Anda di halaman 1dari 10

Permen LH No.

24 Tahun 2019

Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) adalah belanja yang dikeluarkan dari anggaran belanja
daerah kpd pengelola sampah.

BLPS dikeluarkan berdasarkan volume yang dikelola diluar biaya pengumpulan, pengangkutan, dan
pemrosesan akhir.

Tahun anggaran BLPS 1 tahun mulai dari 1 Januari sampai 31 Desember.

Pengelolaan sampah yaitu kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan meliputi


pengurangan dan penanganan.

PLTSa adalah pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan yang
memenuhi baku mutu.

Dana Alokasi Khusus Nonfisik (DAK Nonfisik) adalah dana yang dialokasikan dalam APBN untuk
mebantu mendanai kegiatan khusus nonfisik yang merupakan urusan daerah.

Bantuan BLPS diberikan kpd Pemda: DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Bandung,
Semarang, Surakarta, Surabaya, Makassar, Denpasar, Palembang, Manado.

BLPS digunakan untuk membantu pembiayaan layanan pengolahan sampah untuk percepatan
terwujudnya PLTSa.

Besaran BLPS dimasukkan ke dala Rencana Kerja Pemerintah 1 tahun anggaran.

Bantuan BLPS termasuk skema anggaran DAK Nonfisik.

Besaran BLPS paling tinggi 500.000/ton sampah.

Besaran bantuan BLPS didasarkan performa PLTSa meliputi: pelaksanaan Jakstrada, volume sampah
yang diolah, energi listrik yang dihasilkan, pelaporan.

Besaran bantuan BLPS dihitung berdasarkan metode tahun pertama dan tahun selanjutnya.

Besaran Bantuan BLPS (rupiah)


rupiah
= Performa PLTSa (100%) × Besaran permohonan bantuan BLPS ( )
ton
× Volume sampah pertahun yang akan diolah (ton)
Performa PLTSa
= (0,4 × penilaian indikator Jakstrada)
+ (0,3 × penilaian indikator jumlah volume sampah yang diolah)
+ (0,2 × penilaian indikator energi listrik yang dihasilkan) + (0,1
× penilaian indikator laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan bantuan BLPS)

𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝐽𝑎𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑑𝑎


= 100%
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ + 𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
×
𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑑𝑎 + 𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑑𝑎
𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑙𝑎ℎ (𝑡𝑜𝑛)
= 100% ×
𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 (𝑡𝑜𝑛)
𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛
= 100%
𝑀𝑤ℎ
𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 ( 𝑡𝑜𝑛 )
×
𝑀𝑤ℎ
𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛 ( 𝑡𝑜𝑛 )

𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐵𝐿𝑃𝑆


= (100% × 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝)
𝑃𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐵𝐿𝑃𝑆
= (100% × 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝)
Pemda mengajukan BLPS kepada Menteri, permohonan meliputi kategori periode operasional PLTSa
yaitu tahun pertama atau tahun selanjutnya.

Pengajuan paling lambat bulan September sebelum Tahun Anggaran berjalan.

Permohonan bantuan BLPS tahun pertama disertai oleh persyaratan teknis dan surat pernyataan
tanggung jawab mengenai penyediaan biaya pengoperasian instalasi PLTSa oleh Pemda.

Persyaratan teknis meliputi:

a. Kajian kelayakan PLTSa meliputi jumlah sampah yang akan diolah satuan ton perhari, jenis
teknologi PLTSa, biaya investasi, biaya operasional dan pemeliharaan, jangka waktu kerja
sama, bentuk kerja sama, besaran BLPS
b. RTRW
c. Jakstrada yang telah dilaksanakan
d. Perjanjian kerja sama dengan badan usaha tentang PLTSa melampirkan dokumen tender,
dokumen penawaran biaya pembangunan PLTSa, izin lingkungan, IMB, dana jaminan
pelaksanaan badan usaha
e. Surat pernyataan jaminan pengoperasional komersial PLTSa
f. Penyediaan biaya operasional instalasi PLTSa
g. Dokumen teknis PLTSa yang dipilih desain teknologi PLTSa, desain jangka waktu usai pakai
paling sedikit 20 th, desain kapasitas jumlah sampah, desain kapasitasa energi listrik yang
dihasilkan pertahun
h. Desain alat pengendalian pencemaran lingkungan hidup

Permohonan bantuan BLPS tahun selanjutnya memuat laporan mengenai hasil pengelolaan dan
pemantauan LH, laporan pelaksanaan Jakstrada, laporan realisasi volume pengolahan sampah tahun
sebelumnya, laporan listrik yang dihasilkan tahun sebelumnya, laporan mengenai kegiatan BLPS tahun
sebelumnya

Permohonan bantuan BLPS menteri meminta bantuan dirjen untuk validasi dan perhitungan besaran

Masa perbaikan dokumen BPLS yang tidak lengkap atau tidak benar yaitu 10 hari kerja

Hasil validasi yaitu lokasi PLTSa, potensi sampah terolah, usulan besaran bantuan BLPS

Pengajuan BLPS dari Menteri diajukan kepada menkeu, menteri perencanaan pembangunan
nasional/bappenas, dan mendagri paling lambat bulan Oktober

Terdapat konsultasi antara menkeu, menteri perencanaan pembangunan nasional/bappenas,


mendagri, menlhk, dan pemda
Pemda yang mendapat bantuan BLPS harus membuat laporan kdp menlhk dengan tembusan menkeu,
menteri perencanaan pembangunan nasional/bappenas, dan mendagri

Laporan terdiri dari laporan semesteran dan laporan tahunan

Laporan semesteran berisi:

a. Realisasi penyerapan bantuan BLPS


b. Realisasi penggunaan bantuan BLPS
c. Volume pengolahan sampah
d. Energi listrik yang dihasilkan
e. Hasil pengelolaan dan pemantauan LH
f. Permasalahan dan hambatan serta tindak lanjut

Laporan tahunan berisi:

a. Laporan semesteran untuk periode berjalan


b. Total volume sampah yang terolah selama operasional TPSa
c. Total energi listrik yang dihasilkan selama operasional TPSa
d. Pelaksanaan Jakstrada
e. Permasalahan dan hambatan serta tindak lanjut

Laporan semesteran disampaikan paling lambat minggu kedua juli tahun anggaran berjalan, laporan
tahunan minggu kedua januari tahun anggaran berikutnya

Laporan bentuk salinan fisik dan/atau elektronik

Menteri menugaskan dirjen melakukan pengawasan

Verifikasi laporan paling sedikit 1 kali dalam 6 bulan

Menteri membatalkan bantuan BLPS jika verifikasi menunjukkan PLTSa tidak beroperasi dalam jangka
waktu 3 bulan dan terjadi penyalahgunaan BLPS

Menteri menugaskan dirjen melakukan pembinaan pengelolaan dan pemantauan LH dalam


operasional PLTSa

Permen PU No. 3 Tahun 2013

TPS (Tempat Pengolahan Sampah) 3R tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,


penggunaan ulang, dan pendaur ulang skala kawasan

SPA (Stasiun Peralihan), sarana pemindahan dari alat angkut kecil ke alat angkut besar dan diperlukan
untuk kab/kota yang memiliki lokasi TPA jaraknya lebih dari 25 km yang dapat dilengkapi dengan
fasilitas pengolahan sampah

TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) tempat dilaksanakannya pengumpulan, pemilahan,


penggunaan ulang, pendaur ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir

Penyelenggaraan PSP meliputi aspek teknis, kelembagaan, pengaturan, pembiayaan, dan peran serta
masyarakat

Perencanaan umum penyelenggaraan PSP meliputi rencana induk, studi kelayakan, perencanaan
teknis dan manajemen persampahan
Aspek teknik terdiri dari:

 Pembatasan timbulan sampah


 Pendauran ulang sampah
 Pemanfaatan kembali sampah
 Pemilahan sampah
 Pengumpulan sampah
 Pengangkutan sampah
 Pengolahan sampah
 Pemrosesan akhir sampah

Studi kelayakan untuk kegiatan penyediaan prasarana dan sarana persampahan yang menggunakan
teknologi pengolahan dan pemrosesan akhir berupa proses biologi, termal atau teknologi lain dengan
kapasitas lebih dari 100 ton/hari

Kelayakan teknik dalam studi kelayakan memuat:

 Rencana teknik operasional


 Kebutuhan lahan
 Kebutuhan air dan energi
 Kebutuhan prasarana dan sarana
 Gambaran umum pengoperasian dan pemeliharaan
 Masa layanan sistem
 Kebutuhan sdm

Kelayakan teknis berdasarkan kajian timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah, teknologi dan
sumber daya setempat, keterjangkauan pengoperasian dan pemeliharaan, dan kondisi setempat

Kelayakan ekonomi berdasarkan:

 Nisbah hasil biaya ekonomi


 Nisbah ekonomi bersih
 Laju pengembalian ekonomi internal

Kompos dapat digunakan sebagai material tanah penutup TPA

Kelayakan keuangan berdasarkan:

 Periode pengembalian pembayaran


 Nilai keuangan bersih
 Laju pengembalian keuangan internal

Kelayakan keuangan memperhatikan:

 Tingkat inflasi
 Jangka waktu proyek
 Biaya investasi
 Biaya operasi dan pemeliharaan
 Biaya umum dan administrasi
 Biaya penyusutan
 Tarif retribusi
 Pendapatan retribusi
Layak ekonomi apabila manfaat ekonomi lebih besar dari biaya yang ditimbulkan (operasional,
operasi, pemeliharaan, pengembalian modal)

Layak keuangan apabila pendapatan tarif atau retribusi lebbih besar dari biaya yang ditimbulkan
(operasional, operasi, pemeliharaan, pengembalian modal)

Perencanaan teknis dan manajemen persampahan antara lain:

 Rencana daerah pelayanan


 Tingkat pelayanan
 Tahapan pelaksanaan
 Rencana penyelenggaraan PSP

Perencanaan teknis dan manajemen persampahan disusun oleh pemkot/kab

Penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan


akhir

Pemilahan berdasarkan 5 jenis yaitu:

1. B3 (obat, alat listrik, alat elektronik)


2. Mudah terurai (berasal dari tumbuhan, hewan)
3. Dapat digunakan kembali (kertas, kardus, botol, kaleng)
4. Dapat didaur ulang (kain, plastik, kertas, kaca)
5. Lainnya (residu)

Pemilahan dilakukan oleh tiap orang pada sumber, pengelola kawasan, pemkot/kab

Pengumpulan tidak boleh dicampur kembali setelah dilakukan pemilahan dan pewadahan

Proses ini dapat didukung dengan jadwal pengumpulan sesuai jenis sampah dan sarana pengumpul
sampah terpilah

Pengumpulan sampah dilakukan oleh pengelola kawasan dan pemkot/kab

Pengelola kawasan menyediakan TPS, TPS3R, alat pengumpul sampah terpilah. Pemkot/kab
menyediakan TPS atau TPS3R

Luas TPS mencapai 200 m2. Hanya disediakan tempat penampungan sementara.

Pengangkutan sampah dari sumber apabila sampah >300 liter/unit dan daerah pelayanan tidak bisa
dilalui gerobak

Alat pengangkutan seperti dump truck, armroll truck, compactor truck, street sweeper vehicle, trailer

Pengangkutan dilakukan oleh pemkot/kab

Pengolahan sampah terdiri dari pemadatan, pengomposan, daur ulang materi, mengubah sampah
menjadi sumber energi

Teknologi yang digunakan dapat berupa teknologi fisik, teknologi kimia, teknologi biologi secara
aerobik/anaerobik yaitu pengomposan maupun biogasifikasi, teknologi termal insinerasi, pirolisis,
gasifikasi, teknologi RDF (refused derifed fuel)

Pengolahan sampah dilakukan oleh tiap orang pada sumber, pengelola kawasan, pemkot/kab

Pengelola kawasan menyediakan TPS3R. Pemkot/kab menyediakan TPS3R, SPA, TPA, TPST
Luas TPS3R lebih besar dari 200 m2. TPS3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan,
penghasil biogas, gudang, zona penyangga dan jenis bangunan merupakan wadah permanen.

TPS3R dapat diintegrasikan dengan bank sampah

SPA dibagi menjadi 2 jenis yaitu SPA skala kota dan SPA skala hunian

SPA kota >20.000 m2, timbulan sampah >500 ton/hari, lokasi berada dalam kota, fasilitas SPA (ramp,
sarana pemadatan, alat angkut khusus, penampungan lindi), pengolahan lindi dapat dilakukan di
SPA/TPA, jarak dari pemukiman paling sedikit 1 km

SPA hunian 600 m2, timbulan sampah 20-30 ton/hari, lokasi penempatan area hunian, fasilitas SPA
(ramp dan sarana pemadatan, penampungan lindi)

TPST luas >20.000 m2, lokasi di dalam kota atau TPA, jarak ke pemukiman terdekat 500 m, pengolahan
sampah TPST sesuai teknologi yang ada, fasilitas TPST (ruang pemilah, instalasi pengolahan sampah,
pengendalian pencemaran lingkungan, penanganan residu, fasilitas penunjang, serta zona penyangga)

Pemrosesan akhir menggunakan lahan urug terkendali, lahan urug saniter, teknologi ramah
lingkungan

Pemrosesan akhir meliputi kegiatan penimbunan/pemadatan, penutupan tanah, pengolahan lindi,


penanganan gas

Umur teknis TPA paling sedikit 10 tahun

Prasarana TPA meliputi fasilitas dasar, perlindungan lingkungan, operasional, penunjang

TPA dapat dilengkapi dengan fasilitas pendaur ulang, pengomposan, atau gas bio

Sampah tidak boleh berada di SPA lebih dari 24 jam

Pengoperasian TPS3R atau TPST yaitu penampungan, pemilahan, pengolahan sampah organik,
pendaur ulangan sampah anorganik, pengelolaan sampah spesifik rumah tangga dan B3,
pengumpulan sampah residu ke kontainer untuk diangkut ke TPA

Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya setiap 6 bulan sekali

Pemantauan dilakukan pada kualitas teknis yaitu kondisi dan fungsi PSP, operasional PSP, kualitas
lingkungan

Evaluasi dilakukan membandingkan hasil pemantauan dengan standar, pedoman, manual, SNI

Pelaporan disampaikan sesuai tingkat, tingkat nasional kepada menteri, tingkat provinsi kpd gubernur,
tingkat kab/kota kpd bupati/walikota

Laporan berisi volume dan jumlah timbulan, karakteristik sampah, sampling kualitas efluen instalasi
pengoahan lindi, sumur pantau, dan udara

Balitbang KemenPUPR memfasilitasi pemerintah daerah dalam penelitian dan pengembangan


teknologi penanganan sampah yang ramah lingkungan melalui pemberian advis teknis dan sosialisasi
hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum

Perda Kota Bogor No. 9 Tahun 2012


Tujuan pengelolaan sampah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, kualitas lingkungan, dan
menjadikan sampah sebagai sumber daya yang bermanfaat secara ekonomis

Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah memuat (1) arah kebijakan pengurangan dan penanganan
sampah, (2) program pengurangan dan penanganan sampah

Program harus memuat a) target pengurangan timbulan sampah dan prioritas jenis sampah, b) target
penanganan sampah untuk setiap kurun waktu tertentu

Pemda mebuat rencana induk yang berisi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah,
pemanfaatan kembali sampah, pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah,
pengolahan sampah, pemrosesan akhir sampah, pendanaan yang ditetapkan untuk jangka waktu
paling sedikit 10 tahun
Pemda menyusun rencana pengurangan dan penanganan sampah sedikitnya memuat target
pengurangan sampah, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan kerjasama, rencana
pengembangan teknologi

Pemda dalam mengurangi sampah dengan cara pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang, dan
pemanfaatan kembali

Penanganan sampah Pemda yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan


akhir

Pemilahan sesuai jenis jumlah dan sifat. Pemilahan dimuali dari permukiman, komersil, industri,
fasilitas umum, fasilitas sosial

Pengumpulan dari sumber sampah atau TPS ke TPA dengan terpisahnya sampah sesuai jenis

Pengangkutan sampah dari kawasan permukiman, komersil, industri ke TPS/TPST atau TPA menjadi
tanggung jawab pengelola kawasan

Pengolahan dilakukan baik di TPS/TPST/TPA menggunakan teknologi ramah lingkungan

Pemda wajib membentuk lembaga pengelola sampah

Pemda dalam memfasilitasi lembaga pengelola sampah di kelurahan, kawasan komersil, industri,
fasilitas umum, fasilitas sosial

Lembaga pengelola sampah tingkat komersial dll mempunyai tugas menyediakan tempat sampah,
mengangkut sampah dari sumber sampah ke TPS/TPST/TPA, menjamin terwujudnya tertib pemilahan
sampah

Pengelolaan sampah rumah tanggan dan sampah sejenis rumah tangga meliputi pengurangan dan
penanganan sampah

Pengurangan sampah yaitu pembatasan timbulan sampah, pemanfaatan kembali sampah, pendauran
ulang sampah

Pemda wajib melakukan kegiatan target pengurangan sampah bertahap, memfasilitasi penerapan
teknologi, kegiatan mengguna dan mendaur ulang

Tiap industri/usaha membuang sampah yang tidak termasuk B3 atau limbah B3 langsung ke TPA
Kegiatan usaha pengelolaan sampah skala komunal/kawasan wajib memiliki izin Walikota

Jenis usaha yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, pemrosesan akhir

Insentif pada badan usaha dapat berupa pemberian penghargaan, pemberian izin, pengurangan pajak
daerah dan retribusi daerah, penyertaan modal daerah, atau subsidi

Pemda dapat melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam pengelolaan sampah

Pemda dapat bermitra dengan badan dan/atau pelaku usaha dalam pengelolaan sampah

Pemda wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah


Sumber anggaran pembiayaan dapat bersumber dari APBN, APBD, sumber lain yang sah dan tidak
mengikat

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan
dan diganti dengan paradigma baru pengolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai
sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misal untuk energi, kompos,
pupuk, atau bahan baku industri.

Pengelolaan sampah yang komprehensif dilakukan dari hulu sebelum dihasilkan suatu produk yang
berpotensi menjadi sampah, hingga menjadi sampah yang dikembalikan ke lingkungan secara aman.

Pengelolaan sampah dengan paradigma baru dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan
penanganan sampah.

Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan (reduce), penggunaan kembali (reuse),


pendauran ulang (recycle) atau 3R. Penerapan 3R yang mendekati sumber sampah dapat mereduksi
sampah yang dibuang ke TPA dan biaya operasional pengangkutan ke TPA.

Kegiatan penanganan sampah yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan


pemrosesan akhir.

Kawasan komersial yaitu pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, parkantoran, restoran, dan
tempat hiburan.

Pemda wajib membantu pemasaran hasil pengolahan sampah dari bahan organik berupa kompos
yang dilakukan oleh setiap TPST yang berbasis masyarakat mandiri.

Penyelenggaraan pengelolaan sampah antara lain berupa penyediaan tempat penampungan sampah,
alat angkut sampah, tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu,
dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah.

Pendauran ulang sampah atau memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan
(recycle) menggunakan teknologi tepat guna.

Teknologi tamah lingkungan yaitu teknologi tepat guna.

Pemda menyiapkan TPS atau TPST yang luas pada kecamatan yang berfungsi mengolah sampah
organik dan sampah anorganik dengan metode 3R sehingga mampu mengurangi jumlah sampah yang
diangkut ke TPA.

Lembaga pengelola sampah adalah lembaga yang terdiri dari unsur pemerintah dan kelompok
masyarakat, serta stakeholder lain.

Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang dapat mengurangi timbulan sampah sejak
awal proses produksi.

Anda mungkin juga menyukai