Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN MOOD

Disusun oleh :

Hasna Faras Fatin

A11701557

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI

Zevon, Tellegen, dan Watson (dalam Ekkekakis, 2012) menyatakan mood sebagai keadaan
keterbangkitan (arousal) yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi affective valence atau
activation dan dimensi engagement. Dimensi ini bersumber dari faktor analisis data self-report
inter dan intraindividual. Namun Ekkekakis menyebutkan bahwa kebanyakan item-item pada
faktor analisis data tidak menggambarkan valence dan activation yang murni, namun malah
menggambarkan campuran dari kedua dimensi tersebut. Ia menjelaskan bahwa dengan mengikuti
rotasi varimax, satu sumbu diperpanjang dari high-activation pleasant-affect (gembira, antusias,
tertarik) menuju low activation affect (mengantuk, bosan), sehingga dinamakanlah dimensi ini
dimensi afek positif (PA). Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa sumbu lainya diperpanjang dari
high-activation unpleasant affect (distress, gugup, gelisah) menuju low-activation upleasant
affect ( tenang, rileks)sehinga dina.;makanlah dimensi ini dimensi afek negative (NA).

Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-Text


Revison edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood yang terdiri dari paling sedikit satu
episode manik, hipomanik, atau campuran yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode
depresi mayor.

Gangguan bipolar adalah gangguan yang ditandai dengan adanya perubahan yang sangat
ekstrim pada suasana perasaan, yaitu berupa mania dan depresi (APA, 2013).

Gangguan bipolar atau dikenal dengan manic-depressive illness adalah gangguan sistem
saraf yang meneyebabkan perubahan yang ekstem atau tidak biasa pada perasaan, energi, tingkat
aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan harian (NIMH, 2012)

2. TANDA DAN GEJALA


Secara umum gangguan bipolar dibagi menjadi dua yaitu bipolar I dan bipolar II. Bipolar I
ditandai dengan munculnya episode mania dan depresi. Sedangkan depresi II ditandai
dengan episode hipomania dan depresi (Lubis, 2009).
Gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan bipolar berbeda dengan masing-masing
individu. Gejala bervariasi dalam pola, frekuensi, dan keparahan. Beberapa orang lebih
rentan terhadap episode mania atau depresi, sementara individu lain bergantian sama antara
kedua episode. Pasien gangguan bipolar dapat mengalami episode hipomania, mania,
depresi, episode campuran, dan atau mengalami stress akut (Crabtree & Faulkner, 2008).
Berikut adalah tanda dan gejala gangguan bipolar menurut National Institute of Mental
Health (NIMH, 2012).
A. Gejala Episode Mania
1. Perubahan Suasana Perasaan, meliputi:
a. Merasa sangat “tinggi” yang berlebihan dan berlangsung lama.
b. Iritabilitas yang ekstrem.
2. Perubahan Perilaku, meliputi:
a. Berbicara sangat cepat, ide yang melompat-lompat, serta pemikiran yang liar.
b. Pikiran menjadi kacau dan tidak wajar.
c. Meningkatnya aktivitas.
d. Gelisah berlebihan.
e. Tidak merasakan lelah.
f. Memiliki kepercayaan yang tidak realistis terhadap kemampuannya.
g. Bertindak sesuai kehendak dan tertarik pada sesuatu yang menyenangkan.
B. Gejala Episode Depresi
1. Perubahan Suasana Perasaan, meliputi:
a. Merasa sangat sedih dan putus asa yang berlebihan dan berlangsung lama.
b. Kehilangan ketertarikan pada sesuatu yang menyenangkan
2. Perubahan Perilaku, meliputi:
a. Merasa sangat mudah lelah.
b. Bermasalah dalam konsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan.
c. Kurang istirahat dan mudah marah
d. Perubahan pola makan, tidur, dan kebiasaan lain.
e. Berpikir, untuk mati atau bunuh diri.

3. Jenis

Gangguan bipolar dan gangguan lain yang terkait dipisahkan dari gangguan depresi dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (APA, 2013). DSM mengklasifikasikan
gangguan bipolar menjadi:

1. Bipolar I
Mewakili pemahaman klasik mengenai manic-depressive disorders dimana pasien
dengan kategori ini mengalami satu atau lebih episode mania serta episode depresi
berat dalam hidup mereka (APA, 2013).
2. Bipolar II
Terjadi setidaknya satu episode depresi berat dan satu episode hipomania dalam
seumur hidup (APA, 2013).
3. Siklotimik (cyclothymic)
Ditandai dengan mengalami episode hipomania dan depresi tanpa memenuhi kriteria
untuk episode mania, hipomania, dan depresi berat.
Terjadi setidaknya dalam 2 tahun untuk orang dewasa dan satu tahun penuh pada
anak-anak (APA, 2013).
4. Bipolar yang diinduksi oleh substansi kimia atau obat-obatan
Sejumlah besar zat kimia yang disalahgunakan maupun obat yang diresepkan dapat
dikaitkan dengan gejala yang mirip dengan episode mania (APA, 2013).
5. Bipolar yang terkait kondisi medis lain
Kondisi medis lain yang dapat dikaitkan dengan gejala serup gangguan bipolar (APA,
2013).
6. Other Specified Bipolar and Related Disorder
Berlaku untuk gejala yang dikrakterisasi sebagai gangguan bipolar dan ditandai
dengan kesedihan yang signifikan secara klinis, penurunan fungsi social, pekerjaan
serta aspek-aspek lain yang penting. Kategori ini digunakan oleh dokter untuk
mengklasifikasikan gangguan yang serupa namun tidak memenuhi kriteria bipolar
dan gangguan yang terkait ( APA, 2013).
7. Other Unspecified Bipolar and Related Disorder
Berlaku untuk gejala yang dikarakterisasi sebagai gangguan bipolar dan ditandai
dengan kesedihan yang signifikan secara klinis, penurunan fungsi sosial, pekerjaan
serta aspek-aspek penting lain. Kategori ini digunakan oleh dokter untuk
mengklasifikasi gangguan yang tidak memenuhi satupun kriteria bipolar, namun
memiliki informasi lain yang cukup untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik
(APA, 2013).

4. FAKTOR PENYEBAB
Penyebab dari gangguan bipolar belum diketahui secara pasti. Gangguan bipolar
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat meningkatkan ekspresi gen dan menyebabkan
abnormalitas neurochemical pada pasien gangguan bipolar. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1) Faktor genetic

Mengemukakan bahwa depresi adalah masalah kognitif yang didominasi oleh penilaian negatif
terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.

2) Faktor fisiologis

Depresi disebabkan oleh penurunan kadar norepinefrin dan epinefrin, sedangkan peningkatan
kadar keduanya dapat menyebabkan mania (Ikawati, 2011). Serotonin merupakan
neurotransmitter yang paling sering dihubungkan dengan keadaan depresi. Dimana penurunan
kadar serotonin di cairan serebrospinal menyebabkan depresi (Ikawati, 2011).

3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini berperan dalam pengembangan
gangguan bipolar. Faktor eksternal ini disebut sebagai faktor pemicu. Pemicu dapat memulai
episode baru mania atau depresi serta membuat gejala yang ada semakin memburuk, namun
banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas. Salah satu faktor eksternal
yang utama adalah stress. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa peristiwa yang menyebabkan
stress sering mendahului episode pertama serta dapat memperpanjang waktu pemulihan
gangguan mood (Drayton & Weinstein, 2008).

5. AKIBAT

Dapat membahayakan :

 Diri sendiri
 Orang lain
 Lingkungan sekitar

6. FOKUS PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan dngan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, perubahan perilaku,


sumber stressor, mekanisme koping, sumber koping dan penilaian stressor.

 Faktor predisposisi :

a. Faktor genetik

mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan mulai garis keturunan.

b. Teori agresi berbalik pada diri sendiri.

Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri.

c. Teori kehilangan

Menunjukan adanya perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang dicintai.

d. Teori kepribadian

Menggambarkan bagaimana konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah mempengaruhi
kepercayaan dan penilain terhadap stressor.

e. Teori kognitif

Mengemukakan bahwa depresi adalah masalah kognitif yang didominasi oleh penilaian negatif
terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.

f. Model ketidakberdayaan yang dipelajari

Mengemukakan bahwa bukan trauma yang menghasilkan depresi, tetapi keyakinan individu akan
ketidakamampuan mengontrol kehidupannya.
g. Model perilaku

Belajar dari pengalaman belajar di masa lalu, depresi dianggap terjadi karena kurangnya
reinforcement positif selama berinteraksi dengan lingkungan.

h. Model biologi

Menggambarkan perubahan kimiawi didalam tubuh yang terjadi pada keadaan depresi, termasuk
defisiensi darikatekolamin, tidak berfungsinya endokrin dan hipersekresi cortisol.

 Faktor presipitasi

1. Kehilangan kasih sayang secara nyata atau bayangan, termasuk kehilangan cinta seseorang,
fungsi tubuh, status atau harga diri.

2. Banyaknya peran dan konflik peran mempengaruhi berkembangnya depresi terutama pada
wanita.

3. Kejadian penting dalam kehidupan, sering kali sebagai keadaan yang mmpengaruhi episode
depresi dan mempunyai dampak pada individu untuk menyelesaikan masalah.

4. Sumber koping termasuk status sosial, ekonomi, keluarga, hubungan interpersonal dan
organisasi kemasyarakatan.

Mekanisme koping

Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi bebrduka yang tertunda adalah
penyangkalan dan supresi yang berlebihan untuk menghindari distress hebat yang berhubungan
dengan berduka. Pada depresi menggunakan mekanisme denial, represi, supresi dan disosiasi.
Mania merupakan cerminan dari depresi walaupun perilakunya tidak sama namun dinamika dan
mekanisme koping yang digunakan saling berhubungan.

Perilaku

Pasien mania sering tidak mengeluh gejala-gejala mereka. Beberapa pasien merasa terlalu senang
dan gembira sehingga tidak mengeluh, pasien lainnya angitas dan tidak senang tetapi
memperhatikan perilaku yang berlebihan. Pada pasien depresi cukup banyak yang mengeluhkan
depresinya, tetapi ada juga yang tidak mengeluh.

Sumber koping

Sumber yang dapat menjadi individu yaitu keluarga, sekelompok sosial, status sosial-ekonomi,
dan lingkungan. Kurangnya sistem pendukung tersebut dapat meningkatkan stress personal.

Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan pada gangguan alam perasaan dipahami adanya konsep yang saling
berkaitan antar kecemasan, konsep diri dan bermusuhan.

Berikut ini diagnosa keperawatan primer Nanda :

1. Koping individu yang tidak efektif

2. Disfungsi proses terbuka

3. Distress spiritual

4. Ketidakberdayaan

5. Amuk

6. Merusak diri

Diagnosa Keperawatan

 Inefektif koping individu/tidak efektif koping individu berhubungan dengan di dapatkan


pasangan yang menyeleweng,yang di manifestasikan dengan keadaan
euphoria,hiperaktif gangguan mengemukakan pendapat
 Disfungsi proses berduka berhubungan dengan kematian pasangan yang
dimanifestasikan dengan kesedihan dan hilangnya perhatian pada kegiatan kejadian
sehari-hari
 Distress spiritual berhubungan dengan kematian janin dalam kanduangan yang di
manifestasikan dengan menyalahkan diri sendiri, pesimis akan masa depan.

C. INTERVENSI

A. Tujuan umum

Mengajarkan kliean untuk memiliki respon emosional yang adaptif dan meningkatkan kepuasan
diri yang dapat diterima oleh lingkungan untuk mencapai tujuan tersebut pengobatan yang
diberikan terdiri adari 3 fase yaitu :

1. fase akut

tujuan fase ini untuk menghilangkan gejala.fase ini memerlukan waktu 6-12 hari.keberhasilan
fase ini ditandai dengan individu mulai berespon,bebas dari gejala ( priode remisi) dan status
kesehatan kembali pada tingkat sebelum sakit.

2. Fase kesinambungan

Tujuan keperawatan pada fase ini yaitu untuk mencegah timbul kembali gejala (relaps).resiko
timbulnya relaps meningkat dalam waktu 4 sampai 6 bulan pertama setelah masa pemulihan.
3. Pemeliharaan

Tujuan adalah mencegah terjadinya kembali episode baru dari penyakit (rekurensi).

B. Tujuan keperawatan

Tujuan umum atau jangka pendek mengajarkan klien untuk merespon emosional yang adiktif
dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.

C. Tujuan jangka panjang.

* Klien dapat mengekspresikan perasaan mengingkari ketidakberdayaan,putus asa,mara dan


bersalah.

* Klien dapat menganalisa streesor kekuatan yang dapat dimilikinya.

* Klien dapat meningkatkan kontrol,tanggung jawab dan kesadaran diri.

* Klien dapat membina hubungan interpersonal yang sehat.

* Klien dapat meningkatkan pengertian tentang respon mal adiktif dan mengembangkan
koping yang adaktif.

D. IMPLEMENTASI

Pada dasarnya intervensi di fokuskan pada

1. Lingkungan

Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan,
karena klien mania memiliki daya nilai yang rendah, hiper aktif, senang tindakan yang beresiko
tinggi. Maka klien di tempatkan di lingkungan yang aman yaitu:

a. Di lantai dasar

b. Ruangan dengan prabotan sederhana

c. Kurangi rangsangan/batasi rangsangan lingkungan

d. Suasana tenang
2. Hubungan perawat dengan klien

Hubungan yang saling percaya yang terapetik perlu dibina dan diperhatikan. Bekerja dengan
klien depresi perawat harus bersifat:

a. Hanggat

b. Menerima

c. Jujur pengharapan pada klien.

d. Bicara lambat sederhana

e. Beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab

3. Afektif

Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan sarat utama. Merawat klien depresi,
perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik, sikap perawat yang menerima
klien dengan baik, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien. Prinsip intervensi
yang afektif adalah:

a. Menerima dan menenangkan klien

b. Bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir.

c. Klien di dorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedikan


secara verbal, sehingga akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi.

4. Kongnitif

Intervensi yang kongnitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien terhadap tujuan dan
perilakunya, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.

Berikut cara untuk meribah fikiran yang negatif:

i. Identifikasi semua ide, pikiran yang negative

ii. Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasila

iii. Dorong klien menilai persepsi,logika,rasional

iv. Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke ke positif dan tidak realitas ke
realitas

v. Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil dan beri penguatan dan pujian
akan keberhasilan yang dicapai klien
5. Perilaku.

Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realitas yaitu dengan
memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien depresi berat dengan
penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur,tugas yang diberikan tidak sulit dan
tidak memerlukan waktu yang lama untuk mencegah rasa bosan,berikan pujian jika klien
berhasil melakukan kegiatan dengan baik.pada klien mania diberikan tugas yang sederhana dan
cepat selesai.

6. Sosial

Intervensi sosial bertujuan untuk meningkatkan berhubungan dengan sosial dengan cara

 Kaji kemampuan,dukungan dan minat klien


 Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien
 Bimbing klien melakukan hubungan interpersonal yang positif
 Beri reinforcement positif terhadap keterampilan sosial yang efektif
 Dorong klien memulai hubngan sosial yang lebih luas (perawat,klien lain ).

7. Fisiologis

Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien. Bila klien tidak
mampu merawat diri, bantu klien tidak mampu merawata diri,bantu klien memenuhi kebetuhan
dasarnya seperti makanan,minum istirahat dan kebersihan diri. Terapi somatik diberikan pada
klien yang mengalami depresi berulang dan resisten terhadap obat.

E. EVALUASI

1. Adanya perubahan respon emosi maladaptif kearah adaptif, dimana klien dapat:

* Menerima dan mengakui perasaannya dan perasaan orang lain

* Memulai komunikasi

* Mengontrol perilaku sesuai keterbatasannya

* Menggunakan proses pemecahan masalah

2. Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali.

3. Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi sepenuhnya.

4.Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.

5. Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.
7. Psikopatologi/pohon masalah

8. TINDAKAN KEPERAWATAN BERFOKUS PADA DIAGNOSA UTAMA (TINDAKAN


KEPERAWATAN INDIVU DAN KELUARGA)
Tindakan individu:
1. Menerima dan meneangkan klien
2. Memotivasi klien dengan melakukan hal-hal positif

Tindakan keperawatan keluarga:


1. Membantu menstimulasikan kesadaran dan penerimaan terhadap masalah keperawatan
keluarga
2. Membantu keluarga mengambil keputusan yang tepat
3. Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memeberikan perawatan
4. Meningkatkan kemampuan keluarga menciptkan lingkungan menunjang kesehatan
5. Membantu keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan meningkatkan kemampuan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ernawati, dkk. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Trans Info Media,
Jakarta: 2009
Ikawati. Z.2009 Bipolar(http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/bipolar-
disorder.pdf)daiakses tanggal 15 Desember 2013.
Wahyu. P. 2010. “Kumpulan Proses Keperawatan Jiwa”. Jakarta :FIK-UI

Anda mungkin juga menyukai