5 Krakter Orang Yang Bertaqwa
5 Krakter Orang Yang Bertaqwa
Kita telah memasuki minggu akhir bulan Syawal. Berikut ini adalah khutbah Jumat Syawal
bertema Lima Karakter Orang bertaqwa.
Ramadhan kemarin, sebulan penuh kita berpuasa yang target utamanya adalah la’allakum
tattaqun. Agar kita semua menjadi orang yang bertaqwa. Seperti apakah orang yang
bertaqwa? Khutbah Jumat Syawal ini berusaha mengupasnya. Karenanya ia mengambil tema;
5 Karakter Orang Bertaqwa.
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang yang bertaqwa” (QS.
Al Baqarah: 183)
Taqwa itu seperti apa? Para ulama biasa mendefinisikan singkat. Taqwa adalah mengerjakan
perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Dalam Al Quran, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan karakter orang bertaqwa dalam
banyak ayat. Di antaranya dalam Surat Ali Imran ayat 133-135 yang insya Allah kita kaji
secara singkat dalam khutbah jumat Syawal ini.
133. dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri[229],
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.
[229] Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa
diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana
mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-
dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 133-
135)
1. Gemar berinfaq
Karakter orang bertaqwa yang pertama adalah gemar berinfaq baik dalam kondisi lapang
maupun sempit.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit (QS.
Ai Imran: 134)
Bulan Ramadhan yang disebut juga sebagai syahrul infaq telah melatih kita untuk banyak
berinfaq. Rasulullah juga mencontohkan, beliau yang sangat dermawan menjadi jauh lebih
dermawan pada bulan Ramadhan.
Infaq dan sedekah yang telah dilatih di bulan Ramadhan itu, hendaknya menjadi karakter kita
karena itulah karakter orang bertaqwa; berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Berinfaq baik dalam keadaan kaya atau miskin. Berinfaq baik di tanggal muda maupun
tanggal tua. Tentu besarannya disesuaikan dengan kemampuan.
Para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum, mereka mencontohkan gemar berinfaq dalam segala
kondisi. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengumumkan Perang Tabuk, dan
waktu itu kondisinya paceklik, para sahabat berbondong-bondong untuk berinfaq.
Umar radhiyallahu ‘anhu datang membawa harta yang banyak. Beliau menginfakkan harta itu
untuk jihad fi sabilillah yakni Perang Tabuk. Ketika ditanya Rasulullah, “Apa yang engkau
sisakan untuk keluargamu?” Umar menjawab, “Aku menginfakkan separuh hartaku dan
untuk keluargaku masih ada separuh hartaku.”
Setelah itu datang Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Beliau menginfakkan harta yang lebih
banyak daripada infaq Umar. “Ya Rasulullah, aku infakkan seluruh hartaku.” Ketika ditanya
Rasulullah, apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab, “Aku
tinggalkan untuk mereka, Allah dan Rasul-Nya.”
Umar yang awalnya ingin mengungguli amal Abu Bakar, saat itu tersadar, “Aku tidak pernah
bisa mengungguli Abu Bakar.”
Selain Abu Bakar dan Umar, para sahabat lainnya juga berbondong-bondong untuk berinfaq.
Ada pula sahabat yang karena keterbatasan ekonomi, hanya berinfaq segenggam kurma.
Orang-orang munafik mengejek, “Allah tidak membutuhkan infaq yang sangat sedikit seperti
itu.” Namun Rasulullah justru memuji sahabat yang infaq meskipun segenggam kurma
karena kemampuannya memang hanya sebesar itu.
Dan tidak ada ceritanya Umar jatuh miskin setelah menginfakkan separuh hartanya. Juga
tidak ada ceritanya Abu Bakar jatuh bangkrut setelah menginfakkan seluruh hartanya. Yang
ada, justru kekayaan mereka di kemudian hari bertambah dan semakin berkah. Persis seperti
sabda Nabi:
Maka mari kita miliki karakter orang bertaqwa ini. Jangan menunggu kaya baru sedekah,
sedekahlah! Insya Allah kita akan dijadikan kaya oleh Allah.
2. Menahan marah
Karakter orang bertaqwa yang kedua adalah menahan marah, mampu mengelola emosi.
Puasa Ramadhan telah mendidik kita untuk mampu mengelola emosi dengan baik. Puasa
Ramadhan telah mendidik kita untuk bersabar, menahan diri dan tidak marah. Bahkan
sekalipun ada orang-orang yang memprovokasi atau mengajak kita berkelahi.
“Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan
mengumpat. Jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia
mengatakan: aku sedang berpuasa” (Muttafaq ’alaih)
Marah sering kali membuat orang hilang akal sehat, kata-kata tidak terkontrol, keputusan
tidak bijak dan emosi tak terkendali. Puasa Ramadhan telah melatih kita untuk bisa menahan
marah dan hendaknya itu terus menjadi karakter kita.
Secara medis, banyak penyakit yang muncul akibat dipicu oleh kemarahan. Mulai dari darah
tinggi, kolestreol, hingga diabet. Sebab marah memicu hormon kortisol.
Rasulullah menyebutkan bahwa orang-orang yang mampu mengelola emosinya, mampu
menahan marah, itulah orang-orang yang sejatinya benar-benar kuat.
“Orang yang kuat bukanlah orang (menang dalam) gulat, tetapi orang kuat (yang sebenarnya)
adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Memafkan manusia
Tak hanya mampu menahan marah, orang bertaqwa juga pandai memaafkan kesahalah orang
lain. Dan memaafkan tidak akan menurunkan harga diri seseorang, ia justru menambah
kemuliaan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin
memuliakan dirinya” (HR. Muslim)
Memaafkan juga membuat hati lapang, penuh kedamaian dan mudah bahagia. Sebaliknya,
tidak memaafkan alias mendendam akan memicu hormon kortisol yang mengakibatkan
berbagai penyakit termasuk jantung, kanker dan stroke.
Karakter keempat dari orang bertaqwa adalah suka berbuat baik; ia menjadi muhsinin.
Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (QS. Ali Imran: 134)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al Munir bahwa muhsinin adalah
orang yang membalas kejelekan dengan kebaikan.
Orang mencela kita, kita tidak marah, justru memaafkannya dan menyambung silaturahim
dengannya, ini adalah contoh muhsinin. Ada orang menyakiti kita, kita justru memaafkan dan
menolongya saat membutuhkan, juga contoh muhsinin.
Ramadhan telah mendidik kita untuk berbuat baik kepada siapa pun. Dan sudah seharusnya
karakter itu kita teruskan sepanjang tahun karena itulah karakter orang bertaqwa.
5. Segera bertaubat
Karakter kelima dari orang bertaqwa adalah segera ingat Allah dan bertaubat kepada-Nya
ketika melakukan dosa dan kemaksiatan.
ُص ُّروا َعلَى َما َ َُّللاَ فَا ْستَ ْغفَ ُروا ِلذُنُو ِب ِه ْم َو َم ْن يَ ْغ ِف ُر الذُّن
َّ وب ِإ َّال
ِ َّللاُ َولَ ْم ي َ ُظلَ ُموا أ َ ْنف
َّ س ُه ْم ذَك َُروا َ شةً أ َ ْو ِ ََوا َّلذِينَ ِإذَا فَ َعلُوا ف
َ اح
َفَ َعلُوا َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 135)
Tidak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa kecuali Rasulullah yang ma’shum. Setiap
orang bisa salah, setiap orang bisa terperosok ke dalam dosa, setiap orang bisa berbuat
maksiat. Yang paling penting adalah segera bertaubat; ingat Allah, memohon ampun
kepadaNya dan tidak mengulanginya lagi.
Demikianlah karakter kelima dari orang bertaqwa, sekaligus mengakhiri khutbah pertama
dari khutbah Jumat Syawal ini.
َِين ُك ِل ِه َولَ ْو ك َِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون ِ ُظ ِه َرهُ َعلَى الد ْ ق ِلي
ِ ِين ْال َح
ِ سولَهُ ِب ْال ُهدَى َود ُ س َل َر َ ْال َح ْمد ُ ِ َّّلِلِ الَّذِي أ َ ْر
سولُه ُ ور َ أن ُم َح َّمدًا ع ْبدُه َّ ُ وأشهد،ُأن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ دَهُ ال ش َِريكَ لَه ْ ُ أ َ ْش َهد.
ََّللاَ َح َّق ت ُ َقا ِت ِه َو َال ت َ ُموت ُ َّن ِإ َّال َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون
َّ َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا
Jika kita memilikinya, maka insya Allah kita memiliki karakter orang bertaqwa sekaligus
menjadi harapan kita termasuk orang yang bertaqwa. Menjadi orang yang bertaqwa bukan
hanya menunjukkan bahwa puasa kita berhasil namun juga akan membawa kita menjadi
orang yang sukses sebagaimana firman-Nya:
Sukses di dunia, sukses di akhirat. Berlimpah kebaikan dan keberkahan di dunia, dan insya
Allah di akhirat dimasukkan Allah ke dalam surgaNya.
Mengakhiri khutbah Jumat syawal ini, marilah kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.