Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Accountability Volume

07, Nomor 01, 2018, 11-20

ANALISIS PERHITUNGAN DEPRESIASI ASET TETAP MENURUT STANDAR


AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG PAJAK SERTA DAMPAK
TERHADAP DAMPAK PAJAK DI PT. MASSINDO SINAR PRATAMA MANADO

Yuvita M. F Goni1, Novi Swandari Budiarso2

1,2 Pendidikan Profesi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi, Jl.

Kampus Bahu, Manado, 95115, Indonesia

Email: yuvita.goni@yahoo.com

ABSTRAK Penghitungan penyusutan aset tetap sesuai dengan standar akuntansi


keuangan menggunakan lima metode: metode garis lurus, metode saldo menurun,
metode jumlah tahun, metode layanan metode jam, dan metode unit produksi.
Sedangkan menurut aturan perpajakan hanya menggunakan dua metode: metode garis
lurus dan metode saldo menurun. Perbedaan dalam penggunaan metode penyusutan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan aturan pajak akan menghasilkan
koreksi fiskal. Menurut biaya penyusutan adalah biaya yang dapat dikurangkan untuk
tujuan penghitungan pajak penghasilan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
penerapan metode penyusutan aktiva tetap sesuai dengan standar akuntansi keuangan
dan undang-undang perpajakan serta dampaknya terhadap pendapatan kena pajak PT.
Massindo Sinar Pratama Manado. Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode
perhitungan penyusutan PT. Massindo Sinar Pratama Manado sesuai dengan
ketentuan pajak, tetapi kesalahan dalam perhitungan penyusutan yang meningkatkan
nilai pendapatan kena pajak perusahaan. PT. Massindo Sinar Pratama Manado harus
lebih berhati-hati dan mengacu pada aturan perpajakan dalam menghitung nilai
penyusutan karena memberi pengaruh terhadap laba bersih sebelum pajak
(penghasilan kena pajak) perusahaan, sehingga juga akan berdampak pada pajak
penghasilan menjadi dibayar oleh perusahaan. Kata kunci: depresiasi, aset tetap,
standar akuntansi keuangan, aturan pajak, pendapatan kena pajak

1. PENDAHULUAN
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya setiap perusahaan tidak akan
terlepas dari penggunaan aset tetap, walaupun proporsi penggunaan aset tetap
berbeda dari satu. perusahaan ke yang lain. Dalam PSAK No. 16, aset tetap
didefinisikan sebagai aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk prabayar atau
bawaan yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam kegiatan normal perusahaan dan memiliki masa manfaat. lebih dari satu tahun ".
Namun demikian, manfaat yang diberikan oleh aset tetap umumnya menurun lebih
lanjut, dan oleh karena itu harus dihitung penyusutan. Penyusutan adalah proses
mengalokasikan sebagian dari biaya perolehan suatu aset ke biaya yang berlaku
sebagai pengurang dalam menentukan atau menghitung laba. Dengan demikian,
penyusutan akan mempengaruhi ukuran laba yang diperoleh dari perhitungan laba /
rugi komersial dan fiskal. Perhitungan beban penyusutan aset tetap dihitung dengan
menggunakan metode penyusutan sesuai dengan standar akuntansi keuangan (SAK)
dan peraturan perpajakan. Perbedaan dalam penggunaan metode perhitungan
depresiasi akan berdampak pada laporan laba rugi perusahaan biaya penyusutan
sesuai dengan standar akuntansi keuangan (komersial) dan perpajakan (fiskal), akan
menghasilkan koreksi fiskal.

11
Yuvita, MF Goni, Novi Swandari
Budiarso

PT. Massindo Sinar Pratama Manado adalah perusahaan yang bergerak di


bidang manufaktur, terutama di sektor industri alas tidur, di mana dalam menjalankan
aktivitas bisnisnya perusahaan menggunakan berbagai jenis aset tetap seperti mesin,
kendaraan, inventaris kantor, dan tentunya akan mengalami depresiasi. Dalam
menghitung penyusutan aset tetapnya, perusahaan harus membuat kebijakan tentang
metode penyusutan yang akan digunakan untuk menghitung nilai penyusutan aset tetap
yang memiliki masa manfaat terbatas. Perbedaan dalam penggunaan metode
penyusutan aset tetap sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan menurut
undang-undang perpajakan akan menghasilkan laba kena pajak yang dihitung menurut
akuntansi (komersial) berbeda dengan ketentuan perpajakan (fiskal).

2. TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi
Akuntansi adalah seni merekam, mengklasifikasikan dan meringkas secara
informatif dan terukur dalam bentuk mata uang, pada transaksi atau peristiwa keuangan
perusahaan dan interpretasi hasil (Tanor, 2015). Tujuan keseluruhan dari akuntansi
adalah untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan (Tinungki, 2014). Akuntansi Keuangan Akuntansi
keuangan adalah proses yang berakhir dengan penyusunan laporan keuangan
mengenai perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan oleh pihak internal dan
eksternal (Kieso, et al., 2011a: 5). Laporan keuangan
Laporan keuangan adalah informasi yang menggambarkan kondisi suatu
perusahaan, yang kemudian akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan
kinerja perusahaan (Irham Fahmi 2011: 22). Laporan keuangan lengkap biasanya
meliputi: Neraca, Laporan Penghasilan Komprehensif, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Perubahan Posisi Keuangan yang disajikan dalam bentuk Laporan Arus Kas
atau Laporan Arus Dana, Catatan dan Laporan Lain-lain serta bahan penjelas yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Koreksi Fiskal Koreksi
fiskal dilakukan ketika ada perbedaan antara standar, metode atau praktik
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan komersial dengan
laporan keuangan fiskal (sesuai dengan ketentuan perpajakan). Terjadinya perbedaan
antara Standar Akuntansi Keuangan adalah karena berbagai kepentingan negara dalam
memanfaatkan pajak sebagai salah satu komponen kebijakan fiskal. Koreksi fiskal
melibatkan pengakuan pendapatan dan biaya yang mungkin merupakan koreksi positif
dan koreksi negatif (Nurchayati, 2016). Koreksi positif karena depresiasi komersial lebih
besar dari depresiasi fiskal; Koreksi negatif karena depresiasi komersial kurang dari
penyusutan fiskal (Kartini, 2012). Aset tetap Aset
tetap adalah aset berwujud atau properti perusahaan, dengan nilai ekonomi yang
relatif tinggi, digunakan untuk kegiatan operasional untuk menghasilkan barang dan
jasa dengan periode periode penggunaan yang diharapkan selama periode satu tahun
(Christovin, 2015). Aset tetap adalah aset dengan properti yang tidak dapat dikonversi
menjadi uang tunai dalam siklus operasi perusahaan (Pontoh, 2016). Dari definisi di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aset tersebut dapat dikatakan aktiva tetap jika
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bentuk bentuk fisik 2. Tetap atau jangka panjang 3. Digunakan dalam operasi
perusahaan 4. Tidak dimaksudkan untuk dijual kepada konsumen

12
Jurnal Akuntabilitas Volume
07, Nomor 01, 2018, 11-20

5. Memiliki nilai manfaat selama periode lebih dari satu tahun Penyusutan Aset
Tetap
Memahami penyusutan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 16 ( 2011: 15): "Penyusutan adalah alokasi biaya aset tetap selama umur
ekonominya secara sistematis dan rasional."
Menurut Winston Pontoh (2013: 358) seiring berjalannya waktu penggunaan aset
tetap, pada saat yang sama aset tetap akan mulai berkurang kemampuannya atau
mulai mengalami keusangan (usang) untuk menciptakan barang dan jasa. Penurunan
kemampuan aktiva tetap disebut sebagai penyusutan. Depresiasi umumnya terjadi
ketika aset tetap digunakan dan merupakan beban untuk periode di mana aset tersebut
digunakan. Penyusutan dilakukan karena masa manfaat dan potensi aset sudah jenuh
(Hery, 2014: 138). Jumlah penyusutan adalah biaya suatu aset, atau jumlah lain yang
menggantikan biaya, dikurangi nilai residu. Depresiasi adalah alokasi sistematis jumlah
aset yang dapat didepresiasi selama masa manfaatnya. Dalam akuntansi keuangan,
penyusutan aset tetap dihitung setiap bulan dan untuk tujuan pajak penyusutan dihitung
hanya sekali - pada akhir tahun pelaporan (Tuhari, 2014). Dengan demikian,
penyusutan aset tetap dapat ditandai sebagai: transfer bertahap aset tetap di bawah
pengaruh proses keausan pada biaya atau biaya periode berjalan (Sigidov, 2016).
Metode Depresiasi
Hery (2014: 142) aset tetap berwujud dapat disusutkan dengan menggunakan
beberapa metode, beberapa jenis metode penyusutan untuk aset tetap yang berlaku di
Indonesia adalah:
1. Metode garis lurus, 2. Jumlah metode digit tahun, 3. Penurunan ganda metode
keseimbangan, 4. metode jam layanan, dan 5. metode unit produksi.
Metode Depresiasi Berdasarkan Peraturan Perpajakan
Metode depresiasi yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan fiskal adalah: 1. Metode
Garis Lurus Dalam istilah fiskal metode ini disebut depresiasi dalam bagian yang sama
selama masa manfaat yang didefinisikan sebagai properti.
2. Metode saldo menurun ganda. Penyusutan properti berwujud dilakukan dalam porsi
menurun selama masa manfaat, dihitung dengan menerapkan tingkat penyusutan pada
nilai buku, dan pada akhir masa manfaat nilai buku disusutkan berdasarkan suatu
kondisi. itu konsisten dengan prinsip. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11
tentang Pajak Penghasilan menjelaskan bahwa penyusutan dimulai pada bulan
pengeluaran / perolehan aset / aset tetap, kecuali untuk aset yang masih berlangsung,
penyusutan dimulai pada bulan penyelesaian pekerjaan properti. Ini menyatakan
bahwa, tidak ada batas tanggal dalam pengisian depresiasi, meskipun pendapatan
berada di 30th/ 31st pada akhir bulan. Hal ini berbeda dengan penyusutan komersial di
mana beberapa perusahaan membuat kebijakan akuntansi memberlakukan penyusutan
pada bulan berikutnya jika akuisisi adalah di atas 15th (Setiawati, 2012).
Menurut peraturan perpajakan sebagaimana diatur dalam ketentuan UU
Perpajakan Pasal 11 UU Pajak Penghasilan, dalam menghitung nilai depresiasi aset
tetap Wajib Pajak dapat menggunakan metode depresiasi garis lurus atau metode
saldo menurun menurun. Wajib Pajak diizinkan untuk memilih satu metode untuk
depresiasi. Metode garis lurus diizinkan untuk semua kelompok aset tetap berwujud.
Sementara metode saldo menurun hanya diperbolehkan untuk digunakan untuk
kelompok properti berwujud bukan bangunan saja, Mardiasmo (2016: 188).

13
Yuvita, MF Goni, Novi Swandari Budiarso
Tabel berikut menggambarkan pengelompokan aset berwujud, metode, dan tingkat
penyusutan:
Tabel 1 Grup dan Tingkat Penyusutan Properti Berwujud
Masa Manfaat
14 Tingkat Penyusutan Berdasarkan Metode Garis Lurus
Tingkat Penyusutan Berdasarkan Metode Saldo yang Menurun I. Tidak
Membangun Grup 1 Grup 2 Grup 3 Grup 4
II. Bangunan
Permanen Bukan Permanen
4 tahun 8 tahun 12 tahun 20 tahun
20 tahun 10 tahun
25% 12,5% 6,25% 5% 5% 10%
50% 25% 12,5% 10%
Mengelompokkan jenis properti berwujud, seperti Keputusan Menteri Keuangan No. 96
/ PMK.03 / 2009. Jenis properti berwujud bukan bangunan yang tidak tercantum dalam
Lampiran I (Grup 1), Lampiran II (Grup 2), Lampiran III (Grup 3), dan Lampiran IV (
Grup 4), untuk keperluan penyusutan digunakan dalam masa manfaat pada Grup 3
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1). Dikecualikan dari ketentuan ayat (1),
seorang wajib pajak dapat memperoleh masa manfaat yang tetap untuk jenis-jenis
properti non-bangunan sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya, dengan cara
Wajib Pajak Pajak harus mengajukan permintaan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan menunjukkan umur manfaat sebenarnya dari tipe - tipe properti berwujud
bukanlah sebuah bangunan. Dan jika permohonan Wajib Pajak ditolak, maka Wajib
Pajak menggunakan masa manfaat dari jenis properti berwujud bukan bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu menggunakan masa manfaat dalam
kelompok 3.
Pajak penghasilan
Pajak sebagai biaya akan mempengaruhi jumlah laba yang diterima atau yang akan
dikembalikan kepada pemegang saham (Ratag, 2013). Pajak merupakan sumber
pendapatan penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik
pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Sebaliknya bagi perusahaan,
pajak adalah beban yang akan mengurangi laba bersih (Sondakh, 2015). Direktorat
Jenderal Pajak (2013: 4) mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib untuk suatu
negara yang berhutang budi oleh individu atau badan paksaan berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan remunerasi langsung dan digunakan untuk tujuan
negara demi kemakmuran sebesar mungkin dari orang-orang.Pajak penghasilan (PPh)
dikenakan terhadap Orang dan Badan, sehubungan dengan pendapatan yang diterima
atau timbul selama satu tahun pajak (Manengkey, 2015). Mardiasmo (2011: 135)
mendefinisikan Pajak Penghasilan (PPh) sebagai berikut: Pajak Penghasilan adalah
pajak yang dikenakan pada subjek pajak (individu, badan, bentuk usaha tetap) dari
pendapatan yang diterima atau diperoleh pada tahun pajak. Sesuai dengan SAK No.46
pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan aturan perpajakan dan
pajak ini dikenakan pada penghasilan kena pajak perusahaan.
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, "pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan
atas penghasilan seseorang, perusahaan atau badan hukum lainnya." Dengan
demikian definisi pajak penghasilan adalah pungutan resmi yang ditujukan kepada
masyarakat pendapatan atau atas pendapatan yang diterima dan diperoleh pada tahun
pajak untuk keperluan Negara dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara sebagai tugas yang harus dilaksanakan. Dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) yang telah diamandemen dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994,
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 mengatur tentang pajak pendapatan yang diterima atau
diperoleh oleh
Jurnal Akuntabilitas Volume
07, Nomor 01, 2018, 11-20

orang atau entitas swasta. Pajak Penghasilan dipungut oleh Subjek Pajak berkenaan
dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh pada tahun pajak. Subjek pajak
dikenakan pajak jika menerima atau memperoleh penghasilan. Menurut mardiasmo
(2011: 135) "subjek pajak yang menerima atau mendapatkan penghasilan, dalam
Hukum Penghasilan dirujuk ke Wajib Pajak". Wajib pajak dikenakan pajak atas
penghasilan yang diperoleh selama periode pajak atau mungkin juga dikenakan pajak
untuk penghasilan pada bagian tahun pajak jika kewajiban pajak subjektifnya
dikeluarkan atau berakhir pada tahun pajak. Research
Sendow sebelumnya (2009), berjudul Analisis Perhitungan Penyusutan Aset
Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak dan
Dampaknya terhadap Penghasilan Kena Pajak di PT. ABC Di Manado, tujuannya
adalah untuk mengetahui penerapan metode penyusutan aset tetap sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan dan UU Perpajakan yang diterapkan pada PT. ABC di
Manado dan dampaknya terhadap penghasilan kena pajak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam perhitungan pendapatan kena pajak antara
laporan fiskal fiskal dan komersial karena perbedaan dalam penerapan tingkat
depresiasi dan estimasi masa manfaat antara fiskal dan komersial. Christovint (2015),
berjudul Evaluasi Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut Peraturan Perpajakan
dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan di PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk Kantor Cabang Manado, tujuannya untuk mengetahui bagaimana
penerapan metode penyusutan dan pengaruh perhitungan penyusutan terhadap pajak
penghasilan pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Manado.
Hasil penelitian menunjukkan penerapan metode perhitungan penyusutan PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Manado telah sesuai dengan pajak
perraturan tetapi ada kesalahan dalam perhitungan penyusutan sehingga dapat
meningkatkan nilai pajak penghasilan badan.

3. METODE PENELITIAN Jenis


penelitian Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif-kuantitatif, yang merupakan metode yang
digunakan berdasarkan data yang dikumpulkan selama penelitian sistematis tentang
fakta-fakta dan apa yang sebenarnya muncul dari objek yang diteliti sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas dan benar tentang objek yang diteliti, Sugiyono
(2013: 29). Sumber data
Sunyoto (2013: 21), menyatakan bahwa pengumpulan data dapat menggunakan
dua sumber, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek
penelitian yang akan diteliti. Penulis meneliti langsung pada objek penelitian dengan
menyusun daftar pertanyaan, melakukan wawancara langsung dengan karyawan dan
juga pemimpin objek penelitian, yaitu PT. Massindo Sinar Pratama. Metode Analisis
Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan perusahaan
secara sistematis, aktual dan akurat dengan mengumpulkan data berdasarkan data
yang muncul di perusahaan atau organisasi, di mana fakta-fakta dikumpulkan, diolah
dan dianalisis sehingga selanjutnya dapat diambil kesimpulan. dan memberikan saran
tentang Analisis Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut Standar Akuntansi
Keuangan dan Undang-Undang Perpajakan serta Dampaknya terhadap Penghasilan
Kena Pajak di PT. Massindo Sinar Pratama Manado.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil


penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Massindo Sinar Pratama
Manado, perusahaan menghitung penyusutan menggunakan metode penyusutan Saldo
Penurunan untuk menghitung penyusutan kendaraan, inventaris kantor, peralatan
plastik, dan mesin. Sedangkan untuk perhitungan penyusutan gedung perusahaan
menggunakan metode garis lurus

15
Yuvita, MF Goni,Novi Swandari Budiarso
penyusutan. Tingkat penyusutan sesuai dengan kebijakan perusahaan sebesar 25%
untuk kendaraan, inventaris kantor dan peralatan plastik. 12,5% untuk mesin. Dan 5%
untuk bangunan.
Tabel 1. Daftar Penyusutan Aset Tetap 2016 Jenis Aset Akuisisi cos
%
16 Nilai Buku 2015Penyusutan
Biaya2016
Akumulasi Depresiasi 2016
Nilai Buku 2016
Kendaraan
4.142.425.128,00 25% 899.838.272,65 224.959.568, 16 3.467.546.423, 51 674.878.704.49
Persediaan Kantor 340.799.580,00 25%
36.224.580,99 9.056.145.25 313.631.144.26 27.168.435,74
Peralatan Plastik 216.190.720,00 12,5% 86.186.860, 31 21.546.715,08
151.550.574,77
64.640.145,23
Mesin Busa 446.365.989,00 12,5% 174.877.238,02 21.859.654,90
293.348.405,74
153.017.583,26
Mesin Sofa
85.865 .443,00 12,5% 7,761.816,47 970.227,06 79.073.853,59 6.791.589,41
Mesin Plastik 3.092.615.590,00 12,5% 423.863.901,22 52.982.987.965
2.721.734.676 , 43
370.880.913,57
Mesin Spring Bed 189.873.206,00 12,5% 181.961.822,42 22.745.227,80 30.656.611,39 159.216.594,61
Buliding 532.630.050,00 5% 70.437.162 , 09 3.521.858,10
465.714.746,02
66.915.303,98
TOTAL 9.046.765.706,00 1.881.151.654,17 357.642.384,00
7.523.256.435,69
1.523.509.270,31
Sour ce: Daftar depresiasi PT. Massindo Sinar Pratama Manado Tahun 2016.
Tabel 1 menunjukkan perhitungan penyusutan PT. Massindo Sinar Pratama Manado
pada 2016
Tabel 2. Deskripsi Laporan Laba Rugi Tahun 2016 Penjualan 28.932.311.100 HPP
19.963.294.659 Administrasi Laba Kotor & Biaya Publik
8.969.016.659 2.114.488.620 Pendapatan Biaya Pemasaran (Beban) Di Luar Bisnis
3.504.353.639 121.703.150 Laba Bersih sebelum Pajak 3.471.877.332 Sumber:
Laporan (rugi) laba rugi PT. Massindo Sinar Pratama Tahun 2016
Tabel 2 menunjukkan bahwa laba yang diperoleh pada tahun 2016 adalah Rp.
3.471.877.332. dari jumlah tersebut, penghasilan kena pajak (hutang pajak
penghasilan) yang harus dibayar perusahaan adalah sebagai berikut:
Laba sebelum pajak: = Rp. 3.471.877.332 Hutang pajak penghasilan: Rp.
3.471.877.332 x 25% = (Rp 867.969.333) Laba bersih setelah pajak: = Rp.
2.603.907.999
Jurnal Akuntabilitas Volume 07, Nomor 01, 2018, 11-20
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa laba sebelum pajak (Penghasilan Kena Pajak)
yang diperoleh perusahaan pada tahun 2016 adalah Rp. 3.471.877.332 dikalikan
dengan 25% dari tarif pajak penghasilan untuk wajib pajak perusahaan sejak tahun
fiskal 2010. Karenanya menghasilkan nilai Pendapatan sebesar Rp. 867.969.333.
Dengan demikian, laba bersih setelah pajak diperoleh oleh PT. Massindo Sinar
Pratama Manado pada 2016 adalah Rp. 2.603.907.999.
Pembahasan
Perhitungan penyusutan dalam laporan keuangan harus didasarkan pada ketentuan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan UU Pajak. Menurut Standar Akuntansi
Keuangan perusahaan dapat menghitung biaya penyusutan aset tetap dengan
menggunakan lima metode penyusutan: metode garis lurus, saldo menurun, jumlah jam
tahunan, jam pelayanan, dan unit produksi. Sedangkan berdasarkan ketentuan
perpajakan hanya ada dua metode yang dapat digunakan perusahaan untuk
menghitung biaya penyusutan aset tetapnya, yaitu: metode garis lurus dan metode
saldo menurun. Khusus untuk menghitung metode perhitungan penyusutan yang
digunakan adalah metode garis lurus. Sedangkan untuk kelompok properti non-
bangunan, perhitungan depresiasi dapat menggunakan metode garis lurus atau metode
saldo menurun.
Perhitungan Penyusutan Aset Tetap PT. Massindo Sinar Pratama Manado Dengan
Perpajakan.
Tabel 3. Depresiasi Aset Tetap Menurut Peraturan Perpajakan 2016
Jenis Aset Akuisisi cos
%
17 Nilai Buku 2015Depresiasi
Biaya2016
Akumulasi Depresiasi 2016
Nilai Buku 2016
Grup 1 778.135.036,00 25% 56.719.895,75 52.350.465, 75 205.032.433,00 4.369.430,00
Grup 2 3.705.089.672,00 12,5% 1 / 012.193.181,53 358.454.545 2.213.897.726,88 653.738.636,13
Grup 3 4.030.910.948,00 6 , 25% 776.088.754,23 200.892.111,36 2.631.077.138,14 575.196.642
Bangunan 532.630.050,00 5% 70.437.162,09 3.521.858,10 465.714.746.72 66.915.303,98
TOTAL 9.046.765.706,00 1.915.438.993,60 615.218.980,58 5.515.722.044.04 1.300.220.012,97
Sumber: Data yang Diproses 2017
Tabel 3 menunjukkan nilai keseluruhan biaya perolehan aset yang dimiliki oleh PT.
Massindo Sinar Pratama Manado adalah Rp. 9.046.765.706,00. Sedangkan hasil
perhitungan penyusutan aktiva tetap sesuai dengan peraturan perpajakan pada PT.
Massindo Sinar Pratama Manado 2016, dihitung menggunakan metode garis lurus.
Perhitungan biaya penyusutan aset tetap pada tahun 2016 adalah Rp. 615.218.980,59,
yang terdiri dari biaya penyusutan kelompok 1 sebesar Rp. 52.350.465,75, biaya
penyusutan kelompok 2 adalah Rp. 358.454.545,38, biaya penyusutan kelompok 3
adalah Rp. 200.892.111.36, dan biaya penyusutan bangunan adalah Rp. 3,521.858,10.
Jika dibandingkan dengan perhitungan penyusutan aset tetap berdasarkan kebijakan
internal perusahaan ada perbedaan. Dimana menurut perhitungan perusahaan, biaya
penyusutan aset tetap pada tahun 2016 adalah Rp. 357.642.384.00. Untuk penjelasan
yang lebih jelas, berikut ini menunjukkan perbedaan dalam biaya penyusutan aset tetap
menurut perhitungan PT. Massindo Sinar Pratama Manado dan sesuai dengan
ketentuan perpajakan pada 2016.
Yuvita, MF Goni, Novi Swandari Budiarso
Tabel 4. Perbedaan Nilai Penyusutan Aset Tetap PT. MSP Tahun 2016
Nilai Biaya Depresiasi Perbedaan Biaya Penyusutan Fiskal Komersial Nilai
357.642.384,00 615.218.980,59 257.576.596,59 Sumber: Data yang Diproses 2017
Tabel 5 di atas menunjukkan nilai beban penyusutan sesuai dengan perhitungan PT.
Massindo Sinar Pratama Manado pada 2016 adalah Rp. 357.642.384,00, sedangkan
perhitungannya sesuai ketentuan perpajakan adalah Rp. 615.218.980,59, maka
diperoleh selisih nilai depresiasi (koreksi negatif) sebesar Rp. 257.576.596,59. Nilai
depresiasi menurut perpajakan (fiskal) lebih besar dari nilai depresiasi menurut
perhitungan PT. Massindo Sinar Pratama Manado. Dari hasil perhitungan menurut
ketentuan perpajakan diperoleh selisih dari biaya penyusutan yang dapat menambah
beban penyusutan yang telah diakui dalam laporan laba rugi menurut perhitungan
perusahaan (komersial) sehingga menjadi lebih besar jika dilihat secara fiskal, sehingga
akan meminimalkan kena pajak pendapatan perusahaan. Untuk lebih jelasnya, berikut
ini disajikan dalam laporan laba rugi berdasarkan ketentuan perpajakan (fiskal).
Tabel 5. Penyusutan Laporan Laba Rugi Tahun 2016 Penjualan 28.932.311.100,00
HPP 20.177.840.617,00 Laba Kotor Biaya Administrasi & Publik 2.140.246.280,59
Pendapatan Biaya Pemasaran (Beban) Di Luar Bisnis
18 3.581.626.617,00 121.703.150,00 Laba Bersih sebelum Pajak 3.154.300.735,41
Sumber: Data yang Diproses 2017
Dari laporan laba rugi (fiskal) di atas dapat dilihat biaya penyusutan aset tetap yang
dialokasikan sesuai dengan penggunaan masing-masing - bagian yang sama seperti
dalam laporan laba rugi (Komersial), yaitu sesuai dengan kebijakan perusahaan 60%
dari total biaya penyusutan aset tetap untuk produksi, 30% dari total biaya penyusutan
aset tetap untuk pemasaran, dan 10% dari total biaya penyusutan aset tetap untuk
bagian adm & general. Dari laporan laba rugi di atas juga dapat diketahui bahwa laba
yang didapat oleh PT. Massindo Sinar Pratama Manado pada 2016 adalah Rp.
3.154.300.735,41.
Pajak Penghasilan PT.Massindo Sinar Pratama
Hukumno. 7 tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan berlaku sejak 1 Januari 1984.
Undang-undang ini telah beberapa kali diubah dan terakhir diubah dengan UU No. 36
tahun 2008. Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur pengenaan Pajak
Penghasilan pada subjek pajak sehubungan dari pendapatan yang diterima atau
diperoleh pada tahun pajak. Subjek pajak yang menerima atau menghasilkan
pendapatan, dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak.
Wajib pajak dikenakan pajak atas pendapatan yang diterima atau diperoleh selama
tahun pajak atau mungkin juga akan dikenakan pajak untuk pendapatan di bagian tahun
pajak tersebut jika kewajiban pajak subjektifnya dikeluarkan atau berakhir pada tahun
pajak, Mardiasmo (2016: 163). Menurut PPh pasal 17 (2a) UU No. 36 tahun 2008
tentang pengenaan tarif pajak penghasilan badan yang berlaku sejak tahun fiskal 2010
adalah sebesar 25%.
Dari laporan laba rugi di atas dapat diketahui bahwa laba sebelum pajak (Penghasilan
Kena Pajak) diperoleh oleh PT. Massindo Sinar Pratama Manado pada 2016 adalah
Rp. 3.154.300.735,41.
Jurnal Accountability Volume
07, Nomor 01, 2018, 11-20

Dari jumlah tersebut, dapat dihitung nilai pajak penghasilan (hutang pajak penghasilan)
berdasarkan nilai depresiasi aset tetap sesuai dengan perhitungan perpajakan yang
akan dibayarkan perusahaan. sebagai berikut: Laba sebelum pajak: = Rp.
3.154.300.735, 41 Hutang pajak penghasilan: Rp. 3.154.300.735,41 x 25% = (Rp
788.575.183.852) Laba bersih setelah pajak: = Rp. 2.365.725.551, 56

Dari perhitungan di atas diketahui laba sebelum pajak (Penghasilan Kena Pajak)
berdasarkan nilai penyusutan aset tetap menurut perhitungan pajak yang diperoleh
perusahaan pada tahun 2016 adalah Rp. 3.154.300.735,41 dikalikan dengan 25% dari
tarif pajak penghasilan untuk wajib pajak perusahaan sejak tahun fiskal 2010.
Karenanya menghasilkan nilai PPh sebesar Rp. 788.575.183.825. Dengan demikian,
laba bersih setelah pajak diperoleh oleh PT. Massindo Sinar Pratama Manado pada
2016 adalah Rp. 2,365,725,551,56. Selisih biaya penyusutan aset tetap berdasarkan
peraturan perpajakan di PT. Massindo Sinar Pratama Manado menambahkan biaya
penyusutan ke biaya operasional dalam laporan kinerja perusahaan, sehingga
mengurangi nilai penghasilan kena pajak (laba bersih sebelum pajak) sehingga
menghasilkan nilai pajak penghasilan (PPh) yang kurang dari perhitungan sebelumnya
sesuai dengan perusahaan ( komersial) kebijakan. Perbedaan nilai hutang pajak
penghasilan disebabkan oleh kenaikan biaya penyusutan yang dihitung sesuai dengan
peraturan perpajakan. Dengan meningkatnya biaya penyusutan aset tetap, itu juga
meningkatkan total biaya (beban) bisnis dalam laporan kinerja perusahaan dan
meminimalkan laba sebelum pajak (penghasilan kena pajak) dari perhitungan
sebelumnya.

5. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan metode


perhitungan penyusutan aset tetap PT. Massindo Sinar Pratama Manado sudah sesuai
dengan ketentuan perpajakan. Namun, ada perbedaan dalam klasifikasi, masa
manfaat, dan tingkat penyusutan aset tetap antara kebijakan perusahaan dan peraturan
pajak. 2. Perbedaan dalam klasifikasi, masa manfaat, dan tingkat penyusutan aset tetap
antara kebijakan perusahaan dan undang-undang perpajakan menghasilkan perbedaan
antara laba komersial dan fiskal, yang akan memengaruhi nilai pajak yang terutang. 3.
Perhitungan penyusutan aset tetap sesuai dengan peraturan perpajakan di PT.
Massindo Sinar Pratama Manado menambahkan biaya penyusutan aset tetap dalam
laporan kinerja perusahaan, sehingga mengurangi nilai penghasilan kena pajak (laba
bersih sebelum pajak) sehingga menghasilkan nilai pajak penghasilan terutang (PPh)
kurang dari perhitungan sebelumnya sesuai dengan perusahaan kebijakan. Nilai
penghasilan kena pajak PT. Massindo Sinar Pratama Manado pada 2016 seharga Rp.
3.471.877.332. Sedangkan nilai penghasilan kena pajak sesuai dengan ketentuan
perpajakan (fiskal) sebesar Rp. 3.154.300.735,41. Ada perbedaan (Koreksi Positif)
sebesar Rp. 317.576.596,59. Saran dapat diberikan, sebagai berikut: 1. Perusahaan
harus lebih teliti dan mengacu pada peraturan perpajakan dalam menghitung biaya
penyusutan aset tetap karena biaya-biaya ini akan mempengaruhi laba bersih sebelum
pajak (penghasilan kena pajak) perusahaan sehingga juga akan mempengaruhi nilai
pajak penghasilan yang harus dibayarkan oleh perusahaan. 2. Dalam menghitung
penyusutan aset tetap, Perusahaan harus mengikuti tarif dan taksiran masa manfaat
aset sesuai dengan peraturan perpajakan Pasal 11 UU Nomor 17 Tahun 2000 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 / PMK. 03/2009 tentang jenis aset milik properti
berwujud kelompok bukan bangunan untuk tujuan penyusutan, jadi tidak perlu koreksi
fiskal untuk menghitung biaya penyusutan

19
Yuvita, MF Goni, Novi Swandari
Budiarso

DAFTAR PUSTAKA

Christovint., Sondakh , Jullie. J., Sabijono Harijanto., 2015, “Evaluasi Perhitungan


Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Peraturan Perpajakan Serta Pengaruhnya Terhadap
Pajak Penghasilan (PPh) Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor
Cabang Manado ” Jurnal Berkala Ilmiah, 15 (05), 144-154. Dewi, MS, Setiawati, Hana.,
2012, “Analisis Dampak Perubahan Pajak Penghasilan Terhadap Besarnya Pajak
Penghasilan Pada PT. JAJ ” TINJAUAN BINUS BINUS, 2 (2), 949-964. Diana
Anastasia, Lilis S. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep, Aplikasi, & Penuntun
Praktis. Edisi 3. Andi: Yogyakarta. Direktorat Jendral Pajak. 2013. Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Direktorat
Jendral Pajak. Jakarta. Direktorat Jendral Pajak. 2013. Pajak Penghasilan.
Direktorat Jendral Pajak. Jakarta. Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Risiko. Bandung:
Alfabeta. Hery. 2014. Akuntansi Aset, Liabilitas, dan Ekuitas.Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana
Indonesia. Jakarta. Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit CAPS
(PusatPenerbitan Akademi
Layanan). Yogyakarta. Kartini, Popi Surita., 2012, “Pengaruh Penyusutan Aktiva
Tetap Terhadap Laba Dan
Penghematan Pajak Pada PT. Galangan Kapal Kukar Mandiri ” Jurnal Ilmiah, 1 (1), 1-5.
Kieso, Donald E., Weygandt, Jery J., Warfield. 2010. Akuntansi Intermediate.
Terjemahan
Emil Salim. Jilid I. Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta. Manengkey, Speny Ria.,
Pangemanan, Sifrid., Pontoh, Winston., 2015, “Dampak Pemahaman Wajib Pajak Atas
PP Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada
KPP Pratama Kotamobagu.” Jurnal Akuntabilitas, 4 (1), 1 -9. Mardiasmo. 2011.
Perpajakan, Edisi Revisi. Andi: Yogyakarta. Mardiasmo. 2016. Perpajakan, Edisi Revisi.
Andi: Yogyakarta. Pontoh, Eleanor Laura., Morasa, Jenny., Budiarso, Novi. S., 2016,
“Evaluasi Penerapan Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap Berdasarkan PSAK
No. 16 Tahun 2011 Pada PT. Nichindo Manado Suisan.” Jurnal EMBA, 4(3), 068-077.
Pontoh, Winston, 2013 Akuntansi Konsep dan Aplikasi,Jakarta Barat; Halaman Moeka.
Ratag, GA, 2013, “Perencanaan Pajak Melalui Metode Penyusutan Aktiva Tetap Untuk
Menghitung PPh Badan Pada PT. Bank Sulut.” Jurnal EMBA, 1(3), 950-958.
Rismawani, AT, Nurchayati., 2016, “Analisis Koreksi Fiskal Atas Laporan Keuangan
Komersial Dalam Penentuan Pajak Penghasilan Pada PT. Gajah Mada Indra Sehati
(Hotel IBIS Simpang Lima Semarang)” Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, 5(1), 73- 83.
Sigidov, Yuriy. I., Rybyantseva, Maria. S., Adamenko, Alexandr. A., Yarushkina, Elena.
A., 2016, “Methodological Aspects of Depreciation as an Economic Category.”
International Journal of Economics and Financial Issues, 6(SI), 88-95. Sondakh,
Steffani Gabriella., 2015, “Analisis Koreksi Fiskal Atas Laporan Keuangan Komersial
Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Cipta Cemerlang Indonesia.” Jurnal EMBA, 3(4),
357-368. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian. Alfabeta. Bandung.. Tuhari, Tudor.,
Gutan, Viorica., 2014, “Accounting And Tax Depreciation Of Fixed Assets:
Methodological Problems And Ways To Solve Them.” Journal of Research on Trade,
Management and Economic Development, 1(1), 77-83.

20

Anda mungkin juga menyukai