Disusun Oleh :
KELOMPOK XIII
RICO AKBAR (1906200528 )
SRI REZEKI IMAN SARI ( 1906200143)
TEGAR JAYA SYAHPUTRA LUBIS (1906200592 )
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN 2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita
semua. Semoga rahmat dan kesejahteraannya senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, dan juga kepada keluarga dan sahabatnya serta segenap umat islam
sampai pada hari ini, amin.
Syukur kami hanturkan kepada Allah SWT yang mana memberikan kami kesehatan, akal
pikiran sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami dengan baik. Terima kasih kami
hanturkan kepada dosen kami yang mana telah memberikan tugas makalah dengan judul
“Akhlak Mahmudah” kepada kami sehingga kiranya kami bisa memetik ilmu tentang akhlak
terpuji dan mungkin bisa menerapkan dalam kehidupan kami. Tak lupa juga ucapan terima kasih
kepada pembaca yang sudah membaca makalah kami.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Agama
oleh Bpk. Faizal, S.Ag., M.A dimana tugas ini merupakan mata kuliah yang sangat penting untuk
disampaikan karena berkaitan dengan akhlak yang menjadi permasalahan dalam kehidupan
modern zaman ini. Makalah kami ditujukan untuk pembaca agar pembaca dapat mengambil
pembelajaran tentang akhlak yang bisa dialokasikan dalam kehidupan sehari – hari.
Kami menyadari makalah kami yang sederhana ini masih jauh dari kata sempurna.
Karenanya, dengan segala kerendahan hati kami memohon kritik dan saran dari pembaca agar
menjadi pertimbangan untuk makalah kami yang lebih baik lagi. Kami memohon maaf apabila
informasi yang kami sampaikan mungkin berbeda dari pengetahuan pembaca. Dan juga
memohon maaf apabila nanti makalah kami dikemudian hari menimbulkan masalah karena tidak
ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
A. SIMPULAN …………………………………………………………...……. 13
B. SARAN SARAN ……………………………………………………………. 13
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhlak merupakan sifat yang ada dan menyatu dalam diri manusia. Dari sifat itulah maka
akan terpancar tingkah laku seseorang. Masalah akhlak dalam ajaran islam adalah masalah yang
sangat diperhatikan oleh umat islam, karena moril akhlak umat islam zaman sekarang sudah
hampir jauh dari suri tauladan kita semua yaitu nabi Muhammad.
Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik adalah akhlak yang terdapat pada diri nabi
besar kita, nabi Muhammad saw. Karena pada dirinya lah terdapat sifat - sifat dan perangai yang
merupakan sifat terpuji dan merupakan uswatun hasanah ( contoh teladan) terbaik bagi seluruh
kaum muslimin.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa, yang akan
dibiarkan nanti, merupakan ‘buah’ pohon islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun
syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah ( sunnah
dalam bentuk perkataan) Rasullulah. Diantaranya
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya” (H.r.
Tarmizi).
Dan akhlak nabi Muhammad, yang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia itu,
disebut akhlak islam atau akhlak islami, karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat
dalam al-Qur’an yang menjadi sumber utama agama dan ajaran islam.
Akhlak yang terpuji lagi mulia akan menempatkan pribadi manusia itu sendiri pada posisi
yang terhormat dan tinggi, justru sebaliknya apabila kita sedari kecil tidak diajarkan berakhlak
yang terpuji maka akan berada pada jalan kesesatan. Atas dasar itulah, maka kami menyusun
makalah ini agar kita sebagai makhluk ciptaan Allah Swt tidak tersesat dalam menjalani hidup,
dan dapat mengambil sedikit atau banyaknya dari akhlak idola kita semua, Nabi Muhammad
SAW.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Akhlak Mahmudah ( Terpuji )
2. Sebutkan macam - macam Akhlak Mahmudah ( Terpuji )
3. Sebutkan contoh – contoh Akhlak Mahmudah ( Terpuji )
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu akhlak mahmudah
2. Agar bisa menerapkan akhlak mahmudah itu sendiri pada diri sendiri dan pembaca
3. Menambah wawasan kita sebagai orang yang beriman
4. Untuk membahas dan menyelesaikan masalah tentang akhlak mahmudah
5. Supaya bisa menjadi amal jariyah bagi penulis
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, Akhlak mahmudah itu adalah akhlak terpuji yang diperintahkan Allah Swt kepada
manusia, agar dengan menjalankan akhlak mahmudah dalam bentuk perbuatan,ucapan dan
perasaan seseorang yang bisa menambah keimanan dan mendatangkan pahala, serta bisa
berguna bagi orang lain di lingkungan ataupun diluar lingkungan,karena jika kita berguna
dengan orang lain maka kita bisa mempermudah urusan orang lain, seperti dalam hadist abu
Hurairah R.A, Nabi SAW, bersabda: “barang siapa yang melepaskan satu kesusahan orang
mukmin, pasti Allah melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang
menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan mempermudahkannya di dunia dan
akhirat. Dan barang siapa yang menutup aib seseorang muslim, pasti allah akan menutup
aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hambanya selama hambanya itu suka
menolong saudaranya”. (HR.Muslim). Jadi, dari penjabaran materi makalah kami diatas
dapat simpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tercermin dari pribadi setiap orang. Akhlak
mahmudah akan menuntut kita pada kebahagian dalam hidup di dunia maupun diakhirat.
B. SARAN SARAN
Kami memahami bahwa tugas makalah yang kami kerjakan ini masih jauh dari kata
baik karena kami pun masih belajar membuat makalah yang baik. Saran kami kepada
pembaca adalah pembaca harus memahami betul hasil makalah yang kami kerjakan dan
dapat menerapkan akhlak mahmudah pada kehidupan di masa mendatang. Sumber sumber
ayat yang kami cantumkan pun dapat kami pertanggungjawabkan apabila ada yang keberatan
dengan ayat tersebut. Tak lupa, kami juga meminta saran, dan kritik yang membangun
apabila diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak secara bahasa artinya perangai, tabiat, dan agama yaitu bentuk batin manusia.
Akhlah secara istilah adalah keaadaan jiwa yang kuat yang melahirkan perbuatan – perbuatan
yang dengan mudah dan gampang tanpa butuh kepada pemikiran dan angan – angan. Keadaan
jiwa ini boleh jadi melahirkan perbuatan – perbuatan terpuji, maka itu adalah akhlak yang baik &
boleh jadi melahirkan perbuatan – perbuatan yang tercela maka itu adalah akhlak yang buruk.
Dari pengertian akhlak tersebut, akan dijelaskan secara rinci mengenai akhlak
mahmudah. Secara etimologi akhlak mahmudah adalah akhlak yang terpuji. Mahmudah
merupakan bentuk maf‟ul dari kata hamida, yang berarti dipuji. Akhlak mahmudah atau akhlak
terpuji disebut pula dengan akhlaqal-karimah (akhlak mulia), atau al-akhlaq al-munjiyat (akhlak
yang menyelamatkan pelakunya). Jadi, akhlak mahmudah berarti tingkah laku yang terpuji yang
merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah.
Keimanan sering disalapahami dengan ‘percaya’, keimanan dalam islam diawali dengan
usaha-usaha memahami kejadian & kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan
adanya yang mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian akal akan berusaha
memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam ajaran islam tidak sama
dengan dogma atau persangkaan tapi harus melalui ilmu & pemahaman.
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang adalah ia mampu berakhlak terpuji. Allah
sangat menyukai hambanya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut
sebagai akhlak mahmudah.
Adapun mengenai pengertian akhlak mahmudah secara terminologi, para ulama berpendapat :
a. Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah,
sehingga mempelajarinya dan mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim.
b. Menurut Ibnu Qayyim, pangkal akhlak terpuji adalah ketundukan dan keinginan yang tinggi.
Sifat-sifat terpuji, menurutnya berpangkal dari kedua hal tersebut. Ia memberikan gambaran
tentang bumi yang tunduk pada ketentuan Allah. Demikian pula manusia, tatkala diliputi rasa
ketundukan kepada Allah, kemudian turun taufik dari Allah, ia akan meresponnya dengan sifat-
sifat terpuji.
Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam dalam jiwa
manusia. Oleh karena itu, sikap dan tingkah laku yang lahir, adalah cermin dari sifat atau
kelakuan batin seseorang. Akhlak yang terpuji senantiasa berada dalam kontrol Ilahiyah yang
dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur,
ikhlas, bersyukur, dzikrullah, tawadlu (rendah hati), husnudzon (berprasangka baik), optimis,
suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain.
Dalam menentukan akhlak terpuji, para ulama merujuk pada ketentuan Al-Qur’an dan hadis,
sesuai dengan konsep baik dan buruk dalam pandangan Islam. Macam-macam akhlak mahmudah
diantaranya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku
bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan
mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan
mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”
(Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675
Allah itu tergantung kepada prasangka hamba-Nya. Dengan menilik hal tersebut,
memberikan pengertian bahwa kesuksesan itu tergantung pada prasangka kita. Bila kita
berprasangka baik maka akan baik pula akibatnya. Sebaliknya, bila berprasangka buruk, maka
akan buruk pula akibatnya.
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu
benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui “.
b. Dzikrullah
Secara etimologi, dzikir berakar dari kata dzakara yang artinya mengingat,
memerhatikan, mengenang, mengambil pelajaran, mengenal atau mengerti, dan ingatan.
Dzikrullah atau mengingat Allah, merupakan asas setiap ibadah kepada Allah. Hal ini
menjadi pertanda adanya hubungan antara hamba dan pencipta pada setiap saat dan tempat.
Dzikrullah adalah ibadah yang ringan dan mudah untuk dilakukan. Akan tetapi didalamnya
tersimpan hikmah dan pahala yang besar. Perintah untuk selalu mengingat Allah atau Dzikrulah
terdapat dalam firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 152.
ف َ ا ذ ْ ك ُ ُر و ن ِ ي أ َ ذ ْ ك ُ ْر ك ُ مْ َو ا شْ ك ُ ُر وا ل ِ ي َو ََل ت َكْ ف ُ ُر و ِن
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.
Al-Ghazali dalam Al-Munqidz menjelaskan bahwa dzikir kepada Allah merupakan hiasan
bagi kaum sufi. Syarat utama bagi orang yang menempuh jalan Allah adalah membersihkan hati
secara menyeluruh dari selain-Nya. Sementara itu, kuncinya dengan dzikir kepada Allah.
c. Tawakal
Menurut Al-Ghazali, kata tawakal asalnya dari kata wikalah yang artinya menyerahkan
atau mewakilkan. Jadi, tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berbuat
semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Firman Allah Q.S. Ali-
Imran (3): 159: 26
ف عَ ن ْ هُ ْم َو ا سْ ت َغ ْ فِ ْر
ُ ْك ۖ ف َ ا ع َ ِ ح ْو لَ ت ف َ ظ ًّ ا غ َ ل ِ ي ظ َ ال ْ ق َ ل ْ ب ِ ََل ن ْ ف َ ضُّ وا ِم ْن َ ْ ت ل َ ه ُ ْم ۖ َو ل َ ْو ك ُ ن
َ ْ ف َ ب ِ َم ا َر ْح َم ةٍ ِم َن َّللاَّ ِ ل ِ ن
ب ال ْ ُم ت َ َو كِ ل ِ ي َن
ُّ ت ف َ ت ََو ك َّ ْل عَ ل َ ى َّللاَّ ِ ۚ إ ِ َّن َّللاَّ َ ي ُِحَ اْل َ ْم ِر ۖ ف َ إ ِ ذ َ ا ع َ َز ْم
ْ ل َ هُ مْ َو ش َ ا ِو ْر ه ُ ْم ف ِ ي
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
d. Shidqu (Jujur)
Shidqu atau sidiq berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Benar disini bukan lawan
kata salah, tetapi lawan kata dusta, sehingga lebih tepat dimaknai jujur atau kejujuran. Adapun
yang dimaksud jujur adalah memberitahukan, menuturkan sesuatu dengan sebenarnya, sesuai
dengan fakta kejadiannya. Pemberitahuan ini tidak hanya dalam ucapan, tetapi juga dalam
perbuatan. Dengan demikian, shidqu adalah berlaku benar dan jujur, baik dalam perkataan
maupun perbuatan.
Orang yang jujur adalah orang yang berkata, berpenampilan, dan bertindak apa adanya,
tanpa dibuat-buat. Kejujuran adalah sikap yang jauh dari kepalsuan dan kepura-puraan.kejujuran
berarti sikap ksatria. Sebuah sikap yang dibangun oleh kematangan jiwa dan kejernihan hati.
Salah satu sifat yang akan bisa meraih kemenangan surga dengan kejujuran. Dan
sebaliknya bila curang berarti meraih kerugian di neraka. Bersabda Nabi SAW kepada Ali
Karramallahu Wajhah: “Hai Ali! Jujurlah walaupun kejujuran itu mencelakakan kamu di dunia,
karena bahwasannya kejujuran itu bermanfaat bagimu di akhirat”.
Jujur adalah bagian dari akhlak Nabi, bahkan orang Quraish juga mengakui kejujuran
beliau. Walaupun mereka mendustakan beliau mengenai kenabiannya namun tidak seorang pun
berani mendustakannya tentang hal-hal yang lain. Abu jahal telah berkata kepada beliau: “Kami
tidak pernah mendustakan engkau dan engkau bukanlah seorang pendusta tetapi kami
mendustakan apa yang engkau bawa itu”.
Jujur merupakan akhlak terpuji yang paling penting serta memerlukan kesungguhan
untuk teguh kepadanya. Allah SWT menciptakan langit dan bumi dengan jujur dan menyuruh
manusia membangun hidup mereka di atas kejujuran. Karena itu manusia jangan berkata atau
berbuat kecuali yang jujur.
e. Sabar
Sabar menurut terminologi adalah keadaan jiwa yang kokoh,stabil dan konsekuen dalam
pendirian. Jiwanya tidak tergoyahkan, pendiriannya tidak berubah bagaimanapun berat tantangan
dihadapi.
“Apa yang ada di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan” Q.S An-Nahl ayat 96.