Anda di halaman 1dari 31

Case Report Session

* Prodi Profesi Dokter/ G1A218091 / Febuari 2019


** Pembimbing / dr. Yunaldi, Sp.THT-KL

Otitis Eksterna Difus Aurikula Dekstra

M.Haldian Hakir, S. Ked* dr. Yunaldi, Sp.THT-KL **

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU THT-KL RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Otitis Eksterna Difus Aurikula dekstra”

. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr.
Yunaldi, Sp.THT-KL selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak ilmu
selama di Kepaniteraan Klinik Senior di bagian THT-KL.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat diharapkan oleh
penulis Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak dan dapat menambah informasi dan pengetahuan kita.

Jambi, Januari 2019

penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis


disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus. Faktor penyebab
timbulnya otitis eksterna ini, kelembaban, penyumbatan liang telinga,
trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui
kulit, inflasi dan menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis
eksterna akut adalah pseudomonas (41 %),strepokokus (22%), stafiloko
kus.aureus (15%) dan bakteroides (11%). Istilah otitis eksterna akut
meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar. 1

Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering


dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang
dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember 2000 di Poliklinik
THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana,
dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna, 282 kasus (2,62 %) otitis
eksterna difusa dan 585 kasus (5,44 %) otitis eksterna sirkumskripta.

Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar
yang dapat menyebar ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal.
Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi pada furunkel liang telinga
luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna di
fusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan
ole h pseudomonas, stafilokokus dan proteus, atau jamur.4

Penyakit ini sering diumpai pada daerah- daerah yang panas dan
lembab dan jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering. 4 Umumnya
penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila

3
peradangan ini tidak diobati secara adekuat, maka keluhan- keluhan seperti
rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau akan menetap.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. M
 Umur : 7 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Sungai Putri Telanaipura
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pelajar

II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis Tgl : 31 Januari 2019)

 Keluhan Utama
Nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu .

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 1
minggu yang lalu. Nyeri dirasakan seperti menusuk dan disertai gatal
pada telinga kanan. Awalnya pasien membersihkan liang telinganya sendiri
menggunakan cunam besi kemudian setelah 1 hari kemudian , telinga
mulai terasa sakit pada yang kanan , dua hari setelah itu, telinga terasa
bengap pada yang kanan dan disertai keluar cairan seperti darah
bercampur nanah dan berbau busuk. Pasien juga mengalami demam yang
hilang timbul. Telinga kiri pasien tidak ada keluhan .

 Riwayat Pengobatan
Pasien telah berobat ke puskesmasdan mendaptkan pengobatan.
Obat yang dikonsumsi : Amoxilin ( 2 x 1 ) , Paracetamol ( 3 x 1 ) ,
Vitamin C ( 1 x 1) .

5
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluhan seperti ini sebelumnya : Disangkal
 Polip : Disangkal
 Infeksi tonsil : Disangkal
 Asma : Disangkal
 Batuk/pilek : Disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien

III. HAL-HAL PENTING


TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING
Gatal : +/- Rinore : -/- Sukar Menelan : - Suara parau : -
Dikorek : +/+ Buntu : -/- Sakit Menelan : - Afonia : -
Nyeri : +/- Bersin: - Trismus : - Sesak napas -

Bengkak : +/- Dingin/Lembab: - Ptyalismus : - Rasa sakit :-


Otore : +/- Debu Rumah: - Rasa Ngganjal : - Rasa ngganjal :-
Tuli : -/- Berbau: - Rasa Berlendir : -
Tinitus : -/- Mimisan: -/- Rasa Kering : -
Vertigo : -/- Nyeri Hidung: -
Mual :- Suara sengau: -
Muntah : -

I. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak sehat
 Kesadaran : compos mentis
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36,8 °C

6
 Nadi : 102 x/menit
 TD : 120/80 mmHg
 Anemia : -/-
 Sianosis : -/-
 Stridor inspirasi : -/-
 Retraksi suprasternal :-
 Retraksi interkostal : -/-
 Retraksi epigastrial : -/-

a) Telinga

Daun Telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop - -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Hiperemis + +
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis Sulit dinilai -
Retraksi Sulit dinilai -

7
Bulging Sulit dinilai -
Atropi Sulit dinilai -
Perforasi Sulit dinilai -
Bula Sulit dinilai -
Sekret Sulit dinilai -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

b) Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri


Vestibulum nasi Hiperemis (-), livide (-) Hiperemis (-), livide (-)
Kavum nasi Dbn Dbn
Selaput lender Dbn Dbn
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Hipertrofi (-), hiperemis
Konka inferior Hipertrofi (-), hiperemis (-)
(-)
Meatus nasi inferior Dbn Dbn
Polip - -
Korpus alineum - -
Fenomena palatum mole (-) (-)
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Kavum nasi - -
Selaput lendir - -
Koana - -
Septum nasi - -

8
Konka superior - -
Adenoid - -
Massa tumor - -
Fossa rossenmuller - -
Transiluminasi
Kanan Kiri
Sinus
Tidak dilakukan

c) Mulut

Hasil
Selaput lendir mulut Dbn
Bibir Sianosis (-) raghade (-)
Lidah Atropi papil (-), tumor (-)
Gigi Karies (-)
Kelenjar ludah Dbn

d) Faring

Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole Hiperemis (-)
Palatum durum Hiperemis (-)
Plika anterior Hiperemis (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Tonsil T1-T1, hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-)

e) Laringoskopi indirect

Hasil

9
Pangkal lidah
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid Tidak dilakukan
Sulcus arytenoid
Corda vocalis
Massa

f) Kelenjar Getah Bening Leher

Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
Area postauricula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn
Area supraclavicula Dbn Dbn

g) Pemeriksaan Nervi Craniales

Kanan Kiri

10
Nervus I Dbn Dbn
Nervus II Dbn Dbn
Nervus III, IV, VI Dbn Dbn
Nervus V Dbn Dbn
Nervus VII Dbn Dbn
Nervus IX Dbn
Nervus X Dbn
Nervus XI Dbn
Nervus XII Dbn

II. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri


Tes rinne - +
Tes weber Lateralisasi ke kanan Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Memanjang Sama dg pemeriksa/N

 Kesimpulan : Tuli konduktif telinga kanan

III. DIAGNOSIS BANDING


- Otitis eksterna Sirkumskripta
- Otitis eksterna maligna
- Otitis media akut

IV. DIAGNOSIS KERJA


Otitis Eksterna Difus Auricular Dekstra

V. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
 Ofloxacin 0,3% gtt AD 2 x/hari
 Paracetamol syr 250 mg/5ml 3/hari

11
b. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang di deritanya, yaitu
infeksi pada liang telinga bagian luar
- Menjelaskan kepada pasien tujuan dan manfaat dari pengobatan yang
akan di berikan
- Menjelaskan kepada pasien akan pentingnya follow up dan terapi yang
adekuat untuk penyakitnya
- Memberitahukan kepada pasien untuk tidak mengorek liang teligna
dan segera berobat bila terdapat keluhan telinga
- Memberitahukan pasien agar menjaga telinga tetap kering dan
mencegah kemasukan air

VI. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad fuctionam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

12
3.1 Anatomi telinga

Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam.

Telinga luar
Secara anatomi telinga luar dapat dibagi menjadi aurikula (pinna) dan liang
telinga (meatus acusticus eksternus/MAE). Telinga luar dipisahkan dengan telinga
dalam oleh membran timpani. Aurikula dan 1/3 lateral liang telinga terdiri dari
kartilago elastis yang secara embrional berasal dari mesoderm dan sejumlah kecil
jaringan subkutan yang di tutupi oleh kulit dan adneksanya. Hanya lobulus pinna
yang tidak memiliki kartilago dan terdapat lemak. Sedangkan 2/3 bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½-3 cm.5
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar
serumen kelenjar keringat, dan folikel rambut. Kelenjar keringat terdapat pada

13
seluruh kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalamnya hanya sedikit di
jumpai kelenjar serumen.5

Telinga tengah
Telinga tengah terdiri dari suatu ruang yang terletak diantara membrane
timpani dan kapsul telinga dalam, tulang tulang dan otot yang terdapat didalam
nya serta penunjangnya. Disebelah luar telinga tengah dibatasi oleh membrane
timpani, didepan dibatasi oleh tuba eustachius, sebelah bawah dibatasi oleh vena
jugularis. Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm.
Rongga berisi udara ini meluas kedalam resesus tubotimpanikus. Otot-otot telinga
tengah berasal dari arkus brakialis, Otot tensor mandibularis yang melekan pada
maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersyarafi oleh syaraf mandibularis.5

Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala
vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak
skala vestibuli sebelah atas, skala timpani disebelah bawah dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfe, sedangkan
skala media berisi cairan endolimfa.1,2,5,6
Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Hal
ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran
vestibuli (reissner membrane) sedangkan dasar skala media adalah membran
basalis. Pada membran ini terletak organ corti. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan pada membran basal
melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis
corti yang membentuk organ corti.5
Vaskularisasi Telinga Luar
Aurikula dan kanalis akustikus eksternus menerima perdarahan dari arteri
temporalis superfisialis dan cabang aurikularis posterior yang merupakan cabang

14
dari arteri karotis eksternus.Sedangkan aliran vena dari aurikula dan meatus yaitu
melalui vena temporalis superfisialis dan vena aurikularis posterior kemudian
bersatu membentuk vena retromandibular yang biasanya terpisah dan keduanya
bertemu di vena jugularis, pertemuan terakhir terdapat pada vena jugularis
eksterna namun demikian juga menuju ke sinus sigmoid melalui vena emissarius
mastoid.5,

3.2 Otitis Eksterna


3.2.1 Definisi
Otitis eksterna (OE) adalah peradangan atau infeksi pada saluran
pendengaran bagian luar (CAE), daun telinga, atau keduanya. Penyakit ini
merupakan penyakit umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok umur.
Otitis eksterna ( OE ) biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit saluran
telinga (paling sering disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus
aureus, tetapi juga dapat disebabkan oleh bakteri lain, virus, atau infeksi jamur.

3.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko


OE paling sering disebabkan oleh bakteri patogen. Varietas nya antara lain
otitis eksterna oleh jamur (otomycosis). Dalam sebuah penelitian, 91% kasus OE
disebabkan oleh karena bakteri. Dan penelitian lainnya juga menemukan bahwa
sebanyak 40% kasus OE tidak memiliki mikroorganisme primer sebagai agen
penyebab. Bakteri penyebab yang paling umum adalah Pseudomonas spesies
(38% dari semua kasus), Staphylococcus spesies, dan anaerob dan organisme
gram negatif.1

Faktor Resiko penyakit otitis eksterna antara lain :

 Suka membersihkan atau mengorek-ngorek telinga dengan cotton buds,


ujung jari atau alat lainnya
 Kelembaban merupakan foktor yang penting untuk terjadinya otitis
eksterna.

15
 Sering berenang, air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan
merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri
 Penggunaan bahan kimia seperti hairsprays, shampoo dan pewarna
rambut yang bisa membuat iritasi, yang memungkinkan bakteri dan
jamur untuk masuk
 Kanal telinga sempit
 Infeksi telinga tengah
 Diabetes.

3.2.3 Epidimiologi

Selama periode penelitian November 2012 - Januari 2013 di Poliklinik


THT BLU Prof Dr. R. D. Kandou didapatkan 20 pasien otitis eksterna yang terdiri
dari kelompok usia 0-12 tahun enam orang (30%), 13-17 tahun dua orang (10%),
18- 59 tahun 10 orang (50%), ≥60 tahun dua orang (10%). Penelitian Kunarto di
Poliklinik THT BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado (2009) mendapatkan
hasil yang hampir sama yaitu 318 pasien otitis eksterna dengan kelompok usia 18-
59 tahun sebanyak 208 orang (65,41%), terutama kelompok usia 31-40 tahun (68
orang).6

Dari hasil dikemukakan oleh Palandeng di Poliklinik THT BLU RSUP


Prof. Dr. R.D. Kandou Manado (2011) yang mendapatkan pasien perempuan lebih
banyak dibandingkan laki-laki, dengan hasil 255 perempuan (57,96%) dan 185
laki-laki (42,04%).1

3.2.4 Patofisologi

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih
kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel
sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah
ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan

16
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.1,7,8
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya
lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi
inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya
infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses
infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa tidak
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah
yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga
hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada
liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.4

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:


a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain
itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa
sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun
telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis
eksterna.1,7,8
• Serumen bersifat asam (pH 4-5) →mcegah ptumbuhan bakteri&jamur jg
mcegah kerusakan kulit
• Biasanya trauma lokal mendahului
• Terkena air yang berlebihan mengurangi jumlah serumen yg akan
membuat kanal kering dan pruritus.
 Membersihkan saluran telinga dengan cotton bud terlalu sering bisa
mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana.

17

Penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang,
kulit pada saluran telinga menjadi basah sehingga mudah terinfeksi oleh bakteri
atau jamur

 Kandungan air pada permukaan luar kulit diduga memegang peranan yg nyata
didalam mudahnya terjadinya infeksi telinga luar

Stratum korneum menyerap kelembaban dari lingkungan

suhu yang tinggi ,kelembaban yang tinggi (berenang)

Peningkatan kelembaban dari keratin didalam serta disekitar unit-unit
apopilo sebasea

menunjang pembengkakan & pyumbatan folikel

berkurangnya aliran serumen kepermukan kulit

Serumen bsifat asam (pH 4-5) → mencegah pertumbuhan bakteri & jamur
juga mencegah kerusakan kulit→kalau berkurang tidak ada yang mencegah

Gatal
Garuk/cedera


invasi organisme eksogen melalui permukaan superficial epidermis yang
biasanya resisten terhadap bakteri

18
3.2.5 Manifestasi Klinik

Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia).
Gejala dan tanda pasien otitis eksterna selengkapnya :2,3,4

1. Otalgia.
2. Gatal-gatal (pruritus).
3. Rasa penuh (fullness) di liang telinga. Keluhan ini biasa terjadi pada tahap
awal otitis eksterna difus dan sering mendahului otalgia dan nyeri tekan
daun telinga.
4. Pendengaran berkurang atau hilang.
5. Deskuamasi.
6. Tinnitus.
7. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga
(otore). Kadang-kadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret /
cairan berwarna putih atau kuning, atau nanah. Cairan tersebutberbau yang
tidak menyenangkan. Tidak bercampur dengan lendir (musin).
8. Demam.
9. Nyeri tekan pada tragus17 dan nyeri saat membuka mulut.
10. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna
sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah
dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.

Rasa sakit di dalam telinga (otalgia) bisa bervariasi dari yang hanya
berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti
terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang
ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi
pula, kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga

19
akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap
awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan
nyeri tekan daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan


pendahulu rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan
penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda
permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksterna. Edema kulit liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan
kulit yang progresif pada otitis eksterna yang lama sering menyumbat lumen
kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi,
rambut, serumen, debris, dan obat -obatan yang digunakan kedalam telinga bisa
menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.

3.2.6 Klasifikasi

Otitis eksterna diklasifikasikan atas :3

1. Otitis eksterna akut :


 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
 Otitis eksterna difus
2. Otitis eksterna kronik

1. Otitis eksterna akut


Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/ bisul)

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di


liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes.

20
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.4

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta: 4

 Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi


dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses
dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
 Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi
yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid,
eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
 Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg
qid (dewasa).
Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu
adanya penyakit diabetes melitus.

Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit
liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta
(furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari
kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. 4
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara

21
obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika
sistemik. 33

Menurut Senturia HB (1980) otitis ekterna dibagi menjadi 3 stadium :


1. Preinflamasi
Tahap preinflammatory dimulai ketika stratum korneum menjadi
edematous karena hilangnya lapisan lipid pelindung canalis akustikus
eksternus, sehingga menyumbat unit apopilosebaceous. proses obstruksi
terus berlanjut, rasa penuh dan gatal telinga dimulai. Terganggunya lapisan
epitel memungkinkan invasi bakteri yang baik berada di CAE atau benda
asing dari luar masuk ke dalam saluran, seperti kapas atau kuku kotor.

2. Inflamasi akut (ringan/sedang/berat)

Tahap inflamasi akut disertai dengan rasa sakit dan nyeri dari daun telinga.
Tahap ringan , kulit saluran pendengaran eksternal menunjukkan eritema
ringan dan edema minimal. Tampak adanya sekret yang terlihat pada CAE.
Rasa sakit dan gatal meningkat.

22
tahap sedang, CAE menunjukkan lebih edema dan eksudat tebal lebih
banyak. Jika tidak diobati maka akan menjadi lebih berat, ditandai dengan
peningkatan rasa sakit dan kerusakan pada lumen CAE. Banyaknya
eksudat purulen dan edema pada kulit CAE memungkin mengaburkan
gambaran membran timpani. Pseudomonas aeruginosa atau lain basil
gram negatif hampir selalu dapat dikultur pada tahap ini .

tahap berat, terjadi perluasan infeksi di luar CAE dengan melibatkan


kelenjar getah bening didaerah leher.
3. Inflamasi kronik
Pada tahap peradangan kronis, nyeri berkurang tapi gatal lebih terasa.
Kulit CAE menebal, dan mengelupas. Auricula dan concha sering
menunjukkan perubahan sekunder, seperti eczematization, lichenification,
dan ulserasi dangkal.

Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di


daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang ditemukan
juga kandida albikans atau jamur lain.

Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi
sering pula tanpa keluhan. Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang
telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga
biasanya dapat menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur
(sebagai salep) yang diberikan secara topikal. 4

23
Gambar 2. Otitis eksterna akut

2. Otitis eksterna kronik


Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.

Gambar 3. Otitis eksterna kronik


Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi : 4

1. Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang
telinga menyempit.

2. Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis


dan eksudat positif

3. Otitis Eksterna Komplikas : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

4. Otitis Eksterna Kronik : kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema


positif.

3.2.7 Diagnosis

DIAGNOSIS

24
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:4

1. ANAMNESIS

Pasien mungkin melaporkan gejala berikut:


 Otalgia
 Rasa penuh ditelinga
 Gatal
 Discharge (Awalnya, debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau, tetapi
dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk)
 penurunan pendengaran
 tinnitus
 Demam (jarang)
 Gejala bilateral (jarang)

2. PEMERIKSAAN FISIK

Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:3,4


 Nyeri tekan tragus
 Eritematosa dan edema saluran auditori eksternal
 Discharge purulen
 Eczema dari daun telinga
 Adenopati Periauricular dan servikal
 Demam (jarang)
 Pada kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak
sekitarnya, termasuk kelenjar parotis. Ekstensi tulang juga dapat terjadi ke
dalam tulang mastoid, sendi temporomandibular, dan dasar tengkorak,
dalam hal saraf kranial VII (wajah), IX (glossopharingeus), X (vagus), XI
(aksesori), atau XII (hypoglossal) dapat terpengaruh.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

25
 Biakan dari secret

3.2.7 Penatalaksanaan

Terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen rasa sakit,


pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal, penggunaan obat topikal
untuk mengontrol edema dan infeksi, dan menghindari faktor pencetus.26,33

 Dengan lembut membersihkan debris dari kanalis auditorius eksternal


dengan irigasi atau dengan menggunakan kuret plastik lembut atau kapas
di bawah visualisasi langsung. Pembersihan kanal meningkatkan
efektivitas dari obat topikal.

 Obat topikal aural biasanya termasuk asam ringan (untuk mengubah pH


dan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme), kortikosteroid
(untuk mengurangi peradangan), agen antibiotik, dan / atau agen
antijamur.

 Infeksi ringan: otitis eksterna ringan biasanya merespon dengan


penggunaan agen acidifying dan kortikosteroid. Sebagai alternatif,
campuran perbandingan (2:1) antara alkohol isopropil 70% dan asam
asetat dapat digunakan.

 Infeksi sedang: Pertimbangkan penambahan antibiotik dan antijamur


ke agen acidifying dan kortikosteroid.

 Antibiotik oral digunakan pada pasien dengan demam, imunosupresi,


diabetes, adenopati, atau pada individu-individu dengan ekstensi
infeksi di luar saluran telinga.

 Dalam beberapa kasus, kasa (dengan panjang 1/4 inci) dapat


dimasukkan ke dalam kanal, dan obat ototopic dapat diterapkan secara
langsung ke kasa (2-4 kali sehari tergantung pada frekuensi dosis yang
dianjurkan dokter). Setelah kasa digunakan, harus dicabut kembali 24-
72 jam setelah insersi.

26
 Dalam kasus pasien dengan tympanostomy atau diketahui adanya
perforasi, persiapan non-ototoxic topical (misalnya, fluorokuinolon,
dengan atau tanpa steroid).

OTITIS EKSTERNA

Pertimbangkan Evaluasi secara

mengambil sampel rutin dalam 5-7


hari jika
imunocompromize

TERAPI d atau diabetes,


gejala memburuk,
EdukasI + analgetika + gejala tidak hilang
tetes telinga topical +/-
menghilangkan debris

Rujuk ke THT jika:

Terapi gagal

Gejala dan tanda yang berat

Kemungkinan adanya otitis eksternal necrotizing


Gambar 2: Skema terapi otitis eksterna

3.2.8 Komplikasi

 Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga yang terjadi apabila suatu trauma
atau radang menyebabkan efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan

27
kartilago telinga luar. Umumnya trauma berupa laserasi atau akibat kerusakan
yang tidak disengajakan pada pembedahan telinga. Adakalanya perikondritis
terjadi setelah suatu memar tanpa adanya hematoma. Dalam stage awal infeksi,
pinna dapat menjadi merah dan kenyal. Ini diikuti oleh pembengkakan yang
general dan membentuk abses subperikondrial dengan pus terkumpul di antara
perikondrium dan tulang rawan dibawahnya
 Selulitis
Peradangan pada kulit dan jaringan subkutan yang dihasilkan dari infeksi
umum, biasanya dengan bakteri Staphylococcus atau Streptococcus. Hal ini dapat
terjadi sebagai akibat dari trauma kulit atau infeksi bakteri sekunder dari luka
terbuka, seperti luka tekanan, atau mungkin terkait dengan trauma kulit. Hal ini
paling sering terjadi pada ekstremitas, terutama kaki bagian bawah.

3.2.9 Prognosis

Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan faktor
pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh jika
kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti diabetes
yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari faktor
pencetus dengan baik.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, diagnosis Otitis Eksterna Difus ditegakan berdasarkan hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis Pasien datang dengan keluhan

28
nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai bengap/terasa
penuh dan keluar cairan pada telinga kanan. pasien mempunyai riwayat
mengorek telinga menggunakan cunam besi. Pada pemeriksaan fisik telinga
terdapat nyeri tekan tragus dan nyeri goyang daun telinga, pada pemeriksaan
menggunakan otoskop tampak udem dan terdapat secret pada 2/3 liang telinga
sebelah kanan. Dimana ini merupakan tanda-tanda Otitis Eksterna Difus . Hal di
atas sesuai dengan teori.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotik supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Diberikan juga analgetik untuk pereda rasa sakit.
serta edukasi untuk membersihkan telinga enam bulan sekali, dan menghindari
kebiasaan mengorek – ngorek telinga.

BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus Otitis Eksterna DIfus Aurikula Dekstra


pada seorang Anak-anak berusia 7 tahun. Otitis eksterna difus adalah infeksi pada

29
2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu
Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria
coli, dan sebagainya. Diagnosa di tegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada Otitis Eksterna Anamnesis bisa otalgia, rasa penuh pada
telinga, gatal, penurunan pendengaran, demam dan keluar cairan dari telinga
pemeriksaan fisik didapatkan terdapat nyeri tekan tragus dan nyeri goyang daun
telinga, pada pemeriksaan menggunakan otoskop tampak udem dan terdapat
secret pada 2/3 liang telinga sebelah kanan .
Pengobatan untuk otitis eksterna difus ialah dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotik supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Diberikan juga analgetik untuk pereda rasa sakit .
Pada pasien juga di berikan edukasi untuk tidak mengorek telinga baik dengan
cutton bud atau cunam besi, Menganjurkan pasien untuk mengeluarkan serumen 6
bulan sekali.

DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan Telinga Luar. Dalam:

Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar

30
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi

ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010. Hal 58-61


2. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New
York. 2003. Hal 25-30.
3. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, et all. Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.2001. Hal 83-84


4. Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan

Kepala dan Leher. Jilid 2. Edisi 16. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Hal

236-238.
5. Dhirngra PC. Diseases Of Ear, Nose and Throat. Elsevier. 2001. Hal

50-55.
6. Snell, R.S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran, edisi 6.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006. hal 782-792


7. ballenger JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.

Jilid dua. Edisi-13. Jakarta: Binarupa Aksara; 2008. hal: 256-258


8. Dhingra PL, Dhingra S. Diseases of ear, nose and throat, III thed,

India: Elsevier; 2007.


9. Colman Bernat. Disease of the Nose, Throat and era, and Head and

Neck A Handbook far student and practitioners. Fourteenth Edition.

ELBS. Edinburgh. 1992. Hal 209-216.


10. Probst R, Grevers G,Iro H. Basic Othorhinolaryngology. Thieme.
Germany. 2006. Hal : 207 – 209. 218 – 219.

31

Anda mungkin juga menyukai