Anda di halaman 1dari 6

Dua orang pria sedang duduk minum kopi di bar sebuah rumah mewah " bisa kita konsultasi

sekarang,tuan Bi ? tanya pria berstelan kemeja rapih dengan pandangan yang penuh harap dari
kacamatanya."ah.....bukankah sudah aku bilang jangan panggil aku dengan nama itu" kata si pria
berswiter dengan kesal " hey...Aku kan hanya memanggilmu dengan huruf depannya saja" " bi
untuk bipolar. Apa kau ingin aku semakin terpuruk karena mendengar nama penyakit itu?
Sekarang kau bukanlah sahabatku tapi dokter yang aku bayar. jadi, bersikaplah seperti seorang
dokter. Ok" pintanya dengan raut wajah yang lucu tapi serius. "Maaf,tuan Bi. Bisakah kita mulai"
"hey.....ah...baiklah dokter Fahrul". " apa yang kau alami hari ini?" Tanya si dokter memulai
pembicaraan tanpa memandang wajah sang dokter pria itu mulai bercerita "hari ini aku...aku
melihat orang yang aku sukai berjalan dengan pacarnya, rasanya sakit sangat sakit, hingga aku
mencoba memisahkan mereka dengan menarik perhatian pacarnya". "Maksudmu kau ingin
pacarnya tertarik pada orang lain" pria itu hanya mengangguk " kau ... bukannya itu melawan
prinsipmu, kau tidak pernah menusuk lawanmu dari belakang terpikirkan tak pernah. Bahkan
sekarang kau sudah bertindak diluar prinsip-prinsipmu. Mmm...tapi itu normal untuk orang yang
sedang jatuh cinta" ekspresi pria itu berubah menjadi bahagia "benarkah" dokter Fahrul
mengangguk lalu tersenyum "itu bahkan sangat normal, Rayhan Pratama". Mereka kemudian
menikmati kopi yang ada didepan mereka. Kemudian Fahrul pun pamit untuk kembali pulang.

Setiap malam mereka selalu bertemu ditempat yang sama karena jika Rayhan merasa senang di
suatu keadaan maka dia akan tetap pada posisi itu. Tidak seperti malam-malam sebelumnya, sejak
malam itu ia selalu bercerita tentang orang yang dia sukai hingga sampai pada malam ke tujuh. "
hari ini umpanku sudah dimakan " kata Rayhan penuh kebahagiaan " benarkah...ah kau benar-
benar hebat, tuan Bi. Jadi maksudmu tinggal beberapa langkah lagi kau akan mendapatkan orang
yang kau sukai, kau bukanlah Rayhan yang kutemui saat kita bertemu di usia sepuluh tahun.
Rayhan yang menyukai kesetiaan, yang sangat tidak suka jika hubungan dihancurkan apalagi itu
adalah orang yang disayangi dan tidak suka menusuk lawan dari belakang. Tapi kini kau ingin
menghancurkan hubungan orang itu". "Maksudmu apa yang ku lakukan bagian dari penyakitku" "
apa yang kau rasakan adalah normal tapi yang kau lakukan berlawanan dengan karakter aslimu.
Aku hanya takut jika kejadian ini akan membuatmu dalam masalah". "Maksudmu ini bukanlah
diriku. Kau masih ingat aku pernah bercerita tentang ibuku yang tertekan oleh ayahku karena ibu
menyukai pria lain dan meminta cerai tetapi ayah tak mengiyakan. Selama satu tahun ibuku
dikurung didalam kamar oleh ayahku seperti orang dengan penyakit jiwa. Tidak ada yang boleh
menemuinya selain ayah dan aku, itupun aku hanya boleh menemuinya setiap seminggu sekali,
tapi ibu bahkan tidak mau berbicara dengan ku bahkan dia tidak melihat wajahku. Aku selalu
menunggunya didepan pintu kamarnya mencoba berbicara dengannya. Aku bahkan menonton
sinetron kesukaannya,menonton gosip,membaca majalah lalu aku ceritakan semuanya padanya
berharap dia mau berbicara denganku walau hanya lewat pintu kamarnya. Tetapi dia tidak pernah
mengeluarkan sepatah katapun walau hanya memanggil namaku, apakah dia tak tahu betapa aku
sangat merindukan kata yang keluar dari mulutnya itu, ketika dia memanggil namaku. Dia adalah
ibuku ,ketika tengah malam aku merindukannya aku akan tidur didepan pintu kamarnya tapi apa
yang aku dapatkan aku mendengar suaranya, aku mendengar suaranya memanggil nama orang itu,
orang yang ia sukai. Ha....Aku hanya bisa menangis dan memanggil ibuku dengan mulut yang
ditutupi tangan. Hingga akhirnya tiba saatnya aku menemuinya tapi tapi saat aku masuk ibu
langsung mengunci pintu betapa bahagianya aku. Aku berfikir dia akan menyayangi dan berbicara
padaku tapi...tapi tidak aku malah harus menyaksikan bagaimana dia menyakiti dirinya sendiri.
Aku menahannya aku berusaha menyadarkannya dan akhirnya ibu menatapku dan mengelus
kepalaku, sesaat aku merasa bahagia tapi kemudian dia kembali menyiksa dirinya hingga dia
bunuh diri didepanku. Dia...Dia meninggal di hadapanku tapi aku tak bisa berbuat apa apa dan
hanya bisa menangis memanggil namanya. Lalu setahun kemudian ayah meninggal kerena rasa
menyesal atas kepergian ibu" dia lalu menatap tajam mata sahabatnya itu melanjutkan
perkataannya " lalu bagaimana bisa kau berkata apa yang ku lakukan adalah karena penyakitku,
bahwa ini bukanlah diriku, orang yang kau kenal si anak lemah itu adalah diriku yang
sebenarnya.Ha...Ha.. jawab aku Fahrul". "Minumlah obat ini lalu istirahatlah. Aku akan menginap
malam ini" Fahrul memberinya obat dan meninggalkannya.

Pagi harinya Fahrul masuk dengan makanan dan Rayhan duduk di lantai depan ranjangnya. "
apakah kita harus selalu sarapan dikamar seperti ini, ayo makanlah" kata Fahrul berusaha
mencairkan suasana tetapi Rayhan tetap diam dan Fahrul menjitak kepalanya " ahw....berani sekali
kau menyentuh kepalaku. Ini adalah satu satunya peninggalan ibuku" Fahrul kembali menjitak
kepalanya "kau benar-benar" lalu Rayhan mengucak mulut Fahrul dengan gemas dan Fahrul
menyingkirkan tangannya "kau...bagian pipi dan mulutku adalah hal yang paling berharga bagiku.
kau memang lebih tampan dariku tapi aku tahu kau iri denganku karena jika aku tersenyum para
wanita akan lebih melihatku dan luluh karena senyumanku" Fahrul lalu mengeluarkan
senyumannya dan Rayhan hanya memandanginya. Lalu Fahrul berkata " sekarang mari kita
makan". Mereka mulai makan kemudian Fahrul kembali berbicara " aku ingin membicarakan
sesuatu padamu. Aku akan melamar pacarku, bagaimana pendapatmu" Rayhan tersedak
"Minumlah" Fahrul memberinya minum "aku tahu kau pasti kaget karena aku baru membicarakan
ini denganmu. Aku merasa ini sudah waktunya, kita sudah 29 tahun jadi sudah terlalu matang ya
walaupun wajah kita masih seperti usia 23 tahun" Rayhan terus makan sambil mendengarkan
sahabatnya yang terus bercerita "kau tahu Rere adalah wanita yang baik, wanita idamanku. Jadi,
kali ini kau harus mau aku perkenalkan dengannya" Rayhan berhenti makan dan mulai bicara
"maafkan aku. Aku tidak bisa melakukan itu. Kau adalah satu-satunya orang yang menyayangi
dan mendukungku dari kecil tapi aku belum siap melihat orang yang akan menjadi teman
hidupmu, maafkan aku. Aku hanya merasa waktu berlalu begitu cepat. Aku ingin meminta satu hal
tolong jangan pernah meninggalkan aku sendirian seperti yang mereka lakukan, ku mohon". "Aku
akan selalu menjadi sahabat dan kakakmu. Aku adalah pelindungmu". Mereka saling bertatapan
"sudah selesai aku harus pergi kerumah sakit. Jadi, kau juga harus bekerja". Fahrul pergi
meninggalkannya.
Selang beberapa menit Rayhan mengambil sebuah kotak dari laci ranjangnya dan membuka kotak
itu lalu mengambil sebuah gambar. Terbayang diingatannya seorang pemuda menyapa gadis kecil
berusia sepuluh tahun yang duduk menggambar di sebuah taman. "Boleh aku duduk" gadis kecil
itu hanya tersenyum dan pemuda itu lalu duduk "kenapa kau menggambar seorang anak lelaki
yang mengulurkan tangan pada seorang anak lelaki lain. Seharusnya diusiamu kau menggambar
keluargamu itu pasti akan lebih menyenangkan". "Bagiku ini lebih menyenangkan persahabatan
pria sangat kuat dibanding wanita" jawab anak itu dengan ceria "kalau begitu kau harus
menggambar yang saling merangkul dan terlihat bahagia". "aku melihat seorang anak lelaki yang
selalu menolong seorang anak laki laki yang lemah. Dia selalu mengulurkan tangannya dan
tersenyum. mereka tidak terlihat bahagia tapi terlihat mencari kebahagiaan dalam kebersamaan.
aku hanya menggambar apa yang aku lihat bukan yang aku khayalkan. Aku lebih suka sesuatu
yang nyata bukan imajinasi, dan itulah yang aku lihat lalu aku gambar" jawab anak itu dengan
manja dan lucu " kakak kalau begitu kuberikan gambar ini sebagai hadiah dan supaya kau selalu
ingat bahwa kenyataan lah yang terbaik. Usiaku sepuluh tahun tapi tak suka imajinasi. Tapi kau
suka,memangnya berapa usiamu dan siapa namamu". "Usiaku dua puluh tahun dan namaku"
belum sempat mengucapkan namanya terdengar suara seorang ibu memanggil "Ralin" "ya. Bu"
sedih anak itu dan langsung lari menghampiri ibunya " namaku Rayhan, Rayhan Pratama" kata
pemuda itu melihat punggung anak kecil itu yang telah pergi. Bayangan itupun hilang dari
pikirannya. Dengan memandangi gambar itu dia berkata. "Jika Fahrul adalah orang yang pertama
kali peduli padaku sejak kejadian itu maka kau adalah orang yang pertama kali mengerti diriku
tanpa perlu kujelaskan". Lalu dia mulai melukis.

Malam harinya Fahrul datang ke rumah Rayhan dengan tatapan kecewa dan sedih dan mereka
duduk di tempat biasa "Tuan Bi, mari kita lakukan konsultasi" kata Fahrul "baiklah. Aku" Fahrul
langsung memotong perkataan Rayhan "aku. Hari ini aku yang konsultasi, maukah kau
mendengarkanku" kata Fahrul tanpa memandangi wajah Rayhan dan melanjutkan pembicaraan
"hari ini aku melamar gadis yang kucintai, gadis yang selama ini membuatku tahu arti
kebahagiaan karena memilikinya. Tapi dia ....Dia menolak lamaranku, tuan Bi. Dan Kau tahu apa
alasannya adalah tidak ada alasan untuk menerima lamaranku. Rasanya sakit, sangat sakit" dengan
wajah tegar air matanya tetap jatuh dan Rayhan hanya memandangnya dengan wajah tanpa
ekspresi dan mulai membuka mulutnya "maafkan aku" "kau tidak perlu minta maaf. Mungkin,
tidak. Sepertinya aku bisa merasakan apa yang dirasakan ayahmu walau sedikit" malam itu
mereka habiskan dengan berbicara tanpa senyuman dan tanpa meminum kopi didepan mereka.

Keesokan harinya Rayhan pergi ke sebuah kafe dan bertemu dengan seorang wanita , mereka
duduk berhadapan. "Hari ini aku merasa sangat bahagia" kata Rayhan dengan gayanya yang khas
dan dengan hangat dan dewasanya wanita itu berkata "aku juga. Aku sudah mengakhiri
hubunganku dengannya. Beban yang ku rasa selama ini telah kulepaskan" "kalau begitu mari kita
lepaskan semuanya" Rayhan tersenyum bahagia "ya. Mari kita lepaskan semuanya". Dengan
senyuman Rayhan menatap wanita itu dan berata "ok. Kau sudah setuju. Jadi, mari kita putuskan
hubungan ini. Maksudku mari kita lepaskan semua beban yang kita rasakan, kita akhiri hubungan
ini". "A..Apa Maksudmu Kita putus. Kenapa kau melakukan ini, apa alasan dari samua ini"
wanita itu marah dan kaget "alasannya karena tidak ada alasan untuk melanjutkan hubungan ini"
"Ray" "jangan salah paham, kadang kala manusia salah mengerti perasaannya. Seperti halnya kita
tertarik pada barang baru meski kita memiliki barang yang lama dan jadi kesayangan tetapi kita
akan cepat bosan dengan barang baru itu lalu membuangnya. Jadi, Rere kenapa kau membuang
barang lama kesayanganmu itu kebawah kolong ranjang yang jika kau akan mengambilnya kau
harus membungkuk". Setelah mengatakan hal itu Rayhan pergi meninggalkan Rere yang sedang
menangis. Rere membalikkan wajahnya dan ternyata Fahrul yang sedari tadi berdiri di seberang
jalan dan melihat sahabat dan kekasihnya bersama. Rere hanya duduk menangis dan memandangi
Fahrul tanpa bisa berkata apa apa lagi.

Dengan tersenyum Rayhan akan masuk ke galeri seni miliknya tapi terhenti karena melihat
seorang gadis disampingnya yang berada di depan galerinya. Dengan wajah lucu dan imutnya
gadis itu membaca papan nama "bi imagin" gadis itu lalu masuk dan Rayhan tersenyum melihat
tingkahnya lalu ikut masuk. Terlihat beberapa gadis muda sedang mengerumuni sebuah lukisan
"wah....ini lukisan abstrak yang indah sekali" kata salah satu gadis muda itu. Lalu dengan
seriusnya gadis muda yang baru masuk itu berkata "itu bukan abstrak tapi seorang anak laki-laki
yang melihat punggung ibunya dari sebuah pintu" "bagaimana kau bisa melihatnya" sahut salah
satu dari mereka "pintunya dibuat transparan, aku tak tahu bagaimana dia bisa melakukan hal ini"
gadis itu lalu tersenyum dan Rayhan yang dari tadi memperhatikan mereka ikut tersenyum.
Mereka lalu berkeliling melihat lukisan-lukisan yang ada di galeri itu dan Rayhan terus mengikuti
mereka. Sampailah mereka di suatu lukisan yang membuat mereka tertarik "ini adalah lukisan
yang terkenal itu kan. Lukisan yang menggambarkan dua anak lelaki yang mengantar dua orang
pemuda naik ke pelaminan. Wah aku tak menyangka bisa melihatnya secara langsung" "kau
salah" kata gadis yang diikuti Rayhan. Lalu dia menyambung perkataannya "itu adalah dua anak
lelaki yang melihat masa depan mereka yaitu naik ke pelaminan lebih tepatnya menikah"
"a....Apa. pendapatmu sangat berbeda dengan para ahli-ahli itu tapi sepertinya kau lebih baik dari
mereka. Kau yang terbaik Ralin" Ralin lalu memandangi teman-temannya dan kembali
memandangi lukisan itu sementara teman-temannya pergi melihat lukisan yang lain. Rayhan
melangkah mendekat pada Ralin sampai berada disamping Ralin. "Kau benar" kata Rayhan
memandangi Ralin dan Ralin masih tetap memandangi lukisan itu "kau salah. Yang aku katakan
hanya sebagian dari kebenaran. Lihatlah dua anak kecil itu saling memandangi dan bahagia tapi
ketika mereka dewasa dan naik ke pelaminan salah satu pria memandang wajah pria pasangannya
tapi pria itu memandangi seorang wanita yang bersembunyi. Aku hanya penasaran siapa yang
dipandangi wanita itu". Tanpa melihat Rayhan, Ralin pergi meninggalkan teman-temannya dan
Rayhan terus mengikutinya. Ralin pergi ke halte bus dan naik bus, Rayhan ikut naik dan duduk
disampingnya. "Apakah anda akan selalu seperti ini" tanya gadis muda itu "Maaf. Aku pikir kau
tidak memperhatikan aku" jawab Rayhan dengan canggung "anda yang terus mengikutiku sejak
sembilan tahun yang lalu, kakak. Kau pikir aku adalah anak yang bodoh. Kau selalu ada di taman
tempat kita pertama kali bertemu, kau selalu tersenyum ketika melihatku. Tapi ada satu pertanyaan
di benakku kenapa kau melakukan itu. Apakah kau kesepian karena itu kau datang padaku".
"Maaf. Maafkan aku. Kau benar. aku sangat kesepian, aku hanya tak tahu bagaimana caranya agar
bisa berteman denganmu. Kau kan tahu usia kita sangat jauh, aku tak tahu harus bagaimana.
Melihatmu membuatku tersenyum dan terus tersenyum. Aku sangat bahagia sejak pertama kali
kita bertemu. Jadi, bisakah kau menjadi temanku". Ralin memandangi wajah Rayhan "kakak"
"jadi bisakah" Ralin hanya tersenyum dan meneteskan airmata "namaku Rayhan dan usiaku 29
tahun. Itu adalah kata yang ingin aku katakan padamu sejak pertama kali kita bertemu karena itu
adalah pertanyaan pertamamu padaku" mereka saling memandangi dan tersenyum.

Malam harinya di rumah Rayhan, Fahrul datang dengan wajah serius. "Kau datang untuk
konsultasi, dokter. Tapi itu tak perlu untuk hari ini" sapa Rayhan "kenapa kau lakukan ini padaku,
Ray. Aku selalu mendukungmu, aku selalu mempercayaimu dan aku selalu berusaha agar kau
bahagia. Tapi kenapa Kenapa kau menghancurkan hubunganku dengannya, Ray. Kenapa jawab
aku" Rayhan hanya berdiri tanpa berkata apapun "kau tahu aku sangat mencintainya tapi kenapa
kau merebutnya dariku. Ray bukankah sejak awal kau sudah tahu dia orangnya lalu kenapa kau
merebutnya dariku. Itulah sebabnya kau tak ingin kuperkenalkan padanya. Ray seandainya saja
kau katakan dari dulu jika kau menyukainya aku akan merelakannya untukmu, kau tak perlu
berbohong seperti ini. Aku akan memberikan dia untukmu walaupun aku harus terluka" Rayhan
mulai berbicara "tidak Fahrul itu tidak benar. Aku tidak merebutnya darimu bukan dia yang
kusukai, kau harus percaya padaku". "Apa maksudmu. Jadi kau hanya mempermainkan
perasaannya. Apakah karena kau ingin membuktikan bahwa dia wanita yang tidak , ah....Apakah
kau ingin membuktikan bahwa dia seperti ibumu. Ray, jangan berbohong lagi bukankah dia yang
selama ini membuatmu melakukan hal diluar karakter aslimu. Aku mohon Rayhan jangan lagi kau
katakan hal itu, aku mohon". "Bukan. Bukan dia yang aku sukai, ku mohon percayalah padaku".
"Maaf. Berikan aku waktu untuk memikirkan pengkhianatan ini" Fahrul lalu pergi meninggalkan
Rayhan. "Aku tak menghianatimu, aku sungguh tak melakukan itu. Percayalah padaku" kakinya
tak mampu lagi menumpu badannya hingga dia terjatuh dan terus menangis.

Sudah dua hari sejak kejadian itu Rayhan terus termenung di kamarnya dengan lukisan-lukisan
yang dia buat. Terdengar suara memanggil namanya "Tuan Bi, apakah kau akan terus seperti ini"
mata Rayhan lalu melihat orang yang berdiri dihadapannya "Fahrul" Fahrul lalu merendahkan
tubuhnya "aku tahu bukan dia, bukan dia orangnya. Aku juga tahu kau tidak menghianatiku dan
menusuk aku dari belakang" "Fahrul, kau" "ya. Aku percaya dan aku tahu semuanya tapi bisakah
aku mendengarnya darimu, ku mohon tuan Bi" Rayhan menundukkan kepalanya dan berkata "apa
yang kau pikirkan tentang semuanya adalah benar. Dia bukan orang yang ku sukai tapi orang yang
ingin ku buat tertarik. Dia bukan orang yang membuat aku sakit hati tapi dia yang memakan
umpan ku. Dia bukan orang yang membuatku melangkah prinsipku tapi orang itu adalah kau, kau.
Orang yang aku sukai selama ini adalah kau, Fahrul" "Ray" "maafkan aku. Maaf karena telah
memiliki perasaan ini" Rayhan terus menangis dan meminta maaf. Fahrul lalu memegang
pundaknya "aku tak tahu harus bagaimana dengan perasaanmu tapi" Fahrul lalu mengulurkan
tangannya dan melanjutkan perkataannya "aku adalah Fahrul. Jika kau terjatuh aku akan
mengulurkan tanganku. Jika kau tak mampu berdiri maka aku akan membopongmu dan jika kau
harus lari dari semuanya aku akan selalu mengikutimu. ingatlah Aku Fahrul akan selalu menjadi
pelindungmu". Fahrul lalu tersenyum pada Rayhan yang terus menangis.

Keesokan harinya Rayhan terbangun karena suara alarm dan kaget melihat kalender "astaga hari
ini adalah hari lomba melukis untuk para pemula. Ah...Kenapa aku bisa lupa. Aku sangat bahagia
karena hari ini juga bisa bertemu Ralin, inikan jadwalnya ke galeri" setelah bersiap siap Rayhan
pergi ke galeri dengan naik bus dan duduk lalu tersenyum pada Ralin "ah....Apakah aku terlambat.
Apakah kau ingin melihat lomba melukis" Ralin tersenyum dan menjawab ya dengan ragu-ragu.
Hari ini Rayhan menjadi juri dalam lomba tersebut dan masuk ke galeri lebih dulu tanpa tahu
kalau Ralin menjadi peserta dalam lomba tersebut. Waktu melukis telah selesai tiba saatnya juri
menilai lukisan yang telah dibuat peserta. Rayhan tampak tidak puas dengan hasilnya tetapi saat
matanya berkaca kaca melihat sebuah lukisan lalu tersenyum dan berkata pada juri lainnya bahwa
dia telah menemukan pemenangnya dan juri lain pun setuju. Pengumuman pemenang telah
dilakukan ternyata Ralin lah pemenangnya. Rayhan lalu memberikan alasan kenapa lukisan itu
terpilih "lukisan ini adalah lukisan yang sangat nyata, kita tidak dapat melihat imajinasi
didalamnya namun saya tak tahu apa rahasianya sehingga lukisan ini terlihat begitu indah. Lukisan
seorang anak kecil yang memberi sebuah lukisan pada seorang pria muda yang sedang sedih dan
tampak mulai tersenyum. Hanya dengan memandang raut wajah orang dalam lukisan itu kita dapat
mengetahui apa yang terjadi, aku tak tahu bagaimana dia membuatnya". Ungkap Rayhan penuh
kebahagiaan.

Setelah perlombaan usai Ralin belum juga pergi dari Galeri dan Rayhan pun menghampirinya.
Rayhan bertanya apakah Ralin tidak akan ketinggalan bus, Ralin pun menjawab tidak apa apa
hanya untuk hari ini. Ralin kemudian mulai bertanya tentang kemenangannya dikarenakan itu
lukisan itu menggambarkan kisah hidupnya dan Rayhan bukan karena apa yang Rayhan katakan.
Rayhan pun menjawab bahwa apa yang dia katakan tentang lukisan itu adalah benar dan Ralin
menang karena lukisan itu benar benar indah, sangat indah.

Setiap hari Rayhan bertemu dengan Ralin hingga pada suatu saat mereka berada di taman tempat
pertama kali mereka bertemu Ralin memandangnya dengan serius dan mulai buka suara "apakah
dia sudah mengetahui bahwa kau menyukainya" Rayhan hanya tersenyum tipis lalu Ralin
melanjutkan perkataannya "apakah dia dapat menerimanya dan apa yang dia lakukan setelah
mengetahui kalau kau menyukainya" Rayhan mulai membuka suaranya "jauh dari yang dapat kita
bayangkan. Dia bahkan tetap mendukungku lebih dari sebelumnya. Begitulah kenapa Fahrul
sangat luar biasa bagiku". Ralin memandangi wajah Rayhan dan berkata "Tapi bukankah semakin
lama perasaan itu seperti rasa takut akan kehilangan sesuatu paling berharga bagimu bukan cinta.
Kadangkala kita salah menilai perasaan kita sendiri". Rayhan membenarkan perkataan Ralin dan
mengatakan bahwa Ralin memang sangat mengerti dirinya. Dia juga bertanya bisakah kalimat "
kadangkala kita salah menilai perasaan kita sendiri" dia gunakan pada Ralin dan Ralin gunakan
padanya. Ralin hanya diam dan Rayhan berkata "bisakah? Aku mencoba mengetahui perasaan ku
padamu itu apa dan kau pun sebaliknya. Aku sudah membuang cinta bertepuk sebelah tangan atau
perasaan apalah itu". Ralin hanya diam terpaku.

Di galeri seninya Rayhan berdiri menatap lukisan Ralin yang disandingkan dengan lukisannya.
Sesaat kemudian Ralin datang dan berdiri disamping kanannya ikut memandangi lukisan dan
berkata "kau membuang lukisan anak laki laki yang bermimpi menikah dengan temannya lalu
menggantinya dengan lukisan anak perempuan dan pemuda di sebuah taman" Rayhan
mengiayakan pertanyaannya . Ralin tersenyum dan bertanya maukah Rayhan mencoba mencari
tahu tentang perasaan mereka bersama-sama. Rayhan kaget Dan kemudian tersenyum pada Ralin.
seorang pria berdiri disamping Rayhan dan bertanya " dan jika kau terjatuh maukah kau menerima
uluran tanganku" Rayhan langsung membalikkan wajahnya kearah pria itu dan berkata "Fahrul"
lalu mereka tersenyum dan kemudia kembali memandangi lukisan lukisan itu.

Anda mungkin juga menyukai