24 Tahun 2019
Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) adalah belanja yang dikeluarkan dari anggaran belanja
daerah kpd pengelola sampah.
BLPS dikeluarkan berdasarkan volume yang dikelola diluar biaya pengumpulan, pengangkutan, dan
pemrosesan akhir.
PLTSa adalah pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan yang
memenuhi baku mutu.
Dana Alokasi Khusus Nonfisik (DAK Nonfisik) adalah dana yang dialokasikan dalam APBN untuk
mebantu mendanai kegiatan khusus nonfisik yang merupakan urusan daerah.
Bantuan BLPS diberikan kpd Pemda: DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung,
Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Palembang, Manado.
BLPS digunakan untuk membantu pembiayaan layanan pengolahan sampah untuk percepatan
terwujudnya PLTSa.
Besaran bantuan BLPS didasarkan performa PLTSa meliputi: pelaksanaan Jakstrada, volume sampah
yang diolah, energi listrik yang dihasilkan, pelaporan.
Besaran bantuan BLPS dihitung berdasarkan metode tahun pertama dan tahun selanjutnya.
Permohonan bantuan BLPS tahun pertama disertai oleh persyaratan teknis dan surat pernyataan
tanggung jawab mengenai penyediaan biaya pengoperasian instalasi PLTSa oleh Pemda.
a. Kajian kelayakan PLTSa meliputi jumlah sampah yang akan diolah satuan ton perhari, jenis
teknologi PLTSa, biaya investasi, biaya operasional dan pemeliharaan, jangka waktu kerja
sama, bentuk kerja sama, besaran BLPS
b. RTRW
c. Jakstrada yang telah dilaksanakan
d. Perjanjian kerja sama dengan badan usaha tentang PLTSa melampirkan dokumen tender,
dokumen penawaran biaya pembangunan PLTSa, izin lingkungan, IMB, dana jaminan
pelaksanaan badan usaha
e. Surat pernyataan jaminan pengoperasional komersial PLTSa
f. Penyediaan biaya operasional instalasi PLTSa
g. Dokumen teknis PLTSa yang dipilih desain teknologi PLTSa, desain jangka waktu usai pakai
paling sedikit 20 th, desain kapasitas jumlah sampah, desain kapasitasa energi listrik yang
dihasilkan pertahun
h. Desain alat pengendalian pencemaran lingkungan hidup
Permohonan bantuan BLPS tahun selanjutnya memuat laporan mengenai hasil pengelolaan dan
pemantauan LH, laporan pelaksanaan Jakstrada, laporan realisasi volume pengolahan sampah tahun
sebelumnya, laporan listrik yang dihasilkan tahun sebelumnya, laporan mengenai kegiatan BLPS tahun
sebelumnya
Permohonan bantuan BLPS menteri meminta bantuan dirjen untuk validasi dan perhitungan besaran
Masa perbaikan dokumen BPLS yang tidak lengkap atau tidak benar yaitu 10 hari kerja
Hasil validasi yaitu lokasi PLTSa, potensi sampah terolah, usulan besaran bantuan BLPS
Pengajuan BLPS dari Menteri diajukan kepada menkeu, menteri perencanaan pembangunan
nasional/bappenas, dan mendagri paling lambat bulan Oktober
Laporan semesteran disampaikan paling lambat minggu kedua juli tahun anggaran berjalan, laporan
tahunan minggu kedua januari tahun anggaran berikutnya
Menteri membatalkan bantuan BLPS jika verifikasi menunjukkan PLTSa tidak beroperasi dalam jangka
waktu 3 bulan dan terjadi penyalahgunaan BLPS
SPA (Stasiun Peralihan), sarana pemindahan dari alat angkut kecil ke alat angkut besar dan diperlukan
untuk kab/kota yang memiliki lokasi TPA jaraknya lebih dari 25 km yang dapat dilengkapi dengan
fasilitas pengolahan sampah
Penyelenggaraan PSP meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan, pembiayaan, dan peran serta
masyarakat
Perencanaan umum penyelenggaraan PSP meliputi rencana induk, studi kelayakan, perencanaan
teknis dan manajemen persampahan
Aspek teknik terdiri dari:
Studi kelayakan untuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang menggunakan
teknologi pengolahan dan pemrosesan akhir berupa proses biologi, termal atau teknologi lain dengan
kapasitas lebih dari 100 ton/hari
Kelayakan teknis berdasarkan kajian timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah, teknologi dan
sumber daya setempat, keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan, dan kondisi setempat
Tingkat inflasi
Jangka waktu proyek
Biaya investasi
Biaya operasi dan pemeliharaan
Biaya umum dan administrasi
Biaya penyusutan
Tarif retribusi
Pendapatan retribusi
Layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan (operasional,
operasi, pemeliharaan, pengembalian modal)
Layak keuangan apabila pendapatan tarif atau retribusi lebbih besar dari biaya yang ditimbulkan
(operasional, operasi, pemeliharaan, pengembalian modal)
Pemilahan dilakukan oleh tiap orang pada sumber, pengelola kawasan, pemkot/kab
Pengumpulan tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan
Proses ini dapat didukung dengan jadwal pengumpulan sesuai jenis sampah dan sarana pengumpul
sampah terpilah
Pengelola kawasan menyediakan TPS, TPS3R, alat pengumpul sampah terpilah. Pemkot/kab
menyediakan TPS atau TPS3R
Luas TPS mencapai 200 m2. Hanya disediakan tempat penampungan sementara.
Pengangkutan sampah dari sumber apabila sampah >300 liter/unit dan daerah pelayanan tidak bisa
dilalui gerobak
Alat pengangkutan seperti dump truck, armroll truck, compactor truck, street sweeper vehicle, trailer
Pengolahan sampah terdiri dari pemadatan, pengomposan, daur ulang materi, mengubah sampah
menjadi sumber energi
Teknologi yang digunakan dapat berupa teknologi fisik, teknologi kimia, teknologi biologi secara
aerobik/anaerobik yaitu pengomposan maupun biogasifikasi, teknologi termal insinerasi, pirolisis,
gasifikasi, teknologi RDF (refused derifed fuel)
Pengolahan sampah dilakukan oleh tiap orang pada sumber, pengelola kawasan, pemkot/kab
Pengelola kawasan menyediakan TPS3R. Pemkot/kab menyediakan TPS3R, SPA, TPA, TPST
Luas TPS3R lebih besar dari 200 m2. TPS3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan,
penghasil biogas, gudang, zona penyangga dan jenis bangunan merupakan wadah permanen.
SPA dibagi menjadi 2 jenis yaitu SPA skala kota dan SPA skala hunian
SPA kota >20.000 m2, timbulan sampah >500 ton/hari, lokasi berada dalam kota, fasilitas SPA (ramp,
sarana pemadatan, alat angkut khusus, penampungan lindi), pengolahan lindi dapat dilakukan di
SPA/TPA, jarak dari pemukiman paling sedikit 1 km
SPA hunian 600 m2, timbulan sampah 20-30 ton/hari, lokasi penempatan area hunian, fasilitas SPA
(ramp dan sarana pemadatan, penampungan lindi)
TPST luas >20.000 m2, lokasi di dalam kota atau TPA, jarak ke pemukiman terdekat 500 m, pengolahan
sampah TPST sesuai teknologi yang ada, fasilitas TPST (ruang pemilah, instalasi pengolahan sampah,
pengendalian pencemaran lingkungan, penanganan residu, fasilitas penunjang, serta zona penyangga)
Pemrosesan akhir menggunakan lahan urug terkendali, lahan urug saniter, teknologi ramah
lingkungan
TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendaur ulang, pengomposan, atau gas bio
Pengoperasian TPS3R atau TPST yaitu penampungan, pemilahan, pengolahan sampah organik,
pendaur ulangan sampah anorganik, pengelolaan sampah spesifik rumah tangga dan B3,
pengumpulan sampah residu ke kontainer untuk diangkut ke TPA
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali
Pemantauan dilakukan pada kualitas teknis yaitu kondisi dan fungsi PSP, operasional PSP, kualitas
lingkungan
Evaluasi dilakukan membandingkan hasil pemantauan dengan standar, pedoman, manual, SNI
Pelaporan disampaikan sesuai tingkat, tingkat nasional kepada menteri, tingkat provinsi kpd gubernur,
tingkat kab/kota kpd bupati/walikota
Laporan berisi volume dan jumlah timbulan, karakteristik sampah, sampling kualitas efluen instalasi
pengoahan lindi, sumur pantau, dan udara
Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah memuat (1) arah kebijakan pengurangan dan penanganan
sampah, (2) program pengurangan dan penanganan sampah
Program harus memuat a) target pengurangan timbulan sampah dan prioritas jenis sampah, b) target
penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu
Pemda mebuat rencana induk yang berisi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah,
pemanfaatan kembali sampah, pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah,
pengolahan sampah, pemrosesan akhir sampah, pendanaan yang ditetapkan untuk jangka waktu
paling sedikit 10 tahun
Pemda menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah sedikitnya memuat target
pengurangan sampah, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan kerjasama, rencana
pengembangan teknologi
Pemda dalam mengurangi sampah dengan cara pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang, dan
pemanfaatan kembali
Pemilahan sesuai jenis jumlah dan sifat. Pemilahan dimuali dari permukiman, komersil, industri,
fasilitas umum, fasilitas sosial
Pengumpulan dari sumber sampah atau TPS ke TPA dengan terpisahnya sampah sesuai jenis
Pengangkutan sampah dari kawasan permukiman, komersil, industri ke TPS/TPST atau TPA menjadi
tanggung jawab pengelola kawasan
Pemda dalam memfasilitasi lembaga pengelola sampah di kelurahan, kawasan komersil, industri,
fasilitas umum, fasilitas sosial
Lembaga pengelola sampah tingkat komersial dll mempunyai tugas menyediakan tempat sampah,
mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST/TPA, menjamin terwujudnya tertib pemilahan
sampah
Pengelolaan sampah rumah tanggan dan sampah sejenis rumah tangga meliputi pengurangan dan
penanganan sampah
Pengurangan sampah yaitu pembatasan timbulan sampah, pemanfaatan kembali sampah, pendauran
ulang sampah
Pemda wajib melakukan kegiatan target pengurangan sampah bertahap, memfasilitasi penerapan
teknologi, kegiatan mengguna dan mendaur ulang
Tiap industri/usaha membuang sampah yang tidak termasuk B3 atau limbah B3 langsung ke TPA
Kegiatan usaha pengelolaan sampah skala komunal/kawasan wajib memiliki izin Walikota
Insentif pada badan usaha dapat berupa pemberian penghargaan, pemberian izin, pengurangan pajak
daerah dan retribusi daerah, penyertaan modal daerah, atau subsidi
Pemda dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam pengelolaan sampah
Pemda dapat bermitra dengan badan dan/atau pelaku usaha dalam pengelolaan sampah
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan
dan diganti dengan paradigma baru pengolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai
sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misal untuk energi, kompos,
pupuk, atau bahan baku industri.
Pengelolaan sampah yang komprehensif dilakukan dari hulu sebelum dihasilkan suatu produk yang
berpotensi menjadi sampah, hingga menjadi sampah yang dikembalikan ke lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah.
Kawasan komersial yaitu pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, parkantoran, restoran, dan
tempat hiburan.
Pemda wajib membantu pemasaran hasil pengolahan sampah dari bahan organik berupa kompos
yang dilakukan oleh setiap TPST yang berbasis masyarakat mandiri.
Penyelenggaraan pengelolaan sampah antara lain berupa penyediaan tempat penampungan sampah,
alat angkut sampah, tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu,
dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.
Pendauran ulang sampah atau memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan
(recycle) menggunakan teknologi tepat guna.
Pemda menyiapkan TPS atau TPST yang luas pada kecamatan yang berfungsi mengolah sampah
organik dan sampah anorganik dengan metode 3R sehingga mampu mengurangi jumlah sampah yang
diangkut ke TPA.
Lembaga pengelola sampah adalah lembaga yang terdiri dari unsur pemerintah dan kelompok
masyarakat, serta stakeholder lain.
Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang dapat mengurangi timbulan sampah sejak
awal proses produksi.