Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA

DOSEN PENGAMPU: Ns. Dina Fihtiana, M.Si,.Med

KELOMPOK: 7

Nama Kelompok

1. ILIYIN WAHINA
2. MUSTIKA RATU
3. OVA DWI ANOVA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang
dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan-Nya, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ANEMIA”.
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya, dan bagi
para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Saya sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masalah gizi dapat menimbulkan suatu tidak seimbangnya tubuh manusia dan dapat
menimbulkan penyakit lainnya. Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat. Namun
penanggulannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan
penanggulangan harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Dan pada masalah gizi pada anemia gizi disini merupakan kondisi sakit seseorang yang
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu: perdarahan, kekurangan makanan yang
mengandung besi, dan lain-lain. Anemia gizi defisiensi besi dapat dilihat dari kadar Hb, dan
penderita yang sering mengalaminya yaitu pada wanita, disebabkan karena menstruasi,
kehamilan dan pada bayi: karena membutuhkan gizi zat besi yang tinggi karena proses
pertumbuhan yang cepat.

B. Rumusan Masalah
a. Definisi Anemia
b. Penyebab Anemia
c. Gejala Anemia
d. Jenis-jenis Anemia
e. Pencegahan Primer pada Anemia
f. Pencegahan Sekunder pada Anemia
g. Pencegahan Tersier pada Anemia
h. Pengobatan Anemia
C. Manfaat Makalah
1. Mampu mempermudah penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang
sistem imunologi dan Hematologi yang berhubungan dengan Anemia.
2. Menambah pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang system Imunologi
dan Hematologi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anemia
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah
(Price, 2006 : 256). Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan
fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal.Jika kadar hemoglobin kurang dari 14g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria , maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita ,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari
37% , maka wanita itu dikatakan anemia.Berikut ini katagori tingkat keparahan pada
anemia.
• Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.
• Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.
• Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.
Karena hemoglobin terdapat dalam sel darah merah , setiap ganguan pembentukan
sel darah merah , baik ukuran maupun jumlahnya , dapat menyebabkan terjadinya
anemia.ganguan tersebut dapat terjadi ‘’pabrik’’ pembentukan sel (sumsum
tulang)maupun ganguan karena kekurangan komponen penting seperti zat besi , asam
folat maupun vitamin B 12. (Soebroto Ikhsan,Cara Mudah Mengatasi Problem
Anemia,Cetakan 1, Yogyakarta 2009)
B. Penyebab Anemia
Anemia umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Gizi yang buruk atau
gangguan penyerapan nutrisi oleh usus. Juga adapat menyebabkan seseorang mengal;ami
kekurangan darah. Demikian juga pada wanita hamil atau menyusui, jika asupan zat besi
berkurang, besar kemungkinan akan terjadi anemia. Pendarahan saluran pencernaan,
kebocoran pada saringan darah di ginjal, menstruasi yang berlerbihan, serta para
pendonor darah yang tidak diimbangi dengan gizi yang baik dapat mjemiliki resiko
anemia.
Perdarahan akut juga dapat menyebabkan kekurangan darah. Pada saat terjadi
pendarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak transfusi darah merupakan
tindakan penanganan terutama jika terjadi pendarahan akut. Pendarahan teresebut
biasanya tidak kita sadari. Pengeluaran darah biasanya berlangsung sedikit demi sedikit
dan dalam waktu yang lama.Berikut ini tiga kemungkinan dasar penyebab anemia :
a. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
Bisa disebut anemia hemolitik ,muncul saat sel darah merah dihancurkan
lebih cepat dari normal (umur sel darah merah normalnya 120 hari).Sumsum
tulang penghasil sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh
akan sel darah merah.
b. Kehilangan darah.
Kehilangan darah dapat menyebabkan anemia karena perdarahan
berlebihan,pembedahan atau permasalahan dengan pembekuan
darah.Kehilangan darah yang banyak karena menstruasi pada remaja atau
perempuan juga dapat menyebabkan anemia.Semua faktor ini akan
meningkatkan kebutuhan tubuh akan zat besi ,karena zat besi dibutuhkan
untuk membuat sel darah merah baru.
c. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.
Ini terjadi saat sumsum tulang tidak dapat membentuk sel darh merah dalam
jumpah cukup.ini diakibatkan infeksi virus,paparan terhadap kimia beracun
atau obat-obatan(antibiotic, antikejang atau obat kanker).
C. Gejala Anemia
Gejala yang sering kali muncul pada penderita anemia di antaranya:
 Lemah ,letih,lesu ,mudah lelah dan lunglai.
 Wajah tampak pucat.
 Mata berkunang-kunang.
 Sulit berkosentrasi dan mudah lupa.
 Sering sakit.
 Pada bayi dan batita biasanya terdapat gejala seperti kulit pucat atau berkurangnya
warna merah muda pada bibir dan bawah kuku.Perubahan ini dapat terjadi perlahan-
lahan sehingga sulit disadari.
 Jika anemia disebabkan penghancuran berlebihan dari sel darah merah ,makaterdapat
gejala lain seperyi jaundice,warna kuning pada bagian putih mata ,pembesaran limpa
dan warna urin seperti teh.
D. Jenis-jenis Anemia
a) Anemia Defisiensi zat besi
Anemia yang paling banyak terjadi adalah anemia akibat kurangnya zat
besi . Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin.Oleh sebab itu ,
ketika tubuh kekurangan zat besi , produksi hemoglobin akan menurun.
Meskipun demikian , penurunan hemoglobin sebetulnya baru akan terjadi jika
cadangan zat besi (Fe) dsala tubuh sudah benar-benar habis .Kurangnya zat besi
dalam tubuh bisa disebabkan banyak hal .Kekurangan zat besi pada bayi
mungkin disebabkan prematuritas, atau bayi tersebut lahir dari seorang ibu yang
menderita kekurangan zat besi.Pada anak-anak mungkin disebabkan oleh asupan
makanan yang kurang mengandung zat besi . Sedabgkan pada orang dewasa ,
kurangnya zat besi pada prinsipnya hampir selalu disebabkan oleh pendaraah
menahun atau berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh.
Faktor resiko terjadinya anemia memang lebih besar pada perempuan di
bandingkan kaum pria .cadangan besi dalam tubuh perempuan lebih sedikit
daripada pria ,sedangkan kebutuhan perharinya justru lebih tinggin .setiap
harinya seorang wanita akan kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi
secara normal .pada saat mentruasi ,kehilangan zat besi bisa bartambah hingga 1
mg lagi.

Kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat pada saat hamil dan
melahirkan .ketika hamil seorang ibu di tuntut untuk memenuhi kebutuhan zat
besi untuk dirinya,tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janinya.selain itu ,pendarahan saat melahirkan juga dapat
menyebabkan seorang ibu kehilangan banyak zat besi.

b) Anemia Defisiensi Vitamin C


Anemia karena kekurangan vitamin c adalah sejenis anemia yang jarang
terjadi,yang disebabkan oleh kekurangan vitamin c yang berat dalam jangka
waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin c biasanya adalah kurangnya asupan
vitamin c dalam makanan sehari hari.
Salah satu fungsi vitamin c adalah membantu menyeret zat besi,sehingga
jika terjadi kekurangan vitamin c ,maka jumlah zat besi yang diserap akan
berkurang dan bisa terjadi anemia. Untuk mendiagnosa penyakit ini dilakukan
pengukuran kadar vitamin c dalam darah. Pada anemia jenis ini sum-sum tulang
menghasilkan sel darah merah berukuran kecil.
c) Anemia Makrositik
Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau
asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan berukuran besar
(Makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit yang normal atau lebih tinggi
(hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau Mean Corpuscular Volume merupakan
salah satu karakteristik sel darah merah. Sekitar 90% anemia makrositik yang
terjadi adalah anemia pernisiosa.
Selain menggangu proses pembentukan sel darah merah kekurangan
vitamin b12 juga mempengaruhi sistem saraf,sehingga penderita anemia ini akan
merasakan kesemutan ditangan dan kaki ,tungkai dan kaki,dan tangan seolah mati
rasa,serta kaki dalam bergerak.gejala lain yang dapat terlihat diantaranya adalah
buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru,luka terbuka dilidah atau
lidah seperti terbakar,penurunan berat badan,warna kulit menjadi lebih
gelap,linglung,depresi,penurunan fungsi intelektual.
Biasanya kekurangan vitamiin b12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah
rutin untuk anemia.pada contoh darah yang diperiksadibawah mikroskop ,tampak
selah merah berukuran besar .juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan
trombosit,terutama jika penderita anemia dalam jangka waktu yang lama.jiika
diduga terjadi kekurangan ,maka dilakukan pengukuran kadar vitamin b12 dalam
darah.

d) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepatdari normal.umur sel darah merah normalnya 120 hari .pada anemia
hemolitik,umur sel darah merah lebih pendek sehingga sumsum tulang penghasil
sel darah merah tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.

e) Anemia Sel Sabit


Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit ,kaku ,dan anemia
hemolitik kronik.pada penyakit sel sabit,sel darah merah memiliki
hemoglobin(prootein pengangkut oksigen) yang bentuknya abnormal,sehingga
mengurangi jumlah oksigen dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi
seperti sabit.sel yang berbentuk sabit akan menyumbat dan merusak pembuluh
darah terkecil dalam limpa ,ginjal,otak,tulang,dan organ lainnya ,dan
menyebabkan kurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut.sel sabit ini rapuh
dan akan pecah pada saat melewati pembuluh darah,kerusakan organ ,bahkan
sampai pada kematian.

f) Anemia Aplastik
Merupakan jenis anemia yang berbahaya, karena dapat mengancam jiwa.

Anemia aplastik terjadi bila” pabrik”(sumsum tulang )pembuatan darah merah


terganggu .Pada anemia aplastik ,terjadi penurunan produksi sel darah (eritrosit,
leukosit dan trombosit).Anemia aplastik disebabkan oleh bahan kimia ,obat-
obatan ,virus dan terkait dengan penyakit-penyakit yang lain.

E. Pencegahan Primer pada Anemia


a. Pendidikan
Pendidikan dan upaya yang ada kaitannya dengan peningkatan asupan zat
besi melalui makanan Konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping
yang mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Agar
mengerti, harus diberikan pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang
mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu
penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. Asupan zat besi dari makanan dapat
ditingkatkan melalui tiga cara :
 Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar
yang semestinya dikonsumsi.
 Meningkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan, yaitu dengan
jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan
pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
 peningkatan gizi berupa makan makanan yang mengandung vitamin zat
bezi, seperti sayur-sayuran (bayam, kangkung, jagung), telur, kismis.
b. Pola istirahat
Mengacu pada kegiatan/aktifitas yang mengakibatkan tubuh
mengalami/beresiko terkena anemia.menghindari kondisi dimana tubuh
mengalami gangguan pembentukan sel darah merah.dan istirahat yang dianjurkan
adalah minimal 8 jam per hari.
c. Pola Hidup
Menjaga agar sedikitnya jumlah hemoglobin dalam eritrosit.
Kekurangan hemoglobin ini menyebabkan kemampuan darah mengikat
oksigen berkurang.
d. Pola Aktifitas
Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi kekurangan
oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen.
Melakukan tes darah secara rutin untuk melihat profil darah dan mencegah
terjadinya anemia.
e. Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
F. Pencegahan Sekunder pada Anemia
a. Pengawasan penyakit infeksi
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang
tidak diingini. Meskipun, jumlah episode penyakit tidak berhasil dikurangi,
pelayanan pengobatan yang tepat telah terbukti dapat menyusutkan lama serta
beratnya infeksi. Tindakan yang penting sekali dilakukan selama penyakit
berlangsung adalah mendidik keluarga penderita tentang cara makan yang sehat
selama dan sesudah sakit. Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya
kesehatan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan
kebersihan perorangan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi,
bahwa cacing tambang (Ancylostoma dan Necator) serta Schistosoma yang
menjadi penyebabnya. Sementara peran parasit usus yang lain terbukti sangat
kecil. Ada banyak bukti tertulis, bahwa parasit parasit dalam jumlah besar dapat
menggaggu penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu, parasit harus dimusnahkan
secara rutin. Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi
dengan langkah pelenyapan sumber infeksi, reinfeksi dapat terjadi sehingga
memerlukan obat lebih banyak. Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif
dalam hal menurunkan parasit, tetapi manfaatnya di tingkat hemoglobin sangat
sedikit. Jika asupan zat besi bertambah, baik melalui pemberian suplementasi
maupun fortifikasi makanan, kadar hemoglobin akan bertambah meskipun
parasitnya sendiri belum tereliminasi.
b. Fortifikasi makanan pokok dengan zat besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara
terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi
makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat
besi. Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung
gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di
negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi
garam, gula, beras dan saus ikan.
c. Tranfusi Darah
Suatu tindakan medis yang bertujuan mengganti kehilangan darah pasien.
Darah yang tersimpan di dalam kantong darah dimasukan ke dalam tubuh melalui
selang infus.
d. Pemberian tablet atau suntikan zat besi
Pemberian tablet tambah darah pada pekerja atau lama suplementasi
selama 3- 4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin, karena kehidupan sel
darah merah hanya sekitar 3 bulan atau kehidupan eritrosit hanya berlangsung
selama 120 hari, maka 1/20 sel eritrosit harus diganti setiap hari atau tubuh
memerlukan 20 mg zat besi perhari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi (Fe)
dari makanan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet tambah
darah sangat penting dilakukan. Suplementasi dijalankan dengan memberikan zat
gizi yang dapat menolong untuk mengoreksi keadaan anemia gizi. Karena
menurut hasil penelitian anemia gizi di Indonesia sebagian besar disebabkan
karena kekurangan
zat besi.
e. Melakukan tes laboratorium
Mengetahui kandungan B12 dalam darah sehingga bisa membedakan antara
anemia biasa dengan anemia pernicious. Bila ternyata kadar vitamin B12 normal,
maka dapat dilakukan pemberian asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
f. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
G. Pencegahan Tersier pada Anemia
a. Pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan
pemberian suntikan untuk menghentikan pendarahan seperti vitmin B12 atau
B kompleks.
b. Mengonsumsi bahan makanan sumber utama zat besi, asam folat, vitamin B6,
dan vitamin B12 seperti daging dan sayuran sesuai kecukupan gizi yang
dianjurkan.
c. Melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kandungan B12 dalam darah
sehingga bisa membedakan antara anemia biasa dengan anemia pernicious.
Bila ternyata kadar vitamin B12 normal, maka dapat dilakukan pemberian
asam folat dengan dosis 0,1-1,0 mg/hari.
d. Mengkonsumsi Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah
merah.
e. Menjaga kondisi dimana tubuh kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Menghindari situasi
kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
H. Pathway

Kurang bahan Penghancuran Terhentinya


Perdarahan baku pembuat eritrosit yang pembuatan sel
sel darah berlebihan darah oleh sum sum
tulang
Perdarahan Perdarahan

Anemia

Resti gangguan
Anoreksia nutrisi kurang Kadar HB
dari kebutuhan

Lemas Komparten sel


penghantar oksigen/zel
nutrisi ke sel

Cepat lelah
Gangguan
perfusi jaringan

Intoleransi
aktifitas
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus Anemia :

Ny. R masuk RSUD Depok pada malam hari tanggal 20 Mei 2016 melalui ruang IGD,
lalu masuk ruang rawat inap bedah. Keesokan harinya pada pukul 10.30 WIB dengan kesadaran
Compos Mentis, dan keluhan utama pusing, klien mengeluh pandangan kabur, badannya terasa
lemah, dan cepat lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan
akral klien dingin dan berkeringat, HB awal 6,1 gr/dl, CTR >3dtk, Klien mengatakan cemas
dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang. Hasil TTV: TD: 80/60 mmHg, N : 120 x/menit, RR
: 22x/menit, S: 36,5°c. Saat di timbang berat badannya 62kg, klien mengatakan berat badan
menurun karena tidak nafsu makan. Klien mengeluh mual dan muntah. Diagnosa Anemia.
A. PENGKAJIAN

Focus data

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengeluh mual dan muntah 1. TTV :

2. Klien mengeluh lemas dan letih TD : 80/60 mmHg

3. Klien mengeluh sakit kepala N : 120 x/menit

4. Klien mengeluh pandangan kabur RR : 22x/menit

5. Klien mengeluh cepat lelah saat S : 37°c


beraktivitas 2. Kesadaran compos mentis
6. Klien mengeluh tidak nafsu makan 3. HB awal 6,1 gr/dL
7. Klien mengatakan cemas dengan 4. CRT klien > 3 detik
penyakitnya dan ingin cepat pulang
5. Anoreksia

6. Konjungtiva anemis

7. Klien tampak pucat

8. Akral klien teraba dingin dan berkeringat

9. BB menurun dari 64kg menjadi 62kg

10. Diagnosa Anemia

Analisa Data
No. Data Fokus Masalah Etiologi

1 Data Subjektif: Keletihan Kondisi Fisiologis


(Anemia)
Klien mengeluh:

- Lemas dan letih

- Pusing
- Pandangan kabur

- Cepat lelah saat


beraktivitas

- Tidak nafsu makan

Data Objektif:

- TTV :

TD : 80/60 mmHg

N : 120 x/menit

RR : 22x/menit

S : 37°c

- Anoreksia

- Hb awal 6,1 gr/dl

- Konjungtiva anemis

- Klien tampak pucat

- Akral teraba dingin dan


berkeringat

- Diagnosa Anemia

2 Data Subjektif: Ketidakseimbangan Faktor biologis


nutrisi kurang dari
Klien mengeluh:
kebutuhan tubuh
- Lemas dan letih

- Mual dan muntah

- Cepat lelah saat


beraktivitas

- Tidak nafsu makan


Data Objektif:

- TTV :

TD : 80/60 mmHg

N : 120 x/menit

RR : 22x/menit

S : 37°c

- Anoreksia

- Konjungtiva anemis

- Klien tampak pucat

- Akral teraba dingin dan


berkeringat

- Diagnosa Anemia
3 Data Subjektif : Intoleran aktivitas Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
1. Klien mengeluh lemah dan
oksigen
letih

2. Klien mengeluh tidak


nyaman saat beraktivitas

Data Objektif :

- Klien terlihat pucat

- TTV :

TD : 80/60 mmHg

N : 120 x/menit

RR : 22x/menit

S : 37°c

B. Diagnosa

No Diagnosa

1. Keletihan berhubunga dengan Kondisi Fisiologis (Anemia)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Faktor


biologis

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen

C. Intervensi

Hari/Tanggal, Diagnosa Tujuan dan kriteria


Intervensi
Jam Keperawatan hasil
Keletihan Setelah dilakukan Manajemen energi :
berhubungan tindakan keperawatan 1. identifikasi gangguan
dengan kondisi selama 3x24 jam, fungsi tubuh yang
fisiologis (anemia) diharapkan perfusi mengakibatkan kelelahan
jarigan adekuat dengan
2. sediakan lingkungan yang
kriteria hasil :
nyaman dan rendah
1. Klien tidak tampak stimulus
pucat
Lakukan rentan gerak pasif
2. CRT < 3 detik dan aktif

3. Konjungtiva tidak Anjurkan melakukan


anemis aktivitas secara bertahap

Kolaborasi :

1. kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Ketidak Setelah dilakukan Manajemen nutrisi :
seimbangan nutrisi tindakan
1. Identifikasi adanya alergi
: kurang dari keperawatan 3X24 jam,
atau intoleransi makanan
kebutuhan tubuh ketidakseimbangan
yang dimiliki pasien
berhubungan nutrisi dapat teratasi,
dengan Faktor dengan kriteria hasil :
2. Anjurkan pasien untuk
biologis
memantau kalori dan intake
1. Keseimbangan asupan
makanan
dan haluaran cairan

3. Anjurkan pasien terkait


2. Nafsu makan
dengan kebutuhan
bertambah
makanan tertentu
3. Meminimalkan berdasarkan perkembangan
tingkat keparahan mual atau usia
dan muntah
4. Tawarkan makanan
4. Berat badan ringan yang padat gizi
meningkat

Intoleran aktivitas Setelah dilakukan Terapi aktivitas :


berhubungan tindakan keperawatan
1. Pertimbangkan
dengan 2X24 jam, intoleransi
kemampuan pasien dalam
ketidakseimbangan aktivitas dapat teratasi
berpartisipasi melalui
antara suplai dan dengan kriteria hasil :
aktivitas fisik
kebutuhan oksigen
1. Klien dapat
2. Bantu pasien
melakukan ambulasi
mengidentifikasi aktivitas
2. Penurunan tingkat yang diinginkan
keletihan
3. Bantu pasien memilih
3. Peningkat aktivitas
kenyamanan
Kolaborasi :
lingkungan

1. Kolaborasi dengan ahli


fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam
perencanaan dan
pemantauan program
aktivitas
D. implementasi
1. Keletihan
 mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 melakukan latihan rentan gerak pasif dan aktif
 menganjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
2. ketidak seimbangan nutrisi
 mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
 menganjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan
 menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia
 menawarkan makanan ringan yang padat gizi
3. intoleransi aktifitas
 melakukan pertimbangkan kemampuan pasien dalam berpartisipasi melalui
aktivitas fisik
 membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan

E. Evaluasi

S: Pasien mengatakan tidak mengalami keletihan

0: Tanda tanda vital normal

A: masalah teratasi

P: tindakan dihentikan
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia
dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999). Berikut ini katagori tingkat
keparahan pada anemia.:

 Kadar Hb 10 gram- 8 gram disebut anemia ringan.

 Kadar Hb 8 gram -5 gram disebut anemia saedang.

 Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.

Kemungkinan dasar penyebab anemia:


1. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan.
2. Kehilangan darah.
3. Produksi sel darah merah yang tidak optimal.

B. Saran
Bagi pembaca dan masyarakat sebaiknya harus menjaga kesehatan lingkungan dan
makanan serta pola makan agar memenuhi kecukupan akan Fe pada tubuh kita.Sehingga kita
terjauh dari penyakit terlebih anemia yang di sebabkan karena kurangnya zat besi untuk
memproduksi darah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &
Suddart. (Agung Waluyo: Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.
2. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. (Brahm U. Pendit: Penerjemah). Ed. 6. Jakarta: EGC.
3. NANDA Internasional. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017, Edisi 10. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai