Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena

merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial masyarakat. Aktivitas

komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia mulai dari

bangun tidur sampai ia beranjak tidur kembali. Bisa dipastikan sebagian besar dari

kegiatan dalam kehidupan kita bergantung pada komunikasi, baik komunikasi verbal

maupun nonverbal.

Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-

hari. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, menemukan pribadi kita dan

orang lain, kita bergaul, bersahabat, bermusuhan, mencintai atau mengasihi orang lain,

membenci orang lain dan sebagainya. Maka dari itu komunikasi memegang peranan yang

sangat besar terhadap kehidupan sosial seseorang.

Komunikasi terbagi kedalam beberapa bagian, yakni ada komunikasi

interpersonal, komunikasi intrapersonal, komunikasi antarbudaya dan juga komunikasi

massa. Dan yang akan penulis bahas saat ini adalah komunikasi massa. Dewasa ini

komunikasi massa sering menjadi perbincangan berbagai kalangan, mulai dari peranan

dan fungsinya di masyarakat. Namun, selain hal tersebut juga ada beberapa permasalah

yang menimpa komunikasi massa, mulai dari pesan atau materi yang disampaikan

terkadang tidaklah objektif, melainkan berpihak kepada satu sisi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian komunikasi terapeutik ?

2. Bagaimana tujuan komunikasi terapeutik ?

3. Bagaimana manfaat komunikasi terapeutik ?

4. Bagaimana syarat-syarat komunikasi terapeutik ?

5. Bagaimana sikap komunikasi terapeutik ?

6. Bagaimana fase-fase komunikasi terapeutik ?

7. Bagaimana pengertian komunikasi pada keluarga ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik

2. Mengetahui tujuan komunikasi terapeutik

3. Mengetahui manfaat komunikasi terapeutik

4. Mengetahui syarat-syarat komunikasi terapeutik

5. Mengetahui sikap komunikasi terapeutik

6. Mengetahui fase-fase komunikasi terapeutik

7. Mengetahui pengertian komunikasi pada keluarga

2
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik

Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan

(Ashorby dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat diartikan bahwa terapeutik adalah

segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi

terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk

membantu penyembuhan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan

komunikasi professional bagi perawat

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawatakan lebih mudah

menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan lebih efektif dalam

mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan, memberikan kepuasan

professional dalam pelayanan keperawatan dan akan meningkatkan profesi.

Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah :

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran

serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien

percaya pada hal yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan

mempertahankan kekuatan egonya.

3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.

3
C. Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik (Christina, dkk., 2003) adalah:

1. Mendorong dan mengajukan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui

hubungan perawat – klien.

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah dan

mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

D. Syarat-syarat Komunikasi Terapeutik

Stuat dan Sundeen (dalam Christina, dkk., 2003) mengatakan ada dua persyaratan

dasar untuk komunikasi terapeutik efektif :

1. Semua komunikasi harus di tujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun

penerima pesan.

2. Komunikasi yang menciptakan salling pengertian harus dilakukan terlebih dahulu

sebelum memberikan saran, informasi, maupun masukan.

Persyaratan-persyaratan untuk komunikasi terapeutik ini dibutuh kan untuk

membentuk hubungan perawat-klien sehingga klien memungkinkan untuk

mengimplementasikan proses keperawatan.

Komunikasi terapeuti kini akan efektif bila melalui penggunaan dan latihan yang

sering.

E. Sikap Komunikasi Terapeutik

Egan (dalamkeliat, 1992), mengidentifikasikan lima sikap atau cara untuk

menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu:

1. Berhadapan

Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.

4
2. Mempertahankan kontak mata

Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan

keinginan untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkung kearah klien

Posisi ini menunjukan keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.

4. Memperlihatkan sikap terbuka

Tidak melipat kaki atau tangan menunjukan keterbukaan untuk berkomunikasi dan

siap membantu

5. Tetaprileks

Tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam

memberikan respon kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang

menyenangkan.

F. Fase-fase Komunikasi Terapeutik

Proses komunikasi terapeutik melalui fase atau tahapan dimulai dari tahap

/fase pra interaksi sampai pada tahap terminasi,

1. Fase pra interaksi

Adalah tahap masa persiapan sebelum berhubungan atau komunikasi dengan klien

Tugas perawat pada fase ini :

a. Mendapatkan informasi tentang klien

b. Mencari literature yang berkaitan dengan masalah klien

c. Mengexplorasi perasaan , fantasi, dan ketakutan diri

d. Menganalisa kekuatan diri dan kelemahan professional diri

e. Menentukan spesifik data yang akan dicari

f. Metode yang tepat untuk wawancara

g. Setting ruang, waktu, dan tempat


5
2. Fase orientasi atau perkenalan

Adalah kegiatan perawat pada pertemuan pertama dengan klien , Tahap orietasi

adalah dasar bagi komunikasi selanjutnya, kegagalan tahap ini menjadi kegagalan

pada keseluruhan interaksi.

Tugas perawat pada fase ini adalah :

a. Membina hubungan saling percaya, dengan cara memperkenalkan diri

menunjukan penerimaan dan komunikasi terbuka. ikhlas, menerima klien apa

adanya menepati janji dan menghargai klien.

b. Menentukan kontrak , hal ini penting untuk kelangsungan komunikasi

terapeutik , komponen kontrak meliputi topic ,waktu, tempat, dan jelaskan

peran perawat yaitu membantu klien , sedangkan kekuatan dan keinginan untuk

berubah ada pada klien sendiri.

c. Menggali pikiran dan perasaan klien , untuk menemukan masalah klien

d. Perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya

3. Fase kerja

Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik

a. Perawat membantu klien mengatasi masalahnya

b. Perawat dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisa yang tinggi

c. Perawat ,membantu klien mengenal masalahnya, cara mengatasinya dan

evaluasi cara yang telah dipilih.

d. Perawat harus peka pada ungkapan klien verbal maupun non verbal.

4. Fase terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien.Tahap terminasi

dibagi dua yaitu termianasi sementara dan terminasi akhir Terminasi sementara

6
yaitu pada setiap akhir pertemuan sedangkan terminasi akhir yaitu perawat telah

selesai melaksanakan asuhan keperawatan pada klien tersebut.

Tugas perawat pada tahap terminasi

a. Mengevaluasi tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan

b. Melihat /mengevaluasi keadaan klien secara objektif ( Evaluasi objektif)

c. Mengevaluasi perasaan klien setelah berinteraksi dengan klien (evaluasi

subjektif) dengan menanyakan bagaimana perasaan klien setelah dilakukan

tindakan perawatan

d. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan (pekerjaan

rumah untuk klien)

e. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

G. Pengertian komunikasi pada keluarga

Keluarga adalah sebagai suatu sistem yang terdiri atas individu-individu yang

berinteraksi dan saling bersosialisasi dan mengatur. Keluarga merupakan tempat

dimana sebagian besar dari kita mempelajari komunikasi, bahkan bisa dikatakan

tempat dimana sebagian besar dari kita belajar bagaimana kita berpikir mengenai

komunikasi. Definisi ini menekankan hubungan-hubungan interpersonal yang saling

terkait antara para anggota keluarga, walau hanya berdasarkan pada ikatan darah atau

kontrak-kontrak yang sah sebagai dasar bagi sebuah keluarga (Brommel, 1986)

Komunikasi dengan keluarga

Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat,orang

tua, dan anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi

segi tiga. Saudara kandung,sanak keluarga lainnya dan pengasuhannya juga

merupakan bagian dari proses komunikasi.

7
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu

sendiri (verbal dan non verbal), informasi dari orang tua dan observasi perawat

sendiri. Orang tua merupakan fokus penting dalam komunikasi segi tiga (anak-orang

tua-perawat) walaupun tidak mengabaikan saudara kandung,sanak saudara atau

pembantunya.

Dalam proses komunikasi dalam keluarga kita dapat menggunakan langkah-

langkah seperti: mendorong orang tua untuk berbicara, mengarahkan pada pokok

permasalahan, mendengar, diam sejenak, meyakinkan, menentukan masalah,

memecahkan masalah, mengantisipasi bimbingan dan menghindari hambatan-

hambatan komunikasi.

1. Mendorong Orang Tua Untuk Berbicara

Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hati dan gunakan pertanyaan-

pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin. Misalnya “bu, bisa

dijelaskan bagaimana kondisi putra ibu sebelum dibawa ke rumah sakit ini?”

2. Mengarahkan Pada Pokok Permasalahan

Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara

adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu

pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas. Langkah ini

dilakukan untuk menghindari komunikasi yang tidak relevan dan mengefektifkan

komunikasi yang terapeutik

3. Mendengarkan

Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif.

Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan

sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsentrasi dan

8
perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal,non verbal, dan

yang bersifat abstrak.

4. Diam Sejenak

Diam sebagai satu respon, sering kali merupakan tehnik wawancara yang sulit

untuk dipelajari. Diam bertujuan untuk mengalihkan pikiran,perasaan dan untuk

saling memahami emosinya kadang-kadang perlu menghentikan taktik diam ini

dan kembali berkomunikasi.

5. Bersikap Empati

Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang

empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien atau

keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan

“membantu” dengan klien. Ungkapan empati tersebut,misalnya : “Kami bisa

merasakan apa yang ibu rasakan saat ini, mudah-mudahan ibu sabar dan mendapat

kekuatan dari Tuhan”.

6. Meyakinkan

Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin

menunjukkan kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat

yang menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar

perawat memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaran yang menyinggung harga

diri sebagai orang tua. “kami akan berusaha maksimal membantu mengatasi

masalah putra ibu dan kita berharap semoga dapat segera teratasi”

7. Menentukan Masalah

Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada. Perawat akan

bersama ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak. Misalnya :

9
“kalau saya perhatikan mata putra ibu ini cowong,mukosa bibirnya kering dan

turgor kulitnya menurun, apa benar putra ibu tadi dehidrasi?”

8. Memecahkan Masalah

Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian

mulai merencanakan pemecahannya. Perawat harus mendiskusikan resikonya

terhadap keluarga dan mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif.

Misalnya : “kalau benar putra ibu dehidrasi, maka kita harus segera melakukan

rehidrasi, sebab bila terlambat dapat berakibat vatal bagi kondisi putra ibu”.

9. Mengadaptasi Bimbingan

Segera setelah masalah diindentifikasi dan disetujui oleh perawat dan orang tua,

maka dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam

memecahkan masalah berpartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila

situasi memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan

perawat berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.

10. Mengindari hambatan-hambatan komunikasi

Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :

a. Sosoalisasi kepada sasaran yang tidak tepat

b. Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang diperlukan

c. Memberikan dorongan sepintas

d. Melindungi suatu situasi atau opini

e. Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai

f. Memberikan pujian secara stereoptipi

g. Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup

h. Menginterupsi dan menyelesaikan kalimat seseorang

i. Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervensi

10
j. Membuat konklusi yang menghakimi

k. Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja.

11
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, signal, simbol,

informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke penerima pesan

dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor).

Komunikasi dalam interaksi keluarga sering terjadi komunikasi antar pribadi yang

dilakukan dengan spontan antara anggota keluarga, tidak mempunyai tujuan yang

ditetapkan terlebih dahulu. Apabila percakapan mereka semakin serius, maka dapat terjadi

dialog, di antara mereka.

B. Saran

Diharapkan perawat dapat melakukan komunikasi dengan keluarga dengan baik dan

sesuai dengan adat istiadat yang berlaku di lingkungan praktek keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Balson, Maurice. 1999. Becoming Better Parents: Menjadi Orang Tua yang Sukses.

Jakarta: PT Grasindo.

Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta:

Grasindo

Suhendi, H. Hendi dan Ramdani Wahyu. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.

Bandung: Pustaka Setia.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan & Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.

http://putrakietha.blogspot.com/2013/12/komunikasi-terapeutik.html

Mudankir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.

Bandung : Refika Aditama.

13

Anda mungkin juga menyukai