Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH IMUNOLOGI

SITOKIN

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

 Musyarif  Lembang Bulawan


 Indar Alam  Zulfadly Budiatma
 Ayu Gusti Rahayu  Dewita
 Ainun Muzdalifah

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.

Makassar, 10 November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur


patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa, dan parasit yang
menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang
normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen.
Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem yang disebut
sistem imun yang memberikan respon dan melindungi tubuh terhadap
unsur-unsur patogen tersebut.

Sistem imun dapat dibagi menjadi sistem imun spesifik dan


nonspesifik. Fungsi sistem imun adalah fungsi protektif dan dalam hal
proteksi terhadap tumor ia mempunyai tiga peran utama. Pertama
melindungi individu dari perkembangan tumor dengan mengeliminasi atau
menekan firus bersangkutan. Kedua mengeliminasi patogen dan
meredakan inflamasi secepatnya sehingga dapat mencegah terbentuknya
lingkungan inflamasi yang kondusif untuk perkembangan tumor. Ketiga
sistem imun dapat mengidentifikasi secara spesifik dan mengeliminasi sel
tumor berdasarkan ekspresi antigen atau molekul spesifik tumor yang
terbentuk akibat perubahan sel yang menjadi ganas.

Pengetahuan tentang komponen seluler dan molekuler respon imun


terhadap mikroba penyebab infeksi dan, khususnya, peran yang dilakukan
oleh sitokin dalam regulasi dan homeostasis sel hematopoitik, telah
membuka wacana kita untuk mendapatkan bentuk baru pengobatan.
Beberapa sitokin telah dimanfaatkan sebagai agen terapetik untuk
memodulasi respon imun dan secara seleksi mempromosi hematopoisis.
Salah satu penggunaan sitokin dalam bidang farmasi adalah sebagai
pengobatan kanker.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sitokin?
2. Apa saja ciri-ciri sitokin?
3. Bagaimana sifat sitokin?
4. Bagaimanakah sitokin dalam pengobatan?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk meninjau sitokin yang


terlibat dalam kanker imunoterapi dan mendiskusikan biologi dan klinis
aplikasi dasar mereka . Makalah ini akan juga menggambarkan sitokin
baru dalam pengembangan pra - klinis , kombinasi dari agen biologis ,
mekanisme pengiriman baru , dan arah potensial untuk penyelidikan masa
depan dengan menggunakan sitokin .
BAB II

ISI

A. Definisi

Sitokin adalah golongan protein/glikoprotein/polipeptida yang larut


dan diproduksi oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag,
eosinofil, sel mast dan sel endotel. Sitokin berfungsi sebagai sinyal
interseluler yang mengatur hampir semua proses biologis penting seperti
halnya aktivasi, pertumbuhan, proliferasi, diferensiasi, proses inflamasi
sel, imunitas, serta pertahanan jaringan ataupun morfogenesis.
Kesemuanya terjadi akibat rangsangan dari luar. Sitokin mempunyai berat
molekul rendah, sekitar 8-40 KD, di samping kadarnya juga sangat rendah
(Soeroso, 2007).

Nama dari sitokin bermacam-macam tergantung dari tempat


produksinya dan perannya.

1. Monokin, merupakan produk dari fagosit mononuclear


2. Limfokin, merupakan produk dari limfosi
3. Interleukin (IL), berkaitan dengan perannya antar sel leukosit
4. Lain-lain : Interferon (IFN), growth factors (CSF), TNF, Khemokin

B. Ciri Umum Sitokin


1. Diproduksi oleh sel-sel yang terlibat dalam respon imun natural dan
respon imun spesifik.
2. Merupakan mediator dan regulator respon imun dan inflamatori.
3. Sekresinya singkat dan terbatas.
4. Sitokin tidak disimpan sebagai bentuk pre-molekul.
5. Sintesisnya diinisiasi oleh transkripsi gena baru yang hidupnya
singkat.
6. Produksinya dilakukan jika diperlukan.
7. Beberapa macam sitokin diproduksi oleh beberapa tipe sel dan beraksi
pada berbagai tipe sel (pleiotropik). Lihat Gambar 1.
8. Dalam beberapa kasus, beberapa sitokin mempunyai aksi yang sama
(redundan). Redundansi ini berdasar pada : reseptor untuk sitokin
adalah heterodimer (kadang-kadang heterotrimer) yang dapat
dikelompokkan kedalam famili, dimana satu subunit untuk seluruh
anggota. Karena subunit tersebut untuk semua anggota, fungsi dalam
mengikat sitokin dan dalam signal transduksi, maka reseptor satu
sitokin seringkali dapat merespon sitokin yang lain dalam famili yang
sama.
9. Dapat meningkatkan atau menghambat sintesis sitokin lainnya.
10. Dapat meningkatkan atau menghambat aksi sitokin lainnya. Efek ini
dapat berupa: antagonis, aditif maupun sinergis.
11. Mengikat reseptor spesifik dengan afinitas yang tinggi.
12. Sel yang dapat merespon suatu sitokin adalah : autokrin, parakrin dan
endokrin.
13. Respon seluler terhadap sitokin, pada umumnya lambat dan
memerlukan sintesis mRNA dan protein baru.

C. Klasifikasi Sitokin Menurut Fungsi

Sitokin dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok fungsional


berdasarkan aktivitas biologiknya yang utama, yaitu :

1. Mediator dan regulator imunitas bawaan


Kelompok sitokin ini terutama diproduksi oleh fagosit
mononuklear sebagai respon terhadap agen infeksi. PAMP’s seperti
lipopolisakarida atau LPS, dsRNA virus, berikatan dengan TLR pada
permukaan sel atau dalam endosom makrofag dan merangsang sintesis dan
sekresi beberapa jenis sitokin. Sitokin yang sama dapat juga disekresi oleh
makrofag yang diaktifasi oleh limfosit-T yang distimulasi oleh antigen
sehingga bagian dari respon imun didapat.
2. Mediator dan regulator imunitas didapat
Kelompok sitokin ini diproduksi terutama oleh limfosit-T sebagai
respon terhadap pengenalan spesifik antigen asing. Sitokin yang
diproduksi sel T berfungsi terutama untuk mengatur pertumbuhan dan
diferensiasi berbagai populasi limfosit, dengan demikian memegang
peranan penting pada fase aktifasi respon imun yang bergantung pada sel
T. Sitokin yang lain yang diproduksi oleh sel T merekrut, mengaktifasi
dan mengatur sel-sel efektor spesifik seperti fagosit mononuklear,
neutrofil, dan eosinofil untuk mengeliminasi antigen dalam fase respon
imun yang didapat.
3. Stimulator homopoesis
Diproduksi oleh sel-sel stroma dalam sum-sum tulang, leukosit,
dan sel-sel lain, dan merangsang pertumbuhan dan diferensiasi leukosit
imatur

Tabel sitokin imunitas bawaan dan didapat.

Imunitas bawaan Imunitas didapat


contoh TNF, IL-1, IL-2, IFN- IL-2, IL-4, IL-5, IFN ϒ
Sumber utama Makrofag, sel NK Limfosit-T
Fungsi fisiologi utama Mediator inflamasi (lokal Mengatur pertumbuhan
dan sistemik) dan diferensiasi limfosit,
aktifasi sel-sel efektor
(makrofag, eosinofil,
mastosit)
Rangsangan LPS (Endotoksin), Antigen protein
peptidoglikan bakteri,
RNA virus, sitokin yang
dihasilkan sel-T (IFN)
Jumlah diproduksi Banyak; dapat dideteksi Pada umumnya sedikit,
dalam serum tidak terdeteksi dalam
serum
Efek lokal atau sistemik Keduanya Biasanya hanya lokal
Peran dalam penyakit Penyakit sistemik Kerusakan jaringan lokal
(misalnya renjatan (misalnya inflamasi
sistemik) granulomatosa)
inhibitor kortikosteroid Siklosforin
(siti boedina kresno, 2010)

D. Sifat Sitokin

Biasanya diproduksi oleh sel sebagai respons terhadap rangsangan.


Sitokin yang dibentuk segera dilepas dan tidak disimpan di dalam sel.
Sitokin yang sama dapat diproduksi oleh berbagai sel. Satu sitokin dapat
bekerja terhadap beberapa jenis sel dan dapat menimbulkan efek melalui
berbagai mekanisme. Berbagai sitokin dapat memiliki banyak fungsi yang
sama, Sitokin dapat/sering mempengaruhi sintesis atau efek sitokin lain,
efeknya akan tampak saat berikatan dengan reseptor yang spesifik pada
permukaan sel sasaran atau sel target.

Pada dasarnya sitokin berfungsi sebagai autokrin, namun pada


kenyataannya juga dapat berfungsi sebagai parakrin ataupun endokrin.
Dalam melaksanakan tugasnya, sitokin dapat juga bekerja sebagai
inhibitor atau antagonis sitokin lain, bahkan dapat pula menghambat kerja
sitokin yang bersangkutan. Diketahui pula bahwa sitokin ikut berperan
dalam sistem imunitas alamiah maupun imunitas dapatan/spesifik.

Banyak sarjana yang mengelompokkan klasifikasi sitokin sesuai


dengan kebutuhan masing-masing, antara lain berdasar pada sumber sel
yang memproduksinya, efeknya pada sel, atau berdasar pada jenis ikatan
dengan reseptornya.Abbas dkk pada tahun 1994 mengelompokkan sitokin
berdasar pada fungsinya yaitu sitokin yang berperan dalam imunitas
bawaan (cytokines that mediated nature immunity). Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah: interferon tipe I, TNF-a (tumor necrosis factor-a),
IL-1 (interleukin-1), IL-6 (interleukin-6 ), chemokin. Keduanya yaitu
sitokin pengatur aktivasi, pertumbuhan dan diferensiasi sel limfosit, antara
lain: IL-2 (interleukin-2), IL-4 (interleukin-4 ),TGF-b (transforming
growth factor -b). Yang ketiga adalah sitokin pengatur mediator imun
dalam proses inflamasi, antara lain: interferon-g, limfotoxin, IL-10
(interleukin-10), IL-2 (interleukin-2), migration (Soeroso, 2007).

E. Fungsi Sitokin

Sitokin berperan dalam imunitas nonspesifik dan spesifikdan


mengawali, mempengaruhi dan meningkatkan respon imun nonspesifik.
Makrofag dirangsang oleh IFN-ϒ, TNF-α dan IL-1 disamping juga
memproduksi sitokin sitokin tersebut. IL-1,IL-6 dan TNF-α merupakan
sitokin pro inflamansi dan inflamasi spesifik. Selain itu dikenal sitokin-
sitokin yang berfungsi dalam diferensiasi dan fungsi serta mengontrol sel
sistem imun dan jaringan.

F. Sitokin Dalam Pengobatan

Dengan teknik rekombinan DNA, sitokin dapat diproduksi dalam


jumlah besar. Sesuai dengan peranan biologisnya, maka sitokin dapat
digunakan sebagai penggantikomponen sistem imun yang
imunokompromais atau untuk mengerahkan sel-sel yang diperlukan dalam
menanggulangi defisiensi imun primer atau sekunder, merangsang sel
sistem imun dalam respons terhadap tumor, infeksi bakteri atau virus yang
berlebihan.

Kelainan pada produksi sitokin atau reseptornya berhubungan


dengan beberapa jenis kanker. Kadar IL-6 yang sangat tinggi dilepas oleh
sel miksoma jantung (tumor jinak jantung), mieloma, sel plasmasitoma,
kanker serviks dan kandung kemih. Pada mieloma dan plasmasitoma, IL-6
nampaknya berperan autokrin yang merangsang proliferasi sel. antiodi
monoklonal IL-6 yang ditambahkan ke biakan sel mieloma in vitro akan
menghambat pertumbuhan sel.
G. Macam sitokin individual
1. Interleukin-1
Interleukin-1 atau IL-1 dikenal sebagai leucocyte activating factor
atau LAF, B cell activating factor (BAF), mononuclear cell factor
(MCF), leucocyte endogenous mediator (LEM), homopoetin-1 dan
sejumlah nama lain, tetapi dengan ditemukannya antibodi terhadap IL-
1 dan rekombinan IL-1, saat ini IL-1 diberikan kepada substansi ini.
Monosit atau makrofag teraktifasi baik makrofag yang disebut sel
kupfer, sel langerhans, sel dendritik, maupun makrofag yang terdapat
dalam paru-paru, limfa atau tempat lain merupakan sumber utama IL-
1. IL-1 juga dapat disintesis oleh hampir semua sel berinti yang lain,
tetapi tidak oleh eritrosit. Fungsi utama IL-1 adalah mediator respon
inflamasi pejamu pada imunitas bawaan atau nonspesifik.
2. Interleukin-2
Merupakan faktor pertumbuhan untuk sel T yang teraktifasi oleh
antigen dan bertanggung jawab atas ekspansi klonal sel T setelah
pengenalan antigen. IL-2 ditemukan pada tahun 1976 dan semula
dikenal dengan nama T cell growth factor atau TCGF, thymocyte
mitogenic factor (TMF). IL-2 dapat menginduksi proliferasi sel T dan
terutama menginduksi sel T yang memproduksinya sehingga ia
berfungsi sebagai faktor pertumbuhan autokrin.
3. Interleukin-3

Dikenal dengan nama multi-CSF, burst promoting activity, mast


cell growth factor dan thy-1 inducing factor. IL-3 diproduksi oleh sel T
(Th1 maupun Th2), sel NK dan mastosit, dan mempunyai pengaruh
yang jelas pada pertumbuhan dan diferensiasi semua liniage sel
homopoitik.

4. Interleukin-4
Diproduksi oleh sel T, mastosit dan sel B CD5. IL-4 memegang
peran penting pada proses class-switching imunoglobin, memudahkan
class-switch menjadi IgG-1 dan IgE, sementara menekan pembentukan
IgM, IgG-3, IgG-2a dan IgG-2b.
5. Interleukin-5
Sebagai faktor pertumbuhan sel B pada mencit karena mampu
merangsang pertumbuhan dan produksi antibodi oleh sel B. Sitokin ini
diproduksi oleh Th-2 dan sel mastosit yang teraktifasi. Fungsi utama
IL-5 adalah merangsang pertumbuhan dan diferensiasi iosinofil dan
mengaktifasi iosinofil.
6. Interleukin-6
Dahulu dikenal sebagai IFN-β2, hepatocyte stimulating factor dan
plasmocytoma growth factor dan merupakan sitokin yang berfungsi
pada imunitas bawaan maupun didapat. Sumber utama IL-6 adalah
makrofag, walaupun limfosit didaerah inflamasi juga dapat
mensekresikan sejumlah besar IL-6.
7. Interleukin-7

Diproduksi oleh sel-sel stroma dan berperan dalam poliferasi sel


progenitor limfosit B dan T.

8. Interleukin-8
Merupakan sitokin yang termasuk golongan peptida dengan berat
molekul rendah yang mempunyai sifat kemotaktik dan dapat
meningkatkan adesi PMN pada endotel vaskular. Sitokin ini
meningkatkan adesi leukosit pada endotel vaskuler dan mempercepat
rekuitmen leukosit ketempat inflamasi.
9. Interleukin-9
Ada 2 substansi dengan sifat berbeda yang diduga merupakan IL-9
yaitu leukemia inhibitori factor (LIF) dan P 40. LIF dapat
menyebabkan sel leukemia mieloid M1 berdiferensiasi menjadi
makrofag. P 40 adalah suatu substansi yang diproduksi oleh sel T
CD4.
10. Interleukin-10
Fungsi utama IL-10 adalah menghambat produksi beberapa jenis
sitokin (TNF, IL-1, chemokine, dan IL-12), dan menghambat fungsi
makrofag dan sel dendritik dalam memantu aktifasi sel T sehingga
bersifat imunosupresi.
11. Interleukin-12
Dikenal sebagai aktifator fungsi sitolitik sel NK yang diproduksi
oleh makrofag tetapi sekarang diketahui bahwa IL-12 merupakan
penginduksi yang poten untuk produksi IFN γ oleh sel T dan sel NK.
12. Interleukin-15
Diproduksi oleh berbagai jenis sel khususnya sel epitel dan
monosit, fungsinya adalah merangsang poliferasi sel T sitotoksik dan
memudahkan pembentukannya, serta meningkatkan aktifasi sel LAK.
13. Tumor Necrosis Factor (TNF)
Merupakan mediator utama pada respon inflamasi akut terhadap
bakteri gram negatif dan berperan dalam respon imun bawaan tehadap
berbagai mikroorganisme penyebab infeksi yang lain serta
bertanggung jawab atas banyak komplikasi sistemik yang disebabkan
infeksi berat.
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien penderita kanker dapat memanfaatkan sitokin dalam terapi tumor


yang menggunakan sel LAK (lymphokine-activated killer). Dengan cara kultur,
sel NK atau sel T sitotoksik dengan penambahan konsentrasi tinggi IL-2,
menurunkan sel efektor dengan aktivitas anti-tumor yang potensial. Pasien
penderita kanker dapat memanfaatkan sitokin dalam terapi tumor yang
menggunakan sel LAK (lymphokine-activated killer). Dengan cara kultur, sel NK
atau sel T sitotoksik dengan penambahan konsentrasi tinggi IL-2, menurunkan sel
efektor dengan aktivitas anti-tumor yang potensial.

Juga telah dicoba penggunaan antibodi untuk menetralkan aktivitas sitokin


pada pengobatan kanker tertentu. Hal yang mudah dicapai dengan leukemia sel,
memberikan semangat untuk mencoba dengan antibodi native maupun antibodi
yang dikonjugasi dengan toxin. Pada satu subset leukemia, leukemia sel T pada
orang dewasa, antibodi terhadap DL-2R rantai alfa (anti-CD25, juga dikenal
sebagai anti-Tac), telah memperlihatkan induksi respon terapeutik pada pasien
yang ketiga yang diberi pengobatan.

Imunoterapi adalah pengobatan yang menggunakan bagian-bagian tertentu


dari sistem kekebalan tubuh seseorang untuk melawanpenyakit seperti kanker .
Hal ini dapat dilakukan dalam beberapa cara.

 Merangsang sistem kekebalan tubuh Anda sendiri untuk bekerja lebih


keras atau lebih cerdas untuk menyerang sel-sel kanker.
 Memberikan komponen sistem kekebalan tubuh, seperti protein sistem
kekebalan tubuh buatan manusia.

Beberapa jenis imunoterapi juga kadang-kadang disebut terapi biologis atau


biotherapy. Berdasarkan jurnal Cytokines in Cancer Immunotherapy dapat
diketahui bahwa sitokin dapat merangsang sel efektor kekebalan tubuh dan sel-sel
stroma di lokasi tumor dan meningkatkan sel tumor oleh sel efektor
sitotoksik. Sejumlah penelitian Model tumor hewan menunjukkan bahwa sitokin
memiliki aktivitas anti-tumor yang luas dan ini telah diterjemahkan ke nomor
pendekatan berbasis sitokin untuk terapi kanker. Beberapa tahun terakhir telah
melihat sejumlah sitokin, termasuk GM-CSF, IL-7, IL-12, IL-15, IL-18 dan IL-21.

Selain itu, kemajuan dalam terapi angkat sel telah mengandalkan pada
penggunaan sitokin untuk menciptakan in vitro, lingkungan yang sangat terkontrol
untuk perkembangan optimal sel-sel T anti-tumor. Sampai saat ini, dua sitokin
telah mencapai persetujuan FDA sebagai agen tunggal untuk pengobatan kanker:
dosis tinggi, bolus IL-2 untuk melanoma metastatik dan karsinoma sel ginjal dan
IFN-D untuk adjuvant terapi Tahap III melanoma. Potensi sitokin di bidang
imunoterapi kanker yang terbaik dicontohkan oleh dosis tinggi IL-2, yang dapat
menimbulkan respon lengkap tahan lama dalam subset dari metastasis melanoma
dan pasien karsinoma sel ginjal. Namun, pleiotropism luas dan redundansi sitokin
signaling, dan fungsi ganda dari banyak sitokin di kedua aktivasi kekebalan dan
kekebalan penindasan, menimbulkan tantangan yang signifikan untuk kemampuan
kita untuk mencapai respon anti-tumor yang berarti tanpa juga menyebabkan
membatasi pengobatan toksisitas dilema yang juga baik dicontohkan oleh rendah
tingkat respons dan toksisitas terkenal dari IL-2. Memahami kompleks, peran
multifaset sitokin bermain dalam promosi dan regulasi respon anti-tumor sangat
penting untuk pengembangan strategi immunotherapeutic efektif melawan kanker.

Generasi kekebalan anti - tumor kuat , spesifik , dan tahan lama memerlukan
berbagai sitokin yang mengatur fungsi-fungsi penting yang berhubungan dengan
keseimbangan antara penolakan tumor dengan antigen spesifik sel efektor dan
mekanisme penekan yang memungkinkan tumor untuk menghindari deteksi
imunologi . sitokin sangat penting untuk imunosurveilans tumor dan telah
menunjukkan terapi aktivitas anti – tumor dalam model murine dan dalam
pengobatan klinis beberapa kanker pada manusia . Single- agent IFN- dan dosis
tinggi IL - 2 telah disetujui dalam pengobatan melanoma dan karsinoma sel ginjal
. lainnya anggota keluarga sitokin IL - 2 terkait berada di bawah penyelidikan
intensif untuk tambahan aplikasi anti – tumor berbasis pada model tumor murine
mendorong. Selain itu, beberapa strategi inovatif telah dikembangkan yang
memanfaatkan sitokin untuk mempromosikan kekebalan anti - tumor yang efektif
, termasuk molekul bifunctional seperti fusi antibodi sitokin , ekspresi sitokin viral
rekombinan vektor , atau sel-sel tumor seluruh diiradiasi sebagai vaksin ,
berdasarkan PEGylation untuk meningkatkan kinetika , dan untuk manipulasi sel
vivo, seperti sel-sel dendritik dan sel T adoptively ditransfer.

Pemahaman yang lebih baik dari jalur sinyal molekul digunakan oleh reseptor
sitokin dan pola temporal dan kinetik dari ekspresi reseptor akan menjadi penting
dalam pembangunan berkelanjutan dari pengobatan kanker yang efektif berbasis
sitokin . Mengingat tingkat respons yang rendah dan toksisitas yang signifikan IL
- 2 dan IFN- , arah penting dari penelitian tambahan adalah mencari biomarker
prediktif untuk meningkatkan pemilihan pasien yang paling mungkin untuk
menanggapi. Sitokin signaling menunjukkan bahwa masa depan terapi berbasis
sitokin mungkin dalam rejimen kombinasi target beberapa jalur untuk
memperkuat respon anti - tumor sementara menekan peraturan jalur, dan
meminimalkan toksisitas . Kemajuan terbaru dalam terapi molekuler yang
ditargetkan, seperti sebagai inhibisi BRAF, sudah menghasilkan antusiasme untuk
aplikasi novel sitokin dalam kombinasi dengan terapi ini . Sitokin telah terbukti
efektif dalam pengobatan kanker dan ada sedikit keraguan mereka akan terus
memainkan peran utama dalam pengembangan imunoterapi kanker .
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sitokin adalah golongan protein/glikoprotein/polipeptida yang larut
dan diproduksi oleh sel limfosit dan sel-sel lain seperti makrofag,
eosinofil, sel mast dan sel endotel.
2. Pasien penderita kanker dapat memanfaatkan sitokin dalam terapi
tumor yang menggunakan sel LAK (lymphokine-activated killer).
3. Pengobatan dilakukan dengan cara imunoterapi
4. pengobatan dilakukan dengan:
 Merangsang sistem kekebalan tubuh Anda sendiri untuk bekerja lebih
keras atau lebih cerdas untuk menyerang sel-sel kanker.
 Memberikan komponen sistem kekebalan tubuh , seperti protein
sistem kekebalan tubuh buatan manusia.
5. IL-2 merupakan keluarga sitokin yang terkait berada di bawah
penyelidikan intensif untuk tambahan aplikasi anti – tumor.
DAFTAR PUSTAKA

Kresno, siti boedina. 2010. Imunologi diagnosis dan prosedur laboratorium edisi
5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bratawidjaja, Karnen garna dan Iris Rengganis. 2012. Imunologi dasar edisi 10.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Lee, Sylvia dan Kim Margolin. 2011. Cytokines in Cancer Immunotherapy.

Anda mungkin juga menyukai

  • Vitc
    Vitc
    Dokumen117 halaman
    Vitc
    ion
    Belum ada peringkat
  • 768 1680 1 SM
    768 1680 1 SM
    Dokumen8 halaman
    768 1680 1 SM
    Valentine Putri
    Belum ada peringkat
  • 1357 3314 1 SM
    1357 3314 1 SM
    Dokumen7 halaman
    1357 3314 1 SM
    Bagus Adr
    Belum ada peringkat
  • 1 PB PDF
    1 PB PDF
    Dokumen6 halaman
    1 PB PDF
    Ayu Gusti Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Anfar Tugas
    Anfar Tugas
    Dokumen1 halaman
    Anfar Tugas
    Ayu Gusti Rahayu
    Belum ada peringkat
  • 212 663 2 PB
    212 663 2 PB
    Dokumen12 halaman
    212 663 2 PB
    wisnu
    Belum ada peringkat
  • Ipi 415969
    Ipi 415969
    Dokumen6 halaman
    Ipi 415969
    Villia Tomahua
    Belum ada peringkat
  • 18186-Article Text-35360-1-10-20171005
    18186-Article Text-35360-1-10-20171005
    Dokumen7 halaman
    18186-Article Text-35360-1-10-20171005
    Marya Dewi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ayu-1
    Makalah Ayu-1
    Dokumen13 halaman
    Makalah Ayu-1
    Ayu Gusti Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ayu-1
    Makalah Ayu-1
    Dokumen13 halaman
    Makalah Ayu-1
    Ayu Gusti Rahayu
    Belum ada peringkat
  • MAKALAH
    MAKALAH
    Dokumen1 halaman
    MAKALAH
    Ayu Gusti Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Makalah Ayu-1
    Makalah Ayu-1
    Dokumen13 halaman
    Makalah Ayu-1
    Ayu Gusti Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Indi Makalah Toksikologi
    Indi Makalah Toksikologi
    Dokumen9 halaman
    Indi Makalah Toksikologi
    Ayu Gusti Rahayu
    Belum ada peringkat