Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KASUS ANEMIA ”. Di susun
untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah I Tahun
Ajaran 2018-2019.
Makalah ini berisikan tentang keperawatan medikal bedah pada kasus
anemia. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada teman teman, yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
sampaikan rasa terimakasih kepada Dosen pengampu Bapak Ns. Yana Hendriana
S.kep.,M.Kep
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
Menurut Brunner & Suddarth (2015), anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitung sel darah merah dan kadara hemoglobin dan hematokrit di bawaha normal. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu gangguan.
Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana darah merah kurang dari
normal, dan biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb)
(Manuaba, 2010).
Menurut Fraser Diane dan Cooper A Margaret (2009), anemia adalah penurunan kapasitas
darah dalam membawa oksigen, hal tersebut dapat terjadi akibat sel darah merah, dan atau
penuruna hemoglobin dalam darah.
Jadi dapat dapat disimpulakan menurut pendapat kelompok kami, anemia merupaka
kedaan diamana komponene dalam darah yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya
kurang dari kadar normal.
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung
hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang
dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) pusing
2) mudah berkunang-kunang
3) lesu (cepat lelah)
4) aktivitas berkurang
5) susah konsentrasi
6) pikiran menurun
3. Pemeriksaan fisik
1. Anemia Hipoproliferatif
Yaitu anemia defesiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel drah merah meliputi :
a. Anemia aplastik
Disebakan oleh penurunan sel prekursor dalam sum-sum tulang
dan penggantian sum-sum tulang dengan lemak, dikarenakan
terapi radaisi, penggunaan antibiotik tertentu, dan infeksi virus.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Disebakan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritropoetin. Beberapa ertropoetin terbukti
diproduksi di luar ginjal, karena terdapat ertropoesis yang masih
terus berlangsung bahkan pada pasien yang ginjalnya telah
diangkat.
c. Anemia pada penyakit kronis
Disebabkan yang berhubungan dengan anemia jenis normositik,
normokronik ( sel drah merah dengan ukuran dan warana yang
normal) kelainan ini meliputi abses paru, osteomilitis, tuberkolosis
dan berbagai keganasan.
d. Anemia defesiensi besi
Adalah keadaan diamana kandungan besi tubuh total turun
dibawah tingkat normal ( besi diperlukan untuk sintesa protein).
Merupakan jenis anemia paling sering pada semua kelompok
umur. Penyebab tersering defesiensi besi pada pria dan wanita
pacamenopouse adalah perdarahan,malabsorpsi, terutama setelah
reseksis gester.
e. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defesiensi vit B12 dan asam folat menunjukan
perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tepi karena
kedua vitamin terebut esensial bagi sintesis DNA normal.
f. Anemia hemolitika
Disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.
d. Talasemia
Merupakan sekelompok kelainan turunan yang berhubungan dengan
defeksintesis rantai hb talesemia ditandai dengan penurunan kada hb
abnormal dalam eritrosit (Hipokromia) , eritrosit dengan ukuran lebih
kecil dari normal (Mikrositosis) , Kerusakan elemen darah (Hemolisis)
dan bermacam tingkat anemia.
1. Pemeriksaan laboraturium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiapa kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
apada komponen-komponen berikut ini: kadar Hb, indeks eritrosit, apusan
darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endaap
darah, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini : anemia
defesiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia paad
leukimia akut.
2. Pemeriksaan laboraturium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, linfagiografi.
4. Pemeriksaan sitogenik
5. Pemeriksaan biologi molekuler
Beberapa nutrsi yang harus di penuhi agar produksi sel darah merah tercukupi dan dapat
mencegah anemia di antaranya:
1. Zat besi
Kekurangan zat besi bisa memicu anemia atau kurang darah. Maka, Anda perlu mengonsumsi
makanan yang kaya akan zat besi. Zat besi sendiri memiliki dua bentukm yaitu zat besi heme
dan zat besi non-heme.
Zat besi heme dapat Anda temukan dalam makanan hewani seperti daging unggas, daging
merah (daging sapi atau kambing), jeroan (ati dan ampela), ikan serta kerang-kerangan.
Sementara zat besi non-heme dapat Anda temukan dalam makanan nabati, seperti sayuran
berdaun hijau, biji-bijian, kacang0kacangan, dan buah-buahan.
2. Zat tembaga
Zat tembaga merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi
sel darah merah. Makanan penambah darah yang kaya akan zat tembaga antara lain gandum
utuh, kacang-kacangan, daging unggas seperti ayam dan bebek, makanan laut seperti udang
dan kepiting, buah ceri, dan cokelat.
3. Asam folat
Asam folat atau vitamin B9 bisa membantu meningkatkan jumlah sel darah merah dalam
tubuh. Kekurangan asam folat berisiko sebabkan anemia. Makanan penambah darah yang
memiliki kandungan asam folat tinggi misalnya kacang polong, kacang merah, kacang hijau,
serta sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.
4. Vitamin B12
Jenis vitamin B kompleks ini mampu meningkatkan fungsi sumsum tulang untuk membentuk
sel darah merah. Nah, itu sebabnya Anda dapat menjadikan vitamin ini sebagai makanan
penambah darah.
Anda dapat mendapatkan vitamin B12 melalui beragam jenis makanan, seperti ati sapi, ikan,
daging merah, telur, susu dan produk olahannya, serta sereal. Vitamin B12 memang jarang
ditemukan pada sayur atau buah-buahan, maka Anda yang menjalani pola makan vegetarian
atau vegan lebih riskan mengalami kekurangan vitamin B12.
5. Vitamin B6
Mirip seperti vitamin B12, vitamin B6 juga bisa membantu pembentukan sel darah merah
bagi Anda yang kurang darah atau anemia. Untuk meningkatkan kadar vitamin B6 dalam
darah, cobalah untuk mengonsumsi nasi, gandum, sereal, dan kacang-kacangan. Daging sapi,
kambing, domba, dan ayam juga kaya akan vitamin B6.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik akan memeberikan data mengenai
masalah dan keluhan pasien. Kelemahan, kelelahan, dan Malaise umum sering terjadi,
demikian juga kulit dan membran mukosa yang menjadi pucat. Ikterik terdapat pada
pasien dengan anemia pernisiosa atau anemia hemolitika. Rambut dan kulit kering sering
terjadi pada anemia defesiensi besi.
Status jantung harus di kaji dengan teliti. Aopabila hemoglobin rendah,
jantung akan berusaha mengkonpensasi dengan mengompa lebih cepat dan lebih kuat
sebagai usaha lebih banyak darah ke jaringan yang mengalami hipoksia. Peningkatan
beban jantung akan mengakibatkan berbagai gejala seperti : thakikardi, palpitasi,
dispneu, pusing, dan ortopnu. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kongnestif yang
ditandai dengan kardiomegali, hepatomegali, dan edemaperifer.
Pemeriksaan neurologis, pasien dikaji mengenai adanya baal, dan paretesia,
ataksia, gangguan koordinasi, dan kejang. Pengkajian funsi gastrointestinal dapat
mengungkap keluhan mual, muntah, diare, anoreksia, dan glositis (peradangan lidah).
Riwayat kesehatan meliputi informasi mengenai setiap pengobatan yang
diminum pasien yang ungkin menekan aktifitas sumsum tulang atau mempengaruhi
metebolisme folat. Pasien juga ditanya mengenai setiap adanya kehilangan darah, seperti
adanya darah dalam tinja, atau menstruasi berlebihan pada wanita. Riwayat keluarga juga
penting karena beberapa jenis anemia bersifat herediter. Kegemaran olahraga juga
penting karena latihan dapat menurunkan eritropoesis dan ketahanan hidup sel darah
merah. Pengkajian nutrisi dana menunjukan adanya kekurangan nutrisi esensial seperti
zat besi, vit B12, dan asam folat.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Promosi istirahat dan aktivitas
Dianjurkan untuk tetap bergerak dan aktif sejauh yang dapat ditoleransi begitu
anemia ditangani dan nila-nilai drah kembali ke normal untuk pasien ke aktivitas
normal secara bertahap.
2. Menjaga nutrisi yang adekuat
Gejala sehubungan dengan anemia, seperti kelemahan dan anoreksia, pada
gilirannya juga akan memepengaruhu nutrisi. Alkohol akan memepengaruhi
penggunaan nutrisi esensisal, jadi pasien harus dilarang atau membatasi konsumsi
minuman beralkohol. Perencenaan diet untuk anemia dengan makanan yang
mengandung vitamin, zat besi, dan folat.
3. Monitor dan penatalaksanaan komplikasi
Dengan adanya kekurangan oksihemoglobin yang berlangsung lama, jantung jadi
kurang mampu menyuplai darah ke jaringan yang mengalami hipoksia. Upaya
keperawatan ditujukan ke arah menurunkan aktivitas dan stimuli yang
meyenbabkan peningkatan frekuensi jantung dan curah jantung. Pasien di dorong
untuk mengidentifikasi situasi yang menyebabkan palpitasi dan dispneu dan
menghindarinya sampe anemianya sembuh.
IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat
tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan
diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran
gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges
Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyebab anemia yaitu tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah, terjadi
perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat dibanding kemampuan
tubuh untuk memproduksi darah dan kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan
sel darah merah yang sehat. Anemia diklasifikasikan menjadi dua, anemia hipoproliferatif
dan anemia hemolitika turunan. Pemeriksaan penunjang bisa dilakukan dengan
penegecekan darah rutin.
Pencegahan anemia bisa dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
zat tembaga, asam folat,vitamin B12, dan vitaminB6. Memberikan asuhan keperawatan
yang tepat pada kasus anemia dapat membantu pasien untuk mencapai kesembuhan yang
optimal.
4.2 SARAN
Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda Nic-Noc Edisi Revisi
jilid 1 (2015). Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja
Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Sudart/ editor Suzanne C. Smeltzer, Brenda
G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta:
EGC, 2015.
Doenges, E.dkk. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.