Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLETE

1. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya
bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang
menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan
berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
servikal yang tertinggal pada desidua atauplasenta ( Ai Yeyeh, 2010).
2.Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan
cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :

1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,


termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium
a)Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
b)Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3) Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsib)Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b) Kelainan Pada Plasenta
 Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
 Gangguan pada pembuluh darah plasenta yangdiantaranya pada penderita
diabetes mellitus
 Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
4) Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis,
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit
hati, dan penyakit diabetesmilitus.
d.Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk miomauteri, uterus
arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekasoperasipada
serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba,
2010).

3.Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu,nilai khorialis
belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar
seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam
hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidakdikeluarkan dalamwaktu singkat,maka dia
dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam
tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak
lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janinbewarna kemerah-
merahan (Ai Yeyeh, 2010).

4.Tanda dan Gejela


a.Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1)Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2)Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3)Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4)Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5)Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b.Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1)Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2)Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3)perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringanhasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
4)Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5)Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
ataukadang-kadang sudahmenonjol dari eksternum atau sebagian jaringan
keluar.
6)Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
5.Penatalaksaan Medis
a.Pemeriksaan umum:
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital.
2. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3. Jika dicurigai terjadi syok, segeralakukanpenanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya
dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
memulai penanganan syok dengan segera.
4. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
5. Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2
jam pertama (Syaifuddin, 2006).

b.Penanganan Abortus Inkomplit


1. Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok dan sepsis)
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak
tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im
(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral
(dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3. Jika kehamilan > 16 mingguan
a) Berikan infusoksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis
arau RL ) dengankecepatan 40 tetes / menitsampai terjadi ekspulsi
konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2
gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
5. Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8
jam.
6. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2
minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan (Syaifuddin,
2006)

c. Pemeriksaan Penunjang
A. Darah Kadar Hb, dimana
Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM III 11 gr % dan
TM II 10,5 gr %).
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
B. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan
kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
C. USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion
masih ada.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a.Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama:
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
3) Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
 Kesehatan sekarang
 Kesehatan masa lalu
4) Riwayat Pembedahan
5) Riwayat penyakit yang pernah dialami
6) Riwayat kesehatan keluarga
7) Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya
8) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9) Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
10) Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
11) Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

b.Pemeriksaan Fisik
I. Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan
seterusnya.
II. Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
-Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
-Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
III. Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amatiada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
IV. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson &
Taylor, 2005 : 39).

c.Pemeriksaan psikososial
1)Respon dan persepsi keluarga
2)Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

d.Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b) Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif
c) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses
kuretase
d) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak
mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur kuretase.
e) Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.

1.Nyeri akut b.d agen injuri


Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nteri
berkurang dengan indicator:
 Pain Level,
 Pain control,
 Comfort level
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang normal
 Pain Management
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

2. Defisit Volume Cairan


Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini
mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik :
-Kelemahan
-Haus
-Penurunan turgor kulit/lidah
-Membran mukosa/kulit kering
-Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan
nadi
-Pengisian vena menurun
-Perubahan status mental
-Konsentrasi urine meningkat
-Temperatur tubuh meningkat
-Hematokrit meninggi
-Kehilangan berat badan seketika (kecuali pada third spacing)
Faktor-faktor yang berhubungan:
-Kehilangan volume cairan secara aktif
Kegagalan mekanisme pengaturan
NOC:
vFluid balance
vHydration
vNutritional Status :
Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
vMempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
vTekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
vTidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC :
Fluid management·
Timbang popok/pembalut jika diperlukan·Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat·
Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan·
Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin )·
Monitor vital sign·
Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian·Kolaborasi
pemberian cairan IV·
Monitor status nutrisi·
Berikan cairan·
Berikan diuretik sesuai interuksi·Berikan cairan IV pada suhu ruangan·Dorong
masukan oral·
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output·
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan·Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )·
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk·Atur kemungkinan
tranfusi·
Persiapan untuk tranfusi

3. Cemas
Definisi :Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan
yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya.
Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datangdan
memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap
tindakanDitandai dengan
-Gelisah
-Insomnia
-Resah
-Ketakutan
-Sedih
-Fokus pada diri
-Kekhawatiran
-Cemas
vAnxiety control
vCoping
vImpulse control
Kriteria Hasil :
vKlien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
vMengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
vVital sign dalam batas normal
vPostur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dantingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)·
Gunakan pendekatan yang menenangkan·
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien·
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur·
Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres·Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut·
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis·
Dorong keluarga untuk menemani anak·
Lakukan back / neck rub·
Dengarkan dengan penuh perhatian·
Identifikasi tingkat kecemasan·
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan·
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi·
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi·
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

4. Risiko infeksi
Setelah dilakuakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko
infeksi terkontrol dengan indicator:
vImmune Status
vKnowledge : Infection control
vRisk control
§Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
§Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya,
§Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi§Jumlah leukosit
dalam batas normal
§Menunjukkan perilaku hidup sehatInfection Control (Kontrol infeksi)§Bersihkan
lingkungan setelah dipakai pasien lain
§Pertahankan teknik isolasi§Batasi pengunjung bila perlu
§Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
§Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
§Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
§Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
§Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
§Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk
umum
§Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
§Tingktkan intake nutrisi
§Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi)


§Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
§Monitor hitung granulosit, WBC
§Monitor kerentanan terhadap infeksi
§Batasi pengunjung
§Saring pengunjung terhadap penyakit menular
§Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
§Pertahankan teknik isolasi k/p
§Berikan perawatan kuliat pada area epidema
§Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
§Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
§Dorong masukkan nutrisi yang cukup
§Dorong masukan cairan
§Dorong istirahat
§Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
§Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
§Ajarkan cara menghindari infeksi
§Laporkan kecurigaan infeksi
§Laporkan kultur positif

5. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang


dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan
perubahan gaya hidup
Definisi :Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan
topic spesifik.
Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan
mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi
yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.
vKowlwdge : disease process
vKowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
vPasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
vPasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
vPasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
Teaching : disease Process
1.Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
2.Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3.Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
4.Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5.Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6.Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7.Hindari harapan yang kosong
8.Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
9.Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
10.Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11.Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
12.Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
13.Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang
tepatInstruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, 2005, Obstetri Williams, Edisi 21. EGC. Jakarta


Depkes, 2010, Profil Kesehatan, Makassar.
Hidayat Asri,2010, Asuhan Persalinan,Nuha Medika. Yogjakarta.
Mandriati G.A, 2007, Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, EGC. Jakarta.
Manuaba I.B.G, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC.
Jakarta.
Maryunani Anik, 2009, Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.
Nugroho Taufan, 2010, Kasus Emrgenci Kebidanan,Nuha Medika. Yogjakarta.
Rustam Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II. Cetakan I. EGC. Jakarta..
Sastra Winata S, 2004, Obstetric Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi II. Cetakan
I.EGC. Jakarta.
Simatupang Erna Juliana, 2006, Penerapan Unsur-Unsur Manajemen, Awan Indah. Jakarta.
Soepardan Suryani, 2007, Konsep Kebidanan,EkaAnnisa Mardella. EGC. Jakarta.
Sujiatini, 2009, Asuhan Patologi Kebidanan, Cetakan I. Nuha Medika. Yogjakarta.
Syaifuddin A.B, 2004, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
Edisi I. Cetakan VI. YBP-SP. Jakarta.
Varney Helen,2001, Buku Saku Bidan, EGC. Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan,Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai