Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

WAHAM (DELUSI)
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan jiwa I

Disusun oleh :
1. Dwi Agustin Ronimus
2. Nenden Puspita A.
3. Rahayu Ciptaning Budi
4. Rudianto Ramadhan
5. Sulaeman Soleh
6. Tifani Dwiyanti S.
7. Veliana Oktavianti

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM”. Di susun untuk
memenuhi syarat salah satu tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa I Tahun Ajaran
2018-2019.
Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan pasien dengan waham.
Materi yang diangkat dimulai dari asuhan keparawatannya. Diharapkan Makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat keselahan dalam
makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa menyusun makalah yang
lebih sempuna lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir khususnya:
1. Ns. H. Kanapi., S. Kep., M.Kep. selaku koordinator kampus II STIKKU.
2. Ns. Reni Fatmawati., S.Kep. selaku ketua Prodi SI Ilmu Keperwatan
kampus II STIKKU.
3. Ns. .
4. Para Stafs Perpustakaan 400 dan Perpustakaan kampus II STIKKU.
5. Orang tua kami yang selalu mendukung kami.
6. Teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cirebon, 23 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH .........................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN ...........................................................................
1.4 MANFAAT PENULISAN .......................................................................
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN ................................................................
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ...............................................................
2.1 PENGERTIAN WAHAM ........................................................................
2.2 ETIOLOGI ...............................................................................................
2.3 PROSES TERJADI WAHAM .................................................................
2.4 TANDA DAN GEJALA ..........................................................................
2.5 RENTANG RESPONS NEUROBIOLOGIS ..........................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................
3.1 PENGKAJIAN .........................................................................................
3.2 DIAGNOSA .............................................................................................
3.3 TINDAKAN KEPERAWATAN .............................................................
3.4 EVALUASI ..............................................................................................
BAB IV PENUTUP .............................................................................................
4.1 KESIMPULAN ..............................................................................................
4.2 SARAN .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkat
dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
Sistem pasien atau klien dpat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi,
atau komunitas ( Gail W. Stuart, 2013). Dalam UU No. 23 tahu 1992 tentang
Kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut WHO adalah
suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan.
Manusia kan beradaptasi terhadap keseimbangan mekanisme penanganan
yang dipelajari pada masa lampau. Apabila manusia berhasil beradptasi dengan
masa lampau, berati ia telah mempelajari mekanisme penanganan yang adekuat
untuk beradaptasi terhadap kesulitan yang lebih kompleks dimasa mendatangdan
bisa meyenbabkan terjadinya keadaan yang mempunyai pengaruh buruk terhadap
kesehatan jiwa atau gangguan jiwa. Hasil riset WHO pada tahun 2012
diperkirakan pada setiap saat, 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahn jiwa, saraf, maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat.
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia. Kebanyakan pasien skizofernia daya
tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta
kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat diliha
toleh orang lain ( Sutejo, 2013).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,
cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah
artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan
perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan
negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu
mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau
orang lain ( Sutejo, 2013).
Asuhan keperawatan jiwa sangat dibutuhakan untuk klien dengan
gangguan proses pikir: waham, asuhan keperawatan jiwa dapat memberikan
perawatan dengan metode efektif dalam merespons kebutuhan kesehatan jiwa
klien. Asuhan yang kompeten perawat akan membantu klien menghadapi masalah
yang berkaitan dengan kesehatan jiwa klien.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini penulis
membuat rumusan masalah yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan proses pikir: waham.

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan pada pasien waham .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami asuhan keperawatan pada paseien waham .
2. Menguasai asuhan keperawatan pada pasien waham .
3. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien waham.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini dapat dijadikan masukan kepada pendidik dan mahasiswa,
serta menambah wawasan baru tentang asuhan keperawatan pada pasien
waham.
2. Bagi Ilmu keperawatan
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan mahasiswa
khusunya pada ilmu keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan
yang maksimal.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan.
2. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat diaplikasikan
dalam praktek keperawatan dan juga sebagai dasar informasi ilmu
keperawatan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan ini disusun secra sistematis yang terdiri dari 4 BAB yaitu :
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, rumusan masalah,
Tujuan penulisan, manfaat penulisan,
sistematika penulisan.
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN : Pengertian waham, etiologi, proses
terjadinya waham, tanda dan gejala
berdasarkan jenis waham, dan rentang
respon neurobilogis waham.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN : Pengkajian, diagnosa, tindakan
keperawatan, evaluasi.
BAB IV PENUTUP : Kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Pengertian Waham


Menuurut Dep-Kes RI (1994) dalam Buku Ajar Keperawtan Jiwa ( 2007)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secra logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol.
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat
atau terus-menerus, teetapi tidak sesuai dengan kenyataan ( Budi Anna Keliat &
Akemat, 2009)
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salh, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi atau informasi secara akurat ( H. Iyus Yosep & Titin Sutini, 2007).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokok dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentanagn degan realita normal ( Gail
W. Stuart, 2013).
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki banyak
kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia merasa sangat kuat
dan sangat terkenal. Penjelasan Varcarolis dalam Fundamental Of Psychiatric
Mental Health Nursing (2006: 397): Grandeur: Thinks he or she has powers and
talents that are not possessed or is someone powerful or famous.

2.2 Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan
konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.Faktor
yang mungkin mengakibatkan timbulnya waham adalah:
2.2.1 Faktor predisposisi
1. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak / SSP yang
menimbulkan:
a. Hambatan perkembangan otak khususnya kortek prontal,
temporal dan limbik.
b. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal,
perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
2. Psikososial
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi seperti penolakan dan kekerasan.
3. Sosialbudaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi timbulnya
waham seperti kemiskinan. Konflik sosial budaya (peperangan,
kerusuhan, kerawanan) serta kehidupan yang terisolasi dan stress
yang menumpuk.

2.2.2 Faktor prespitasi


Hal yang biasanya menimbulkan waham merupakan karakteristik
umum latar belakang termasuk riwayat penganiayaan fisik /
emosional, perlakuan kekerasan dari orang tua, tuntutan pendidikan
yang perfeksionis, tekanan, isolasi, permusuhan, perasaan tidak
berguna ataupun tidak berdaya.

2.3 Proses Terjadinya Waham


Menurut H. Iyus Yosep & Titin Sutini (2007), proses terjadinya waham
meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan
harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien
adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini
tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak
mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan
kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai
dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)

6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi sosial.

2.4 Tanda Dan Gejala Berdasarkan Jenis Waham


1. Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyaataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di depaetemen kesehatan lho!” atau, “Saya
punya tambang emas.”
2. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya tahu seluruh keluarga saya
ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya.”
3. Waham agama
Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kennyataan. Misalnya, “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya
harus terus menerus memekai pakaian putih setiap hari agar masuk
syurga.”
4. Waham somatik
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu
atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker.)
5. Waham nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau
meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Ini kan alam kubur ya, semua yang ada di sini adalah roh-roh.”
6. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya dikejar-kejar dan selalu diikuti oleh orang
lain. Waham ini dapat berbentuk sederhana ataupun terperinci, dan
biasanya berupa keyakinan bahwa dirinya difitnah secara kejam, diusik,
dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka
panjang.
7. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah pada diri individu yang luar biasa dan
merasakan suatu dosa yang besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia
di hukum berat.
8. Waham Cemburu
Individu merasa cemburu, misalnya cemburu terhadap
pasangannya. Mulai terjadinya sering mendadak, dan hilang setelah
perpisahan atau kematian pasangan. Tipe ini menyebabkan penyiksaan
hebat dan fisik yang bermakna terhadap pasangan, dan kemungkinan dapat
membunuh pasangan akibat waham yang dimilikinya.
9. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatan individu diawasi atau
dipengaruhi oleh orang lain atau kekuatan.
2.5 Rentang Respons Neurobiologis Waham
Menurut Stuart (2013) skema rentang respons neurobiologis waham sebagai
berikut.

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses pikir:


Persepsi akurat menyimpang ilusi waham
Emosi konsisten Reaksi emosional Halusinasi
dengan berlebihan atau kurang Kesulitan memproses
pengalaman Ilusi emosi
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau tak lazim Ketidakteraturan dalam
hubungan sosial Menarik diri perilaku
Isolasi sosial
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN

Asuhan keperawatan pada pasien gangguan proses pikir : waham menurut


Budi Anna Keliat dan Akemat ( 2009) hal 147-163.
3.1 Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarakan, memperhatikan, dan
mendokumentasikan semua informasi, baik melalui wawancara maupun observasi
yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh
pertanyaan yang dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien
waham.
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan
dan menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap onjek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan
tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
5. Apakah pasien merasa bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
6. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain bisa membaca pikirannya?

3.2 Diagnosa Keperawatan


Setelah pengakajian dilakukan dan data subjektif dan objektif ditemukan pada
pasien, diagn ditegakan adaosa keperawatan yang dapat ditegakan adalah gangguan
proses pikir: waham.
Pohon masalah diagnosis gangguan proses pikir menurut Stuart (2013).

Effect : Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem : Gangguan Isi pikir : Waham


Causa : Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

3.3 Tindakan Keperawatan


3.3.1 Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Dan Keluarga

1. Tujuan keperawatan pada pasien


a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
2. Tindakan keperawatan pada pasien
a. Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
b. Bantu orientasi realita
1) Tidak mendukung atau membantah waham pasien.
2) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.
3) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
4) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya
dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal
sampai pasien berhenti membicarakannya.
5) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai
dengan realitas.
c. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak
terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan
marah.
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional pasien
e. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
f. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
g. Berdiskusi tentang obat yang diminum
h. Melatih minum obat yang benar.

SP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan;
mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini:


ORIENTASI:
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas
pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang
akan merawat
abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan
sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi
sulit
bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah
tidak
adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya
hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik
abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar
rumah
karena bosan kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki?
Mau di mana
kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

SP 2 Pasien:
Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu
mempraktekan-nya.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!”
“Apakah bang B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran
abang?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B
tersebut?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit tentang hal tersebut?”
KERJA
“Apa saja hobby abang? Saya catat ya Bang, terus apa lagi?”
“Wah.., rupanya bang B pandai main volley ya, tidak semua orang bisa
bermain volley seperti itu lho B”(atau yang lain sesuai yang diucapkan
pasien).
“Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main
volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?”
“Bisa bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang
baik itu?”
“Wah..baik sekali permainannya”
“Coba kita buat jadual untuk kemampuan bang B ini ya, berapa kali
sehari/seminggu bang B mau bermain volley?”
“Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
“Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain
volley?”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan abang?”
“Setelah ini coba bang B lakukan latihan volley sesuai dengan jadual
yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja, ya
setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B minum,
setuju?”

SP 3 Pasien :
Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI
“Assalamualaikum bang B.”
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volleynya? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang
kita membicarakan tentang obat yang bang B minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
“Berapa lama bang B mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
KERJA
“Bang B berapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat
diminum?”
“ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya
juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi
teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan
jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bang B terasa kering, untuk
membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap
es batu”.
“Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label di kotak
obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya
bang B tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bang B setelah kita bercakap-cakap
tentang obat yang bang B minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa
minum obat?”
“Mari kita masukkan pada jadual kegiatan abang. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Bang!”
“bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat
sama?”
“Sampai besok.”

1. Tujuan Keperawatan pada keluarga


a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien.
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal
2. Tindakan Keperawatan pada keluarga
a. Diskusikan maslah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di
rumah.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang:
1) Cara merawat pasien waham di rumah.
2) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur.
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Obat pasien ( nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat).
5) Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
d. Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham.
e. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga.

SP 1 Keluarga:
Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; megidentifikasi masalah
menjelaskan proses terjadinya masalah; dan membantu pasien untuk minum
obat.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI :
“Assalamualaikum pak, pekenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas
diruang melati ini. Saya yang merawat Pak R selama ini. Kalau bisa saya tahu nma
bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah pak R cara
merawat pak R dirumah.”
“Dimana bapak mau berbicara dengan saya? Bagaimana diruang wawancara?”
“Berapa lama bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 0
menit saja?”

KERJA :
“Pak S, apa masalah yang bapak rasakan dalam merawat pak R? apa yang sudah
pak R lakukan dirumah? Dalam menghadapi sikap pak R yang selalu mengaku-
ngaku sebagi seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi hanya merupak salah satu
gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara
enghadapinya. Setiap kali pak R berkata bahwa ia seorang nabi, pak S dan ibu
berikap dengan mengatakan;
Pertama: Pak S atau ibu mengerti bahwa pak R merasa seorang nabi, tapi sulit bagi
pak S dan ibu untuk mempercayainya karena setahu kita semua nai tidak ada yang
hidup didunia.
Kedua: Pak S atau ibu harus lebih sering memuji Pak R jika ia melakukan hal-hal
yang baik”
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yan berinteraksi
dengan pak R. Bapak dan ibu dapat bercakap-cakap dengan Pak R tentang
kebutuhan yang diinginkan oleh pak R, misalnya; Pak S dan ibu percaya kalau pak R
punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada kami, R kan punya
kemampuan”
Keempat: Pak S atau ibu mengatakan kepada pak R, Bagaimana kalau kemampuan
untuk bermain suling dengan baik dicoba sekarang” dan kemudian setelah dia
melakukannya pak S dan ibu harus memberikan pujian.
Pak S dan ibu jangn lupa, pak R ini perlu minum obat agar pikirannya jadi tenang.”
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali
sehari, jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangn dihentikan sebelum
berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan Pak R bisa kambuh
kembali. Pak R sudah punya jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya,
segera berikan pujian!”

TERMINASI :
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya
tentang cara merawat pak R dirumah nanti?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
kali berkunjung kerumah sakit.”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan
kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat pak R sesuai dengan
pembicaraan kita tadi.”
“Baik kalau begitu pertemuan kita kali ini kita akhiri dulu, saya tunggu kedatangan
bapak dan ibu lagi kita ketemu ditempat ini ya pak,bu.”

SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga cara merawat pasien.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu kita sekarang
ketemu lagi. Bagaimana pak, bu ada pertanyaan tentang cara merawat pasien
seperti yang telah kita bicarakan dua hari yang lalu?, sekarang kita akan latihan
cara-cara merawat pasien tersebut ya pak, bu.”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung pada Pak R ya?”

KERJA:
“Sekarang anggap saja saya pak Ryang sedang mengaku nabi, coba bapak dan ibu
praktikkan cara bicara yang benar bila pak R sedang dalam keadaan seperti ini!”
“Bagus,betul begitu caranya, sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian
atas kemampuan yang dimiliki oleh pak R. bagus !”
“Sekarang coba cara memotivasi pak R minum obat dan melakukan kegitan
positifnya sesuai jadwalnya!” Bagus sekali ternyata bapak dan ibu sudah mengerti
cara merawata Pak R.”
“Bagaimana kalau sekarang kita coba langsung kepada pak R.”

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat pak R?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk pak R!”
“Baiklah, bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali ke sini dan
kita akan mencoba lagi cara merawat pak R sampai bapak dan ibu lancer
elakukannya?”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?” Baik, kita akan ketemu lagi di tempat ini
ya pak,bu.”

SP 3 Keluarga :
Membuat Perencanaan pulang bersama keluarga.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini


ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, bu, karena pada hari ini pak R sudah boleh pulang, maka
kita bicarakan jadwal pak R selama dirmah.”
“Bagaimana pak, bu selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara
merawat pak R?”
“Nah, sekarang bagaimana kalau kita bicarakan jadwal di rumah? Mari bapak dan
ibu ikut saya”
“Berapa lama bapak dan ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana
kalau 30 menit saja? Sebelum ibu dan bapak menyelesaikan administrasinya”

KERJA:
“Pak, bu, ini jadwal pak R selama di rumah sakit. Coba perhatikan! Apakah kira-
kira dapat dilaksanakan semuanya di rumah? Jangan lupa perhatikanpak R agar ia
tetap melaksanakannya dirumah dan jangan lupa member tanda M (mandiri), B
(bantuan), atau T (tidak mau melaksanakannya).”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilku yang ditampilkan oleh
pak R selama dirumah. Misalnya pak R mengaku sebagai seorang nabi terus
menerus dan tidak memeperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi petugas rumah sakit, agar petugas rumah sakit dapat memantaunya.”

TERMINASI:
“Apa yang ingin bapak dan ibu tanyakan? Bagaimana perasaan bapak dan ibu?
Sudah siap unutk melanjutkan dirumah?”
“Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk bisa control lagi. Kalau ada apa-
apa bapa dan ibu segera menhubungi kami. Mungkin hanya ini yang bisa saya
sampaikan mohon maaf bila ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan bap
dan ibu mohon dimaafkan. Terimakasih atas kerjasamanya pak,bu.”
“Silahkan ibu dan Bapak unutk dapat menyelesaikan administrasinya ke kantor
depan!”

3.3.2 Terapi aktivitas Kelompok (TAK)


TAK yang dapat dilakukan untuk pasien waham meliputi hal-hal berikut.
1. TAK orientasi realitas
a. Sesi 1 : Pengenalan orang
b. Sesi 2 : Pengenalan tempat
c. Sesi 3 : Pengenalan waktu
2. TAK sosialisasi
Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri
Sesi 2 : Kemampuan berkenalan
Sesi 3 : Kemampuan berbicara
Sesi 4 : Kemampuan berbicar topik Tertentu
Sesi 5 : Kemampuan berbicara masalah pribadi
Sesi 6 : Kemampuan bekerjasama
Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

3. 4 Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan evaluasi dilakukan terhadap
kemampuan pasien halusinasi dan keluarganya.
1. Evaluasi kemampuan pasien meliputi:
a. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan.
b. Menyebutkan cara memenuhi kebututuhan yang tidak terpenuhi.
c. Mempraktikan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi.
d. Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki.
e. Mempraktikkan kemampuan positif yang dimiliki.
f. Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat sehari-hari.
2. Evaluasi kemampuan keluarga pasien meliputi:
a. Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham.
b. Menyebutkan cara merawat pasien waham.
c. Mempraktikan cara merawat pasien waham.
d. Membuat jadwal aktivitas dan minum obat pasien di rumah ( perencanaan
pulang).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengetahuan perawat akan asuhan keperawatan merupakan hal yang
sangat mendasar yang harus dimiliki oleh seorang perawat. Asuhan
keparawatan adalah proses yang sistematis untuk menyelesaikan masalah
yang timbul dari klien. Waham adalah salah satu gangguang proses pikir
yang bisa terjadi pada klien. Waham adalah suatu keyakinan yang salah
yang dipertahankan secara kuat atau terus-menerus, teetapi tidak sesuai
dengan kenyataan ( Budi Anna Keliat & Akemat, 2009)
Pemahaman yang baik dari seorang perawat tentang asuhan
keperawatan akan memberikan dampak yang baik pada penguasan dan
pengaplikasian asuhan keparawatan di lapangan. Salah satu asuhan
keperawatan yang perlu dipahami adalah asuhan keperawatan gangguan
proses pikir: waham.
Klien dengan gangguan proses pikir: waham pasti membutuhkan
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang tepat akan membantu klien
dalam mencapai kesembuhannya dengan baik. Oleh karena itu seorang
perawat harus mampu menentukan mana asuhan keperawatan yang tepat
bagi setiap kliennya.

4.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan masukan kepada pendidik
dan mahasiswa, serta menambah wawasan baru tentang asuhan keperawatan
pada pasien waham.
2. Bagi Ilmu keperawatan
Diharapakan penulisan makalah ini dapat dijadikan tambahan wawasan
keilmuan mahasiswa khusunya pada ilmu keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang maksimal.
3. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
4. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat diaplikasikan dalam
praktek keperawatan dan juga sebagai dasar informasi ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatn Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
Stuart, Gail W. (2013). Buku Saku Keperawtan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Sutejo. (2013). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Yosep, Iyus, Titin Sutini. ( 2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai