OLEH:
170160022
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mengumpulkan berbagai macam bahan tentang mata kuliah METODOLOGI PENELITIAN yang berjudul
“POLA RUANG ARSITEKTUR TRADISIONAL UMAH PITU RUANG”.
Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu
saya mohon bantuan dari para pembaca.
Tujuan utama saya membuat penelitian ini adalah sebagai pemenuhan tugas salah satu mata kuliah
METODE PENELITIAN, selain itu tujuan saya membuat makalah ini yaitu berbagi sedikit ilmu yang saya
miliki atau yang saya dapat tentang arsitektur tradisional UMAH PITU RUANG yang ada di Kabupaten
Bener Meriah, Aceh.
Demikianlah makalah ini saya buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya mohon maaf yang
sebesarnya dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih.
ERDI AFRIA
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................................... 1
1.4 Metode Penelitian ...................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Rumah Adat ............................................................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 4
3.1 Ruang pada Bangunan Umah Pitu Ruang dan Fungsinya ......................................................... 4
3.2 Pola Ruang Bangunan Umah Pitu Ruang .................................................................................. 5
3.3 Keunikan Umah Pitu Ruang ...................................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................................... 7
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 7
4.2 Saran ........................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu bangunan arsitektur tradisionsl yang ada di Bener Meriah adalah bangunan Umah Pitu
Ruang yang memiliki banyak nilai-nilai sarat akan etika dan estetika. Bangunan ini terletak di
Kampung Bale Atu, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah. Secara sepintas, Umah Pitu ruang
ini kelihatan seperti arsitektur tradisional Rumah Aceh pada umumnya tetapi jika diperhatikan secara
seksama, utamanya jika ditinjau dari sudut arsitektural ternyata ia mempunyai karakteristik tersendiri,
yaitu dari segi proporsi, tata ruang, tata letak, jenis, dan lain-lain yang justru menarik untuk dipelajari.
Dan pada kesempatan ini, penulis akan mengkaji tentang pola ruag serta keunikan pada Umah Pitu
Ruang.
1
1.4 Metode Penelitian
Penelitian tentang pola ruang Umah Pitu Ruang ini dilakukan dengan mengamati pola tata ruang dalam
bangunan lewat gambar denah, pengamatan langsung dan interview dengan penghuni untuk menggali
data dokumenter, yaitu dengan metode penelitian survey analisis kualitatif.
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Daftar Ruang
Fungsi
Zonasi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah adat atau tradisional adalah bangunan yang dibuat secara gotong royong oleh suatu
masyarakat yang berfungsi sebagai tempat musyawarah, acara perkawinan, dan kegiatan adat istiadat.
Rumah adat pitu ruang Gayo adalah rumah panggung, rumah adat pitu ruang tidak jauh berbeda dengan
rumah adat pesisir Aceh lainnya (Hakim, 1998:50). Mayoritas rumah adat yang terdapat di Aceh adalah
rumah panggung, yang membedakannya adalah interior, bentuk, motif serta warna.
Menurut Mahmud Ibrahim, (2007:169), dinamakan rumah adat pitu ruang karena rumah adat memiliki
tujuh ruangan, dibagian utara terdapat ruang tamu, dapur serta serambi untuk perempuan (serami banan).
Di bagian selatan terdapat serambi untuk laki-laki (serami rawan) dan dibagian tengah kamar tidur (umah
rinung) satu atau dua deret.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 01. Umah Pitu Ruang Bener Meriah Gambar 02. Denah Umah Pitu Ruang
Dokumentasi: lintasgayo.com
Umah Pitu Ruang merupakan rumah panggung yang memiliki 7 ruangan, diantaranya:
a. Lepo (beranda)
Lepo merupakan beranda dalam bahasa Gayo, Lepo ini berfungsi sebagai tempat beristirahat,
makan bersama, dan sebagainya. Lepo dibagi menjadi dua ruangan, yakni Lepo Rawan sebagai
beranda untuk laki-laki, dan Lepo Banan sebagai beranda untuk perempuan.
b. Serami (serambi)
Serami merupakan serambi dalam bahasa Gayo, serambi ini difungsikan sebagai tempat untuk
melakukan aktivitas yang bersifat formal contohnya musyawarah, pertemuan, acara adat,
penerimaan tamu, dan sebagainya. Serami ini biasanya dikhususkan untuk orang tua ataupun
petinggi-petinggi. Serami terbagi menjadi dua, yakni Serami Rawan sebagai beranda untuk
laki-laki, dan Serami Banan sebagai beranda untuk perempuan.
c. Belek/Bilik (kamar tidur)
Dalam bahasa Gayo, Belek/Bilik berarti kamar tidur. Selain berfungsi sebagai kamar tidur,
bilik ini juga digunakan sebagai tempat penyimpanan barang seperti perhiasan, beras, alat
kesenian, dan lain-lain.
d. Anyong (dapur)
Anyong dalam bahasa Gayo berarti dapur. Tak hanya berfungsi sebagai dapur, Anyong ini juga
digunakan sebagai tempat “muniru” yakni menghangatkan badan dengan api yang merupakan
kebiasaan masyarakat Gayo.
Bangunan Umah Pitu Ruang dibangun dengan menghadap ke timur dan membelakangi barat
mendefinisikan nilai religiusitas. Menurut Suwito (hasil wawancara tanggal 25 September 2010),
pembangunan rumah adat membelakangi barat dan menghadap ketimur melambangkan nilai
religiusitas dan memudahkan mengenal arah kiblat serta kondisi alam yang terdapat di dataran
tinggi Gayo sering terjadi angin kencang dari arah utara atau dari arah selatan menuju ke utara.
4
1.2 Pola Ruang Umah Pitu Ruang
Publik
Semi publik
Semi publik
privat
Umah pitu ruang ini membagi ruangnya dengan fungsinya masing-masing berdasarkan
kepercayaan dan keyakinan, dimana untuk ruang kaum laki-laki berada di sisi kanan bangunan dan
kaum perempuan berada di sisi kiri bangunan.
Pola organisasi ruang pada bangunan Umah Pitu Ruang ini adalah pola terpusat (central), yang
mana ruang bilik (kamar) yang merupakan ruangan privat (ruangan inti) terpusat oleh ruang di
sekelilingnya, yakni ruang Serami (serambi), Lepo (beranda), dan juga Anyong (dapur).
5
1.3 Keunikan Umah Pitu Ruang
a. Posisi
Masyarakat Gayo selalu membuat bentuk bangunan yang sama yaitu persegi panjang. Selain
itu, untuk posisinya juga masih selalu sama, dimana akan membujur dari Barat ke Timur, ini
menandakan bahwa mereka akan terus menerapkan nilai-nilai religius.
b. Gentong Air
Keunikan pada bangunannya adalah terdapat sebuah gentong air dengan ukuran besar di bagian
depan rumah. Tentunya itu bukan sekedar hiasan saja melainkan digunakan untuk
membersihkan kaki tamu dan anggota keluarga sebelum memasuki rumah. Ini menandakan
kalau siapapun yang ingin memasuki rumah harus bersih dan terjauh dari sifat buruk.
c. Material dari bahan alam
Material yang digunakan untuk pembangunan rumah adat aceh juga sangat khas, yaitu
mengandalkan bahan alam. Ini memberikan makna penting bahwa suku Gayo sangat dekat
dengan alam. Namun meskipun menggunakan bahan alam, masyarakat Gayo tidak sembarang
menebah pohon. Kelestarian alam pun masih tetap dijaga dengan baik.
d. Jumlah anak tangga
Pada bagian pintu masuk dan tanahnya akan dihubungkan langsung oleh tangga kayu. Uniknya,
jumlah anak tangga pasti saja ganjil. Makna dari angka ganjil adalah sebagai bentuk kereligiusan
masyarakat setempat.
e. Bentuk rumah panggung
Dahulu, wilayah Dataran Tinggi Gayo masih dikelilingi oleh hutan sehingga cukup banyak
binatang buas yang hidup disekitar masyarakat. Oleh sebab itulah pembangunan rumahnya
dalam bentuk rumah panggung agar bisa terlindungi dari serangan binatang buas dan
memberikan jarak antara manusia dan binatang.
f. Ornamen
Sama halnya seperti rumah adat jawa tengah atau rumah adat jawa timur yang memiliki hiasan
yang khas. Umah Pitu Ruang juga memiliki hiasan khas dan unik yaitu terdapat sebuah ukiran
dengan membentuk motif hias flora dan fauna yang semakin mempercantik rumah ini.
6
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bangunan Umah Pitu Ruang dibangun dengan menghadap ke timur dan membelakangi barat
mendefinisikan nilai religius dan memudahkan mengenal arah kiblat serta kondisi alam yang terdapat
di dataran tinggi Gayo sering terjadi angin kencang dari arah utara atau dari arah selatan menuju ke
utara.
Umah pitu ruang membagi ruangnya dengan fungsinya masing-masing berdasarkan kepercayaan dan
keyakinan, dimana untuk ruang kaum laki-laki berada di sisi kanan bangunan dan kaum perempuan
berada di sisi kiri bangunan.
a. Menjaga Privasi dengan membagi ruang menjadi ruang publik,semi publik dan privat.
b. Menjaga norma dan nilai budaya kemasyarakatan.
c. Menyatukan keluarga karena terdapat ruangan khusus untuk berkumpul dan selalu
dipergunakan bersama-sama untuk berkumpul.
d. Bentuk rumah panggung dengan tangga sebagai pintu masuk juga dalam rangka menjaga
kebersihan rumah.
7
4.2 Saran
a. Diharapkan bagi penulis untuk menambah wawasan dalam pengertian sejarah Umah Pitu Ruang.
b. Diharapkan bagi pengelola agar lebih merawat dan menjaga kebersihan serta keamanan Umah Pitu
Ruang.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/27620/1/Hardinata%20Arma%2C%2007207241001.pdf
http://eprints.uny.ac.id/27620/1/Hardinata%20Arma%2C%2007207241001.pdf
Djalil. 2010. Sejarah, Budaya dan Adat Istiadat Gayo. LINGE, Aceh Tengah, Takengon. 20 September
2010.
Mukhlis Muhdan Bintang. 2010. Budaya dan Adat Istiadat Gayo. Pasar Inpress, Takengon. 23 September
2010.
Gayo, Hasan. 1987: Sejarah Daerah Dan kebudayaan Gayo. Takengon. Pemerintah Kabupaten Aceh
Tengah.