, jande semalam dan nasib. Iringan seluang mudik digunakan untuk
mengiringi lagu ataupun tarian yang tempo cepat dan bersifat gembira. Dan
lagu atau tarian yang bertemakan kesedihan ataupun penyesalan. Karena tari
merupakan ikan kecil yang biasa hidup di sungai atau di rawa, ikan seluang
dikenal sebagai ikan kecil yang lincah, cara mudah mendapatkan ikan ini
Pada masa awal penciptaan dan perkembangan tari Lading, tari ini
selalu dipentaskan dengan iringan musik secara langsung. Alat-alat musik yag
terompet dan gong. Namun yang sangat disayangkan saat ini para penabuh
alat musik untuk mengiringi tari Lading sudah meninggal dunia, tidak ada
generasi muda yang dapat memainkan iringan untuk tari Lading. Hal ini
66
terjadi karena tidak ada regenerasi untuk penabuh tari Lading. Sehingga jika
para penabuh telah tiada maka kesenian ini terancam punah. Namun sebelum
tari ini benar-benar punah ada seorang pemuda desa yang bernama Agus,
seorang penduduk asli desa Tempirai yang berprofesi sebagai pemain orgen
tunggal, dia berinisiatif membuat iringan tari Lading menggunakan orgen, dan
pengiring yang asli. Hal ini dilakukan karena rasa prihatin Agus terhadap
musik pengiring yang telah di buat Agus, namun lambat laun tari ini semakin
acara persedekahan, saat ini sudah sangat jarang, karena masyrakat desa lebih
untuk membuat iringan tari Lading yang dicampurkan dengan irama dangdut
didalamnya, dengan tujua n untuk menarik perhatian masyrakat. Sejak saat itu
ini foto alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Lading secara
langsung dan orgen, alat musik pengiring tari Lading versi dangdut.
67
Tata rias pada tari Lading menggunakan rias cantik, tidak aturan
khusus untuk warna dalam penggunakan eye shadow, blush on dan lipstick.
Semua warna dianggap baik dan dianggap pantas. Tata rias cantik pada tari
Lading hanya sekedar untuk memberi penegasan pada garis wajah penari.
Terrdapat perubahan pada zaman dahulu dan sekarang. Busana periode I dan
IImerupakan kostum sederhana yang tersusun atas baju kurung, kain tenun dan
disusun dan dirapikan hingga terbentuk tudung tenun khas desa Tempirai. Saat
ini agar lebih menarik perhatian masyrakat luas busana tari Lading diganti
dengan menggunakan busana khas sumatera selatan. Namun tetap tidak ada
aturan baku untuk busana khas Palembang, boleh lengkap ataupun tidak
lengkap.
Berikut rincian komponen busana tari Lading pada periode I dan II:
d. Pola Lantai
Pola Lantai menjadi salah satu unsur pendukung dalam tari, dengan
adanya pola lantai dapat memperindah suatu tarian, tarian yang aslinya
dengan perpindahan yang tepat maka tari tersebut akan menjadi lebih
menarik untuk disaksikan oleh para penonton. Pola lantai dalam tari sangat
tari Lading tidak begitu banyak, na mun banyak pengulangan pola lantai,
pola lantai yang digunakan yaitu: vertikal, berbanjar dan dua baris
berhadapan.
e. durasi Pementasan
10 menit. Pada periode III disajikan dengan durasi yang lebih lama yaitu
13 menit. Pementasan dilakukan pada siang atau malam hari sesuai dengan
• Penyambutan tamu
tahun 1997
f. Tempat Pementasan
aturan untuk acara apa tari ini boleh dipentaskan, begitu pula dengan
hari ulang tahun desa atau HUT RI. Jika dalam acara pernikahan tari
g. Property
Lading atau pisau sebagai property. Pisau yang digunakan bukanlah pisau
mainan yang terbuat dari bahan kayu atau plastik, melainkan pisau
sungguhan yang memiliki ujung runcing. Ada dua jenis pisau yang bias
digunakan untuk menari Lading, yaitu pisau cap garpu dan kiwi, kedua
pisau ini yang dipilih karena kedua pisau inilah yang terkenal di desa
1. Nilai Kebersamaan
datang lebih dulu agar bisa melihat pementasan tari Lading. Pada acara
tari ini dipentaskan bukan hanya tamu undangan yang berada di dalam
tenda saja yang menikmati sajian tari ini, tamu yang tidak diundang pun
ikut hadir untuk menonton, baik itu tetangga jauh ataupun orang yang
Lading. Para panitia yang sebelumnya sibuk dibagian nya masing- masing,
tak terkecuali para ibu- ibu yang sedang memasak makanan di dapur pun
2. Nilai Kesopanan
tari Lading bukanlah bagian dari tamu undangan, mereka tetap menyadari
oleh tuan rumah yang memiliki acara persedekahan. Mereka tidak lantas
ataupun menunggu hingga saatnya santap siang. Hal ini dilakukan karena
Nilai kesopanan juga nampak pada busana dan gerak di dalam tari
dalamnya.
3. Nilai Kesetiaan
Lading yang telah dikenal oleh masyrakat desa dan sekitarnya. Sehingga
mereka memiliki rasa tanggung jawab, jika mereka diajak untuk menari
Lading namun fisik mereka kurang sehat ataupun ada pekerjaan namun
bisa ditunda mereka pasti akan menerima tawaran untuk menari Lading,
bahkan jika itu tidak dibayar sekalipun. Selain itu, kesetiaan pun terlihat
82
ketika penari tari Lading periode III menari, sesepuh tari Lading tetap
4. Nilai Religius
doa bersama, memohon kepada Allah SWT agar pementasan tari Lading
sukses dan lancar. Pada saat menari ada pembacaan doa yang
syirik dan sesat, karena dalam pengucapan mantera ini tidak ada unsur
5. Nilai Ekonomi
desa Tempirai. Tari ini di undang dalam berbagai acara, terkadang keluar
setempat barulah mereka menentukan tarif untuk satu kali menari, yaitu
RI. Uang yang telah mereka dapatkan dari hasil menari menjadi uang
6. Nilai Kerukunan
satu desa semuanya dianggap satu keluarga, jika ada satu keluarga yang
Selatan semua warga desa antusias, dan siap membantu untuk segala
7. Nilai Hiburan
8. Nilai Adat
Nilai adat nampak pada bagian gerak inti kedua pada tari
Mantera merupakan suatu kesenian daerah yang telah ada sejak lama.
desa Tempirai. Dari dahulu hingga saat ini penggunaan mantera dalam
tari Lading menjadi hal pokok yang harus dilakukan oleh penari.
G. Tanggapan Masyrakat
suatu tarian tradisiona l yang berasal dari tempat kita. Jika bukan kita lalu
siapa lagi yang dapat melestrarikan tari ini, sangat diharapkan generasi
mantan Kepala Desa Tempirai dan sesepuh tari Lading, 24 April 2013).
priadona desa saat ini terancam punah, suatu fenomena yang sangat
selaku mantan penari Lading sekaligus sesepuh tari Lading, 24 april 2013).
yang tertutup dan longgar, serta gerakannya yang lembut dan sopan,
berjumlah 4 orang, semakin lama semakin tua, dan pasti suatu saat aka
meninggal dunia, jika tidak ada generasi muda yang memberanikan diri
dan bertekat untuk belajar tari ini maka bukan hal yang tak mungkin tari
dalam pengadaan kostum tari agar ketika akan menari, penari tidak usah
repot untuk mencari kostum tari dari salon ke salon. Selain itu diharapkan
pula pengadaan alat musik iringan seperti accordion, kendang me layu, dan
biola agar segala kesenian tradisonal yang ada di desa Tempirai tetap
88
dapat hidup dan berkembang. Jika ada alatnya generasi muda dapat dilatih
untuk mengiringi tari- tarian yang masih ada di desa Tempirai, termasuk
tari Lading (wawancara kepada Agus, pengiring music Orgen versi melayu
2. Tokoh Masyrakat
Melihat fenomena saat ini, tari Lading tidak lagi menjadi tari
berkelas dan istimewa oleh para pemuda desa. Bahkan saya sendiri
terpikat kepada salah satu penari, yaitu Eva yang saat ini menjadi istri.
menganggap para penari hebat. Karena menusukkan dua buah pisau tajam
ketubuh mereka. Tanpa disadari saat ini sudah sangat jarang sekali melihat
Lading dapat terancam punah. Berbagai upaya akan saya lakukan agar
melakukan hal nyata demi bertahannya tari Lading. Tidak ada tarian yang
dapat menggantikan posisi tari Lading, baik itu tari Tanggai ataupun tari
tari Lading ini. Membina pemudi desa untuk bisa menari Lading salah satu
A. Kesimpulan
Nilai- nilai sosial yang terkandung di dalam tari Lading yaitu nilai
B. Saran
digantikan dengan pisau palsu yang terbuat dari kayu ataupun pelastik.
91
92
Yang terpenting bagaimana upaya yang dilakukan agar tari Lading ini
Hidayat, Samsul. 2007. Tasawul dalam Prespektif Al-Quran dan A-Sunah. Kajian
Intensif Islamiyah. Kairo. Mesir.
Hartono, Edi. 2001. Aransemen Lagu Bujang Buntu Musik Batang Hari Sembilan
dalam Bentuk Musik Kamar. Tugas Akhir Program Studi SI Seni Musik
Jurusan Musik.Yogyakarta. FSP ISI.
Sukidjo, dkk. 1986. Pengetahuan Elementer tari dan Beberapa Masalah Tari.
Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
93
94
Yock Fang, Liaw. 1982. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik. Pustaka Nasional
PTE LTD: Singapura.
95
LAMPIRAN
Lampiran I
PANDUAN OBSERVASI
A. Tujuan observasi
Selatan.
B. Pembatasan Pengamatan
Lading.
C. Kisi-Kisi
- Letak goegrafis
- Pendidikan
- Mata pencarian
- Agama
- Stratifikasi
2. Tanggapan masyarakat
Lampiran 2
PANDUAN WAWANCARA
A. Tujuan Wawancara
B. Pembatasan Pertanyaan
3. Nilai sosial yang terdapat pada tari Lading di desa Tempirai, Kecamatan
tari Lading.
C. Responden
3. Tokoh masyarakat
Masyrakat desa Tempirai, Kecamatan Penukal, Kabupaten Muara Enim, Provinsi
Sumatera Selatan
• Perkembangan
• Perubahan bentuk
4. Tanggapan masyarakat
• Kepedulian
• Bentuk partisipasi
Lampiran 3
PANDUAN DOKUMENTASI
A. Tujuan Dokumentasi
Tujuan dokumentasi ini untuk memperoleh data berupa gambar, video atau
dokumen yang berkaitan dengan tari Lading di desa Tempirai, Kecamatan Penukal,
B. Pembatasan Observasi
2. Foto dan video yang berkaitan dengan tari Lading di desa Tempirai, Kecamatan
responden
Lading
Lampiran 4
FOTOPEMENTASAN
Gambar 46. Foto ke -4 Penari Lading, Sesepuh Tari Lading dan Pengiring Musik Orgen
(Foto: Fia, 2013)
BUKTI FOTO
PENELITI BENAR -BENAR MELAKUKAN PENELITIAN
DI DESA T EMPIRAI
GLOSARIUM
Bubuh : alat menangkap ikan yang terbuat dari bamboo dan berbentuk
seperti tabung
Senjang : pantun yang lebih dari 4 baris dilakukan bersahutan antara laki-
laki dan perempuan
Ngambik : mengambil
Mangkas : memotong
Singgah : mampir