Anda di halaman 1dari 20

BAB

ANALISA SAMPAH

16.1. Prinsip Kerja


Metode pengujian ini menjelaskan prosedur untuk mengukur komposisi
limbah padat kota (MSW) yang belum diolah oleeh menggunakan penyortiran
manual. Metode pengujian ini berlaku untuk penentuan komposisi rata – rata MSW
berdasarkan pengumpulan dan pemilahan secara manual dari sejumlah sampel limbah
selama periode waktu yang dipilih yang mencakup minimal satu minggu. Metode
pengujian ini mencakup prosedur pengumpulan dari sampel penyortiran
representative dari limbah yang tidak diproses, pemilahan sampah secara manual
menjadi komponen limbah individu, reduksi data, dan pelaporan hasil. Metode
pengujian ini dapat diterapkan di lokasi pengisisan lahan, limbah fasilitas pemrosesan
dan konversi, dan stasiun transfer. Nilai yang dinyatakan dalam satuan inci-pon harus
diperhatikan sebagai standar. Nilai yang diberikan dalam tanda kurung adalah hanya
untuk informasi. Standar ini dimaksudkan untuk membahas semua masalah
keamanan, jika ada terkait dengan penggunaannya. Ini adalah tanggung jawab
pengguna standar ini untuk menetapkan yang sesuai praktik keselamatan dan
kesehatan dan menetukan penerapannya (ASTM D5231-92.2008. Standard Test
Method for Determination of the Composition of Unprocesessed Municipal Solid
Waste. ASTM International).

16.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui jenis – jenis sampah secara fisik dan kimiawi yang
terkandung didalam sampel sampah.

16.3. Tinjuan Pustaka


Sampah adala semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga,
perdagangan, industry dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak
berbahaya (non hazardous) (Departemen Kehutanan, 2004).
Soewodo (1983) dalam Depertemen Kehutanan (2004) menyatakan bahwa
sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia
(termasuk kegiatan industry), tetapi bukan yang biologis.
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Meningkatnya
jumlah dan aktivitas penduduk di suatu wilayah perkotaan menghasilkan volume
sampah yang semakin meningkat. Hal ini menimbulkan berbagai masalah karena
sampah dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik (Mirmanto,
2005).
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk
maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan (Astriani, 2009) atau sampah merupakan semua material yang dibuang dari
kegiatan rumah tangga, perdagangan, industry dan kegiatan peranian. Sampah yang
berasal dari kegiatan rumah tangga dan tempat perdagangan dikenal dengan limbah
municipal yang tidak berbahaya (non hazardous). Sampah adalah bagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industry, tetapi
bukan yang biologis) (Febry, 2009).
Akibat adannya sampah yang tidak terkelola dengan baik anatara lain temapat
berkembang dan sarang bagi serangga dan tikus, menjadi sumber polusi dan
pencemaran tanah, air dan udara, sebab sampah menghasilkan cairan lindi (leachate)
dan bau busuk yang ditimbulkan akibat proses dekomposisi yang menghasilkan gas
CO2, methan dan sebagainya dan apabila sampah merupakan sampah anoranik yang
menyebabkan tanah tidak dapat diolah, pemandangan yang tidak sehat, menyebabkan
banjir dan merupakan sumber dan tempat hidup kuman – kuman yang membahayakan
kesehatan (Mirmanto, 2005).
Wied Harry Apriadji (1995) dalam Mirmanto (2005) menggolongkan sampah
dalam 4 (empat) kelompok antara lain meliputi :
a. Human excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia,
meliputi tinja (feaces), dan air kencing (urine).
b. Sawage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumah tangga,
contohnya adalah air bekas cucian pakaian yang masih mengandung larutan
detergen
c. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industry atau hasil sampingan kegiatan
rumah tangga. Refuse dalam kehidupan sehari – hari disebut sampah. Contoh :
panic bekas, kertas bekas pembungkus bumbu dapur, sendok kayu yang sudah
tidak dipakai lagi dan dibuang, sisa sayuran, nasi basi, daun – daunan tanaman,
dan masih banyak lagi.
d. Industrial waste merupakan bahan – bahan buangan dari sisa – sisa proses
industry.

16.4. Alat dan Bahan


16.4.1. Alat
1. Timbangan Biasa
2. Timbangan Analitis
3. Oven dengan Suhu 105o C
4. Nampan
5. Kotak Densitas 24 Liter
6. Cawan
7. Furnace Suhu 550o C
16.4.2. Bahan
1. Sampah ITATS belakang

16.5. Skema Kerja


16.5.1. Skema kerja Analisa Densitas Sampah

Mengambil sampah di sekitar ITATS

Menghitung volume kotak densitas

Memasukkan sampah ke dalam kotak densitas

Mengetuk kotak densitas yang telah terisi sampah


Menghitung volume sampah didalam kotak densitas

Menimbang sampah dalam kotak densitas

Menghitung densitas sampah dengan rumus

Hasil

Gambar 16.1. Skema kerja analisa densitas sampah

16.5.2. Skema Kerja Analisa Komposisi Sampah

Mengambil sampah ± 10 kg

Memisahkan sampah menurut jenis sampah

Menimbang setiap jenis sampah dengan timbangan biasa

Menghitung presentase sampah menggunakan rumus

Hasil

Gambar 16.2. Skema kerja analisa komposisi sampah


16.5.3. Skema Kerja Analisa Kadar Air Sampah

Mengambil sampah sebanyak ± 10 kg

Mengambil sampah ± 400 gram dan letakkan dalam Loyang


yang telah diketahui berat kosongnya

Memanaskan dalam oven 105o C selama 24 jam

Menimbang dengan timbangan biasa

Menghitung kadar air sampah dengan rumus

Hasil

Gambar 16.3. Skema kerja analisa kadar air sampah

16.5.4. Skema Kerja Analisa Kadar Abu dan Volatile Sampah

Membakar cawan porselin dengan furnace 550o C selama 1 jam

Memasukkan ke dalam oven 105o C selama 15 menit

Mengambil sampah yang sudah kering dan memasukkan ke


dalam cawan yang telah ditimbang sebatas kemampuan cawan
Menimbang dengan timbangan analitik

Membakar dengan furnace 550o C selama 1 jam

Memasukkan dalam oven 105o C selama 15 menit

Mendinginkan dalam desikator selama 15 menit

Menghitung kadar volatile sampah, kadar abu, kadar karbon dan


kadar hydrogen dengan rumus

Hasil

Gambar 16.4. Skema kerja analisa kadar abu dan volatile sampah

16.6. Hasil Pengamatan dan Analisa Pembahasan


16.6.1. Hasil Pengamatan Analisa Densitas Sampah
Tabel 16.1 Hasil pengamatan analisa densitas sampah di ITATS
NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR
1 Mengambil sampah Tidak terjadi
disekitar itats perubahan
NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR
2 Menghitung volume Tidak terjadi
kotak densitas perubahan

3 Memasukkan sampah Terjadi perubahan


ke dalam kotak berat volume
densitas

4 Mengetuk kotak Terjadi perubahan,


densitas yang telah sampah menjadi
berisi sampah penyusutan volume
akibat mengetuk
kotak densitas

5 Menghitung volume Terjadi perubahan


sampah didalam kotak berat pada kotak
densitas densitas

6 Menimbang sampah Terjadi perubahan


dalam kotak densitas berat pada kotak
densitas

7 Menghitung densitas
sampah dengan rumus
Sumber: hasil dokumentasi
Tabel 16.2. Hasil pengamatan analisa komposisi sampah di ITATS
NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR
1 Mengambil sampah Tidak terjadi
sebanyak -+ 10 kg perubahan

2 Memisahkan sampah Terjadi perubahan


menurut jenis sampah antara sampah
organic dan
anorganik

3 Menimbang setiap Terjadi perubahan


sampah menurut jenis setiap sampah yang
sampah dengan akan ditimbang
timbangan digital

4 Menghitung
presentasi sampah
5 Menimbang dengan
neraca analitis
membakar dengan
furnace selama 1 jam
Sumber: hasil dokumentasi
Tabel 12.3. Hasil pengamatan analisa kadar air sampah di ITATS
NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR
1 Mengambil sampah Tidak terjadi
sebanyak -+ 10kg perubahan

2 Mengambil sampah -+ Terjadi perubahan


400 gram dan letakkan berat saat proses
dalam loyang yang pennimbangan
telah diketahui berat
kosongnya

3 Memanaskan dalam Terjadi perubahan


oven 105oC selama 24 berat saat
jam pengovenan

4 Menimbang dengan Terjadi perubahan


timbangan biasa berat setelah
dilakukan
pengovenan

5 Menghitung kadar air


sampah
Sumber: hasil dokumentasi
Tabel 12.4. Hasil pengamatan kadar abu dan volatile sampah di ITATS
NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR
1 Membakar krusibel Terjadi perubahan
dengan furnace 550oC berat krusibel
selama 1 jam

2 Memasukkan ke Terjadi perubahan


dalam oven pada suhu berat krusibel dan
105oC selama 15 menit perubahan suhu

3 Mendinginkan di Terjadi perubahan


dalam desikator suhu
selama 15 menit

4 Mengambil sampah Terjadi perubahan


yang sudah kering dan berat krusibel
memasukkan ke dalam
krusibel yang telah
ditimbang berat
kosongnya.
5 Menimbang dengan Terjadi perubahan
neraca analitis berat krusibel saat
dimasukkan kertas
NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR
6 Membakar dengan Terjadi perubahan
furnace selama 1 jam pada kertas yaitu
menjadi abu

7 Memasukkan ke Terjadi perubahan


dalam oven pada suhu suhu
105oC selama 15 menit

8 Mendinginkan dalam Terjadi perubahan


desikator selama 15 suhu
menit

9 Menimbang pada Terjadi perubahan


neraca analitis berat setelah melalui
proses furnace dan
oven

10 Menghitung kadar abu


dan volatile sampah
Sumber: hasil dokumentasi

16.6.2. Analisa Perhitungan


Dari praktikum yang telah dilakukan sesuai prosedur yang dihasilkan,
data hasil praktikm guna mengetahui densitas sampah, komposisi sampah,
kadar air, kadar abu, dan volatile sampah. Data tersebut kemudian dihitung
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
A. Perhitungan densitas sampah
Diketahui : Berat kotak densitas : 0,6 kg
: Berat sampah dalam kotak : 1,9 kg
: Volume kotak : 24 liter
Ditanya : Densitas sampah (kg/l) ?
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
Jawab : Densitas sampah : 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
1,9 𝑘𝑔−0,6 𝑘𝑔
: 24 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

: 0,0542 kg/liter
Dari hasil perhitungan tersebut densitas sampah pada kelompok satu
yang pengambilan sampah di belakang ITATS sebesar 0,0542 kg/liter.
Dari hasil tersebut dapat dibandingkan kelompok lain yaitu sebagai
berikut :
Tabel 12.5. Analisa perhitungan densitas sampah di ITATS
NO KELOMPOK DENSITAS LOKASI SAMPEL
SAMPAH (kg/m3)
1 1 54,16 Belakang ITATS
2 2 234,54 Pasar Klampis
3 3 38,97 Perumahan Wisma
Mukti
4 4 127,36 Klampis Aji
5 5 248 Pasar Klampis
6 6 53,57 Kampus ITATS
Sumber: hasil perhitungan

B. Perhitungan komposisi sampah


Diketahui: a. Daun : 0,5 kg
b. Kertas : 0,880 kg
c. Besi : 1,59 kg
d. Tetrapek : 0,090 kg
e. Kain : 0,265 kg
f. Plastik : 2,475 kg
g. Kayu : 1,840 kg
h. Sterofoam : 0,440 kg
Ditanya : Persentasi komposisi ?
𝑎
Jawab : Jenis sampah (%) : 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ × 100%
0,5
Daun : 8.080 × 100% : 6,2 %
0,880
Besi : 8.080 × 100% : 10,9 %
1,59
Besi : 8.080 × 100% : 19,7 %
0,090
Tetrapek : 8.080 × 100% : 1,1 %
0,265
Kain : 8.080 × 100% : 3,3 %
2,475
Plastik : 8.080 × 100% : 30,6 %
1,840
Kayu : 8.080 × 100% : 22,8 %
0,440
Sterofoam : 8.080 × 100% : 5,4 %

C. Perhitungan kadar air sampah


Diketahui : a. Berat cawan + sampah sebelum di oven sebesar 460 g
b. Berat cawan + sampah setelah di oven sebesar 600 g
Ditanya : Kadar air (%) ?
𝑎−𝑏
Jawab : Kadar air (%) : × 100 %
𝑎
600−460
: 600
× 100 %
140
: 600 × 100 %

: 23 %
Dari hasil perhitungan tersebut densitas sampah pada kelompok satu
yang pengambilan sampah di belakang ITATS sebesar 23 %. Dari hasil
tersebut dapat dibandingkan kelompok lain yaitu sebagai berikut :
Tabel 12.7. Analisa perhitungan kadar air sampah di ITATS
NO KELOMPOK KADAR AIR (%) LOKASI SAMPEL
1 1 23 Belakang ITATS
2 2 54,347 Pasar Klampis
NO KELOMPOK KADAR AIR (%) LOKASI SAMPEL
3 3 0,35 Perumahan Wisma
Mukti
4 4 64 Klampis Aji
5 5 60,71 Pasar Klampis
6 6 33,33 Kampus ITATS
Sumber: hasil perhitungan

D. Perhitungan kadar abu dan volatile sampah


Diketahui : a. Berat cawan + abu setelah pembakaran 550oC sebesar 39,92
g
b. Berat cawan kosong setelah pembakaran 550 oC sebesar
39,26 g
c. Berat cawan + sampah kering sebesar 42,529 g
Ditanya : a. kadar abu (%) ?
b. kadar volatile sampah (%) ?
𝑎−𝑏
Jawab : a. Kadar abu : × 100 %
𝑐
39,92−39,26
: × 100 %
42,52

: 1,55 %
{ 𝑐−(𝑎−𝑏)}
b. Kadar volatile sampah : × 100 %
𝑐
{ 42,52−(39,92−39,26)}
: × 100 %
42,52

: 98,45 %
% 𝑉𝑆
c. Kadar carbon : 1,8
98,45 %
: 1,8

: 54,6 %
% 𝑉𝑆
d. Kadar hidrogen : 15
98,45
: 15

: 6,5 %
Hasil praktikum yang tertera dari hasil perhitungan diatas merupakan
perhitungan yang dilakukan oleh praktikum saat setelah praktikum.
Tabel 12.8. Analisa perhitungan kadar abu dan kadar volatil sampah di
ITATS
NO KELOMPOK KADAR KADAR LOKASI
ABU (%) VOLATILE SAMPEL
(%)
1 1 1,55 98,45 Belakang ITATS
2 2 2,68 97,32 Pasar Klampis
3 3 0,05849 0,00212 Perumahan
Wisma Mukti
4 4 Klampis Aji
5 5 4,95 94,88 Pasar Klampis
6 6 2,52 97,48 Kampus ITATS
Sumber: hasil perhitungan

16.6.3. Pembahasan
Sampah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Pengukuran sampah sangat diperlukan karena sangat membantu dalam
pemilihan alternative pengolahan sampah yang sesuai dan didasarkan pada
komposisi dan karakteristik fisik, kimia, dan biologi sampah. Perbedaan
karakteristik sampah disebabkan oleh sumber dimana sampah tersebut
diambil. Dalam percobaan analisa sampah ini menggunakan beberapa metode
pengukuran sampah yaitu komposisi sampah, densitas sampah, kadari air
sampah, dan kadar volatile sampah dan sampah yang digunakan pada
percobaan ini ialah sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah
yang tidak mudah membusuk, seperti plastic wadah pembungkus makanan,
kertas, plastic mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan
sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersial atau sampah yang
laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang
dapat dijual adalah plastic wadah pembungkus makanan, botol dan gelas
bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, bak kertas Koran, HVS, maupun
koran.
Pengukuran densitas sampah sangat membantu dalam pengelolahan
sampah terutama pada perencanaan kapasitas pengangkutan sampah misalnya
pada gerobak truk pengangkut sampah atau juga pada penampungan sampah
yang akan dibakar dalam incinerator. Pengukuran densitas sampah dilakukan
dengan memasukkan sampah pada kotak densitas volume 24 liter yang telah
ditimbang berat kosongnya, sampah dimasukkan tanpa ditekan. Perhitungan
densitas sampah yang diperoleh dari data – data hasil pengamatan adalah
sebesar 54,16 kg/m3. Yang artinya dalam wadah yang volumenya 24 liter
dapat memuat sebanyak 54,16 kg sampah.
Tabel 12.9. Analisa perhitungan densitas sampah di ITATS
NO KELOMPOK DENSITAS LOKASI SAMPEL
SAMPAH (kg/m3)
1 1 54,16 Belakang ITATS
2 2 234,54 Pasar Klampis
3 3 38,97 Perumahan Wisma
Mukti
4 4 127,36 Klampis Aji
5 5 248 Pasar Klampis
6 6 53,57 Kampus ITATS
Sumber: hasil perhitungan

DENSITAS SAMPAH
300
KONSENTRASI

250

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6
KELOMPOK 1 2 3 4 5 6
DENSITAS SAMPAH (kg/m3) 54.16 234.54 38.97 127.36 248 53.57

KELOMPOK DENSITAS SAMPAH (kg/m3)


Gambar 16.5. Grafik perbandingan nilai densitas sampah kelompok
Sumber: data kelompok
Dari perbandingan densitas sampah tersebut nilai kadar tertinggi yaitu
terletak pada kelompok 2 sebesar 234,54 kg/m3. Dan kadar densitas sampah
terendah terletak pada kelompok 1 sebesar 54,16 kg/m3. Berdasarkan hasil
tersebut tidak terlalu besar dikarenakan belum adanya pemadatan sampah dari
sumber sampah
Pengukuran komposisi sampah bertujuan untuk mengetahui
komposisi sampah yaitu seperti sampah plastic, sampah organic dan sampah
logam. Sampah yang digunakan pada percobaan ini ialah sebanyak 8,080 kg
yang berasal dari ITATS bagian belakang. Sampah pemilihan tersebut
kemudian dipilah – pilah berdasarkan jenisnya. Dari hasil pemilahan tersebut
didapatkan komponen sampah sebagai berikut Daun 0,5 kg, Kertas 0,880 kg,
Besi 1,59 kg, Tetrapek 0,090 kg, Kain 0,265 kg, Plastik 2,475 kg, Kayu 1,840
kg, Sterofoam 0,440 kg.
Pengukuran kadar air sampah sangat diperlukan sekali sebab adanya
air dalam sampah angat menentuakn dalam pengolahan sampah terutama pada
pengelolaan sampah secara biologi dan termal. Pengukuran kadar air sampah
pada percobaan ini menggunakan nampan, dan yang hanya diambil hanya
sampah yang sudah basah dalam arti basah saat pengambilan sampah.
Percobaan kadar air dalam sampah bertujuan untuk menghitung kadar air
dalam sampah, dari hasil perhitungan data yang didapatkan pada pengamatan
didapatkan kadar air sampah pada sebesar 23 %.
Tabel 12.10. Analisa perhitungan kadar air sampah di ITATS
NO KELOMPOK KADAR AIR (%) LOKASI SAMPEL
1 1 23 Belakang ITATS
2 2 54,347 Pasar Klampis
3 3 0,35 Perumahan Wisma
Mukti
4 4 64 Klampis Aji
5 5 60,71 Pasar Klampis
6 6 33,33 Kampus ITATS
Sumber: hasil perhitungan

KADAR AIR
70
60

KONSENTRASI
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
KELOMPOK 1 2 3 4 5 6
KADAR AIR (%) 23 54.347 0.35 64 60.71 33.33

KELOMPOK KADAR AIR (%)

Gambar 16.7. Grafik perbandingan nilai kadar air sampah kelompok


Sumber: data kelompok
Dari perhitungan dan perbandingan nilai kadar air sampah dapat
dilihat bahwa kadar air sampah tertinggi terletak pada kelompok 5 yaitu
sebesar 60,71 % dan kadar air sampah terendah terletak pada kelompok 3 yaitu
sebesar 0,35 %. Kadar air sampah pasar klampis dan juga pada kelompok 2
yang memiliki lokasi yang sama, dan memiliki kadar air yang tinggi
dikarenakan sampah lebih banyak mengandung sampah organic sisa makanan
dan juga sisa sayuran yang telah membusuk atau dibuang oleh penjual.
Tingginya kadar air menyebabkan kelembaban sampah yang tinggi pula.
Pengukuran kadar volatile pada sampel sampah bertujuan untuk
medemkoposisi bakteria. Pada pengukuran kadar volatile menggunakan
sampah kering yang digerus – gerus halus dan diperoleh berat sampah
sebelum dimasukkan kedalam oven dan setelah dikeringkan dengan oven
selama 15 menit. Dari data yang diperoleh dapat diketahui kadar volatile pada
sampah sebesar 98,45 %. Tinggi rendahnya kadar volatile sampah akan
mempengaruhi mudah tidaknya sampah tersebut didekomposisi oleh bakteri,
semakin tinggi kadar volatilnya semakin rendah sampah tersebut
terdekomposisi olehbakteri begitu juga sebaliknya. Pada percobaan ini
didapatkan kadar volatile sebesar 98,45 % yang artinya sampah kertas sangat
mudah didekomposisi oleh bakteri.
Pada pengukuran kadar air dan kadar volatil sampah menggunakan
cawan yang sebelumnya telah dipanaskan, tetapi didinginkan terlebih dahulu
sebelum ditimbang, pemanasan bertujuan agar kadar air pada cawan
berkurang karena menguap ketika dipanaskan. Sedangkan pendinginan
bertujuan agar suhu cawan sama dengan suhu ruangan dan kadar airnya
menjadi konstan, sehingga ketika ditimbang berat yang didapatkan merupakan
berta murni cawan.
Metode yang digunakan untuk mengukur komposisi, densitas, kadar
air, dan kadar volatile sampah berbeda – beda, hal ini dikarenakan perbedaan
tujuan pengukuran. Pengukuran komposisi sampah bertujuan untuk
mengetahui komposisi yang terdapat dalam sampah, sehingga dapat dilakukan
cukup dengan pemilihan saja berdasarkan dengan kriteria tertentu.
Pengukuran densitas sampah bertujuan untuk mengetahui volume dari
sampah, sehingga lebih mudah dalam perencanaan penampungan atau alat
angkut sampah. Pengukuran kadar air sampah bertujuan untuk mengetahui
kadar air yang terdapat pada sampah, sehingga dapat merencanakan
pengelolaan sampah lebih lanjut. Pengukuran kadar volatile sampah bertujuan
untuk mengetahui apakah sampah itu mudah atau tidak didekomposisi oleh
bakteria.

16.7. Kesimpulan
1. (ASTM D5231-92.2008. Standard Test Method for Determination of the
Composition of Unprocesessed Municipal Solid Waste. ASTM
International).
16.8. Daftar Pustaka
1. Astriani. 2009. Pengertian Sampah. Dikases pada tangga 19 November 2009
2. Febry, M. 2009. Analisis Buangan Padat. Diakses pada tangga 19 November 2009.
3. Departemen Kehutanan. 2004. Sampah: Ancaman bagi Kawasan Wisata Alam.
Diakses pada tanggal 8 Desember 2010.
4. Mirmanto. 2005. Nilai Kalor Sampah Hasil Produksi Masyarakat Kota Mataram.
Diakses pada tangga 8 Desember 2010.
5. (ASTM D5231-92.2008. Standard Test Method for Determination of the
Composition of Unprocesessed Municipal Solid Waste. ASTM
International).

Anda mungkin juga menyukai