DOSEN PEMBIMBING:
EVAJAYANTI, SKM, M.Kes
DISUSUN OLEH:
PINA
18007
Di Indonesia masalah gizi buruk hingga saat ini masih belum teratasi. Salah satu masalah gizi
yang paling utama pada saat ini, di Indonesia adalah kurang kalori, dan protein. Hal ini banyak
ditemukan pada bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan
golongan rentan. Selain itu banyak ibu yang melahirkan bayi prematur yaitu bayi dengan berat
badan rendah karena tidak sesuai dengan usia kelahirannya. Bayi dengan berat badan rendah
memiliki resiko besar terkena infeksi dan lebih memperlukan ASI lebih besar dibanding bayi
dengan berat badang normal. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan
oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam
ASI. Namun, banyak ibu yang mengganti ASI dengan susu formula. Padahal hal itu sangatlah
tidak baik untuk seorang bayi. Bayi umumnya diberikan ASI hingga berusia enam bulan, setelah
itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi.
Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya selama 3 bulan bahkan ada yang hanya
memberikan ASI selama satu bulan saja dikarenakan kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI
semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharan dan tumbuh kembang
bayi, Oleh sebab itu maka penulis membuat makalah dengan judul ”ASI EKSKLUSIF”.
1.3 Tujuan
1. Deskriptif
2. Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur di internet dan buku-buku panduan
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB II
PEMBAHASAN
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.
(Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang
diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli,
2000). Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI
kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah
usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan
pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan
melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi
dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi
tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan
yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007).
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan
negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena
mengandung enzim pencernaan. Beberapa manfaat ASI sebagai berikut :
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung
lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi
yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian
ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi
ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi
ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin
mendekatkan hubungan ibu dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan
emosinya di masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi
karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat
menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan
bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli,
2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan
paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu
tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-
jalan tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu
steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat
fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol susu, serta peralatan
lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat
berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap
saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli,
2005 ).
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan
mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun
berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain.
Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran
ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama kehamilan terjadi
perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya
proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya
peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar
cairan kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan
normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi,
pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh
estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air
susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.
Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu.
Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi
buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses pelepasan ASI yang
berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari
sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga ASI
tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat
ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui
bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress
seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau
merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga mempercepat
lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui
Dini ). Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin baik.
Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui, hal
ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula
(Maryunani, 2009).
Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit dan berisi
lebih dari 100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:
1. Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A yang tinggi
yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein
Protein dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey (protein yang mudah di
cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di bandingkan dengan casein.
3. Lemak
Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen yang gizi yang
sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak mendapatkan ASI lebih
banyak menderita penyakit koroner usia muda.
4. Laktosa
Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber energi meninggkatkan
absorbs kalsium dan merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5. Zat Besi
Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui jarang kekurangan zat
besi.
6. Taurin
Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting dalam maturasi
otak bayi.
7. Laktobacilus
Berfungsi menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli yang sering
menyebabkan diare pada bayi.
8. Laktoferin.
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta
memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9. Lizozim
Dapat memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens, caries,dentis,dan maloklusi atau
kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan botol dan dot.
(dr. Suririnah,2009)
1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik untuk
makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Batas waktu ASI:
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi menyusui
dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum
ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan
bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut ibu segera setelah
dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu
jam setelah melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl.Karena
sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari
payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai
permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI
sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi
ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada
minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya
merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar
bayi tetap menghisap (Badriul, 2008). Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan
air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh
dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut mungkin
menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI
dapat berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin bertambah
(Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan keterampilan yang
perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana
posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI
dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat
menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya
berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk mendapatkan penghasilan
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda
dengan pria dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan
menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam
kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja
Depkes RI,2005). Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan
pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan anak, dan harus kembali
kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat (Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa
memberi bayinya susu formula karena ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak
memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah
minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah
sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar peluang
menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
3.1.3 Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan
pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga
terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara
sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya. Pengalaman ini akan
memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap
masalah menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap susu formula sama
baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu
formula jika merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas
kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah
bersalin (Prasetyono, 2005). Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan pemberian ASI,
kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar,
dan siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini
terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai
banyak diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan
berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah
bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena
beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap
pada puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet
juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan. Disamping
itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan
puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Pada
keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk
menyusui karena sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti
penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat,
ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayi 0-6
bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat
disebakan karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan
menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi makanan tambahan.
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang melibatkan bagian yang
terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui
sehingga promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan
pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu
menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi
kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi
ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk
mendukung keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu
dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan
dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal
memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Bayi
diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima
laktosa, gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayinya antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau
palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah
organik, yaitu prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu menjadi
berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik, aman, dan satu dari
sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal
dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal
tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu formula
yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI eksklusif karena para
ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada
tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002 (Depkes, 2006).
3.2.4 Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan jus kepada bayi
menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat
bayi berusia sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa
83% bayi menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia,
Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir diberi air
manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut mempengaruhi pemberian
cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan
bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan
batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik,
psikologi, sosial maupun spiritual. ASI Eksklusif merupakan makanan pertama, utama dan
terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan
tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
4.2 Saran
1. Sebaiknya para ibu memberikan ASI semaksimal mungkin untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi selama 6 bulan.
2. Seharusnya para ibu tidak mengganti ASI dengan susu formula, karena ASI memiliki semua
kandungan zat penting yang dibutuhkan oleh bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, Anton . 2008 . ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui . Yogyakarta : Banyu Medika.
Jan, Riordan dan Kathleen G Auerbach. 2000. Menyusui dan Laktasi. Buku kedokteran ECG.
Kartika, 2008. Sehat Setelah Melahirkan. Cetakan ke-1. Yogyakarta: Kawan Kita.
http://irham1977.wordpress.com/2010/02/03/pengertian-asi-eksklusif/
http://netsains.com/2009/07/rahasia-di-balik-keajaiban-asi/print/
http://d34info.wordpress.com/2010/04/29/asi-eksklusif/