ACARA I
PENGUJIAN DATA HUJAN
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan pengujian data hujan dan menentukan rata-rata
hujan daerah.
II. ALAT DAN BAHAN
1. Komputer
2. Alat Tulis
3. Kalkulator
4. Buku Sumber
5. Data Curah Hujan
III. DASAR TEORI
Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa
berupa air hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es, Di daerah tropis hujan
yang berupa air sering disebut sebagai presipitasi karena tidak semua tempat turun
hujan (Wilson,1993). Uap air akibat dari evaporasi dan evapotranspirasi bergerak di
atmosfer (udara) kemudian akibat perbedaan temperatur di atmosfer dari panas
menjadi dingin maka air akan terbentuk akibat kondensasi dari uap menjadi keadaan
cairan (from air to liquid state). Tetesan kecil (tiny droplet) tumbuh oleh kondensasi
dan berbenturan dengan tetesan air lainnya dan terbawa oleh gerakan udara turbulen
sampai pada kondisi yang cukup besar menjadi butir – butir air. Apabila jumlah butir
air sudah banyak dan akibat dari berat sendiri (secara gravitasi) butir – butir air itu
akan turun ke bumi dan proses turunnya butiran air ini disebut dengan hujan. Bila
temperature udara turun sampai di bawah 00 Celcius, maka butiran air akan berubah
menjadi salju (Kodoatie dan Sjarif, 2010). Tipe presipitasi dapat ditentukan atas
dasar dua sudut pandangan yang berlainan. Suatu klarifikasi dapat dilakukan baik
atas dasar genesis maupun atas dasar bentuk presipitasi (Seyhan, 1977).
1. Klasifikasi genetik
Klasifikasi ini di dasarkan atas timbulnya presipitasi. Agar terjadi
presipitasi, terdapat tiga faktor utama yang penting: suatu tubuh udara yang
lembab, inti kondensasi dan suatu sarana untuk menaikkan udara yang lembab.
dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial
atau hujan konveksi.
Jumlah curah hujan yang diterima oleh suatu daerah sangat tergantung dari
faktor-faktor meteorologi, ketinggian tempat, jarak sumber uap air, posisi daerah
terhadap kontinen, arah angin, posisi daerah terhadap pegunungan, dan suhu relatif
daratan dan lautan.
Untuk berbagai tujuan, karakteristik presipitasi yang dipelajari hidrologi adalah:
Intensitas merupakan jumlah curah hujan yang jatuh dalam waktu tertentu.
Durasi merupakan periode waktu selama hujan berlangsung.
Frekuensi merupakan harapan hujan akan jatuh.
PA PB PC PD
+ + +
(dxA)2 (dxB)2 (dxC)2 (dxD)2
Px = 1 1 1 1
+ + +
(dxA)2 (dxB)2 (dxC)2 (dxD)2
Keterangan :
Px = tinggi hujan (mm)
PA, PB, PC = tinggi hujan stasiun sekitar (mm)
dxA, dxB = jarak dari stasiun hujan x ke masing-masing stasiun
hujan A, B, dan seterusnya (km)
Cara Kerja :
a. Mengambil data rerata bulanan dari beberapa stasiun beserta peta lokasi
stasiun hujan.
b. Mencari stasiun yang data hujannya tidak lengkap, misalnya bulan a
dalam tahun b.
c. Melihat data yang sama pada stasiun terdekat lainnya (minimal 2 stasiun)
apakah terisi atau tidak, jika terisi maka langkah selanjutnya bisa
dilakukan.
d. Menghitung jarak dari stasiun yang datanya hilang dengan stasiun-stasiun
terdekat.
e. Menggunakan rumus yang ada. Stasiun yang datanya hilang sebagai PX
dan stasiun lainnya sebagai PA, PB, dan PC serta jaraknya sebagai dxA,
dxB, dan dxC.
pengaruh perubahan lokasi alat ukur atau gangguan lainnya terhadap konsistensi data
hujan yang dihasilkan.
Uji konsistensi dapat dilakukan dengan teknik masa ganda (Double Massa
Curve), yaitu dengan membandingkan hujan rata-rata akumulatif dari stasiun yang
dimaksud (sebagai sumbu Y) dengan rerata akumulatif stasiun-stasiun disekitarnya
(sebagai sumbu X), yang dianggap sebagai stasiun dasar. Stasiun-stasiun dasar
tersebut dipilih dari tempat-tempat yang berdekatan dengan stasiun yang akan diteliti
konsistensinya.
Dari garis masa ganda dapat diketahui konsistensi data stasiun yang diteliti.
Jika garis yang dihasilkan lurus, maka disimpulkan datanya cukup baik, sebaliknya
jika garis yang dihasilkan tidak lurus maka menunjukkan bahwa data hujan dari
stasiun tersebut mengalami penyimpangan. Apabila akan dipakai data harus
dikoreksi dahulu dengan melakukan perhitungan yang berasal dari pembacaan
gambar untuk mencari harga-harga X, Y, Xo, Yo, YX.
Rumusnya :
Tga1
Hz
Tga 0
Y0 Y
Dimana : Tg 0 danTg1 1
X0 X1
Keterangan :
Hz = hujan yang diperkirakan (dihitung)
Tg 0 = kemiringan garis double massa curve sebelum perubahan
Tg = Y1-Y2 / X1-X2
Hz = Tgα1 / Tg 0
f. Setelah dapat nilai Hz, maka setiap data yang menyimpang dikalikan nilai
Hz sebagai data yang benar.
Jumlah (∑)
c. Menggunakan rumus :
R= (n.xy) (x.y )
{ n x x ( x) 2 }{ n x y 2 ( y ) 2 }
2
Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) data curah hujan yang dicari pada
Stasiun Dadapan bulan Januari tahun 1994 adalah 208,969 mm
STASIUN ͞͞͞͞ABC X
ABC X
No Tahun Y' Y A B C ABC X
1 1978 2281,025 2281,025 2041 2480 2682 2401 2401
2 1979 1647,54 3928,565 2062 2703 2813 2526 4927
3 1980 1623,529 5552,094 2273 2537 2570 2460 7387
4 1981 2456,884 8008,978 2057 2553 2425 2345 9732
5 1982 1731,226 9740,204 2227 1645 1579 1817 11549
6 1983 2255,163 11995,367 1971 3621 1960 2517,333 14066,333
7 1984 2117,592 14112,59 2181 1713 2537 2143,667 16210
8 1985 1407,053 15520,012 2062 1226 2629 1972,333 18182,333
9 1986 1062,97 16582,982 2010 1282 1819 1703,667 19886
10 1987 2514,702 19097,684 2037 1093 1428 1519,333 21405.333
11 1988 2438,896 21536,580 1981 1311 1902 1731,333 23136,667
12 1989 2674,117 24210,697 1981 2193 1599 1924,333 25061
13 1990 1370,617 25581,314 1981 1611 1561 1717,667 26778.667
14 1991 1377,119 26958,433 1981 1618 1270 1623 28401,667
15 1992 2022,882 28981,315 1981 2434 1925 2113,333 30515
16 1993 2388,841 31370,156 1988 1884 1936 1936 32451
17 1994 1740,647 33110,803 2042 2014 553 1536,333 33987,333
18 1995 2194,427 35305,230 2206 3065 1837 2369,333 36356,667
19 1996 1920,248 37225,478 2325 1823 633 1593,667 37950.333
20 1997 1131,955 38357,433 2178 1231 1940 1783 39733,333
21 1998 2745,38 41102,813 2037 2931 1981 2316,333 42049,667
22 1999 2403,62 43506,433 2022 2233 1396 1883,667 43933,333
23 2000 2436,48 45942,913 2036 3138 1948 2374 46307,333
24 2001 3002,609 48945,522 2059 2339 1604 2000,667 48308
STASIUN ͞͞͞͞ABC X
ABC X
No Tahun Y' Y A B C ABC X
25 2002 1595,849 50541,371 2070 1270 2398 1912,667 50220,667
26 2003 1339,777 51881,148 2282 1825 1656 1921 52141,667
Keterangan:
Y = Curah hujan Stasiun Dadapan (mm)
Y’ = Jumlah Kumulatif Curah hujan Stasiun Dadapan (mm)
A = Curah hujan Stasiun Tempel (mm)
B = Curah hujan Stasiun Jetis (mm)
C = Curah hujan Stasiun Beran (mm)
͞͞͞͞ABC = Rata-rata Curah hujan Stasiun A,B,dan C (mm)
X = Jumlah kumulatif rata-rata curah hujan Stasiun A,B,dan C (mm)
Tabel 1.3 Hasil Perhitungan Korelasi Antar Stasiun Dadapan Dengan Stasiun Tempel
No Tahun X Y X2 Y2 X.Y
1 1978 2281,025 2041 5203075,051 4165681 4655572,025
2 1979 1647,54 2062 2714388,052 4251844 3397227,480
3 1980 1623,529 2273 2635846,414 5166529 3690281,417
4 1981 2456,884 2057 6036278,989 4231249 5053810,388
5 1982 1731,226 2227 2997143,463 4959529 3855440,302
6 1983 2255,163 1971 5085760,157 3884841 4444926,273
7 1984 2117,592 2181 4484195,878 4756761 4618468,152
8 1985 1407,053 2062 1979798,145 4251844 2901343,286
9 1986 1062,97 2010 1129905,221 4040100 2136569,700
10 1987 2514,702 2037 6323726,149 4149369 5122447,974
11 1988 2438,896 1981 5948213,699 3924361 4831452,976
12 1989 2674,117 1981 7150901,730 3924361 5297425,777
13 1990 1370,617 1981 1878590,961 3924361 2715192,277
14 1991 1377,119 1981 1896456,740 3924361 2728072,739
15 1992 2022,882 1981 4092051,586 3924361 4007329,242
16 1993 2388,841 1988 5706561,323 3952144 4749015,908
17 1994 1740,647 2042 3029851,979 4169764 3554401,174
18 1995 2194,427 2206 4815509,858 4866436 4840905,962
No Tahun X Y X2 Y2 X.Y
19 1996 1920,248 2325 3687352,382 5405625 4464576,600
20 1997 1131,955 2178 1281322,122 4743684 2465397,990
21 1998 2745,38 2037 7537111,344 4149369 5592339,060
22 1999 2403,62 2022 5777389,104 4088484 4860119,640
23 2000 2436,48 2036 5936434,790 4145296 4960673,280
24 2001 3002,609 2059 9015660,807 4239481 6182371,931
25 2002 1595,849 2070 2546734,031 4284900 3303407,430
26 2003 1339,777 2282 1795002,410 5207524 3057371,114
Total 51881,148 54071 110685262,384 112732259 107486140,097
Keterangan:
X = Curah hujan Stasiun Dadapan (mm)
Y = Curah hujan Stasiun Tempel (mm)
Berdasarkan hasil perhitungan terlampir Stasiun Tempel tidak layak
menggantikan atau mengisi data curah hujan yang hilang di Stasiun Dadapan
karena hasil 0,286954029 dengan keterangan korelasi lemah.
Tabel 1.4 Korelasi Antara Stasiun Dadapan Dengan Stasiun Jetis
NO Tahun X Y X2 Y2 X.Y
1 1978 2281,025 2480 5203075,051 6150400 5656942,000
2 1979 1647,54 2703 2714388,052 7306209 4453300,620
3 1980 1623,529 2537 2635846,414 6436369 4118893,073
4 1981 2456,884 2553 6036278,989 6517809 6272424,852
5 1982 1731,226 1645 2997143,463 2706025 2847866,770
6 1983 2255,163 3621 5085760,157 13111641 8165945,223
7 1984 2117,592 1713 4484195,878 2934369 3627435,096
8 1985 1407,053 1226 1979798,145 1503076 1725046,978
9 1986 1062,97 1282 1129905,221 1643524 1362727,540
10 1987 2514,702 1093 6323726,149 1194649 2748569,286
11 1988 2438,896 1311 5948213,699 1718721 3197392,656
12 1989 2674,117 2193 7150901,730 4809249 5864338,581
13 1990 1370,617 1611 1878590,961 2595321 2208063,987
14 1991 1377,119 1618 1896456,740 2617924 2228178,542
NO Tahun X Y X2 Y2 X.Y
15 1992 2022,882 2434 4092051,586 5924356 4923694,788
16 1993 2388,841 1884 5706561,323 3549456 4500576,444
17 1994 1740,647 2014 3029851,979 4056196 3505663,058
18 1995 2194,427 3065 4815509,858 9394225 6725918,755
19 1996 1920,248 1823 3687352,382 3323329 3500612,104
20 1997 1131,955 1231 1281322,122 1515361 1393436,605
21 1998 2745,38 2931 7537111,344 8590761 8046708,780
22 1999 2403,62 2233 5777389,104 4986289 5367283,460
23 2000 2436,48 3138 5936434,790 9847044 7645674,240
24 2001 3002,609 2339 9015660,807 5470921 7023102,451
25 2002 1595,849 1270 2546734,031 1612900 2026728,230
26 2003 1339,777 1825 1795002,410 3330625 2445093,025
Total 51881,148 53773 110685262,384 122846749 111581617,144
Keterangan:
X = Curah hujan Stasiun Dadapan (mm)
Y = Curah hujan Stasiun Jetis (mm)
Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) Stasiun Jetis layak menggantikan
atau mengisi data curah hujan yang hilang di Stasiun Dadapan karena hasil
0,4961011 dengan keterangan korelasi sedang.
Tabel 1.5 Korelasi Antara Stasiun Dadapan Dengan Stasiun Beran
No Tahun X Y X2 Y2 X.Y
1 1978 2281,025 2682 5203075,051 7193124 6117709,050
2 1979 1647,54 2813 2714388,052 7912969 4634530,020
3 1980 1623,529 2570 2635846,414 6604900 4172469,530
4 1981 2456,884 2425 6036278,989 5880625 5957943,700
5 1982 1731,226 1579 2997143,463 2493241 2733605,854
6 1983 2255,163 1960 5085760,157 3841600 4420119,480
7 1984 2117,592 2537 4484195,878 6436369 5372330,904
8 1985 1407,053 2629 1979798,145 6911641 3699142,337
9 1986 1062,97 1819 1129905,221 3308761 1933542,430
10 1987 2514,702 1428 6323726,149 2039184 3590994,456
No Tahun X Y X2 Y2 X.Y
11 1988 2438,896 1902 5948213,699 3617604 4638780,192
12 1989 2674,117 1599 7150901,730 2556801 4275913,083
13 1990 1370,617 1561 1878590,961 2436721 2139533,137
14 1991 1377,119 1270 1896456,740 1612900 1748941,130
15 1992 2022,882 1925 4092051,586 3705625 3894047,850
16 1993 2388,841 1936 5706561,323 3748096 462479,176
17 1994 1740,647 553 3029851,979 305809 962577,791
18 1995 2194,427 1837 4815509,858 3374569 4031162,399
19 1996 1920,248 633 3687352,382 400689 1215516,984
20 1997 1131,955 1940 1281322,122 3763600 2195992,700
21 1998 2745,38 1981 7537111,344 3924361 5438597,780
22 1999 2403,62 1396 5777389,104 1948816 3355453,520
23 2000 2436,48 1948 5936434,790 3794704 4746263,040
24 2001 3002,609 1604 9015660,807 2572816 4816184,836
25 2002 1595,849 2398 2546734,031 5750404 3826845,902
26 2003 1339,777 1656 1795002,410 2742336 2218670,712
Total 51881,148 4858 110685262,384 98878265 96761664,993
Keterangan:
X = Curah hujan Stasiun Dadapan (mm)
Y = Curah hujan Stasiun Beran (mm)
Berdasarkan hasil perhitungan terlampir Stasiun Beran tidak layak
menggantikan atau mengisi data curah hujan yang hilang di Stasiun Dadapan
karena hasil 0,023400550 dengan keterangan korelasi sangat lemah.
Tabel 1.6 Curah Hujan Hilang Normal Ratio Method Tahun 1994
Keterangan:
X = Curah hujan Stasiun Dadapan (mm)
A = Curah hujan Stasiun Tempel (mm)
B = Curah hujan Stasiun Jetis (mm)
C = Curah hujan Stasiun Beran (mm)
Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) pada Stasiun Dadapan tahun
1994 didapatkan curah hujan sebesar 1239,058 mm.
Tabel 1.7 Curah Hujan Hilang Normal Ratio Method Tahun 1995
Tahun Stasiun (x) Stasiun A Stasiun B Stasiun C
1991 1377,119 1981 1618 1270
1992 2022,882 1981 2434 1925
1993 2388,841 1988 1884 1936
1994 1740,646 2042 2014 553
1995 1939,630 2206 3065 1837
1996 1920,248 2325 1823 633
1997 1131,955 2178 1231 1940
Total 1058,691 14701 14069 10094
Keterangan:
X = Curah hujan Stasiun Dadapan (mm)
A = Curah hujan Stasiun Tempel (mm)
B = Curah hujan Stasiun Jetis (mm)
C = Curah hujan Stasiun Beran (mm)
V. PEMBAHASAN
Praktikum Hidrologi Lingkungan acara pertama yang berkaitan dengan
pengujian data hujan. Data curah hujan yang hilang merupakan data curah hujan
Stasiun Dadapan dengan data pembanding dari Stasiun Tempel, Jetis, dan Beran.
Data curah hujan yang digunakan selama 26 tahun dengan rentang dari tahun 1978
sampai 2003. Selain itu, menggunakan peta dasar dengan skala 1:180.000. Untuk
melakukkan pengisian data curah yang hilang tersebut digunakan dua metode yaitu
Inversed Square Distance Method dan Normal Ratio Method. Metode Inversed
Square Distance menggunakan tahapan analisis secara matematis antara lain
perhitungan data curah hujan yang hilang (PX) dan korelasi data. Korelasi data ini
dilakukkan dengan membandingkan hasil perhitungan PX dari stasiun uji dengan
stasiun pembanding sehingga didapatkan hubungan antara keduanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya data curah hujan antara lain dari
faktor alat maupun human erorr. Kerusakan alat baik karena faktor alam maupun
dari komponen penyusun alat itu sendiri. Faktor alam yang dapat mempengaruhi dan
mengganggu kerja alat tersebut bisa disebabkan karena adanya bencana alam seperti
badai. Kerusakan yang terjadi pada komponen-komponen karena tidak dilakukkan
perawatan secara berkala. Faktor human erorr atau kelalaian manusia dalam
pengambilan datanya. Selain itu, dapat terjadi karena waktu pengukuran yang
melewati waktu yang telah ditentukan sehingga keakuratan data yang diambil lemah.
Data yang hilang tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap pengolahan data
curah hujan suatu wilayah untuk berbagai keperluan.
Perbandingan hasil antara Normal Ratio Method dengan Inversed Square Distance
Method menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan rumus dan penggunaan data
yang digunakan dari masing-masing metode dapat diketahui bahwa di dalam
pengujian data hilang metode Inversed Square Distance Method lebih akurat. Faktor
yang menyebabkan tingkat keakuratan yang lebih tinggi antara lain data curah hujan
setiap bulan pada tahun tertentulah yang digunakan. Selain itu, keunggulan metode
ini yaitu dapat menentukan data curah hujan yang hilang pada bulan tertentu apabila
diperlukan. Sementara Normal Ratio Method, tidak dapat menentukan curah hujan
setiap bulan tetapi hanya dapat mengetahui jumlah curah hujan setiap tahunnya.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan dan pembahasan yang telah dilakukkan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi hilangnya data yaitu kerusakan alat
dan human erorr.
2. Tidak terjadi penyimpangan pada garis konsistensi yang ditunjukkan pada
grafik tersebut.
3. Stasiun Jetis memiliki korelasi sedang dengan Stasiun Dadapan sehingga
dapat digunakan untuk mengganti data curah hujan yang hilang.
4. Inversed Square Distance Method menjadi metode yang akurat dalam
pengisian data curah hujan yang hilang.
DAFTAR PUSTAKA