Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST PARTUM


SECTIO CAESARIA

Disusun oleh:
Hasna Faras Fatin
(A11701557)
S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG
TA 2018/2019
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFENISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui
pembedahan abdomen dan dinding uterus (Nugroho, Taufan. 2011).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi
& Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang
ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih
(Dewi Yusmiati, 2007).

B. FAKTOR PREDISPOSISI/PENYEBAB
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan Sectio caesaria adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor Sectio caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio
caesaria sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan
dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi
asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran
kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran
satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB
yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.

b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling
rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin,
2002).
C. PATOFISIOLOGI

Panggul sempit Sectio caesaria

Post Anesthesi Luka Post Operasi Post partum nifas

Distensi kandung
Penurunan Penurunan kerja Jaringan terputus Jaringan terbuka kemih
medula oblongata pons

Merangsang area Proteksi kurang Edema dan


Penurunan refleks Penurunan kerja sensorik memar di uretra
batuk otot eliminasi
Invasi bakteri
Penurunan Gangguan rasa Penurunan
Akumulasi sekret peristaltik usus nyaman sensitivitas dan
Resiko Infeksi sensasi kandung
kemih
Ketidakefektifa Konstipasi Nyeri
n bersihan jalan Gangguan
napas eliminasi urin

Penurunan progesteron & estrogen Psikologi

Kontraksi uterus Penambahan


Merangsang anggota baru
pertumbuhan
kelenjar susu dan
Involusi pertumbuhan Masa krisis Tuntutan anggota
baru
Adekuat Tidak adekuat Perubahan pola
Peningkatan hormon
peran Bayi menangis
Pengeluaran lochea Perdarahan prolaktin
Gangguan pola
Merangsang laktasi tidur
Hemoglobin ↓ Kekurangan oksitosin
vol. cairan &
elektrolit
Kurang O2 Ejeksi ASI

Resiko syok
Kelemahan Efektif Tidak efektif
hipovolemik

Defisit perawatan Nutrisi bayi terpenuhi


diri

Kurang informasi tentang Bengkak


perawatan payudara
Bayi kurang mebndapat ASI

Defisiensi pengetahuan
Ketidakefektifan pemberian ASI
D. KLASIFIKASI
1. Menurut NANDA (2015) operasi SC dapat dibedakan menjadi :
a. Sectio caesaria abdomen
Seksio secara transperitonealis:
1) Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
2) Sectio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim
3) Sectio caesaria ekstraperitonealis,yaitu tanpa membuka peritonium
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal
b. Sectio caesaria vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3) Sayatan huruf T (T-incision)
c. Sectio caesaria klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena memiliki
banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang yang memiliki
banyak perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan.
Kelebihan:
1) Mengeluarkan janin lebih cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan

d. Sectio caesaria ismika (Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
(low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan:
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka lebih mudah
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga periotoneum
4) Perdarahan berkurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan
kurang/lebih kecil
Kekurangan:
1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan arteri uterina terputus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak
2) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi

E. GELAJA KLINIS
1. Plasenta previa sentralis dan latealis (posterior)
2. Panggul sempit
Holemer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis
ialah CV = 8 cm. Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapt
melahirkan janin yang normal, harus diselesaikan dengan Sectio caesaria. CV
antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah gagal
dilakukan Sectio caesaria sekunder
3. Disproporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan
panggul
4. Ruptura uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Pre-eklamsi dan hipertensi
9. Malpresentasi janin:
a. Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat
1) Bila ada kesempitan panggul, maka Sectio caesaria adalah cara yang
terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa
2) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
Sectio caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul sempit
3) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-
cara lain
b. Letak bokong
Sectio caesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada:
1) Panggul sempit
2) Primigravida
3) Janin besar dan berharga
c. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain
tidak berhasil
d. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e. Gemelli, menurut Eastman Sectio caesaria dianjurkan:
1) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation)
2) Bila terjadi interlock (locking of the twins)
3) Distosia oleh karena tumor
4) Gawat janin, dan sebagainya

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan
(Tucker, Susan Martin, 1998)

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
4. Kateterisasi
5. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
6. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
4) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit. C.
7. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
8. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.

H. KOMPLIKASI
1. Infeksi puerpuralis (nifas)
a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2. Perdarahan, disebabkan karena


a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia uteri
c. Perdarahan pada placenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Alat Genetalia Eksterna

Alat Genetalia Eksterna


Sumber : Elaine N. Marrieb, 2001
a. Mons Pubis
Adalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantalan pada waktu
melakukan hubungan seks.
b. Labia Mayora (bibir besar)
Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi
labia monora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora
melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina (muara
vagina).
c. Labia Minora (bibir kecil)
Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan
kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke
arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina;
merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.
d. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang
terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris di namai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat
wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
e. Vulva
Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil, sampai ke
belakang dibatasi perineum.
f. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra (vestibulum
minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholini). Permukaan vestibulum yang tipis dan
agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant semprot,
garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana jins yang
ketat).
g. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan
tipis,terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di
garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
h. Perineum
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan
urogenital. Perineum terdiri dari otot-otot yang dilapisi, dengan kulit
dan menjadi penting karena perineum dapat robek selama melahirkan.

2. Alat Genetalia Interna

Alat Genetalia Interna


Sumber : Winkjosastro, 2007

a. Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk perkembangan dan
pelepasan ovum, serta sintesis dari sekresi hormone steroid. Ukuran
ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1 cm.
Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas rongga panggul dan
menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di antara muka eksternal
yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik Fossa ovarica
waldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Ovarium juga merupakan tempat utama
produksi hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan androgen)
dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan
fungsi wanita normal.
b. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks
(portio). Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dan
genetalia interna. Bagian depan vagina berukuran 6,5 cm, sedangkan
bagian belakang berukuran 9,5 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi
yaitu sebagai saluran keluar dari uterus dilalui sekresi uterus dan
kotoran menstruasi sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan
lahir saat persalinan. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang
dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk
di sekeliling serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan,
kiri, anterior dan posterior. Mukosa vagina berespons dengan cepat
terhadap stimulasi estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel
yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur
kadar hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus genitalia
atas atau bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus
vagina dan glikogen mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di
atas lima, insiden infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk,
Jensen, 2004).
c. Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh
peritoneum / serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng.
Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm
pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan
antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah melahirkan
beratnya 80 gram / lebih. Uterus terdiri dari:
1) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba
fallopi berinsensi ke uterus.
2) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding
korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa.
Mempunyai fungsi utama sebagai janin berkembang.
3) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus,
terletak dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos,
namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah
jaringan elastin serta pembuluh darah.
4) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
d. Tuba Falopii
Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm. Tuba
falopii oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membran mukosa.
Tuba fallopi terdiri atas: pars interstialis : bagian tuba yang terdapat di
dinding uterus, pars ismika : bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya, pars ampularis : bagian yang terbentuk agak lebar tempat
konsepsi terjadi, pars infudibulum : bagian ujung tuba yang terbuka ke
arah abdomen mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.
e. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi
bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih
pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke
dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh
jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan
elastic (Evelyn, 2002).

3. Anatomi Tulang Panggul


Anatomi Tulang Panggul
Sumber : Syaifuddin, 2007
Tulang panggul (os sakrum) terdiri atas kiri dan kanan yang
melekat satu sama lain di garis medianus persambungan tulang rawan
disebut simpisis oseum pubis sehingga terbentuk gelang panggul yang
disebut singulum ekstremitas inferior. Os sakrum dibentuk oleh os ileum
(tulang usus), os pubis (tulang kemaluan), dan os iskii (tulang duduk). Di
dalam os ileum terdapat lekuk besar yang disebut fossa iliaka, di depan
krisna iliaka terdapat tonjolan spina iliaka anterior superior dan di
belakang spina iliaka posterior superior. Os iskii terdiri atas korpus ossis
iskii, di belakang asetabulum korpus ossis iskii mempunyai taju yang
tajam disebut spina iskiadika yang terdapat insisura iskiadika mayor dan
dibawahnya spina iskiadika minor. Os pubis terdiri dari pubis kanan dan
kiri yang terdapat tulang rawan disebut simpisis pubis. (Syaifuddin, 2007).

4. Anatomi Konjugata Obstetrika


Konjugata Obstetrika
Sumber : Harry, 2003
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium panjangnya lebih kurang 11 cm. Jarak terjauh garis
melintang pada pintu atas panggul disebut diameter tranversa. Bila ditarik
garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, disebut
diameter oblikua. Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis
dikurangi 1,5 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling
penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan
promontorium.

5. Anatomi Kulit Abdomen

Anatomi Kulit Abdomen


Sumber : Winkjosastro, 2005
Kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu :
a. Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel
skuamosa bertingkat. Sel-sel yang menyusunnya dibentuk oleh lapisan
germinal dalam epitel silindris dan mendatar, ketika didorong oleh sel-
sel baru ke arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan.
Lapisan luar terdiri dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak
memiliki pembuluh darah dan sel-selnya sangat rapat.
b. Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan
fibrosa dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis
berupa sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada
jaringan subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung pembuluh darah,
pembuluhlimfe dan saraf.
c. Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak
pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan ini mengikat kulit secara
longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam
hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-
organ yang ada di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di
abdomen dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam
tindakan SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis)
sampai dinding uterus.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada wanita pasca partum Sectio caesaria meliputi:
1. Identitas Pasien dan penanggung jawab/suami
2. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku, alamat, No. CM, tanggal MRS, Tanggal pengkajian, sumber
informasi.
3. Penanggung jawab/suami
4. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.
5. Alasan dirawat
6. Yang terdiri atas: alasan MRS dan keluhan saat dikaji
7. Riwayat Masuk Rumah Sakit
8. Yang terdiri atas: keluhan utama (saat MRS dan sekarang), riwayat
persalinan sekarang (diuraikan kala I sampai dengan kala IV dan keadaan
bayi saat lahir: APGAR score, BB, Lingkar kepala,lingkar dada, lingkar
perut, dan lain-lain).
9. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
a. Riwayat menstruasi
b. Yang terdiri atas: umur menarche dan siklusnya, banyak darah, lama
menstuasi, keluhan saat menstruasi, dan HPHT).
c. Riwayat pernikahan
d. Yang terdiri atas: banyak pernikahan yang dilakukan dan lama
pernikahan berapa tahun
e. Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu
f. Riwayat keluarga berencana
g. Yang terdiri atas: jenis KB yang digunakan dan lama pemakaian,
masalah selama penggunaan KB, rencana KB yang akan digunakan
berikutnya
10. Pola Fungsional Kesehatan
11. Yang terdiri atas:
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
b. Pola metabolik-nutrisi
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas-latihan
e. Pola istirahat tidur
f. Pola persepsi-kognitif
g. Pola konsep diri-persepsi diri
h. Pola hubungan peran
i. Pola reproduktif-seksualitas
j. Pola toleransi terhadap stres-koping
k. Pola keyakinan-nilai
12. Pemeriksaan Fisik
Yang terdiri atas: Keadaan umum (GCS, tingkat kesadaran, TTV, BB), head to
toe,
13. Data Penunjang
Yang terdiri atas: pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.
14. Diagnosa Medis
15. Pengobatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan (mukus dalam
jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon obat anastesi)
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
3. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui
4. Gangguan eliminasi urine
5. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
6. Resiko Infeksi b.d faktor risiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan
7. Defisit perawatan diri mandi, makan, eliminasi b.d kelelahan postpartum.
8. Konstipasi
9. Resiko syok (hipovolemik)
10. Defisiensi pengetahuan: perawatan post partum b.d kurangnya informasi
tentang penanganan post partum
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC NIC
Definisi : Ketidakmampuan untuk 1. Respiratory status : Airway Suction
membersihkan sekresi atau obstruksi Ventilation
dari saluran pernafasan untuk 2. Respiratory status : 1. Pastikan kebutuhan oral /
airway patency tracheal suctioning
mepertahankan kebersihan jalan nafas
Kriteria Hasil 2. Auskultasi suara nafas sebelum
Faktor yang berhubungan:
1. Mendemonstrasikan dan sesudah suctioning
1. Lingkungan batuk efektif dan 3. Informasikan pada klien dan
a. Perokok pasif suara napas yang
b. Menghisap asap keluaraga tentang suction
bersih, tidak ada
c. Merokok sianosis dan 4. Minta klien nafas dalam sebelum
2. Obstruksi jalan napas dyspneu (mampu suction dilakukan
a. Spasme jalan napas mengeluarkan
b. Mokus dalam jumlah berlebihan sputum, mampu 5. Berikan Oksigen dengan
c. Eksudat dalam jalan alveoli bernapas dengan menggunakan nasal untuk
d. Materi asing dalam jalan napas mudah, tidak ada memfasilitasi suction nasotrakeal
e. Adanya jalan napas buatan pursed lips)
f. Sekresi tertahan/sisa sekresi 2. Menunjukkan jalan 6. Gunakan alat yang steril setiap
g. Sekresi dalam bronki napas yang paten melakukan tindakan
3. Fisiologis (klien tidak merasa 7. Anjurkan px untuk istirajat dan
a. Jalan napas alergik tercekik, irama nafas dalam setelah kateter
b. Asma nafas dan frekuensi
c. PPOK dikeluarkan dari nasotrakeal
napas dalam
d. Hiperplasi dinding bronkial rentang normal, 8. Monitor status oksigen
e. Infeksi tidak ada suara
f. Disfungsi neuromuskular napas abnormal) 9. Ajarkan px bagaimana cara
3. Mampu menggunakan suction
mengidentifikasi
10. Hentikan suction dan berikan
dan mencegah
oksigen apabila px menunjukkan
faktor yang dapat
menghambat jalan bradikardi, peningkatan saturasi
napas oksigen dll.

Airway management
1. Buka jalan nafas, gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan px utk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasikan px perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
7. auskultasi suara nafas,catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10 berikan pelembab udara kassa
basah NaCl lembab
11 Atur intake untuk ciran
mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dalam status
oksigen

2. Nyeri akut NOC NIC


Definisi: Pengalaman sensori dan 1. Pain level Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan 2. Pain control
1. Lakukan pengkajian nyeri
3. Comfort level
yang muncul akibat kerusakan jaringan
secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil:
yang aktual atau potensial atau
lokasi karakteristik, durasi,
digambarkan dalam hal kerusakan 1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas, dan faktor
sedemikian rupa (International
nyeri (tahu presipitasi
Association for the study of pain): penyebab nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
awitan yang tiba-tiba atau lambat darimampu ketidaknyamanan
intensitas ringan hingga berat dengan menggunakan 3. Gunakan teknik komunikasi
akhir yang dapat diantisipasi atau teknik terapeutik untuk mengetahui
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
Faktor yang berhubungan: nyeri, mencari respon nyeri
1. Agen cedera (mis. biologis, zat bantuan) 5. Evaluasi pengalaman nyeri
kimia, fisik, psikologis) masa lampau
2. Melaporkan bahwa 6. Evaluasi bersama pasien dan
nyeri berkurang tim kesehatan lain tentang
dengan ketidakefekstifan kontrol nyeri
menggunakan masa lampau
manajemen nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
3. Mampu mengenali dukungan
nyeri (skala, 8. Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, mempengaruhi nyeri seperti
frekuensi, dan tanda suhu ruangan, pencahayaan, dan
nyeri) kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
4. Mampu nyeri (farmakologi,
menyatakan rasa nonfarmakologi, dan
nyaman setelah interpersonal)
nyeri berkurang 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifak kontrol
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajta nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek intruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM, untuk pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital signsebekum dna
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala

3. Ketidakefektifan pemberian ASI Setelah diberikan NIC


asuhan keperawatan
Definisi:Ketidakpuasan atau kesulitan Breastfeeding Assistance
selama …x24 jam
ibu, bayi, atau anak menjalani proses
diharapkan pola 1. Evaluasi pola
pemberian ASI
menyusui ibu efektif menghisap/menelan bayi
Faktor yang berhubungan dengan kriteria hasil: 2. Tentukan keinginan dan
motivasi ibu untuk menyusui
1. Defisit pengetahuan 1. Kemantapan 3. Evaluasi pemahaman ibu
2. Anomali bayi pemberian ASI: tentang isyarat menyusui dari
3. Bayi menerima makanan tambahan Bayi: perlekatan bayi (misalnya reflex rooting,
dengan putting buatan bayi dan proses menghisap dan terjaga)
4. Diskontinuitas pemberian ASI menghisap 4. Kaji kemampuan bayi untuk
5. Ambivalen ibu payudara ibu untuk latch-on dan menghisap secara
6. Ansietas ibu memperoleh nutrisi efektif
7. Anomali payudara ibu selama 3 minggu 5. Pantau keterampilan ibu dlaam
8. Keluarga tidak mendukung pertama pemberian menempelkan bayi ke putting
9. Pasangan tidak mendukung ASI 6. Pantau integritas kulit putting
10. Reflek menghisap buruk 2. Kemantapan ibu
11. Prematuritas pemberian ASI: 7. Evaluasi pemahaman tentang
12. Pembedahan payudara sebelumnya Ibu: kemantapan sumbatan kelenjar susudan
13. Riwayat kegagalan menyusui ibu untuk membuat mastitis
sebelumnya bayi melekat 8. Pantau kemampuan untuk
dengan tepat dan mengurangi kongesti payudara
menyusu dari dengan benar
payudara ibu untuk 9. Pantau berat badan dan pola
memperoleh nutrisi eliminasi bayi
selama 3 minggu Breast examination
pertama pemberian
ASI Lactation Supression
3. Pemeliharaan
pemberian ASI : 1. Fasilitasi proses bantuan
keberlangsungan interaktif untuk membantu
pemberian ASI mempertahankan keberhasilan
untuk menyediakan proses pemberian ASI
nutrisi bagi 2. Sediakan informasi tentang
bayo/toddler laktasi dan teknik memompa
4. Penyapihan ASI (secara manual atau dengan
pemberian ASI pompa elektrik), cara
5. Diskontinuitas mengumpulkan dan menyimpan
progresif pemberian ASI
ASI 3. Ajarkan pengasuh bayi
6. Pengetahuan mengenai topik-topik seperti
pemberian ASI: penyimpanan dan pencairan
tingkat pemahaman ASI dan penghindaran memberi
yang ditunjukka susu botol pada dua jam
mengenai laktasi sebelum ibu pulang
dan pemberian 4. Ajarkan orang tua
makanan bayi mempersiapkan, menyimpan,
melalui proses menghangatkan dan
pemberian ASI kemungkinan pemberian
7. Ibu mengenali tambahan susu formula
isyarat lapar dari 5. Apabila penyapihan dipelukan,
bayi dengan segera informasikan ibu mengenai
8. Ibu kembalinya proses ovulasi dan
mengindikasikan seputar alat kontrasepsi yang
kepuasan terhadap sesuai.
pemberian ASI Lactation Counseling
9. Ibu tidak
mengalami nyeri 1. Sediakan informasi tentang
tekan pada putting keuntungan dan kerugian
10. Mengenali tanda- pemberian ASI
tanda penurunan 2. Demonstrasikan latihan
suplai ASI menghisap, jika perlu
3. Diskusikan metode alternative
pemberian makan bayi

4. Gangguan Eliminasi Urin Setelah diberikan NIC


asuhan keperawatan
Definisi: Disfungsi pada eliminasi urine Urinary retention care
selama …x24
Faktor yang berhubungan: diharapkan eliminasi 1. Lakukan penilaian kemih yang
urin pasien adekuat komprehensif berfokus pada
1. Obstruksi anatomik dengan dengan kriteria inkontinensia (mis. output urin,
2. Penyebab multiple pola berkemih, fungsi kognitif,
hasil:
3. Gangguan sensori motorik dan masalah kencing
4. Infeksi saluran kemih 1. Kandung kemih praeksisten)
kosong secara 2. Memantau penggunaan obat
penuh dengan sifat antikolinergik atau
2. Tidak ada residu properti alpa agonis
urin lebih dari 100- 3. Memonitor efek dari obat-
200 cc obatan yang diresepkan, seperti
3. Intake cairan dalam calsium channel blockers dan
rentang normal antikolinergik
4. Bebas dari ISK 4. Gunakan kekuatan sugesti
5. Tidak ada spasme dengan menjalankan air atau
bladder disiram toilet
6. Balance cairan 5. Merangsang reflek kandung
seimbang kemih
6. Sediakan waktu yang cukup
untuk mengosongkan kandung
kemih (10 menit)
7. Menyediakan manuver Crede,
yang diperlukan
8. Gunakan teknik double-void
9. Masukkan kateter kemih
10. Anjurkan pasien/keluarga untuk
mencatat output urin
11. Intruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
12. Memantau asupan dan keluaran
13. Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
14. Membantu ke toilet secara
berkala
15. Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa
16. Menerapkan kateterisasi
intermiten
17. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
5. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan NIC
Definisi: Gangguan kualitas dan asuhan keperawatan Sleep Echancement
kuantitas waktu tidur akibat faktor selama... x 24 jam 1. Determinasi efek-efek
eksternal
diharapkan px tidak medikasi terhadap pola tidur.
Faktor yang berhubungan
terganggu saat tidur 2. Jelaskan pentingnya tidur
1) Kelembaban lingkungan sekitar dengan kriteria hasil : yang adekuat.
2) Suhu lingkungan sekitar
3) Tanggung jawab memberi asuhan 3. Fasilitas untuk
1. Jumlah jam tidur
4) Perubahan pajanan terhadap cahaya- mempertahankan aktivitas
gelap dalam batas normal
5) Gangguan (mis. untuk tujuan sebelum tidur (membaca).
6-8 jam/hari.
terapeutik, pemantauan, pemeriksaan 4. Ciptakan lingkungan yang
laboratorium) 2. Pola tidur, kualitas
6) Kurang kontrol tidur nyaman.
dalam batas
7) Kurang privasi, pencahayaan 5. Kolaborasi pemberian obat
8) Bising, bau gas normal.
9) Restrain fisik, teman tidur tidur.
3. Perasaan segar
10) Tidak familier dengan prabot tidur 6. Diskusikan dengan pasien dan
sesudah tidur atau
keluarga tentang teknik tidur
istirahat.
pasien.
4. Mampu
7. Instruksikan untuk memonitor
mengidentifikasi
tidur pasien.
hal-hal yang
8. Monitor waktu makan dan
meningkatkan minum dengan waktu tidur.
tidur. 9. Monitor/catat kebutuhan tidur
pasien setiap hari dan jam.
6. Resiko Infeksi Setelah dilakukan NIC
Definisi : Mengalami peningkatan resiko asuhan keperawatan Kontrol Infeksi
terserang organisme patogenik selama …. X 24 jam 1. Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko: diharapkan status dipakai px lain
1. Penyakit kronis : DM dan Obesitas kekebalan px 2. Pertahankan teknik isolasi
2. Pengetahuan yang tidak cukup meningkat dengan KH 3. Batasi pengunjung bila perlu
untuk menghindari pemanjangan : 4. Instruksikan pada pengunjung
patogen 1. Klien bebas dari untuk mencuci tangan saat
3. Pertahanan tubuh primer yang tidak tanda dan gejala berkunjung dan setelah
adekuat : gangguan peritalsis, infeksi berkunjun meninggalkan px
kerusakan integritas kulit 2. Mendeskripsikan 5. Gunakan sabun antimikroba
(pemasangan kateter IV, prosedur proses penularan untuk cuci tangan
invasif) , perubahan sekresi pH, penyakit , faktor 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
penurunan kerja siliaris, pecah yang memengaruhi sesudah tindakan kolaboratif
ketuban dini, pecah ketuban lama, penularan serta 7. Gunakan baju,sarung tangan
merokok, stasis ciran tubuh, trauma penatalaksanaannya sebagai alat pelindung
jaringan ( mis, trauma destruksi 3. Menunjukkn 8. Pertahankan lingkungan aseptik
jaringan) kemampuan untuk selama pemasangan alat
4. Ketidak adekuatan pertahanan mencegahtimbunya 9. Ganti letak IV perifer dan line
sekunder : penurunan Hb, infeksi central dan dressing sesuai dg
imunosupresan (mis. Imunitas 4. Jumlah leukosit petunjuk
didapat tidak aekuat, agen dalam batas normal 10. Gunakan kateter intermiten utk
farmaseutikal termasuk 5. Menunjukkan menurunkan infeksi kandung
imunosupresan,steroid, antibodi perilaku hidup sehat kemih
monoklonal, 11. Tingkatkan intake nutrisi
imunomudulator,suoresi respon 12. Berikan terapi antibiotik bila
inflamasi) perlu infection protection
5. Vaksinasi tidak adekuat (proteksi terhadap infeksi)
6. Pemajangan terhadap patogen 13. Monitor tanda dan gejala infeksi
lingkungan meningkat : wabah sistemik dan lokal
7. Prosedur invasif 14. Monitor hitung granulosit,
8. Malnutrisi WBC
15. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
16. Pertahankan teknik aseptik pd
px yg beresiko
17. Pertahankan teknik isolasi k/p
18. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
19. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
20. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
21. Dorong masukan nutrisi yg
cukup
22. Dorong masukan cairan
23. Dorong istirahat
24. Instruksikan px utk minum
antibiotik sesuai resep
25. Ajarkan px dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
26. Ajarkan cara menghindari
infeksi
27. Laporkan kecurigaan infeksi
28. Laporkan kultur positif
7. Defisit Perawatan Diri Mandi Setelah diberikan NIC
Definisi: hambatan kemampuan untuk asuhan keperawatan Self-care assistance:
bathing/hygiene
melakukan atau menyelesaikan selama …x24 jam
- Pertimbangkan budaya pasien
mandi/aktivitas perawatan diri untuk diri
sendiri diharapkan sefisit ketika mempromosikan
perawatan diri pasien aktivitas perawatan diri
Faktor yang berhubungan: teratasi dengan Kriteria - Pertimbangkan usia pasien
1. Gangguan kognitif hasil: ketika mempromosikan
2. Penurunan motivasi aktivitas perawatan diri
3. Kendala lingkungan 1. Perawatan diri
4. Ketidakmampuan merasakan ostomi: tindakan - Menentukan jumlah dan jenis
bagian tubuh pribadi bantuan yang dibutuhkan
5. Ketidakmampuan merasakan mempertahankan
hubungan spasial ostomi untuk - Tempat handuk, sabun,
6. Gangguan muskuloskeletal eliminasi deodorant, alat pencukur, dan
7. Gangguan neuromuskular 2. Perawatan diri:
8. Nyeri aktivitas kehidupan aksesoris lainnya yang
9. Gangguan persepsi sehari-hari (ADL)
dibutuhkan di samping tempat
10. Ansietas berat mampu untuk
melakukan aktivitas tidur atau di kamar mandi
perawatan fisik dan - Menyediakan artikel pribadi
pribadi secara
mandiri atau yang diinginkan (misalnya
dengan alat bantu deodorant, sikat gigi, sabun
3. Perawatan diri
mandi: mampu mandi, sampo, lotion, dan
untuk produk aromaterapi)
membersihkan
tubuh sendiri secara - Menyediakan lingkungan yang
mandiri dengan terapeutik dengan memastikan
atau tanpa alat
bantu hangat, santai, pengalaman
4. Perawatan diri pribadi dan personal
hygiene: mampu
untuk - Memfasilitasi pasien menyikat
mempertahankan gigi dengan sesuai
kebersihan dan
penampilan yang - Memfasilitasi pasien mandi
rapi secara mandiri - Memantau pembersihan kuku
dengan atau tanpa
alat bantu menurut kemampuan
5. Perawatan diri perawatan diri pasien
hygiene oral:
mampu untuk - Memantau integritas kulit
merawat mulut dan pasien
gigi secara mandiri
dengan atau tanpa - Menjaga kebersihan ritual
alat bantu - Memberikan bantuan sampai
6. Mampu
mempertahankan pasien sepenuhnya dapat
mobilitas yang mengasumsikan perawatan diri
diperlukan untuk ke
kamar mandi dan
menyediakan
perlengkapan
mandi
7. Membersihkan dan
mengeringkan
tubuh
8. Mengungkapkan
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh
dan hygiene oral
8. Defisit Perawatan Diri Makan NOC NIC
Definisi: hambatan kemampuan untuk 1. Activity intolerance Self Care Assistance : Feeding
melakukan atau menyelesaikan aktivitas 2. Mobility: physical
impaired 2. Memonitor kemampuan pasien
makan sendiri
3. Self care deficit untuk menelan
Faktor yang berhubungan: hygiene 3. Identifikasi diet yang
4. Self care deficit diresepkan
2) Gangguan kognitif 4. Mengatur nampan makanan
3) Penurunan motivasi feeding
Kriteria hasil dan meja menarik
4) Ketidaknyamanan 5. Ciptakan lingkungan yang
5) Kendala lingkungan 1. Status nutrisi menyenangkan selama waktu
6) Keletihan ketersediaan zat makan (mis. menempatkan
7) Gangguan muskuloskeletal gizi untuk pispot, urinal, dan peralatan
8) Gangguan neuromuskular memenuhi penyedotan keluar dari
9) Nyeri kebutuhan pandangan)
10) Gangguan persepsi metabolik 6. Pastikan posisi pasien yang
11) Ansietas berat 2. Status nutrisi: tepat untuk memfasilitasi
Asupan makanan mengunyah dan menelan
dan cairan: 7. Memberikan bantuan fisik
kuantitas makanan sesuai kebutuhan
dan cairan yang 8. Menyediakan untuk
diasup ke dalam menghilangkan rasa sakit yang
tubuh selama memadai sebelum makan
periode 24 jam 9. Perbaiki makanan di nampan
3. Perawatan diri: yag diperlukan, seperti
Aktivitas kehidupan memotong daging atau
sehari-hari (ADL) menupas telur
mampu untuk 10. Buka kemasan makanan
melakukan aktivitas 11. Tempatkan pasien dalam posisi
perawatan fisikdan nyaman makan
pribadi secara 12. Lindungi dengan kain alas
mandiri atau dada
dengan alat bantu 13. Menyediakan sedotan, sesuai
4. Status menelan kebutuhan atau yang
perjalanan makanan diinginkan
padat atau cairan 14. Menyediakan makanan pada
secara aman dari suhu yang tepat
mulut ke lambung 15. Menyediakan makanan dan
5. Mampu makan minuman yang disukai
secara mandiri 16. Memantau berat badan pasien
6. Mengungkapkan 17. Memonitor status hidrasi
makan secara pasien
mandiri 18. Menyediakan interaksi sosial
7. Mengungkapkan 19. Menggunakan cangkir dengan
kepuasan makan pegangan yang besar jika perlu
dan terhadap 20. Gunakan piring yang berbahan
kemampuan untuk tidak mudah pecah
makan sendiri 21. Memberikan isyarat dan
8. Menerima suapan pengawasan yang tepat.
dari pemberi asuhan
9. Defisit perawatan diri eliminasi Setelah diberikan NIC
Definisi: hambatan kemampuan untuk asuhan keperawatan Self-care assistance: toileting
melakukan atau menyelesaikan aktivitas selama …x24 jam 1. Pertimbangkan budaya pasien
eliminasi sendiri diharapkan defisit
ketika mempromosikan
Faktor yang berhubungan perawatan diri:
eliminasi pasien aktivitas perawatan diri
1. Gangguan kognitif
teratasi dengan kriteria 2. Pertimbangkan usia pasien
2. Penurunan motivasi hasil:
ketika mempromosikan
3. Kendala lingkungan 1. Pengetahuan
aktivitas perawatan diri
4. Keletihan perawatan
ostomy: tingkat 3. Lepaskan pakaian yang
5. Hambatan mobilitas pemahaman yang
penting untuk memungkinkan
6. Hambatan kemampuan berpindah ditunjukkan
tentang penghapusan
7. Gangguan muskuloskeletal pemeliharaan
4. Membantu pasien ke
8. Gangguan neuromuskular ostomi untuk
eliminasi toilet/commode/bedpan/fraktur
9. Nyeri 2. Perawatan diri:
pan/ urinoir pada selang waktu
10. Gangguan persepsi ostomi: tindakan
pribadi untuk tertentu
11. Ansietas berat mempertahankan
5. Pertimbangkan respon pasien
12. Kelemahan ostomi untuk
eliminasi terhadap kurangnya privasi
3. Perawatan diri:
6. Menyediakan privasi selama
aktivitas
kehidupan sehari- eliminasi
hari (ADL)
7. Memfasilitasi kebersihan toilet
mampu untuk
melakukan setelah selesai eliminasi
aktivitas
8. Ganti pakaian pasien setelah
perawatan fisik
dan pribadi secara
mandiri atau eliminasi
dengan alat bantu
9. Menyiram
4. Perawatan diri
hygiene: mampu toilet/membersihkan
untuk
penghapusan alat (commode,
mempertahankan
kebersihan dan pispot)
penampilan yang
10. Memulai jadwal ke toilet
rapi secara
mandiri dengan 11. Memulai mengelilingi kamar
atau tanpa alat
mandi
bantu
5. Perawatan diri 12. Menyediakan alat bantu
eliminasi: mampu
(misalnya, kateter eksternal
untuk melakukan
aktivitas eliminasi atau urinal)
secara mandiri
13. Memantau integritas kulit
atau tanpa alat
bantu pasien
6. Mampu duduk dan
turun dari kloset
7. Membersihkan
diri setelah
eliminasi
8. Mengenali dan
mengetahui
kebutuhan
bantuan untuk
eliminasi

10. Konstipasi Setelah dilakukan NIC


askep selama 2 x 24
Definisi: Penurunan pada frekuensi Constipation/ Impaction
jam diharapkan pola
normal defekasi yang disertai oleh Management
eleminasi (BAB)
kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap
pasien teratur dengan 1. Monitor tanda dan gejala
feses/atau pengeluaran feses yang
kriteria hasil: konstipasi
kering, keras, dan banyak.
2. Monitor bising usus
1. Mempertahankan 3. Monitor feses: frekuensi
Faktor yang berhubungan
bentuk feses lunak konsistensi dan volume
1. Fungsional 4. Konsultasi dengan dokter
a) Kelemahan otot abdomen setiap 1-3 hari tentang penurunan dan
b) Kebiasaan mengabaikan 2. Bebas dari peningkatan bising usus
dorongan defekasi 5. Monitor tanda dan gejala
c) Ketidakadekuatan toileting (mis. ketidaknyamanan ruptur usus/peritonitis
batasan waktu, posisi untuk dan konstipasi 6. Jelaskan etiologi dan
defekasi, privasi) rasionalisasi tindakan terhadap
d) Kurang aktivitas fisik 3. Mengidentifikasi pasien
e) Kebiasaan defekasi tidak teratur indikator untuk 7. Identifikasi faktor penyebab
f) Perubahan lingkungan saat ini dan kontribusi konstipasi
mencegah
2. Psikologi 8. Dukung intake cairan
a) Depresi, stress emosi konstipasi 9. Kolaborasikan pemberian
b) Konfusi mental laksatif
4. Feses lunak dan
3. Farmakologi 10. Pantau tanda-tanda dan gejala
a) Antasida mengandung aluminium berbentuk konstipasi
b) Antikolinergik, antikonvulsan 11. Pantau tanda-tanda dan gejala
c) Antidepresan impaksi
d) Agens antilipemik 12. Memantau gerakan usus,
e) Garam bismuth termasuk konsistensi,
f) Kalsium karbonat frekuensi, bentuk, volume, dan
g) Penyekat saluran kalsium warna
h) Diuretik, garam besi 13. Memantau bising usus
i) Penyalahgunaan laksatif 14. Konsultasikan dengan dokter
j) Agens antiinflamasi non steroid tentang penurunan/kenaikan
k) Opiate, fenotiazid, sedative frekuensi bising usus
l) Simpatimimetik 15. Pantau tanda-tanda dan gejala
4. Mekanis pecahnya usus atau peritonitis
a) Ketidakseimbangan elektrolit 16. Menyusun jadwal untuk ke
b) Hemoroid toilet
c) Penyakit Hirschprung 17. Mendorong meningkatkan
d) Gangguan neurologist asupan cairan, kecuali
e) Obesitas dikontraindikasikan
f) Obstruksi pasca bedah 18. Evaluasi profil obat untuk efek
g) Kehamilan samping gastrointestinal
h) Pembesaran prostat 19. Anjurkan pasien/keluarga
i) Abses rectal untuk mencatat warna, volume,
j) Fisura anak rectal frekuensi, dan konsistensi tinja
k) Struktur anak rektal 20. Anjurkan pasien/keluarga
l) Prolaps rectal, ulkus rectal untuk diet tinggi serat
m) Rektokel, tumor 21. Anjurkan pasien/keluarga
5. Fisiologis penggunaan yang tepat dari
a) Perubahan pola makan obat pencahar
b) Perubahan makanan 22. Anjurkan pasien/keluarga pada
c) Penurunan motilitas traktus hubungan asupan diet,
gastrointestinal olahraga, dan cairan
d) Dehidrasi sembelit/impaksi
e) Ketidakadekuatan gigi geligi 23. Menyarankan pasien untuk
f) Ketidakadekuatan hygiene oral berkonsultasi dengan dokter
g) Asupan serat tidak cukup jika sembelit atau impaksi terus
h) Asupan cairan tidak cukup ada
i) Kebiasaan makan buruk 24. Lepaskan impaksi tinja secara
manual jika perlu
25. Timbang pasien secara teratur
26. Ajarkan pasien atau keluarga
tentang proses pencernaan
yang normal
27. Ajarkan pasien/keluarga
tentang kerangka waktu untuk
resolusi sembelit
11. Resiko syok (hipovolemik) Setelah diberikan NIC
asuhan keperawatan
Definisi: Beresiko terhadap Shock Prevention
selama …x24 jam
ketidakcukupan aliran darah ke jaringan
diharapkan pasien 1. Monitor status sirkulasi BP,
tubuh, yang dapat mengakibatkan
terhindar dari shock warna kulit, suhu kulit, denyut
disfungsi seluler yang mengancam jiwa
hipovolemik dengan jantung, HR, dan ritme, nadi
kriteria hasil: perifer, dan kapiler refill time
2. Monitor tanda inadekuat
1. Nadi dalam batas oksigenasi jaringan
yang diharapkan 3. Monitor suhu dan pernapasan
2. Irama jantung 4. Monitor input dan output
dalam batas yang 5. Pantau nilai labor : HB, HT,
diharapkan AGD, dan elektrolit
3. Frekuensi napas 6. Monitor hemodinamik invasi
dalam batas yang yang sesuai
diharapkan 7. Monitor tanda dan gejala asites
4. Natrium serum 8. Monitor tanda awal syok
dalam batas normal 9. Tempatkan pasien pada posisi
5. Kalium serum supine, kaki elevasi untuk
dalam batas normal peningkatan preload dengan
6. Klorida dalam batas tepat
normal 10. Lihat dan pelihara kepatenan
7. Kalsium dalam jalan napas
batas normal 11. Berikan cairan IV atau oral
8. Magnesium serum yang tepat
dalam batas normal 12. Berikan vasodilator yang tepat
9. pH darah serum 13. Ajarkan pasien dan keluarga
dalam batas normal tentang tanda dan gejala
datangnya shock
14. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah untuk
mengatasi gejala shock
Shock managemen
1. Monitor fungsi neurologis
2. Monitor fungsi renal (e.g. BUN
dan Cr level)
3. Monitor tekanan nadi
4. Monitor status cairan, input dan
output
5. Catat gas darah arteri dan
oksigen di jaringan
6. Monitor EKG
7. Manfaatkan pemantauan jalur
arteri untuk meningkatkan
akurasi pembacaan tekanan
darah
8. Gambar gas darah arteri dan
memonitor jaringan oksigenasi
9. Pantau tren dalam parameter
hemodinami (misalnya CVP,
MAP, tekanan kapiler
pulmonal/arteri)
10. Pantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(mis. PaO2 kadar hemoglobin
SaO2, CO) jika tersedia
11. Pantau tingkat karbon karbon
dioksida sublingual dan/atau
tonometry lambung
12. Monitor tanda gejala gagal
pernapasan (mis. rendah PaO2
peningkatan tingkat PaCO2,
kelelahan otot pernapasan)
13. Monitor nilai laboratorium (mis.
CBC dengan diferensial
koagulasi profil, ABC, tingkat
laktat, budaya, dan profil kimia)
14. Masukkan dan memelihara
besarnya kebosanan akses IV
12. Difisiensi pengetahuan Setelah diberikan NIC
asuhan keperawatan
Definisi : ketiadaan atau difisiensi Teaching : disease proces
selama …x15 menit
informasi kognitif yang berkaitan
diharapkan defisiensi 1. Berikan penilaian tentang
dengan topik tertentu.
pengetahuan pasien tingkat pengetahuan pasien
Faktor yang berhubungan teratasi dengan kriteria tentang proses penyakit yang

hasil: spesifik
1. Keterbatasan kognitif
2. Jelaskan patofisiologi dari
2. Salah intepretasi informasi 1. Pasien dan keluarga
penyakit dan bagaimana hal ini
3. Kurang pajanan menyatakan tentang
berhungan dengan anatomi dan
4. Kurang minat dalam belajar penyakit, kondisi,
fisiologi ,dengan cara yang
5. Kurang dapat mengingat prognosis dan
tepat.
6. Tidak familier dengan sumber program
informasi 3. Gambarkan tanda dan gejala
pengobatan
yang biasa pada penyakit,
2. Pasien dan keluarga
dengan tanda yang tepat
mampu
melaksanakan 4. Identifikasi kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengan cara yang
dijelaskan secara tepat
benar. 5. Sediakan informasi pada pasien
3. Pasien dan keluarga tentang kondisi, dengan cara
mampu
yang tepat
menjelaskan
kembali apa yang 6. Hindari jaminan yang kosong
dijelaskan
7. Sediakan bagi keluarga atau SO
perawat/tim
kesehatan lainnya. informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi
yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit.
9. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second informasi
atau opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan.
11. Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat.
12. Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC. Yogyakarta:


mocaMedia
Dewi, Yusmiati. 2007. Operasi Caesar Pengantar dari A Sampai Z. Jakarta :
Edsa Mahkota.
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, I.B. 2002. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
Tucker, Susan Martin .1998. Standart Perawatan Pasien, Proses Keperawatan
Diagnosa dan Evaluasi. Volume 3, Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai