TINJAUAN TEORI
I. ANATOMI FISIOLOGI
A. Muskuler/Otot
Otot yaitu
musculus, berasal dari
kata latin, yang artinya ³little mouse´.
Otot adalah
alatgerak aktif karena otot dapat menggerakkan bagian ± bagian tubuh yang lain. Semua sel-
sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.Terdapat lebih dari 600 buah otot
pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan pada tulang-tulang
kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagiankecil ada yang melekat di bawah permukaan kulit.
1. Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindungotot.
2. Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril
danmiofilamen berada.
3. Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
4. Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari myofibril, terbagiatas 2
macam, yakni :
a. Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos).
b. Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot
rangka/ototlurik)
a. Fungsi sistem muskuler/otot:
1. Pergerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebutmelekat dan bergerak
dalam bagian organ internal tubuh.
2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur.
Otot menopang rangka danmempertahankan tubuh saat berada dalam posisi berdiri
atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
3. Produksi panas.
Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panasuntuk mepertahankan suhu
tubuh normal.
b. Ciri-ciri sistem muskuler/otot:
1. Kontrakstilitas.
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau tidak melibatkan
pemendekan otot.
2. Eksitabilitas.
Serabut otot akan merespons dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf.
3. Ekstensibilitas.
Serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang melebihipanjang otot saat rileks.
4. Elastisitas
Serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah berkontraksiatau meregang.
c. Jenis-jenis Otot
1. Otot rangka,
merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Serabut otot sangat panjang,
sampai 30 cm, berbentuk silindris denganlebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
Setiap serabut memiliki banyak inti yang
tersusun di bagian perifer. Kontraksinya sangat
cepat dan kuat.
B. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat
dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi
melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot.
C. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang
dengan tulang yang diikat oleh sendi.
A. Pengertian.
1. Sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum. (Giam &
Teh 1993: 92)
2. Sprain adalah cedera struktur ligament di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit serta
memutar. (Keperawatan Medikal Bedah)
3. Sprain trauma pada sendi biasanya berkaitan dengan cedera ligament. (Buku Saku
Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin)
B. Etiologi
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh tahun kekuatan otot akan
relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia tiga puluh tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga lutut mengalami
sprain.
3. Pukulan
Sprain knee dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan
menyebabkan sprain.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan.
C. Manifestasi Klinis
1. Merasakan nyeri pada lutut
2. Adanya bengkak / oedem
3. Mengalami keterbatasan gerak
4. Adanya spasme otot.
5. Kulit tampak kemerahan
D. Derajat Sprain
E. Komplikasi
1. Plica Syndrome
Sindrom plica disebabkan oleh adanya penebalan pada lapisan persediaan lutut. Biasanya
terjadi pada bagian dalam tepat pada perbatasan patella bagian atas.Lapisan-lapisan
persendian tersebut tersebut tersusun dari jaringan yang dinamakan synovium. Jaringan
synovium ini memproduksi cairan pelumas yang disebut cairan synovial. Jika terjadi
penebalan pada lapisan ini lapisan akan menggesek pada bagian-bagian lutut lainnya,
khususnya bagian dalam femural condyle (ujung bagian bawah dari tulang paha)
sehingga menimbulkan rasa sakit dan iritasi.
2. Compartment Syndrome
Para atlet pada umumnya sering mengalami permasalahan (gangguan rasa nyeri atau
sakit) yang terjadi pada kaki bawah (meliputi daerah antara lutut dan pergelangan kaki).
Terkadang rasa sakit/nyeri tersebut terjadi karena adanya suatu sindrom kompartemen.
Diagnosa terhadap sindrom tersebut dilakukan dengan cara perkiraan, karena pola
karakteristik (gejala) dan rasa sakit tersebut dan ukuran tekanan kompartemennya.
Diantara beberapa penyakit yang menyertai sindrom ini dapat diatasi dengan
pembedahan (operasi).
3. Shin Splints
Istilah shin splints kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan adanya rasa sakit
(cedera pada kaki bagian bawah yang seringkali terjadi akibat melakukan berbagai
aktivitas olahraga, termasuk olahraga lari. Shin splints tersebut dibedakan menjadi dua
jenis menurut lokasi rasa sakitnya. Anterior Shin Splints, yaitu rasa sakit yang terjadi
pada bagian depan (anterior) dari tibia. Dan yang kedua adalah Posterior Shin Splints,
rasa sakit tersebut terasa pada bagian dalam (medial) kaki pada tulang tibia. Shin splints
disebabkan oleh adanya robekan sangat kecil pada otot-otot kaki bagian bawah yang
berhubungan erat dengan tibia. Pertama-tama akan mengalami rasa sakit yang menarik-
narik setelah melakukan lari. Apabila keadaan ini dibiarkan dan terjadi terus, maka akan
semakin parah, bahkan dapat juga terasa sakit meskipun pada saat kita berjalan kaki.
Rasa sakit tersebut biasanya terasa seperti adanya satu / beberapa benjolan kecil pada
sepanjang sisi tulang tibia.
F. Pemeriksaan Diagnostic
1. Foto Rontgen
Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur. Selain itu, dapat pula dilihat kondisi
fraktur, seperti adanya tulang yang tumpang-tindih, retak, dan
sebagainya.
2. X-Ray
Prosedur ini penting untuk mengevaluasi pasien dengan kelainan musculoskeletal.
Berikut beberapa jenis X – Ray :
G. Penatalaksanaan Medis
a. Penanganannya dapat dilakukan dengan RICE :
R – Rest : diistirahatkan adalah pertolongan pertama yang penting
untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression : membalut gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan
dan pendarahan lebih lanjut.
E – Elevasi : peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema (pembengkakan)
dan rasa nyeri.
b. Terapi dingin :
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1. Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu
kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya : dua puluh – tiga puluh menit
dengan interval kira-kira sepuluh menit.
2. Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama lima -
tujuh menit, dapat diulang dengan tenggang waktu sepuluh menit.
3. Pencelupan atau perendaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang
dicampur dengan es. Lamanya sepuluh – dua puluh menit.
4. Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane ke bagian tubuh yang
cedera.
c. Pembedahan
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan
perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
d. Latihan ROM : Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat danperdarahan,
latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringanyang sakit.
Pathway Sprain
Aktivitas Sehari-hari
Ligament robek
Peradangan
Metabolisme otot Vasodilatasi P D Kelemasan
Nyeri
MK : Nyeri
Kemerahan
MK :Body image
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Identitas klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat.
b. Identitas penanggung jawab meliputi: Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku,
Agama, Alamat.
c. Tanggal masuk RS, No. Medical Record dan Diagnosa Medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Badan bengkak, muka sembab dan nafsu makan menurun.
b. Riwayat penyakit sekarang : Badan bengkak, muka sembab, muntah, nafsu makan
menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
c. Riwayat penyakit dahulu : Edema, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar
bahan kimia.
d. Riwayat kesehatan keluarga : Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini
tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun
pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
3. Pengkajian fungsional kesehatan
Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola
konseptual Gordon yang dikemukakan oleh Doengoes (2000) dan Carpenito (2001).
a. Persepsi kesehatan
Kaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga yang sakit apa yang
akan dilakukan, pengobatan apa yang akan diberikan.
c. Pola eliminasi
Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi
perubahan pola berkemih seperti peningkatan frekuensi, proteinuria.
d. Pola aktivitas
Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda
kelelahan,
i. Pola seksualitas
Kaji kebutuhan seksual klien
k. Pola spiritual
Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami bahwa
penyakitnya adalah ujian dari Tuhan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Strain dan sprain : Pemeriksan fisik mencakup kelemahan, ketidakmampuan
penggunaan sendi, udema pada sprain, perubahan warna kulit, perdarahan, dan
mati rasa.
b. Dislokasi : Pemeriksaan fisik sangat penting untuk menetukan lokasi dislokasi dan
pengkajian yang lebis spesifik tentang nyeri, deformitas, dan fungsiolaesa,
misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi bahu, perubahan kontur sendi
pada ekstermitas yang mengalami dislokasi, perubahan panjang ektermitas, adanya
lebampada dislokasi sendi. Keadaan fisik IPPA juga dikaji dengan melihat
gangguan neurologis, apakah ada saraf yang terkena, pengkajian pada ektermitas
atas dan bawah untuk menilai pergerakkannya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema,
cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.
2. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka: bedah
permukaan; pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau
sekret/immobilisasi fisik.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur dan
kerusakan rangka neuromuskuler.
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran
darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan
trombus.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, kerusakan
kulit dan trauma jaringan.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.
Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria Hasil:
a. Klien menyatakan nyeri berkurang.
b. Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas terapetik
sesuai indikasi untuk situasi individual.
c. Edema berkurang/hilang.
d. Tekanan darah normal.
e. Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan.
Intervensi:
1.1 Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 ± 10).
Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk /keefektifan analgesic.
1.2 Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembeban,
dan traksi.
Rasional: Meminimalkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan
jaringan yang cedera.
1.3 Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.
Rasional: Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri
1.4 Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
Rasional: Mempertahankan kekuatan/mobilisasi otot yang sakit dan memudahkan
resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada
jaringan yang terkena.
1.5 Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan lokal dan
kelelahan otot.
1.6 Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif,
latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan kelelahan
otot.
1.7 Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan udema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi
nyeri.
1.8 Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Rasional: Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
B. Analisa Data
DO:
1. Terlihat pada Ortikulasio
humerus sinistra tidak
dapat digerakkan
2. Terlihat ada
pembengkakan pada
bahu sebelah kiri
3. Terdapat nyeri tekan dan
nyeri sumbu pada cirus
sinistra 1/3 tengah
3 DS: Kurang Kurang informasi,
1. Adanya keluhan klien
pengetahuan tentang salah interpretasi
bertanya tentang kondisi
kondisi dan informasi, tidak
dirinya
kebutuhan mengenal sumber
2. Adanya keluhan klien
pengobatan informasi.
sedih dengan
keadaannya
DO:
1. Kemungkinan
dibuktikan dengan klien
bertanya-tanya tentang
kondisi dirinya
2. Kemungkinan
dibuktikan dengan klien
tampak kebingungan
dengan kondisi dirinya.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan cedera pada Ligamen
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
c. Intervensi
1. Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang,
edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat/traksi.
Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria Hasil:
a. Klien menyatakan nyeri berkurang.
b. Edema berkurang/hilang.
Intervensi:
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 ± 10).
Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal.
Rasional: Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk /keefektifan analgesic.
b. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembeban,
dan traksi.
Rasional: Meminimalkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang/tegangan
jaringan yang cedera.
c. Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.
Rasional: Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri
d. Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
Rasional: Mempertahankan kekuatan/mobilisasi otot yang sakit dan memudahkan
resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi pada
jaringan yang terkena.
e. Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan lokal dan
kelelahan otot.
f. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif,
latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.
Rasional: Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan kelelahan
otot.
g. Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan udema/pembentukan hematoma, menurunkan sensasi
nyeri.
h. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Rasional: Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
b. Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis
fisik bila diindikasikan.
Rasional: Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses
penyembuhan. Kerusakan lanjut dan pelambatan penyembuhan dapat terjadi
sekunder terhadap ketidak tepatan pengguanaan alat ambulasi.
c. Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang
memerlukan bantuan.
Rasional: Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan.
d. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di bawah
fraktur.
Rasional: Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot, meningkatkan
kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini.
e. Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
Rasional: Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh
lengkap dan kerjasama pasien dalam program pengobatan membantu untuk
penyatuan yang tepat dari tulang.
f. Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi (massa
ototkurang). Anjurkan untuk memberikan sokongan pada sendi di atas dan di
bawah bagian yang sakit dan gunakan alat bantu mobilitas, contoh verban elastis,
bebat, penahan, kruk, walker atau tongkat.
Rasional: Kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan nyeri
sementara sekunder terhadap kehilangan dukungan. (Ardinata, 2012).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan jenis yang
paling sering adalah strai dan sprain dengan derajat dari yang ringan sampai yang berat.
Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan
olahraga yang sesuai. Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga
sebaiknya memakai perlengkapan yang sesuai seperti sepatu yang bisa mewlindungi
pergelangan kaki selama aktivitas. Selalu melakukan pemanasan atau streching sebelum
melakukan aktivitas atletik, serta tidak malkukan latihan yang berlebihan.
B. Saran
Diharapkan klien dapat mengetahui dan memahami etiologi atau penyebab penyakit
agar perawat mudah melakukan intervensi keperawatan seperti:
- Menganjurkan klien untuk mengikuti anjuran dokter.
- Membantu klien dalam perawatan untuk mencegah komplikasi secara lanjut.
- Memberikan pendidikan kepada keluarga klien.
- Menganjurkan kepada keluarga klien untuk memantau kesehatan klien dan membantu
dalam pencegahan komplikasi lanjut.