KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan
Rencana Garis (Lines Plan) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga saya sangat berterima kasih pada bapak Dr. Eng Firman Husain ST.,MT.
selaku Dosen mata kuliah Bangunan Kapal, Universitas Hasanuddin yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Saya selaku penulis sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai rencana garis. Saya selaku
penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Riska Damayanti
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................................................... 4
1.4 Maksud dan tujuan ....................................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Konstruksi ................................................................................................................... 5
2.2 KONSTRUKSI DASAR GANDA ......................................................................................................... 6
2.3 CERUK HALUAN ........................................................................................................................... 14
2.4 CERUK BURITAN .......................................................................................................................... 27
2.5 KEMUDI ....................................................................................................................................... 34
2.6 KONSTRUKSI KAMAR MESIN ....................................................................................................... 43
2.7 KONSTRUKSI BANGUNAN ATAS .................................................................................................. 60
BAB III METODE PENILITIAN .................................................................................................................. 69
3.1 Data Utama Kapal ....................................................................................................................... 69
3.2 Koefisien Kapal ............................................................................................................................ 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................................... 70
4.1Kontrol Ruang Muat..................................................................................................................... 70
4.2 Perhitungan Konstruksi Profil ..................................................................................................... 72
4.3 Perhitungan Alat dan Perlengkapan Kapal ................................................................................. 82
4.4 Perhitungan Beban ..................................................................................................................... 87
4.5 Perhitungan tangki – tangki ........................................................................................................ 94
BAB V PENUTUP .................................................................................................................................. 101
5.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................. 101
5.2 SARAN-SARAN ........................................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 103
LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 104
BAB I PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan akan kapal laut tidak bisa ditunda lagi. Semakin
ketatnya persaingan di bidang ekonomi, sosial, politik dan pertahanan keamanan
merupakan motivasi bagi kita untuk meningkatkan kemampuan dalam mendesain
suatu kapal yang direncanakan supaya dalam pengoperasiannya layak teknis dan layak
ekonomis,serta mampu bersaing dengan negara-negara lain.
merencanakan konstruksi untuk suatu kapal General cargo yang dapat memikul beban
yang dialami oleh kapal itu sendiri sehingga kapal tersebut layak teknis.
lain ;
oleh kapal.
Kebanyakan kapal pada dasar antara fore peak bulkhead terdapat ruang
dasar ganda ( double Bottom ) yang berfungsi untuk memperbesar keselamatan
kapal dalam pelayaran bila ada kerusakan dasar, tempat air ballas bila kapal tanpa
muatan dan penyimpanan bahan bakar dan air tawar.
Jumlah dinding sekat tergantung dari :
Panjang kapal.
Letak kamar mesin ( di tengah atau di belakang ).
Panjang maksimum dari ruang palka.
Faktor – faktor sarat kebocoran kapal.
Konstruksi dasar ganda dibatasi oleh beberapa komponen konstruksi kapal yaitu :
1. Bagian bawah dibatasi oleh kulit kapal atau pelat alas (bottom shell plating)
2. Bagian atas dibatasi oleh pelat dasar dalam (Inner bottom plating)
3. Bagian samping dibatasi oleh pelat tepi (margin plate)
4. Bagian depan dibatasi oleh sekat kedap air terdepan /sekat tubrukan (collision
bulkhead)
5. Bagian belakang dibatasi oleh sekat kedap air atau disebut sekat ceruk buritan
( after peak bulk head )
Ada beberapa komponen konstruksi yang terdapat pada dasar ganda, Yaitu :
2.2.1. Penumpu Tengah (Centre Girder); tinggi dasar ganda pada dasarnya
ditentukan oleh tinggi penumpu tengah. Tinggi penumpu tengah haruslah
sedemikian rupa agar supaya ruang didalam dasar ganda dapat dilakukan
pekerjaan/kegiaan baik pada saat pembuatan kapal maupun saat reparasi kapal.
Tinggi diukur dari sisi atas pelat lunas sampai sisi bawah pelat alas dalam.
Konstruksi penumpu tengah terletak mulai dari sekat kamar mesin sampai ke
sekat haluan/tubrukan dengan tinggi normal yaitu
Hdb (T inggi penumpu tengah) = 350 + 45 B (mm)
Untuk lebih jelasnya ukuran dapat dilihat pada rules Biro Klassifikasi Indonesia
Volume II, 2006, section 8, B-2.
Konstruksi Penumpu tengah harus kedap dan membagi ruang dasar ganda
menjadi dua bagian kiri dan kanan dan konstruksinya dibuat tak terpotong.
Untuk menjaga kontinuitas konstruksi penumpu tengah sebagai balok
memanjang dianjurkan tidak terpotong oleh sekat melintang, atau penumpu
tengah dan sekat melintang pada separuh tinggi penumpu tengah saling
terpotong satu sama lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada pustaka
2.2.3. Wrang (Floor); Wrang ialah bagian dari konstruksi kapal yang
terletak melintang pada dasar ganda yang menghubungkan gading – gading
kiri dan kanan.
Warang pelat dilengkapi dengan man hole yang panjangnya tidak boleh
lebih dari 0,75 h (tinggi penumpu tengah) dan jumlah panjang lubang
seluruhnya tidak boleh lebih dari ½ jarak antara penumpu tengah dan pelat
tepi. Tinggi lubang tidak boleh lebih besar dari ½ h. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada buku ajar konstruksi kapal I halaman 30
Konstruksi wrang terbuka dipasang pada tiap gading diantara wrang pelat.
Konstruksi wrang ini terdiri dari pelat bracket atau biasa disebut pelat
penunjang yang dilekatkan pada penumpu tengah dan pelat tepid an
menghubungkan gading-gading balik (inner bottom frame) dan gading alas
(bottom frame). Pelat bracket mempunyai tebal yang sama dengan pelat
wrang, dan lebarnya diukur dari penumpu tengah dan pelat tepi, yaitu;
b = 0,75 h (mm)
Konstruksi wrang terbuka dapat dapat dilihat pada buku ajar konstruksi
kapal I, halaman 31.
Untuk menentukan ukuran konstruksi dari ketiga jenis wrang dapat dilihat
pada rules Biro Klassifikasi Indonsia, volume II, 2006 dan gambarnya dapat
dilihat pada buku ajar konstruksi kapal I hal 32
2.2.4. Pelat Tepi (Margin Plate) dan Lutut Bilga (Bilge Bracket)
Konstruksi pelat tepi bekerja sebagai balok memanjang, sebagai penumpu bilga
yang dipasang tegak lurus pada pelat bilga dan dilaskan pada wrang dan lutut
bilga. Lebar dan tebal akan sama sepanjang kapal di mana tebalnya tergantung
dari lebar kapal, tetapi pada prakteknya sama dengan tebal pelat penumpu
tengah. Lebar pelat tepi tidak boleh kurang dari 0,8 h. Pada ujung kapal lebar
boleh dikurangi 20%. Pelat tepi dapat pula terpotong oleh lutut bilga atau
terpotong satu sama lain.
Peletakan ketiga jenis wrang pada gambar konstruksi profil dapat dilihat pada
gambar 2.1, berikut ini.
2.2.5. Cofferdam
Bila didalam kapal terdapat dua tangki yang berbeda muatan/isinya, maka
diantara kedua tangki tersebut harus dipasang tangki pemisah (Cofferdam).
Funsi dari tangki Cofferdam ini adalah
- mencegah tercampurnya dua jenis zat cair yang berbeda bila terjadi
kebocoran pada salah satu sisi tangki.
- Juga sebagai daya apung cadangan. (gambar 2.2)
Beberapa Janis konstruksi lainya yang terdapat pada dasar ganda seperti pelat
tepi, lutut bilga dan sebagainya dapat dilihat pada buku ajar konstruksi kapal I
atau buku referensi lainnya yang dirujuk pada daftar pustaka
Pelat Dasar ganda atau alas dalam merupakan salah satu geladak dari sebuah
kapal yang fungsinya ialah untuk membatasi bahaya kebocoran bila kapal
mengalami kebocoran pada dasar kapal. Ruang dibawah pelat alas dalam/ dasar
ganda (double bottom spare) digunakan sebagai tangki bahan bakar maupun
tangki air tawar, karena itu pelat dasar ganda ini juga di sebut tank top. Dasar
ganda ini dipasang mulai dari sekat tubrukan sampai sekat buritan dan lebarnya
ialah 0,8 lebar kapal. Bila didalam kapal terdapat dua tangki yang berbeda
isinya maka diantara kedua tangki tersebut harus dipasang tangki pemisah
(Cofferdam).
melindungi muatan dari kerusakan yang disebabkan oleh air laut yang masuk
akibat kebocoran.
Dasar ganda dapat dipasang secara melintang atau memanjang, tapi untuk
kapal yang panjangnya lebih besar dari 120 meter perlu dipertimbangkan untuk
memakai sistem memanjang.
ceruk haluan kapal biasanya lebih rapat satu sama lain. Pada jarak lebih 15 %
panjang kapal terhitung dari linggi depan, gading-gading pada bagian bawah
(deep framing) diperkuat, ( 20 % lebih kuat). Oleh Biro Klasifikasi Indonesia
mensyaratkan bahwa jarak gading-gading ceruk maksimum 600 mm
- Linggi pelat
- Linggi batang
- Gabungan keduanya.
Konstruksi Linggi gabungan ini terdiri dari sebuah linggi batang yang
dipasang dari lunas sampai garis muat dan disambung dengan pelat sampai ke
geladak. Untuk pembentukan suatu garis haluan yang bagus biasa digunakan
konstruksi linggi pelat hal ini akan memperindah penampakan linggi haluan
suatu kapal.
Bagian depan kapal atau pada ceruk haluan biasanya ditempatkan mesin
jangkar, sedangkan dibawah akil dipasang bak rantai (Chain Locker). Pada
kapal-kapal yang berukuran cukup besar dibagian bawah garis muat depan
biasanya dipasang haluan gembung (Bulbous Bow). Haluan tersebut berbentuk
gembung, sehingga biasa disebut haluan gembung yang berfungsi untuk
mengurangi tahanan gelombang pada kapal.
1. Linggi Pelat
Konstruksi linggi pelat terbuat dari pelat yang dihubungkan dan diberi
penegar pada tiap jarak tertentu. Penegar ini disebut lutut linggi haluan dan
berbentuk sebuah pelat yang dipasang secara horisontal.
Tebal pelat yang biasa digunakan sebagai linggi sekitar 1,7 lebih tebal
pelat lambungnya diujung-ujung kapal (Sumartoyo, W.H. Konstruksi kapal
I dan II) atau penampangnya.
Garis air
Ceruk
Sekat haluan/ tubrukan ±
(collision bulkhead) haluan 150
FP
2. Linggi Batang
Konstruksi
linggi batang adalah linggi yang terbuat dari batang berpenampang bulat
atau persegi ampat. Konstruksi Linggi batang ini dilaskan dibagian bawah
dengan ujung lunas pelat dan di bagian atas dengan tinggi pelat. Pelat kulit
kapal menempel pada sisi-sisi dari linggi batang.
1. Pelat sisi
2. Linggi batang
Dewasa ini linggi haluan dibuat dari pelat dan bentuknya makin keatas jari-
jarinya makin membesar.Sudut kemiringan ± 150. Linggi haluan dengan
bulbous-bow digambar dengan teknik tertentu.gambar 3.5
Bulbous bow ini selain mengurangi tahanan gelombang yang terjadi karena
gerak maju kapal, juga untuk memperbaiki daya apung bagian depan kapal,
sehingga akan mengurangi anggukan kapal saat berlayar.
Salah satu konstruksi yang terpasang pada ceruk haluan adalah sekat ceruk
terdiri atas pelat berlubang yang dipasang melebar dan memanjang pada haluan
gembung. Pelat bilah lainnya yang menyambung bulbous bow bagian depan.
Dibuat lubang orang pada susunan konstruksi untuk memudahkan hubungan ke
semua bulbous bow. Konstruksi Bolbous Bow dapat bervariasi, ada yng dibuat
dari pelat tuang yang dilengkungkan atau pelat berbnetuk silindris yang
dimasukkan kebagian depan kapal. Bulbous bow merupakan perbaikan daya
apung bagian depan kapal sehingga akan mengurangi anggukan kapal.
Sekat berlubang ditembus oleh balok ceruk dan dibagian dasar kapal sampai
ke penampang alas.
1. Pembujur
tengah geladak
2. Pembujur
samping
geladak
3. Senta ceruk
4. Gading
5. Lutut
6. Sekat
Berlubang
1.
Konstruksi ceruk haluan yang terdiri dari senta ceruk, balok ceruk, gading
dan balok geladak, harus diperhitungkan terhadap tekanan luar yang dihadapi.
Konstruksi khusus pada ceruk ini diperlukan sebagai penguat pelat kulit
dari pengaruh-pengaruh gelombang dan benturan dermaga. Konstruksi yang
diperkuat meliputi 15% sampai 20% panjang kapal pada ujung haluan mulai
dari depan sekat tubrukan sampai linggi haluan. Penguatan yang dimaksud
meliputi senta sisi mendatar yang disebut senta ceruk yang dipasang dengan
jarak antara sama atau lebih kecil dibawah geladak terbawah. Balok ceruk
dipasang melintang kapal pada tiap dua jarak gading.
Peletakan Konstruksi Bak rantai (chain locker) umumnya dibagian tengah dari
ceruk haluan dan sisi depannya berimpit dengan sekat tubrukan dan di atas fore
peak tank. Sebelumnya chain locker tersebut diletakkan di depan ruang muat,
dan pada posisi ini tidak praktis karena mengurangi volume ruang muat .
Pada kapal-kapal penumpang apabila deep tank terletak dibelakang, maka chain
locker biasanya diletakkan diatasnya.
Ditinjau dari bentuknya chain locker terbagi atas 2 (dua) bagian :
1. Berbentuk segi empat
2. Berbentuk silinder
Umumnya konstruksi chain locker berbentuk segi empat.
Besar Volume chain locker dapat ditentukan dengan persamaan
SV = 35 d²
Di mana :
Sv = Volume chain locker untuk panjang rantai jangkar
100 fathoms (183 m) dalam ft²
Capasitas muat yang disyaratkan oleh Biro Klassifikasi Indinesia, volume II,
2006,
section 18, E – 1 adalah :
Vcl = 1,1 x d² x Lr / 10^5 m³
Volume mud box :
V mud box = 1/3//x Vcl.
Lantai bak rantai dipasang pada bagian paling bawah dan dibuat lubang
pengering yang menjaga rantai agar ttetap kering, bersih dari air, dan lumpur.
Tempat penampungan lumpur dibawah bak disebut sebagai mud box.
Dibagian tengah dari bak rantai khususnya pada geladak akil diberi sejenis
ambang yang disebut spurling yang ujungnya diberi ring dan besi bulat.
Tabung jangkar yang terletak padq lambung bagian depan kapal dibuat
untuk memungkinkan supaya rantai jangkar tidak banyak hambatan menuju
mesin jangkar dan geladak akil tidak mengalami kerusakan saat dilalui rantai
dan juga untuk menjaga kekedapannya.
Ukuran tabung jangkar harus cukup luas supaya pada saat jangkar
diturunkan atau dinaikkan rantai tidak mengalami hambatan. Pada geladak akil
dan pelat sisi sekitar ujung pangkal tabung diberi penguatan dengan pelat
double. Pada ujung tabung diberi pelat atau profil baja melingkar berbentuk
bulat yang dilaskan pada pelat kulit.
Konstruksi alas didepan sekat buritan boleh dipasang dengan sistem kerangka
konstruksi memanjang atau sistem kerangka konstruksi melintang. Untuk ruang
mesin yang terletak dibagian belakang kapal, maka sistim kerangka konstruksi pada
ruang mesin dan ceruk buritan digunakan kerangka konstruksi melintang.
Untuk mesin yang terletak dibagian tengah kapal, konstruksi dibagian depan
sekat buritan digunakan sistem kerangka konstruksi memanjang jika kapal
menggunakan dengan kerangka konstruksi memanjang. Dan perlu di perhatikan
bahwa hubungan konstruksi memanjang dimuka sekat buritan dan konstruksi
melintang di ceruk buritan, dimana senta ceruk dipasang segaris dengan pembujur.
Pada sisi kapal dan pembujur ini diteruskan ke belakang kurang lebih 2 - 3 jarak
gading di belakang sekat buritan.
Beberapa bentuk kemudi yang dapat dipilih dan cocok untuk keperluan karakter
manuver pada kapal, dimana bentuk dan jenis kemudinya harus disesuaikan dengan
bentuk gading-gading buritan.
Pelat yang kuat dipasang pada setiap gading dan center girder pada
lambung dan deck di buritan kapal. Pelat buritan/linggi buritan diperkuat oleh
gading utama dengan balok geladak yang mendukung dan pelat yang
membatasinya dengan balok geladak melintang.
L = 1,4 L + 90 (mm)
B = 1,6 L + 15 (mm)
Sistem konstruksi sepatu kemudi pada linggi buritan yang dari baja
tuang sering mempunyai rusuk ditengahnya dan disambung ke penumpu
tengah. Rusuk melintang sering kali dihubungkan ke wrang. Rusuk
melintang ini diberi lubang untuk saluran air. Ruangan didalam sepatu
kemudi harus cukup luas agar pengelasan dapat dilaksanakan secara
sempurna.
kemudi.
12
c = ± 0,10 T
T
° d = ± 0,04 T
e
e = ± 0,12 T
12 a T = sarat air [m]
d °
c t = kedalaman badan kapal
tercelup air di station AP
b
AP
LWL
LPP
Garis air
Diameter propeller:
D = ( 0,6~0,7 ) T
Sumbu poros kemudi
a = ± 0,33 T
e = ± 0,12 T
>( 0,6~0,7 ) T
T b = ± 0,35 T
e
AP
2.5 KEMUDI
Sistem konstruksi kemudi kapal dan instalasinya adalah suatu system didalam
kapal yang memegang peranan penting didalam pelayaran dan dapat menjamin
kemampuan olah gerak kapal.
Sehubungan dengan hal ini, seyogjanya sebuah system konstruksi kemudi dan
instalasinya harus memenuhi ketentuan didalam keselamatan suatu pelayaran.
System konstruksi kemudi mencakup semua bagian alat-alat yang diperlukan untuk
mengemudikan kapal, mulai dari kemudi, poros, dan instalasi penggerak sampai ke
pengemudinya sendiri.Instalasi penggerak kemudi terletak diruang mesin kemudi
geladak utama bagian buritan kapal dan peralatan untuk mengatur gerakan kemudi
diletakkan didalam ruang kemudi atau ruang navigasi pada geladak teratas rumah
geladak.
Ruang instalasi kemudi harus dibuat bebas dari peralatan peralatan lain, agar tidak
mengganggu pengopersian instalasi penggerak utama ataupun penggerak bantu
kemudi. Ruanganinstalasi tersebut tersebut harus dibuat terpisah dari ruangan
lainnya dengan memasang suatu dinding sekat yang disebut mesin kemudi.
(gambar 3.13)
Konstruks daun kemudi pada awalnya dibuat dari pelat tunggal yang diperkuat
dengan penegar yang dikeling pada bagian sisi pelat kemudi. Jenis kemudi ini
sekarang tidak digunakan lagi dan digantikan dengan bentuk kemudi pelat ganda,
utamanya pada kapal-kapal yang berukuran relatif besar. Konstruksi kemudi
dengan pelat ganda terdiri atas dua lembar pelat ganda dan didalamnya berongga,
sehinggamembentuk suatu garis aliran
yangstreamline, dimana bentuk penampangnya seperti sayap (foil). Ditinjau dari
letak daun kemudi terhadap poros
Keterangan gambar :
b. Daun Kemudi balansir; yaitu jenis kemudi yang mempunyai luas daun yang
terbagi atas dua bagian, didepan dan dibelakang sumbu putar kemudi (Gambar
b).
c. Daun Kemudi setengah balansir ; yaitu jenis kemudi yang bagian atas termasuk
kemudi biasa, tetapi bagian bawah merupakan kemudi balansir. Kemudi bagian
bawah dan atas tetap merupakan satu bagian (Gambar c).
untuk memutar kemudi cukup kecil.Hal ini berbeda dengan pemakaian daun kemudi
biasa, sebab untuk menggerakkan daun kemudi dibutuhkan tenaga yang cukup besar.
Konstruksi daun kemudi dengan pelat ganda memiliki kerangka yang dibuat dari bahan
baja tuang atau dibentuk dari pelat bilah penegar yang dilaskan ke daun kemudi.Salah
satu sisi pelat daun kemudi dilaskan pada kerangka kemudi dan sisi yang lainnya
dilaskan dengan las lubang (slot welding).Jika konstruksi daun kemudi diperkuat
dengan pelat bilah mendatar dan tegak, maka pada salah satu sisi pelat bilah dipasang
pelat hadap.Fungsi pelat hadap tersebut adalah untuk pengikatan pelat daun kemudi
terhadap salah satu sisi kerangka kemudi dengan las lubang (Gambar 12.13).
Keterangan gambar :
1. Pelat sisi daun kemudi
2. Penegar tegak
3. Penegar mendatar
4. Pelat hadap
5. Las lubang.
Tebal daun kemudi dapat ditentukan dengan persamaan menurut Biro Klassifikasi
Indonesia, 2006, volume , section ,
dimana:
PR = 10 T CR/103A (kN/m2).
tK = Faktor korosi
a = Lebar pelat terkecil yang tidak ditumpu (m)
CR = besar gaya kemudi (N)
A = Luas seluruh permukaan daun kemudi (m2).
Besar gaya yang dialami daun kemudi dapat dihitung pada sesuai rules Biro Klasifikasi.
tebal pelat daun kemudi tersebut diatas tidak boleh kurang dari tebal pelat lambung
pada ujung-ujung kapal. Pada bagian ujung depan daun kemudi harus 23% lebih
tebal dari pelat daun kemudi. Konstruksi daun kemudi dapat dilihat pada gambar 3.16
dan gambar 3.17
Keterangan
Keterangan
1. Garis pelat lambung 4. Tanduk kemudi
2. Tongkat kemudi 5. Pelat ujung belaknag daun
3. Penegar mendatar 6. Penegar tegak
dalam tabung poros tongkat kemudi karena kulit kapal harus tetap terjamin
kekedapannya.
Poros kemudi bagian atas dihubungkan dengan instalasi penggerak kemudi
sedangkan poros bagian bawah dihubungkan dengan daun kemudi malalui kopling
mendatar atau kopling tegak.Tongkat/poros kemudi ada yang direncanakan
memiliki satu bantalan atau dua bantalan, tergantung pada panjang tongkat kemudi
dan system peletakan daun kemudinya.
Bantalan poros kemudi bias dipasang hanya pada bagian atas baja atau pada
kedua-duanya, dan bahan bantalan tersebut, dapat dipakai bahan baja anti karat,
bahan logam, kayu pok, atau bahan sintesis. Bantalan poros kemudi bagian bawah
pada umumnya dibuat tidak kedap air, sehingga air dapat digunakan sebagai
pelumasan poros jika menggunakan bantalan kayu pok. Untuk bantalan bagian atas
menggunakan sistem pelumasan minyak, jika menggunakan pelumasan air maka
air dapat masuk kedalam ruangan kapal seperti pada gambar 3.18
Keterrangan Gambar :
Kamar mesin adalah suatu kompartemen yang sangat penting pada sebuah
kapal,dimana di tempat inilah diletakkan mesin penggerak utama kapal yang
biasanya dinamakan mesin induk atau mesin utama. Didalam kamar mesin juga
terletak sumber tenaga listrik berupa generator listrik kapal, pompa-pompa, dan
bermacam-macam peralatan kerja yang menunjang pengoperasian kapal.
Konstruksi kamar mesin dibuat secara khusus karena adanya beban-beban
tambahan yang bersifat tetap, seperti getaran yang timbul akiat berputarnya mesin
utama dan mesin lainnya. Kamar mesin dapat ditempatkan dibagian belakang
kapal atau di buritan kapal, dan ada juga yang ditempat di tengah kapal, sehingga
ruangan dibagian belakang kamar mesin dapat difungsikan sebagai ruang palka.
Penempatan kamar mesin ditengah mengakibatkan poros proprller yang digunakan
agak panjang artinya ada satu atau lebih poros antara.Untuk poros antara yang
melalui ruang muat dibagian belakang kamar mesin dibuatkan terowongan poros
baling-baling di bagian bawah ruang muat.Kamar mesin ditengah kapal sangat
jarang digunakan. Situasi umum di dalam kamar mesin dapat dilihat pada Gambar
4.1 dan gambar 4.2 .Pada Gambar ini dapat dilihat mesin utama dengan baling-
baling tunggal.
Kamar mesin pada kapal-kapal yang cukup besar biasanya lebih dari dua lantai
dan pada lantai pertama atau lantai alas dalam diletakkan mesin induk dan pada
lantai kedua diletakkan generator pembangkit tenaga listrik. Jumlah generator
yang digunakan di kapal lebih dari satu, dan umumnya dua atau tiga dengan daya
yang sama besar. Satu atau dua generator yang lainnya disiapkan sebagai
cadangan, bila salah satu generatornya rusak atau sedang dalam perbaikan.Ada
banyak system konstruksi dan perlengkapan yang ditempatkan di dalam kamar
mesin seperti, fondasi mesin pompa-pompa, botol angin, keran-keran, dan sistem
pipa pada kamar mesin.Perlengkapan tersebut harus diletakkan sedemikian rupa
agar tidak mengganggu aktifitas didalam kamar mesin.
Gading-gading besar dipasang di dalam kamar mesin dan ruang ketel jika ada
ruang ketel dan dipasang ke atas sampai pada geladak menerus teratas.Jika :
Reduction coefficient n
Number of cross ties n N
0 1,0
1 0,5
2 0,3
≥3 0,2
Untuk tinggi kapal yang kurang dari 3 m, harus mempunyai gading-gading besar
dengan ukurannya tidak boleh kurang dari 250 x 8 mm dan luas penampang pelat
hadapnya minimum 12 cm2.
2.6.2. Selubung kamar mesin ( Engine Room Casing)
Mesin utama dimasukkan ke dalam kamar mesin ketika bangunan atas dan
rumah geladak belum terpasang dan untuk memasukkannya, maka dibuatlah
lubang khusus di atas kamar mesin yang berupa bukaan dan dinamakan engine
casing (selubung kamar mesin). Bukaan tersebut tidak boleh lebih besar dari
kebutuhan yang ada dengan memperhatikan kekuatan dibagian bukan
tersebut.Pada sudut-sudut bukaan dibundarkan dan diberi penguat pelat ganda atau
double plate.
Menurut Bior Klassifikasi Indonesia (2006), tinggi casing engine diatas geladak
tidak boleh kurang dari :
1) Jika panjang kapal lebih kecil dari 75 m, tinggi selubung kamar mesin adalah
1,8 m,
2) Jika panjang kapal sama dengan 125 m atau lebih, maka tinggi selubung kamar
mesin tidak kurang dari 2,3 m dan untuk harga-harga diantara keduanya dapat
diinterpolasi.
System konstruksi pada casing engine, ukuran-ukuran penegar , tebal pelat dan
penutup casing enggine yang terbuka sama dengan untuk sekat pada ujung
bangunan atas dan rumah geladak.
- Tinggi casing engine di atas geladak bangunan atas sedikitnya 760 mm,
- Tebal pelat casing engine lebih tebal 0,5 mm dan perhitungan di atas
dengan jarak penegar satu sama lain, yaitu 750 mm.
- Tinggian bilah 75 mm dan ketebalan penegar harus sama dengan tebal
pelat selubung.
- Tebal pelat pada casing engine/ selubung kamar mesin yang berada di
bawah geladak lambung timbul atau di dalam bangunan atas tertutup,
harus 5 mm.
- Jika terletak di dalam ruang muat, tebalnya 6,5 mm.
Ada dua tipe terowongan poros yang sering digunakan, yaitu tabung poros yang
berbentuk melengkung dan yang berbentuk datar pada sisi atasnya. Dinding
terowongan poros diperkuat dengan penegar-penegar. Sesuai dengan ketentuan
dari BKI, tebal dinding terowongan dan penegarnya sama dengan tebal pelat dan
penegar sekat kedap air. Apabila dinding tabung/terowongan digunakan sebagai
tangki, maka tebal pelat dan penegar harus memenuhi persyaratan untuk dinding
tangki.Untuk tipe terowongan yang mempunyai bentuk atap yang melengkung
mempunyai konstruksi yang lebih kuat dibandingkan dengan tipe terowongan
datar, sehingga tebal pelatnya dapat dikurangi sampai 10% dari
ketentuan.Konstruksi penegar penegar atap dibuat melengkung mengikuti
kelelengkungan atap dan disambung lurus dengan penegar dinding
terowongan.Konstruksi pada tipe terowongan poros atap datar, penegar-penegar
Pada bagian atas terowongan poros dapat pula dipasang papan - papan pelindung
yang berguna untuk menghindari kerusakan yang di akibatkan oleh gesekan
muatan. Ruang pada terowongan poros dapat juga dimanfaatkan untuk
penempatan instalasi pipa dan pipa-pipa tersebut diletakkan dibagian bawah
tempat untuk berjalan di dalam terowongan poros.Pada terowongan ini terdapat
pintu kedap air yang menghubungkan terowongan dengan kamar mesin.
Jika mesin penggerak utama kapal terletak dibagian belakang, maka tabung poros
baling-baling langsung menembus pada sekat buritan. Bagian depan tabung poros
terdapat pelat hadap yang fungsinya untuk mengikat tabung poros pada sekap
ceruk buritan dengan menggunakan baut dan pada bagian belakang pelat hadap
dibuat berukir untuk mengikat tabung poros dengan boss linggi baling-baling dan
pengikatnya menggunakan mur yang cukup besar. Tabung poros ini dapat dibuat
dari bahan pipa baja, yang banyak digunakan untuk kapal-kapal kecil dan selain
itu tabung poros bisa juga dibuat dari pelat baja yang dirol dan bentuk ini biasa
dipakai pada kapal-kapal yang lebih besar. Tabun poros dilengapi dengan bantalan
yang diletakkan pada ujung belakang tabung dan sebuah lagi diujung depan.
Pelumasan poros yang biasa digunakan adalah; air, minyak pelumas, atau gemuk
pelumas. Bahan untuk bantalan ditentukan oleh cara pelumasannya. Untuk
pelumasan dengan air, bahan yang dipakai adalah kayu pok (lignum vitae) atau
bahan karet sintetis dengan system pelumasan sebagai berikut:
Air laut masuk kedalam tabung buritan melalui celah antara poros dan bantalan
bagian belakang, sedangkan pada bagian ujung depan tabung poros ini dilengkapi
dengan paking dimana paking gunanya untuk mencegah masuknya air kedalam
kamar mesin. Penekan paking ini digunakan untuk menekan paking jika terjadi
perembesan atau kebocoran air pelumas dengan cara memutar baut penekan dan
konstruksinya dapat dilihat pada gambar 4.5.
Untuk poros dengan system pelumasan dengan menggunakan minyak pelumas,
maka bahan bantalan yang digunakan adalah babbit logam putih. Bantalan ini
mempunyai celah-celah atau lubang-lubang dengan ukuran tertentu agar minyak
pelumas dapat merata melumasi seluruh permukaan poros dan bantalan.Minyak
pelumas ditampung pada tangki khusus yang dihubungkan dengan system pipa dan
mengalir ketabung buritan.Dengan pemompaan.Minyak pelumas dapat
bersirkulasi dan melumasi bagian-bagian yang memerlukan dan konstruksi dapat
dilihat pada gambar 4.6.
Keterangan gambar :
1. Sekat ceruk buritan 5. Mur tabung buritan 9. Baut
Pengikat
2. Penekan paking 6. Bantalan 10.Rumah
Bantalan
3. paking 7. Linggi Buritan
4.Tabung buritan 8. Poros Baling-baling
konstruksi masih dalam batas-batas yang diizinkan. Untuk itu tebal pelat penumpu
bujur fondasi mesin tidak boleh kurang dari :
t = N/15 + 6 (mm),
Jika pada setiap sisi mesin dipasang dua penumpu bujur, maka tebal penumpu
pembunjur tersebut dapat dikurangi 4 mm. Tebal dan lebar pelat hadap dari
fondasi mesin harus disesuaikan dengan tinggi fondasi dan tipe mesin yang
digunakan, sehingga pengikatan dan kedudukan mesin dapat dijamin sempurna.
Tebal pelat hadap paling sedikit harus sama dengan diameter baut pas,
Penampang pelat hadap tidak boleh kurang dari :
F1 = N/15 + (30 cm2), untuk N 750 kW.
F1 = N/75 + 70 (cm2) N > 750 kW.
Penumpu bujur pada fondasi mesin ditumpu oleh wrang dan untuk
pengikatannya dengan pengelasan. Pelat hadap dihubungkan dengan penumpu
bujur dan penumpu lintang dengan menggunakan kampuh K apabila penumpu
bujur lebih besar dari 15 mm.
Keterangan :
Gambar 2.27. Konstruksi Pondasi Mesin untuk Kamar Mesin pada Dasar Ganda
Untuk peletakan kamar mesin di tengah kapal, maka letak kamar mesin adalah
17% sampai 20 % dari panjang Lbp, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Jarak gading
ao = 600 mm
Sekat buritan Sekat kamar mesin
(sterntube bulkhead)
AP
ao di kamar mesin = 0,7 m
5 9 28
b = 0,35 T =2,975 m
5 ao = 3 m 4 ao = 2,8 m
min. 3 ao
Tinggi Kamar Mesin/ Engine casing harus dibuat cukup tinggi agar cukup ruang
untuk perawatan dan overhaul mesin induk secara priodik biasanya diadakan
perawatan dan penggantian, sehingga perlu untuk di keluarkan, jika diperlukan
untuk mengeluarkan piston dan untuk itu dibutuhkan ruang yang cukup atau tinggi
pada engine casing dimana harus cukup menunjang pekerjaan ini.
Perancangan volume kamar mesin diusahakan seminimal mungkin atau
penentua panjang kamar mesin, selain itu harus di pertimbangkan pencapaian
layout yang rational untuk pemasangan mesin utama, mesin bantu, dan juga
mempertimbangkan ruang gerak untuk pemasangan, pengoperasian, perawatan
praktis, dan reparasi maupun penggantian dari mesin atu komponennya.
2) Manifold gas buang mesin induk harus diikat pada struktur kapal dengan
penyangga yang cukup kuat agar mampu menahan getaran yang besar dan
tahan terhadap ekspansi termal akibat temperatur gas buang yang tinggi
dan struktur kapal tersebut sebagai tempat penyangga manifold tentu harus
sama kuat dengan penyangganya. Pada tahap awal perancangan,
penempatan dan pengikatan pipa gas buang ini harus direncanakan sebaik
mungkin dan pengaturannya harus sedemikian rupa, sehingga kerugian
tekanan bisa diperkecil dengan cara :
a. Jumlah bengkokan sekecil mungkin.
b. Radius belokan tidak lebih kecil dari diameter pipa.
c. Total panjang pipa sependek mungkin.
d. Sudut persilangan diushakan seruncing mungkin.
Keterangan Gambar :
B = Lebar kapal 1. Badan Kapal
A = Lebar bangunan atas 2. Bangunan Atas
S = Lebar rumah geladak 3. Rumah Geladak
2) Bangunan atas yang tidak efektif.; terletak di luar 0,4 L bagian tengah kapal
dan mempunyai panjang kurang dari 0,15 L atau kurang dari 12 m. Lebar
dari bangunan atas yang tidak efektif adalah harus selebar kapal setempat.
Selain bangunan atas, kapal juga mempunyai bangunan lain yaitu rumah geladak.
Disebut rumah geladak karena bangunan ini terletak di luar 0,4 L bagian tengah
kapal atau mempunyai panjang lebih kecil dari 0,2 L atau 15 m dan lebarnya
tidak selebar kapal. Bangunan ini diletakkan paling sedikit 1,6 kali jarak gading-
gading normal.
Kimbul adalah bangunan atas yang terletak dibagian belakang dan terletak
diatas geladak utama atau di atas ceruk buritan.
Bangunan atas yang terletak di bagian depan disebut akil. Peletakan akil
diperlihatkan pada Gambar 5.7.
Akil juga merupakan penerusan ke atas dari pelat kulit pada bagian depan kapal.
Dengan adanya bangunan atas tersebut akan mengurangi masuknya air laut pada
saat kapal bergerak maju..
Ruangan pada akil ini biasa digunakan untuk gudang, terutama sebagai tempat
fasilitas peralatan pelayaran seperti tali-temali. Pada Gambar 5.8 diperlihatkan
susunan peralatan yang biasanya terdapat pada geladak akil
Rumah geladak yang teratas digunakan sebagai ruangan kemudi, ruang peta,
dan ruang radio untuk komunikasi selama pelayaran. Pengendalian kapal saat
beroperasi dilakukan di ruangan ini.Di atas geladak kimbul biasa diletakkan rumah
geladak yang sesuai dengan kebutuhan. Tebal pelat geladak terbuka pada rumah
geladak boleh lebih kecil 0,5 mm dari persyaratan untuk geladak kimbul.
Pelat geladak pada rumah geladak dapat pula dilapisi dengan kayu dan menurut
BKI, apabila geladak pada rumah geladak dilapisi kayu, maka tebalnya dapat
dikurangi dengan 1 mm, namun tidak boleh kurang dari 5 mm, sedangkan tebal
lapisan kayu yang digunakan adalah 50 mm sampai 60 mm. Di dalam rumah
geladak, ketebalan geladak boleh dikurangi sebesar 20%, dan tetap tetapi tidak boleh
kurang dari 5 mm.
memanajang. Dan penggambaran kontruksi profile ini lebih komplek dari pada
akan terlihat lebih jelas tentang letak dan bagaian – bagaian kontruksinya.
Kontruksi profile terdiri dari gambar lay out kapal secara memanjang
yang dilihat dari samping dan dipotong pada bagaian tengah kapal secara
vertical. Kemudian gambara tersebut akan lebih jelas lagi dengan penambahan
gambar mengenai ; Bangunan atas yang terdiri dari poop deck , boat deck,
navigation deck, top deck dan fore castle. Yang kedua main deck dan yang
ketiga double bottom.Dan dari penampakan gambar tersebut akan lebih jelas
wrang center girder side girder dan bagaian bagaian lainya. Adapun cara
Sb = ( 3 ~ 5 ) x ao = 3 x ao = 3.2m
4.1.5. Panjang Kamar mesin
Lkm = ( 17 ~ 20 )% x Lbp = 15% x Lbp = 13.02 m
4.1.6. Tinggi double bottom
Hdb = 350 + ( 45 x B ) = 1025 mm = 1.025 mm
4.1.7. Panjang ruang muat
Lrm = Lbp - ( Sh + Lkm ) = 73.1 m
1/3 Lrm = 21.0 m
4.1.8. Luas ruang muat pada midship
Arm = B x H x Cm
= 103.95 m2
4.1.9. Luas double bottom pada midship
Adbm = B x Hdb x Cm
= 15.22 m2
4.1.10. Volume ruang muat
Vrm = Lrm x B x Dc x ( Cb x 0,85 x H )
dimana :
Dc = H + ( 0,5 x chamber ) + ( 1/6 x ( Sheer Ap + Sheer Fp )) - Hdb
= H + ( 0,5 x ( 1/50 x B )) + (1/6 x ((25 x ( Lbp/3 ) + 10 ) +
( 50 x ( Lbp/3 ) + 10 ))) - Hdb
= 7.87
( Cb x 0,85 x H ) = Cb + (( 0,85 x ( H -T )) / ( 10 - T ))
( Cb x 0,85 x H ) = 108
maka :
Vrm = 8035.7 m3
Profil = 100 x 50 x 10 mm
Bracket = 170 x 6.5 mm
Perencanaan profil T
h = 140 mm = 14.0 cm
s = 12 mm = 1.2 cm
f = (0.061 x e x l x PS x n)
= 0.145147 cm2
b = 72 60 x s
fs = 16.8 hxs
F = 62.64 b x Td
b' = 0.12095568 f/s
fs/F = 0.268199234 fs/ F
f/F = 0.002317159 f/F
Dari diagram W = 0.08
Wo = 70.1568
Wo > W (Memenuhi)
jadi, hxbxs
profil = 140 x 72 x 12 mm
Bracket = 170 x 6.5 mm
W = n x c x a x l^2 x Pda x f x k
= 16.891
di mana : a = 0.65 jarak antara gading
n = 0.51 untuk L > 100
c = 0.6
Pda = 19.72 KN/m2 (beban geladak bangunan atas)
f = 0.75
k = 1.0 (untuk baja)
l = 2.4 m tinggi deck kapal
jadi :
profil = 60 x 40 x 5 mm
Bracket = 100 x 6.5 mm
4.2.2 Perhitungan gading pada boat deck
>>> Untuk gading besar (web frame)
Z = 2.4 + 2.4 + H
= 11.8 m
N = 1 - (Z - H)/10
= 0.52 m
Pda = PD x N
= 13.492 KN/m2
W = 0.6 x e x l^2 x Pda x n x k
= 46.228 cm3
di mana : e = 1.944 m jarak antar gading besar kurang lebih empat jarak
gading
n = 0.51 untuk L < 100
l = 2.4 m tinggi tiap deck
k = 1.0 (untuk baja)
Melalui perhitungan untuk profil T Diperoleh sebagai berikut:
Profil = 75 x 55 x 9 mm
= 0.145146816 cm2
Tebal pelat geladak (td) = 8.7 mm 0.87 cm
b = 54 60 x s
fs = 9.45 hxs
F = 46.98 b x Td
b' = 0.16127424 f/s
fs/F = 0.201149425 fs/ F
f/F = 0.003089545 f/F
Dari diagram W = 0.09
Wo = 44.3961
Wo > W (Memenuhi)
jadi, hxbxs
profil = 105 x 54 x 9 mm
Bracket = 140 x 6.5 mm
f = 0.75
k = 1.0 (untuk baja)
l = 2.4 m tinggi deck kapal
jadi :
profil = 60 x 40 x 5 mm
Bracket= 100 x 6.5 mm
Profil = 60 x 40 x 5 mm
Bracket= 100 x 6.5 mm
Perencanaan profil T
h = 65 mm = 6.5 cm
s = 5 mm = 0.5 cm
f = (0.061 x e x l x PS x n)
= 0.145146816 cm2
Tebal pelat geladak (td) = 8.04701035 mm 0.804701035 cm
b = 30 60 x s
fs = 3.25 hxs
F = 26.1 b x Td
b' = 0.290293632 f/s
fs/F = 0.124521073 fs/ F
f/F = 0.005561181 f/F
Dari diagram W = 0.04
Wo = 6.786
Wo > W (Memenuhi)
jadi, hxbxs
profil = 65 x 30 x 5 mm
Bracket = 100 x 6.5 mm
W = n x c x a x l^2 x Pda x f x k
= 0.889
di mana : a = 0.65 jarak antara gading
n = 0.51 untuk L < 100
c = 0.65
Pda = 1.04 KN/m2 (beban geladak bangunan atas)
f = 0.75
k = 1.0 (untuk baja)
l = 2.4 m tinggi deck kapal
jadi :
profil = 60 x 40 x 5 mm
Bracket = 100 x 6.5 mm
= 8.890 cm3
di mana : e = 1.994 m jarak antar gading besar kurang lebih empat jarak
gading
n = 0.51 untuk L < 100
l = 2.4 m tinggi tiap deck
k = 1.0 (untuk baja)
Melalui perhitungan untuk profil T Diperoleh sebagai berikut:
Profil = 65 x 40 x 6 mm
Bracket= 100 x 6.5 mm
Perencanaan profil T
h = 95 mm = 9.5 cm
s = 6 mm = 0.6 cm
f = (0.061 x e x l x PS x n)
= 0.145146816 cm2
Tebal pelat geladak (td) = 8.7 mm 0.87 cm
b = 36 60 x s
fs = 5.7 hxs
F = 31.32 b x Td
b' = 0.24191136 f/s
fs/F = 0.181992337 fs/ F
f/F = 0.004634317 f/F
Dari diagram W = 0.04
Wo = 11.9016
Wo > W (Memenuhi)
jadi, hxbxs
profil = 95 x 36 x 6 mm
Bracket = 100 x 6.5 mm
di mana : e = 0.510 m jarak antar gading besar kurang lebih empat jarak
gading
n = 0.55 untuk L < 100
l = 2.4 m tinggi tiap deck
k = 1.0 (untuk baja)
Profil = 60 x 60 x 6 mm
Bracket= 100 x 6.5 mm
Perencanaan profil T
h = 100 mm = 10 cm
s = 6 mm = 6 cm
f = (0.061 x e x l x PS x n)
= 0.0410652 cm2
Tebal pelat geladak (td) = 8.04701035 mm 0.804701035 cm
b = 36 60 x s
fs = 6 hxs
F = 31.32 b x Td
b' = 0.068442 f/s
fs/F = 0.191570881 fs/ F
f/F = 0.001311149 f/F
Penentuan jangkar sesuai dengan BKI VOL II.2001 Section 18, dengan luas
bidang tangkap angin:
Z= D2/3 + 2 x h x B + A/10 m2
Dimana :
D = Displacemen kapal = 4937.546 ton
h = Fb + h’ = 14 m
h’ = Tinggi dari super structures dan rumah geladak = 8.40 m
Fb = Lambung timbul kapal
B = Lebar kapal = 16.33
= H–T = 2 m
A = Luas pandangan samping lambung kapal, bangunan atas dan
rumah geladak
diatas garis muat :
Ao = Poop Deck = 18.51 x 2.4 = 44.42 m2
A1 = Boat deck = 15.6 x 2.4 = 37.46 m2
A2 = navigation deck = 8.32 x 2.4 = 19.97 m2
A3 = Top deck = 6.37 x 2.4 = 15.288 m2
A4 = Forecastle = 8.9 x 2.4 = 19.58 m2
A total = Ao + A1 + A2 + A3 + A4
= 136.731 m2
Jadi :
Z= ((10550.69)^2/3)+ 2 x ( 10.7 x 18.01 ) + (197.910/10)
m2
= 807.915 m2
Berdasarkan nilai Z diatas maka dari tabel 18.2 BKI Vol 2 section
didapat data- data sebagai berikut :
# No register = 121
# Jumlah jangkar = 2 buah
= 3.300 m3
Dimensi mud box = LxBxT
= 2 x 1.6 x 1.1
= 3.28
4.3.4 ENGINE CASING
Berdasarkan besarnya daya mesin yang diperoleh maka dari brosur dapat
diketahui
dimensi mesin sebagai berikut :
BHP = 3076.923
Merek = NIIGATA
Berat = 96
Putaran = 750
Bore = 420
Stroke = 620
Panjang = 3.3
Lebar = 2.25
Tinggi = 6.17
Sehingga :
Lebar engine cassing = 4.25
= 211 gr/kw
Vs = kecepatan kapal
= 12 Knot
S = sea trial
= 1400 seamiles
maka :
Wfo = 51.50 Ton
4.4.2 Berat minyak pelumas
Dalam buku "Ship Design and Ship Theory"oleh H.Phoels, hal.12
Wlub = Pbme x bme x S/Vserv x 10-6 + add
dimana :
bme = 1,2 ~ 1,6 gr/kwh untuk mesin 4 tak
= 1.6
add = penambahan sebesar 10% sebagai pertimbangan faktor keamanan
= 10%
maka :
Wlub = 0.23 Ton
Wlub = 0.25 Ton ( with add = 10% )
4.4.3 Berat air tawar
Dalam buku "Ship Design and Ship Theory"oleh H.Phoels, hal.12 :
~ Kebutuhan air minum = 20 kg/orang//hari
~ Kebutuhan untuk mck = 200 kg/orang//hari
~ Kebutuhan utk air pendingin = 0.14 kg/kwh
~ Jumlah crew = 28 orang
~ Lama pelayaran ( T = S / V ) = 116.67 jam = 5 hari
Dalam "Ship Basic Design by Matsui Engineering & Ship Building Lo LTD"
Wh = Ch . L . ( B + D )
Dimana :
Ch = Coefficient Hull (0,4 ~ 0,48)
= 0.42
L= Panjang Kapal
= 84.0 m
B= Lebar kapal
= 15.0 m
D= Tinggi kapal
= 7.0 m
Jadi Wh = 776.160 Ton
Dipilih Wst = 949.67 Ton
4.4.8. Berat Perlengkapan dan peralatan
Dalam buku "Ship Design and Ship Theory"oleh H.Phoels, hal.76 :
Woa = C x ( L x B x H )2/3
dimana : C= 0,7 ~ 0,9 t/m2
= 0.90 -0.508
maka Woa = 384.20 Ton
Dalam buku "Ship Design for Efficiency and Economy" hal.226 :
Woa = K +( L x B)
dimana :
= 23.129 m3
= 11.705 m3
= 0.279 m3
1 HDB 0.5HDB
Hasil Hasil
Gading Ordinat FS kali Gading Ordinat FS kali
33 6.716 1 6.716 33 5.85 1 5.85
34 6.835 4 27.342 34 6.0006 4 24.0024
35 6.938 1 6.938 35 6.1527 1 6.1527
S= 40.995 S= 36.005
A1 2 (1/3) x ao x s A2 2 (1/3) x ao x s
3
= 17.710 m = 15.554 m3
0 HDB volume total
Hasil
Gading Ordinat FS kali no luasan FS hasil kali
33 3.85 1 3.85 A1 17.710 1 17.71001
34 4.02 4 16.08 A2 15.554 4 62.21681
35 4.202 1 4.202 A3 10.425 1 10.42502
S= 24.132 ∑ 90.35185
V
A3 2 (1/3) x ao x s total 1/3*0.5Hdb*∑ m3
= 10.425 m3 = 15.05864 0.279
jadi tangki minyak pelumas terletak antara
gading
= 58.932 m3
0.5
1 HDB HDB
Hasil
Gading Ordinat FS kali Gading Ordinat FS Hasil kali
36 7.02 1 7.020 36 6.2974 1 6.2974
37 7.0624 4 28.250 37 6.433 4 25.732
38 7.1907 2 14.381 38 6.5577 2 13.1154
39 7.2319 4 28.928 39 6.6701 4 26.6804
40 7.2647 2 14.529 40 6.7698 2 13.5396
41 7.2999 4 29.200 41 6.8573 4 27.4292
42 7.3257 2 14.651 42 6.9332 2 13.8664
43 7.3557 4 29.423 43 6.998 4 27.992
44 7.3517 2 14.703 44 7.0521 1 7.0521
S= 181.085 S= 161.705
2 (1/3) x ao
A1 2 (1/3) x ao x s A2 xs
= 78.229 = 69.856
Berat Ballast :
= 273.520 ton
Vwb = Wb/miu
= 266.849
0.5
1 HDB HDB
Hasil
Gading Ordinat FS kali Gading Ordinat FS Hasil kali
45 7.382 2 14.765 45 7.096 2 14.192
46 7.382 4 29.528 46 7.129 4 28.516
47 7.382 2 14.765 47 7.155 2 14.31
48 7.384 4 29.537 48 7.1717 4 28.6868
49 7.383 2 14.766 49 7.183 2 14.366
50 7.384 4 29.535 50 7.1915 4 28.766
51 7.380 2 14.760 51 7.197 2 14.394
52 7.380 4 29.519 52 7.201 4 28.804
53 7.382 2 14.764 53 7.206 2 14.412
54 7.379 4 29.517 54 7.207 4 28.828
55 7.381 2 14.761 55 7.211 2 14.422
56 7.377 4 29.510 56 7.212 4 28.848
57 7.357 2 14.713 57 7.213 2 14.426
58 7.377 4 29.508 58 7.214 4 28.856
59 7.377 2 14.753 59 7.214 2 14.428
60 7.376 4 29.504 60 7.214 4 28.856
61 7.376 2 14.751 61 7.215 2 14.43
62 7.378 4 29.511 62 7.215 4 28.86
63 7.375 2 14.749 63 7.22 2 14.44
64 7.375 4 29.499 64 7.22 4 28.88
65 7.375 2 14.749 65 7.22 2 14.44
66 7.375 4 29.499 66 7.22 4 28.88
67 7.375 2 14.749 67 7.22 2 14.44
68 7.375 4 29.499 68 7.22 4 28.88
69 7.375 2 14.749 69 7.22 2 14.44
70 7.375 4 29.499 70 7.22 4 28.88
71 7.375 2 14.749 71 7.22 2 14.44
72 7.375 4 29.499 72 7.22 4 28.88
73 7.375 2 14.749 73 7.22 2 14.44
74 7.375 4 29.499 74 7.22 4 28.88
75 7.375 1 7.375 75 7.22 1 7.22
S= 671.332 S= 655.541
2 (1/3) x aO
A1 2 (1/3) x aO x s A2 xs
= 290.015 = 283.194
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Konstruksi secara umum berarti komponen-komponen suatu bangunan yang
mendukung suatu bangunan yang mendukung suatu desain. Dalam bidang perkapalan,
mana terdiri dari badan kapal beserta bangunan atas. Konstruksi kapal adalah bagian-
bagian kapal yang umumnya terdiri dari lambung kapal beserta bangunan atasnya
dan melintang.
terdapat bebagai macam kekurangnan, oleh karena itu timbul pemakaian sistim rangka
konstruksi kombinasi, dimana sistim ini memadukan keunggulan dari kedua sistim
konstruksi tersebut.
5.2 SARAN-SARAN
Mungkin sebaiknya terlebih dahulu diberikan pemahaman mengenai
kapal
Kiranya mahasiswa dan dosen dapat saling berkomunikasi yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Hasanuddin.
LAMPIRAN