Muhasabah Di Akhir Tahun
Muhasabah Di Akhir Tahun
Orang beriman dalam beberapa kesempatan dan waktu, hendaklah berhenti sejenak
untuk menghitung-hitung diri dan amal yang telah diperbuatnya pada hari-hari yang lalu,
kemudian memperkuat keinginan untuk memperbaiki dan menambah amal
kebaikannya. Allah berfirman:
“Hai orang-orang beriman, takut kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan
apa yang telah disiapkannya untuk hari esok dan takut kepada Allah, karena Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18)
Sesungguhnya hari-hari yang berlalu, bulan-bulan yang datang silih berganti, dan tahun-
tahun berakhir kemudian datang tahun yang baru, semuanya berjalan dan berlalu
dengan maksud dan mengandung tujuan yang jelas dari Allah. Allah berfirman:
َأَفَ َح ِس ْبت ُ ْم أَنَّ َما َخلَ ْقنَا ُك ْم َعبَثا ً َوأَنَّ ُك ْم ِإلَ ْينَا ال ت ُ ْر َجعُون
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-
mukminun: 115)
Sesungguhnya penciptaan ini alam, beserta isinya, beserta manusia yang ada di
dalamnya, serta berlalunya hari yang datang silih berganti bukanlah untuk dilalui dengan
permainan dan kesia-siaan belaka, sebagaimana hari-hari itu dilalui oleh mereka yang
kafir kepada Allah. Bagi orang beriman tentu tidaklah sama, hari-hari yang mereka lalui
ada ketaatan yang dilakukan dan dijalankan.. Dalam ayat yang lain Allah menegaskan:
ب ْ ت أل ُ ْو ِلي
ِ األل َبا ِ ف اللَّ ْي ِل َوالنَّ َه
ٍ ار آل َيا ِ َاخ ِتال ِ ت َواأل َ ْر
ْ ض َو ِ س َم َاوا ِ ِإ َّن ِفي خ َْل
َّ ق ال
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali-Imran: 190)
Hidup manusia mempunyai tahapan dan dilalui setapak demi setapak namun pasti, dan
orang-orang di dunia ini akan berangkatan menuju akhirat, dan semua akan mendekat
kepada kematian. Orang yang beruntung adalah yang selalu menghitung dirinya, maka
beruntunglah mereka yang selalu memperbaiki diri dan istiqomah, memohon ampun
kepada Allah dari segala dosa dan salah. Allah berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya
sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya
sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.” (QS. Fushilat:
46)
Seseorang tidak akan mencapai tingkat derajat taqwa sehingga ia menghisab dirinya
atas apa yang telah diperbuatnya, tekad apa yang harus dilakukannya dalam semua
hal, lalu kembali kepada Allah dari dosa, dan bertobat dari kukurangannya dalam
melakukan ibadah, karena muhasabah merupakan ciri bagi seorang muslim yang
cerdas.
َ س َم ْن دَانَ نَف
،ِسهَ و َع ِم َل ِلما بَ ْع َد ال َموت ِ :َ أَنَّهُ قَال-صلى هللا عليه وسلم- ِ عنهُ َع ِن النَّ ِبي
ُ الكي َ ُي هللا
َ ض
ِ وس َر ٍ َ بن أ ِ َف َعن شَدا ِد
َ َ َّ
سهُ هَواها وت َمنى على هللاِ األمانِي ْ َ
َ اج ُز َم ِن أتبَ َع نَف
ِ َوالع
Dari Syaddad bin Aus ra. Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang
yang selalu menginstospeksi diri dan beramal untuk kematiannya. Orang yang lemah
adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan saja kepada Allah.”
Sabda Rosulullah ini menegaskan bahwa seorang yang hanya berangan-angan saja
untuk melakukan amal sholeh dan tetap mengikuti keinginan nafsunya adalah mereka
yang lemah, lemah karena dikalahkan oleh syahwat. Memang pada dasarnya setiap
orang akan dan pernah melakukan kesalahan, berbuat dosa dan maksiat, namun
dengan demikian kesadaran dari kekhilafan itulah yang akan membuat seseorang
menjadi seorang mukmin yang baik tatkala ia melakukan taubat dngan sebenar-
benarnya. Rosulullah bersabda:
َ َث أ َ ْخب
ارهَا ُ يَ ْو َمئِ ٍذ ت ُ َحد
Para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum bertanya”, wahai Rasulullah, apa yang dimaksud
dengan menceritakan setiap kejadiannya? Rosulullah menjawab: “
“Akan bersaksi setiap hamba atau setiap umat terhadap apa yang telah dilakukannya di
atas punggungnya, lalu berkata: ia melakukan ini dan itu pada hari ini dan hari itu.” (HR.
Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban)
Khalifah Umar bin Al-Khattab ra pernah mengucapkan kalimat yang sangat populer
untuk menjadi renungan bersama:
“Hitunglah dirimu sebelum dihitung, dan timbanglah amalmu sebelum ditimbang, dan
bersiaplah untuk dihadapkan kepada Allah pada hari penghadapan yang besar.”
Sebagaimana firman Allah:
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu
yang tersembunyi (bagi Allah)”. (QS. Al-Haaqoh: 18)
Oleh sebab itu pada kesempatan jumat kali ini, di saat kita telah berada di penghujung
tahun 1430 H dan di akhir tahun 2009 M ini, minimal ada tiga hal yang perlu menjadi
renungan kita. Agar hari-hari yang telah berlalu dan hari-hari yang akan datang pada
tahun yang baru akan membuat kita sadar bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak
dibiarkan saja hidup semaunya, hidup yang dilalui akan dipintai pertanggungan jawab di
akhirat kelak.
Hal pertama, yang harus menjadi perhatian dan dihitung oleh setiap orang beriman dari
dirinya adalah: Apa yang telah ia lakukan untuk dirinya dari amal sholeh pada tahun ini?
Apakah ia termasuk orang yang dapat berbahagia, karena telah mengisinya dengan
ketaatan di setiap hari-harinya, bulan-bulannya, pada setiap moment ibadah pada tahun
lalu dari ibadah sholat, inadah puasa, menunaikan kewajiban zakat, ibadah haji dan
kurbannya dengan sungguh-sungguh dan penuh ketaqwaan? Atau bersedih dan
menangislah bagi yang teramat banyak melalaikan kenikmatan tahun yang berlalu ini
dengan kemaksiatan, kedurhakaan, bahkan tidak mengindahkan syariat-syariat Allah
dengan penuh rasa takut kepada-Nya. Allah berfirman:
Hal kedua perlu menjadi bahan renungan kita, adalah keluarga dan rumah kita. Setiap
orang hendaklah bertanya kepada dirinya masing-masing? Apakah yang telah ia berikan
untuk keluarganya? Sudahkah cahaya iman ia bawa masuk ke dalam rumahnya dengan
bersama-sama keluarga menuju ketaatan kepada Allah? Karena hendaklah setiap
rumah seorang muslim menjadi titik tolak kebaikan bagi dirinya dan keluarganya. Jika
rumahnya hampa dari siraman ayat-ayat Al-Quran, bahkan tidak pernah diperdengarkan
Al-Quran selama satu tahun yang lalu, maka sangat wajarlah jikalau merasakan rumah
itu laksana kuburan yang tidak ada ketenangan di dalamnya, bahkan dihantui oleh rasa
takut dan was-was. Rosulullah bersabda:
عن عبد الرحمن بن سابط قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم البيت الذي يقرأ فيه القرآن يكثر خيره ويوسع على
أهله ويحضره المالئكة ويهجره الشياطين وإن البيت الذي ال يقرا فيه يضيق على أهله ويقل خيره ويهجره المالئكة
. ويحضره الشياطين
Hal ketiga yang perlu kita hitung-hitung dan instospeksi adalah hak tetangga dan
masyarakat dan kewajiban kita kepada mereka. Apakah kita sudah menyampaikan
amanat yang diembankan kepada kita dengan baik, ataukah kita khianati amanat
tersebut? Sudahkah hak-hak bertetangga dan bermasyarakat kita tunaikan dengan
baik? Jika belum bermohonlah ampunan kepada Allah atas setiap kelemahan kita dalam
menjalankan kewajiban terhadap sesame hamba beriman. Sabda Rosulullah berikut
cukuplah menjadi acuan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dari Abu Hurairah ra. Rosulullah saw bersabda: Hak muslim atas muslim yang lain ada
enam. Sahabat bertanya, apakah itu Ya Rosulullah? Rosul menjawab: Apabila bertemu
ucapkanlah salam, apabila ia mengundangmu maka penuhilah, apabila meminta
nasehat kepadamu, nasehatilah, apabila sakit jenguklah dan apabila meninggal dunia
hantarlah jenazahnya. ( HR. Muslim)
Kehidupan individual saat ini yang cenderung membuat satu sama lain tidak saling
kenal bahkan menaruh curiga, hal ini sangat bertolak belakang dan jauh dari nilai-nilai
mulia agama islam. Sehingga terlihat kehidupan ukhuwah islamiyah terasa hambar dan
mulai memudar.
Semoga khutbah singkat ini menjadi sedikit renungan kita di akhir tahun untuk menapaki
tahun baru 1431 H dan tahun 2010 M dengan lebih baik. Menanamkan keinginan kuat
dalam dada untuk menjadi seorang hamba yang taat kepada Allah,dapat membawa dan
memberikan kebaikan bagi keluarga dan masyarakat. Amiin ya rabbal alamiin.
ْتجبْ لَ ُك ْم
ِ َوا ْدعُوهُ يَس،الر ِحي ُم ُ ُإِنهُ ه َُو الغَف
َّ ور َ أقُو ُل قَ ْولي َهذَا َوأسْت ْغ ِف ُر هللاَ العَ ِظ
فَاسْت ْغ ِف ُروهُ َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم،يم لي َولَ ُك ْم
.ِإنهُ ه َُو البَ ُّر الك َِر ْي ُم