Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KASUS


ANEMIA
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KASUS ANEMIA ”. Di susun
untuk memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah I Tahun
Ajaran 2018-2019.
Makalah ini berisikan tentang keperawatan medikal bedah pada kasus
anemia. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada teman teman, yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
sampaikan rasa terimakasih kepada Dosen pengampu Bapak Ns. Yana Hendriana
S.kep.,M.Kep
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cirebon, Desember 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................


DAFTAR ISI.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN....................................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN..............................................................................
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN .......................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI ANEMIA .......................................................................................
2.2 ETIOLOGI ANEMIA ....................................................................................
2.3 PATOFISIOLOGI ANEMIA.............................................
2.4 MANIFESTASI KLINIS.......................................................
2.5 KLASIFIKASI ANEMIA ...............................................................................
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................................
2.7 KOMPLIKASI POTENSIAL ANEMIA..............................................................................
2.8 PENCEGAHAN ANEMIA.......................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN ...............................................................................................
4.2 SARAN ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LA TAR BELAKANG


Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak
terjadai pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu hamil. Prevelensi anemia di
Indonesia sebesar 26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan
(Kemenkes RI, 2013).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini penulis membuat
rumusan masalah adalah “ bagaimanakah keperawatan medikal bedah pada kasus
anemia?”

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan medikal bedah pada anemia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami penyebab anemia.
2. Mengetahui tanda dan gejala anemia.
3. Mengaplikasikan asuhan keperawatan medikal bedah pada kasus anemia.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan STIKKU
Penulisan ini dapat dijadikan masukan kepada pendidik dan mahasiswa, serta
menambah wawasan baru tentang keperawatan medikal bedah pada kasus anemia.
2. Bagi Ilmu keperawatan
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan mahasiswa
khusunya pada ilmu keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang
maksimal.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sumber informsi dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan.
2. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat diaplikasikan dalam
praktek keperawatan dan juga sebagai dasar informasi ilmu keperawatan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan ini disusun secra sistematis yang terdiri dari 4 BAB yaitu :
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang,rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN MATERI : Definisi anemia, etiologi anemia, patofisiologi anemia,
manifestasi klisni, klasifikasi anemia, pemeriksaan penunjang anemia, komplikasi
potensial anemia, pencegahan anemia.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN : Asuhan keperawatan pada kasus anemia.
BAB IV PENUTUP : Kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI ANEMIA

Menurut WHO (2015), anemia didefinisikan sebagai konsentrasi Hb (hemoglobin) yang


rendah dalam darah.

Menurut Brunner & Suddarth (2015), anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitung sel darah merah dan kadara hemoglobin dan hematokrit di bawaha normal. Anemia
bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu gangguan.

Anemia atau sering disebut kurang darah adalah keadaan dimana darah merah kurang dari
normal, dan biasanya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb)
(Manuaba, 2010).

Menurut Fraser Diane dan Cooper A Margaret (2009), anemia adalah penurunan kapasitas
darah dalam membawa oksigen, hal tersebut dapat terjadi akibat sel darah merah, dan atau
penuruna hemoglobin dalam darah.

Jadi dapat dapat disimpulakan menurut pendapat kelompok kami, anemia merupaka
kedaan diamana komponene dalam darah yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya
kurang dari kadar normal.

2.2 ETIOLOGI ANEMIA

Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mengandung
hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan anemia pada seseorang
dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.


b. Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat
dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.
c. Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat.

2.3 PATOFISIOLOGI ANEMIA


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah terjadi terutama daalm sel fagositik atau
dalam sisitem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil di samping
proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagositosit, akan memasuki aliran darah.
Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar di atas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
pada sklera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang
terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka Hb akan muncul dalam plasma atau
hemoglobinemia. Abila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
untuk mengikat semuanya, Hb akan terdifusi daalm glomerulus ginjal dan ke dalam urine,
jadi ada atau tidaknya hemoglobinemia dan den hemoglobinuria daapt memberikan
informasi mengenai penghancuran sel darah merah abnormal dan dapat merupakan
penunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

1. Manifestasi klinis yang sering muncul

1) pusing
2) mudah berkunang-kunang
3) lesu (cepat lelah)
4) aktivitas berkurang
5) susah konsentrasi
6) pikiran menurun

2. Gejala khas masing-masing anemia:

1) pendarahan berulang/ kronik pada anemia paca perdarahan, anemia defesiensi


besi.
2) ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut makin buncit pada anemia
hemolitik.
3) mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.

3. Pemeriksaan fisik

1) tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi,pulsus celer, suara pembuluh


darah spontan, bising karotis, bising sistolikanorganik, perbesaran jantung.
2) manifestasi khusus:
a. defisiensi besi: spoon nail, glositis.
b. defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai.
c. hemolitik : ikterus, splenomegali.
d. aplastik : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi.

2.5 KLASIFIKASI ANEMIA

1. Anemia Hipoproliferatif
Yaitu anemia defesiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel drah merah meliputi :
a. Anemia aplastik
Disebakan oleh penurunan sel prekursor dalam sum-sum tulang
dan penggantian sum-sum tulang dengan lemak, dikarenakan
terapi radaisi, penggunaan antibiotik tertentu, dan infeksi virus.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Disebakan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritropoetin. Beberapa ertropoetin terbukti
diproduksi di luar ginjal, karena terdapat ertropoesis yang masih
terus berlangsung bahkan pada pasien yang ginjalnya telah
diangkat.
c. Anemia pada penyakit kronis
Disebabkan yang berhubungan dengan anemia jenis normositik,
normokronik ( sel drah merah dengan ukuran dan warana yang
normal) kelainan ini meliputi abses paru, osteomilitis, tuberkolosis
dan berbagai keganasan.
d. Anemia defesiensi besi
Adalah keadaan diamana kandungan besi tubuh total turun
dibawah tingkat normal ( besi diperlukan untuk sintesa protein).
Merupakan jenis anemia paling sering pada semua kelompok
umur. Penyebab tersering defesiensi besi pada pria dan wanita
pacamenopouse adalah perdarahan,malabsorpsi, terutama setelah
reseksis gester.
e. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defesiensi vit B12 dan asam folat menunjukan
perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tepi karena
kedua vitamin terebut esensial bagi sintesis DNA normal.
f. Anemia hemolitika
Disebabkan eritrosit memiliki rentang usia yang memendek.

2. Anemia Hemolitika turunan


a. Sferositosi turunan
Merupakan suatu anemia hemolitika ditandai dengan sel darah
merah kecil berbentuk sferis dan pembesaran limpa
(splenomegali).
b. Anemia selsabik
Merupakan anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada
molekul hemoglobin dan disertai serangan nyeri.
c. Hemoglobin Nopati lainnya
Pasien dengan trait hemoglobin C tidak bergejala, dan penyakit
C homosigot merupakan anemia hemolitik ringan dengan
splenomegali tetapi tanpa komplikasi serius.

d. Talasemia
Merupakan sekelompok kelainan turunan yang berhubungan dengan
defeksintesis rantai hb talesemia ditandai dengan penurunan kada hb
abnormal dalam eritrosit (Hipokromia) , eritrosit dengan ukuran lebih
kecil dari normal (Mikrositosis) , Kerusakan elemen darah (Hemolisis)
dan bermacam tingkat anemia.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG ANEMIA

1. Pemeriksaan laboraturium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiapa kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
apada komponen-komponen berikut ini: kadar Hb, indeks eritrosit, apusan
darah tepi.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endaap
darah, dan hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini : anemia
defesiensi besi, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia paad
leukimia akut.
2. Pemeriksaan laboraturium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi: torak, bone survey, USG, linfagiografi.
4. Pemeriksaan sitogenik
5. Pemeriksaan biologi molekuler

2.7 KOMPLIKASI POTENSIAL ANEMIA


Komplikasi anemia meliputi gagal jantung, parertesia, dan kejang. Pada setiap tingkat
anemia, pasien dengan penyakit jantung cenderung lebih besar kemungkinannya
mengalami angina atau gejala gagal jantung kongetif daripada seseorang yang tidak
memepunyai penyakit jantung.
2.8 PENCEGAHAN ANEMIA

Beberapa nutrsi yang harus di penuhi agar produksi sel darah merah tercukupi dan dapat
mencegah anemia di antaranya:

1. Zat besi

Kekurangan zat besi bisa memicu anemia atau kurang darah. Maka, Anda perlu mengonsumsi
makanan yang kaya akan zat besi. Zat besi sendiri memiliki dua bentukm yaitu zat besi heme
dan zat besi non-heme.

Zat besi heme dapat Anda temukan dalam makanan hewani seperti daging unggas, daging
merah (daging sapi atau kambing), jeroan (ati dan ampela), ikan serta kerang-kerangan.
Sementara zat besi non-heme dapat Anda temukan dalam makanan nabati, seperti sayuran
berdaun hijau, biji-bijian, kacang0kacangan, dan buah-buahan.

2. Zat tembaga

Zat tembaga merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi
sel darah merah. Makanan penambah darah yang kaya akan zat tembaga antara lain gandum
utuh, kacang-kacangan, daging unggas seperti ayam dan bebek, makanan laut seperti udang
dan kepiting, buah ceri, dan cokelat.

3. Asam folat

Asam folat atau vitamin B9 bisa membantu meningkatkan jumlah sel darah merah dalam
tubuh. Kekurangan asam folat berisiko sebabkan anemia. Makanan penambah darah yang
memiliki kandungan asam folat tinggi misalnya kacang polong, kacang merah, kacang hijau,
serta sayuran hijau seperti bayam dan brokoli.

4. Vitamin B12

Jenis vitamin B kompleks ini mampu meningkatkan fungsi sumsum tulang untuk membentuk
sel darah merah. Nah, itu sebabnya Anda dapat menjadikan vitamin ini sebagai makanan
penambah darah.

Anda dapat mendapatkan vitamin B12 melalui beragam jenis makanan, seperti ati sapi, ikan,
daging merah, telur, susu dan produk olahannya, serta sereal. Vitamin B12 memang jarang
ditemukan pada sayur atau buah-buahan, maka Anda yang menjalani pola makan vegetarian
atau vegan lebih riskan mengalami kekurangan vitamin B12.

5. Vitamin B6

Mirip seperti vitamin B12, vitamin B6 juga bisa membantu pembentukan sel darah merah
bagi Anda yang kurang darah atau anemia. Untuk meningkatkan kadar vitamin B6 dalam
darah, cobalah untuk mengonsumsi nasi, gandum, sereal, dan kacang-kacangan. Daging sapi,
kambing, domba, dan ayam juga kaya akan vitamin B6.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS ANEMIA

PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik akan memeberikan data mengenai
masalah dan keluhan pasien. Kelemahan, kelelahan, dan Malaise umum sering terjadi,
demikian juga kulit dan membran mukosa yang menjadi pucat. Ikterik terdapat pada
pasien dengan anemia pernisiosa atau anemia hemolitika. Rambut dan kulit kering sering
terjadi pada anemia defesiensi besi.
Status jantung harus di kaji dengan teliti. Aopabila hemoglobin rendah,
jantung akan berusaha mengkonpensasi dengan mengompa lebih cepat dan lebih kuat
sebagai usaha lebih banyak darah ke jaringan yang mengalami hipoksia. Peningkatan
beban jantung akan mengakibatkan berbagai gejala seperti : thakikardi, palpitasi,
dispneu, pusing, dan ortopnu. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kongnestif yang
ditandai dengan kardiomegali, hepatomegali, dan edemaperifer.
Pemeriksaan neurologis, pasien dikaji mengenai adanya baal, dan paretesia,
ataksia, gangguan koordinasi, dan kejang. Pengkajian funsi gastrointestinal dapat
mengungkap keluhan mual, muntah, diare, anoreksia, dan glositis (peradangan lidah).
Riwayat kesehatan meliputi informasi mengenai setiap pengobatan yang
diminum pasien yang ungkin menekan aktifitas sumsum tulang atau mempengaruhi
metebolisme folat. Pasien juga ditanya mengenai setiap adanya kehilangan darah, seperti
adanya darah dalam tinja, atau menstruasi berlebihan pada wanita. Riwayat keluarga juga
penting karena beberapa jenis anemia bersifat herediter. Kegemaran olahraga juga
penting karena latihan dapat menurunkan eritropoesis dan ketahanan hidup sel darah
merah. Pengkajian nutrisi dana menunjukan adanya kekurangan nutrisi esensial seperti
zat besi, vit B12, dan asam folat.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi,


penurunan tranfer oksigen ke paru.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berkaitan penurunan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang.
3. Ketidakseimbnagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berkaitan dengan intake
yang kurang, anoreksia.
4. Intoleransi aktivitas berkaitan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, proses metabolisme yang terganggu.
5. Nyeri akut beraitan dengan perubahan frekuensi jantung.
6. Defisit perawatan diri berkaitan dengan kelemahan fisik.
7. Resiko infeksi berkaitan dengan penurunan hemoglobin.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Promosi istirahat dan aktivitas
Dianjurkan untuk tetap bergerak dan aktif sejauh yang dapat ditoleransi begitu
anemia ditangani dan nila-nilai drah kembali ke normal untuk pasien ke aktivitas
normal secara bertahap.
2. Menjaga nutrisi yang adekuat
Gejala sehubungan dengan anemia, seperti kelemahan dan anoreksia, pada
gilirannya juga akan memepengaruhu nutrisi. Alkohol akan memepengaruhi
penggunaan nutrisi esensisal, jadi pasien harus dilarang atau membatasi konsumsi
minuman beralkohol. Perencenaan diet untuk anemia dengan makanan yang
mengandung vitamin, zat besi, dan folat.
3. Monitor dan penatalaksanaan komplikasi
Dengan adanya kekurangan oksihemoglobin yang berlangsung lama, jantung jadi
kurang mampu menyuplai darah ke jaringan yang mengalami hipoksia. Upaya
keperawatan ditujukan ke arah menurunkan aktivitas dan stimuli yang
meyenbabkan peningkatan frekuensi jantung dan curah jantung. Pasien di dorong
untuk mengidentifikasi situasi yang menyebabkan palpitasi dan dispneu dan
menghindarinya sampe anemianya sembuh.

IMPLEMENTASI

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat
tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan
diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas, mempermudah pertukaran
gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat
memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses penyakit (Doenges
Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan).

EVALUASI ( HASIL YANG DIHARAPKAN)

1. Mampu bertoleransi dengan aktivitas normal


a. Mengikuti perencana progresif istirahat, aktivitas, dan latihan.
b. Mengatur irama aktivitas sesuai tingkat energi.
2. Mencapai atau mempertahankan nutrisi yang adekuat.
a. Makan – makanan tinggi protein, kalori dan vitamin.
b. Menghindari makanan yang menyebabkan iritasi lambung.
c. Mengembangkan rencana makan yang memperbaiki nutrisi optimal.
3. Tidak mengalami komplikasi
a. Menghindari aktivitas yang menyebabkan thakikardi, palpitasi, pusing, dan
dispneu.
b. Mempergunakan upaya istirahat dan kenyaman untuk mengurangi dispneu.
c. Mempunyai tanda vital normal
d. Tidak mengalami tanda retensi cairan misalkan ; edem perifer, curah urin
berkurang, distensi vena leher.
e. Berorientasi terhadap nama, waktu , tempat, dan situasi.
f. Tetap bebas dari cidera.
BAB VI

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Menurut WHO (2015), anemia didefinisikan sebagai konsentrasi Hb (hemoglobin)


yang rendah dalam darah. Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah
sehat yang mengandung hemoglobin.

Penyebab anemia yaitu tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah, terjadi
perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat dibanding kemampuan
tubuh untuk memproduksi darah dan kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan
sel darah merah yang sehat. Anemia diklasifikasikan menjadi dua, anemia hipoproliferatif
dan anemia hemolitika turunan. Pemeriksaan penunjang bisa dilakukan dengan
penegecekan darah rutin.

Pencegahan anemia bisa dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
zat tembaga, asam folat,vitamin B12, dan vitaminB6. Memberikan asuhan keperawatan
yang tepat pada kasus anemia dapat membantu pasien untuk mencapai kesembuhan yang
optimal.

4.2 SARAN

1. Bagi penderita anemia


Diharapkan menambah informasi tentang penanganan anemia dan pencegahannya.
2. Bagi tenaga kesehatau
Memberikan pengetahuan dan asuahan keperawatan tentang anemia diharapkan
untuk lebih ditingkatkan sehingga para penderita atau yang belum menderita dapat
mencegahnya penyakitnya.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat perpatsipasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang
melibatkan mahasiswa seperti pemberian informasi tentang anemia.
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan nanda Nic-Noc Edisi Revisi
jilid 1 (2015). Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja

Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Sudart/ editor Suzanne C. Smeltzer, Brenda
G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester. Jakarta:
EGC, 2015.

Digiulio, Mary.dkk.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Diterjemahan oleh: Dwi


Prabantini. Yogayakarta: Rapha Plublishing.

Doenges, E.dkk. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai