PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi merupakan salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia dan merupakan
kelainan neurologis paling umum yang mempengaruhi individu- individu dari segala usia
(Banerjee et al., 2009). Epilepsi membawa banyak stigma negatif sehingga orang-orang
dengan epilepsi tidak dapat menjalani hidup dengan normal. Anak-anak dengan epilepsi sering
mengalami beban ganda karena ketidakmampuan belajar, gangguan kognitif, serta kinerja
Epilepsi dijumpai pada semua ras di dunia dengan insidensi dan prevalensi yang
hampir sama, walaupun beberapa peneliti menemukan angka lebih tinggi di negara
berkembang. Selain itu banyak juga ditemukan bahwa penderita laki-laki lebih banyak daripada
penderita perempuan, dan lebih sering dijumpai pada anak pertama (Tjahjadi et al., 2009).
Menurut Riyadi dan Sukarmin (2009) Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf
pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan yang bersifat spontan dan berkala. Serangan
dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas yang
berasal dari sekelompok sel-sel otak, bersifat sinkron dan berirama. Bangkitan kejang yang
terjadi pada pasien epilepsi terjadi akibat lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel neuron
saraf pusat. Lepasnya muatan listrik di otak dapat disebabkan oleh adanya kelainan dan
Data epilepsi yang dihimpun dari 108 negara mencakup 85,4% dari populasi dunia
terdapat 43.704.000 orang menderita epilepsi. Rata-rata jumlah orang penderita epilepsi per
1000 penduduk 8,93 dari 108 negara responden. Jumlah orang penderita epilepsi per 1000
penduduk berbeda-beda di setiap regional. Sementara itu data di regional Amerika dan Afrika
di dapatkan 12,59 dan 11,29. Data di regional Asia Tenggara di dapatkan sebesar 9,97.
Sedangkan data sebesar 8,23 didapatkan di regional Eropa. Jumlah rata-rata orang epilepsi per
1000 penduduk berkisar dari 7,99 di negara-negara berpendapatan tinggi dan 9,50 di negara-
Di Indonesia, dengan jumlah penduduk berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah
penyandang epilepsi per tahunnya adalah 250,000. Angka prevalensi penyandang epilepsi
aktif antara 4-10 per 1000 penyandang epilepsi. Dari hasil studi diperkirakan prevalensi
epilepsi berkisar antara 0.5% sampai 4 %.Rata-rata prevalensi epilepsi 8.2 per 1,000
penduduk. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak cukup tinggi, namun menurun pada
dewasa muda dan pertengahan, kemudian meningkat kembali pada kelompok usia lanjut.
Dengan prevalensi 0.5% dan penduduk 220 juta orang, terdapat 1,1 juta orang dengan epilepsi
normal saraf pusat dan penderita dapat melakukan tugas tanpa bantuan. Terapi meliputi terapi
kausal, terapi dengan menghindari faktor pencetus, dan memakai obat anti konvulsi (
Jamalludin, 2014)
Menyusui dini di jam-jam pertama kelahiran jika tidak dapat dilakukan oleh ibu akan
menyebabkan proses menyusu tertunda, maka alternatif yang dapat dilakukan adalah memerah
atau memompa ASI selama 10-20 menit hingga bayi dapat menyusu. Tindakan tersebut dapat.
Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk membantu proses pengeluaran ASI. ASI
dapat di perah dengan mudah tanpa teknik apapun. Namun satu hal yang sering terlupakan
yaitu teknik yang tidak tepat akan merusak jaringan lemak pada payudara, membuat payudara
menjadi lecet. Bahkan kulit payudara menjadi memar atau kemerahan (Marmi, 2015)
Teknik memerah ASI yang dianjurkan adalah dengan mempergunakan tangan dan jari
karena praktis, efektif dan efisien dibandingkan dengan menggunakan pompa. (Roesli, 2015).
Mengingat pentingnya produksi ASI pada awal masa menyusui terhadap keberhasilan proses
menyusui, peneliti merasa perlu untuk melakukan proses “Asuhan Keperawatan pada ibu
Postpartum Primipara dengan menyusui tidak efektif di RSUD KRMT Wongsonegoro Kota
Semarang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam karya ilmiah ini adalah
“Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Primipara Dengan Menyususi Tidak Efektif di
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menerapkan teknik marmet untuk meningkatkan produksi ASI Ibu Post Partum di RSUD
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik ibu post partum meliputi umur, paritas, pekerjaan dan
pendidikan.
b. Mengkaji produksi ASI pada ibu post partum sebelum dilakukan teknik breastcare
c. Mengkaji produksi ASI pada ibu post partum setelah dilakukan teknik breastcare
D. Manfaat
peneliti mengenai pengaruh breastcare untuk meningkatkan produksi ASI ibu postpartum
Ibu pot partum mendapatkan solusi dalam meningkatkan produksi ASI dengan
3. Bagi Masyarakat
sekitar pengaruh breastcare untuk meningkatkan produksi ASI ibu postpartum sehingga
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
Masa nifas (postpartum / puerpurium) barasal dari kata latin yaitu dari kata “puer”
yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan, yaitu masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil lama masa
nifas berkisar sekitar 6-8 minggu (Sujiyatini, 2010). Masa nifas (puerperium) dimulai
setelah kelahiran plasenta berakhir dan ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil.
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Anggraini, 2010). Masa setelah melahirkan plasenta
lahir dan berakhir katika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). Masa puerperium atau masa
nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir kira-kira setelah 6 minggu akan tetapi
seluruh alat genital akan pulih kembali seperti sebelum kehamilan dalam 3 bulan
(Wiknjosastro, 2006). Masa Nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
a) Puerperium dini
Yaitu dimana ibu sudah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. Dalam agama islam,
b) Puerperium Intermedial
c) Remote puerperium
Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga
jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami nekrosis dan
lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi
masuk panggul, curiga ada subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi
Vagina Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan atau
tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat eskstraksi dengan cunam, terlebih apabila
kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat
Perineum Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi
di garis tengah dan bias menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
Lochea. Dengan involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi
tempat atau situs placenta akan menjadi nekrotik (layu/ mati), pelepasan jaringan
keluar bersama sisa cairan suatu campuran antara darah yang dinamakan lochea,
yaitu suatu ekskresi cairan rahim selama masa nifas yang mempunyai reaksi basa
atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis (anyer),
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
Disamping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perinium, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bilamana masih juga terjadi konstipasi
dan beraknya mungkin keras dapat diberikan obat per oral atau per rektal (Suherni,
2009).
4) Perubahan Perkemihan
Menurut Suherni (2009), Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai
8 minggu,tergantung pada :
1. Definisi
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk
kebersihan payudara dan bentuk putting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu
demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan
mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu lebih
mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan kebersihan
personal hygiene (Rustam, 2009). Payudara adalah pelengkap organ reproduksi wanita
dan pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu. Payudara mungkin akan sedikit
berubah warna sebelum kehamilan, areola (area yang mengelilingi puting susu) biasanya
berwarna kemerahan, tetapi akan menjadi coklat dan mungkin akan mengalami
Beberapa keadaan yang berkaitan dengan teknik dan saat perawatan payudara Antara lain
:
a. Putting lecet
- Untuk mencegah rasa sakit, bersihkan puting susu dengan air hangat ketika
sedang mandi dan janganmenggunakan sabun, karena sabun bisa membuat puting
- Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa riwayat abortus,
- Ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dengan riwayat abortus,
- Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam, perawatannya harus
dilakukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila ada riwayat
Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian
perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang
mengeras. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui
bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui, sehingga bias mengeringkannya
dengan efektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan air susu ibu dari payudara itu setiap
kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang
sakit tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada
payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari atau mandi dengan air hangat beberapa
kali, lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan
kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu (Prawirohardjo,
2010).
c. Pengerasan Payudara
Menyusui secara rutin sesuai dengan kebutuhan bisa membantu dan sudah
mencapai berat badan ideal, ibu mungkin harus melakukan sesuatu untuk mengurangi
tekanan pada payudara. Sebagai contoh, merendam kain dalam air hangat dan
kemudian di tempelkan pada payudara atau mandi dengan air hangat sebelum
menyuusi bayi. Mungkin ibu juga bisa mengeluarkan sejumlah kecil ASI sebelum
menyusui, baik secara manual atau dengan menggunakan pompa payudara. Untuk
pengerasan yang parah, gunakan kompres dingin atau es kemasan ketika tidak sedang
(Manuaba, 2010).
d. vdghvdge
a. Pengurutan harus dilakukan secara sistematis dan teratur minimal 2 kali sehari.
b. Merawat Puting Susu dengan menggunakan kapas yang sudah diberi baby oil lalu di
e. Jangan mengoleskan krim, minyak, alcohol, atau sabun pada puting susu (Mustika,
2011).
a. Massase
Pijat sel-sel pembuat ASI dan saluran ASI tekan 2-4 jari ke dinding dada, buat
gerakan melingkar pada satu titik di area payudara Setelah beberapa detik pindah ke
area lain dari payudara, dapat mengikuti gerakan spiral. mengelilingi payudarake arah
putting susu ataugerakan lurus dari pangkal payudara ke arah puting susu.
b. Stroke
1. Mengurut dari pangkal payudara sampai ke puting susu dengan jarijari atau telapak
tangan.
2. Lanjutkan mengurut dari dinding dada kearah payudara diseluruh bagian payudara.
3. Ini akan membuat ibu lebih rileks dan merangsang pengaliran ASI (hormon
oksitosin).
c. Shake (goyang)
Dengan posisi condong kedepan, goyangkan payudara dengan lembut, biarkan gaya
b. Kedua tangan diletakkan diantara kedua payudara ke arah atas, samping, bawah, dan
c. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan kanan saling
dirapatkan Sisi kelingking tangan kanan memegang payudara kiri dari pangkal
payudara kearah puting, demikian pula payudara kanan lakukan 30 kali selama 5 menit
(Manuaba, 2010).
c. selesai menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak
lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam ASI dikeluarkan dan
e. Untuk menghilangkan rasa nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
payudara menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit, urut payudara dari
arah pangkal menuju puting susu, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan
payudara sehingga puting susu menjadi lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila
tidak dapat menghisap ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan letakkan kain dingin
Tidak Dilakukan Perawatan PayudaraBerbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak
e. Payudara meradang
f. Payudara kotor
Lakukan gerakan menggunakan kedua ibu jari dengan menekan kedua sisi puting dan
setelah puting tampak menonjol keluar lakukan tarikan pada puting menggunakan ibu
jari dan telunjuk lalulanjutkan dengan gerakan memutar puting ke satu arah. Ulangi
Walaupun asi belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera menyusui sejak
bayi barulahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini, Dengan teratur menyusui bayi maka
hisapan bayipada saat menyusu ke ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan
prolaktin yang akan membantu kelancaran ASI. Jadi biarkan bayi terus menghisap maka
akan keluar ASI. Jangan berpikir sebaliknya yakni menunggu ASI keluar baru menyusui.
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bias mengistirahatkan 24 jam pada
payudara yang lecet dan memerah ASI secara manual dan ditampung pada botol steril
lalu di suapkan menggunakan sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang
lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet.
a. Tempelkan kapas yang sudah di beri minyak atau baby oil selama 5 menit, kemudian
d. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kearah sisi kanan. e.
f. Tangan kiri menopang payudara kiri 3 jari tangan kanan membuat gerakan memutar
sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampaipada puting susu, lakukan tahap
g. Membersihkan payudara dengan air hangat lalu keringkan payudara dengan handuk
Perawatan payudara (Breast care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI,selain itu untuk
kebersihan payudara dan bentuk putting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu
demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan
mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untukmengusahakan agar puting susu lebih
mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan kebersihsn
personal hygiene.Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan, payudara sering
terasa penuh,tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara
bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening (
Mansjoer, 2009).
Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam
keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal
feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan
bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak
disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan reflex
oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang
disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang
melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi
ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak
lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza dan lain
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 3 atau ke-4 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar,
karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan,
hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan
waktu menyusui.
Penelitian yang di lakukan oleh Sastika (2012), adalah Penanganan utama pada
bendungan ASI adalah memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi yaitu
mastitis dan abses (bernanah) dan sepsis yang dapat terjadi bila penanganan terlambat atau
tidak tepat, kurang efektif. Laktasi tetap dianjurkan untuk melanjutkan pengosongan
payudara sangat penting untuk keberhasilan terapi. Terapi superpip seperti betres,
pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi sangat dianjurkan. Pemberian
anti biotika secara ideal berdasarkan hasil kepekaan kultur kuman yang diambil dari air
susu sehingga keberhasilan terapi tetap terjamin. Karena kultur kuman yang tidak secara
rutin dilakukan, secara empiris pilihan pengobatan pertama terutama ditunjukkan pada
digunakan eritromisin atau sulfa. Pada sebagian kasus antibiotic dapat diberikan secara
peroral dan tidak melakukan perawatan rumah sakit. Pada umumnya dengan pengobatan
segera dan adekuat gejala untuk menghilangkan dalam 24-48 jam kemudian dan jarang
terjadi komplikasi. Untuk pencegahan dianjurkan perawatan payudara yang baik dan
membersishkan sisa air susu yang ada di kulit payudara. Sedangkan penelitian yang di
lakukan oleh Yuliana Intan (2010), adalah bendungan ASI dapat terjadi di karenakan oleh
sebab pengosongan ASI yang kurang efektif sehingga menyebabkan bendungan ASI. Untuk
mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya
tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya Mastitis. Ibu perlu
nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam).
Bilamana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu
menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang
sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di
daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan
Anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang besar dari Allah swt kepada para
orang tua (ibu dan ayah). Karena begitu besarnya arti seorang anak, sampaisampai
kehadirannya sangat dinanti nanti oleh pasangan suamiistri yang telah menikah. Diantara
upaya untuk mendapatkan anak yang thayyibah sejak awal kelahirannya adalah dengan
banyak manfaat, baik untuk ibu maupun untuk bayinya. Meskipun manfaat-manfaat dari
menyusui ini telah dipublikasikan di seluruh dunia, angka cakupan ASI eksklusif masih jauh
eksklusif yaitu factor sosial, psikologi, emosi dan lingkungan. Ditambahkan lagi berkaitan
dengan tempat tinggal, etnis ibu, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pekerjaan ibu, status
merokok ibu, paritas, usia kehamilan, jumlah anak dibawah usia dua tahun, dukungan suami
dalam menyusui dan praktik berbagi tempat tidur. Sehingga beralih kepada asupan selain ASI,
Disisi lain, Alquran sebagai hudan dan way of life dalam beberapa kesempatan
memerintahkan para ibu untuk menyusukan anaknya hingga dua tahun. Jika Alquran
memerintahkan suatu pekerjaan, tentu di dalamnya ada maslahat dan manfaat. Sebaliknya, jika
Perintah menyusui pertama kali ditemukan dalam urutan mushaf Alquran pada surat Al
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara yang ma’ruf”, (QS. Al-Baqarah [2]: 233)
1. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengakajian
2) Diagnosa Keperawatan
c) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal.
e) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system
pendukung.
3) Intervensi
DIAGNOSA
N
KEPERAWATA NOC NIC
O
N
perasaannya.
diberikan, teknik pernafasan dan posisi yang dengan tepat untuk setiap fase
interpretasi
informasi.
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Kaji latar belakang budaya klien.
setelah eliminasi.
kekurangan cairan diharapkan cairan seimbang dengan lebih sering bila suhu tinggi,
kehilangan cairan b. Input dan output cairan seimbang. c. Kaji produksi mucus dan turgor
parenteral.
d. Bantu relaksasi
1) Pengkajian
c) Nyeri atau ketidaknyamanan : Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-
40 detik.
d) Keamanan : Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
e) Seksualitas : Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara).
2) Diagnosa Keperawatan
b) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung
kemih.
c) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
d) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan mobilitas
gastrik.
e) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan aliran
darah.
3) Intervensi
DIAGNOSA
N
KEPERAWATA NOC NIC
O
N
jam.
ketersediaan analgesic
menggunakan obat-obatan/tidak.
eliminasi urin b/d keperawatan selama 3 x 24 jam, b. Monitor masukan dan haluaran.
kemih. perineum.
peningkatan.
membrane mukosa.
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Tentukan pemahaman dan
bantu relaksasi
maternal b/d efek jam,diharapkan cidera terkontrol b. Lakukan tirah baring saat
selama 4 jam.
(IV).
5. Risiko tinggi Setelah asuhan keperawatan selama 3 a. Kaji adanya kondisi yang
oksigen dan aliran c. Kontraksi uterus teratur c. Instuksikan untuk tirah baring
pelvis.
lahir.
kontraksi.
c. Kala II
1) Pengkajian
a) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan.
e) Nyeri / ketidaknyamanan
g) Seksualitas
2) Diagnosa Keperawatan
c) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
dan anastesi.
2. Perubahan curah Setelah dilakukan asuhan a. Pantau tekanan darah dan nadi
aliran balik vena diharapkan kondisi cardiovaskuler b. Anjurkan pasien untuk inhalasi
hasil: mengedan.
mengoptimalkan sirkulasi.
3. Risiko tinggi Setelah asuhan keperawatan selama a. Bantu klien dan pasangan pada
integritas kulit b/d kulit terkontrol dengan kriteria hasil: b. Bantu klien sesuai kebutuhan.
d. Kolaborasi terhadap
dan kateterisasi.
d. Kala III
1) Pengkajian
b) Sirkulasi : Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
- Nadi melambat
e) Seksualitas
2) Diagnosa Keperawatan
a) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,
muntah.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
kekurangan volume diharapkan cairan seimbang b. Kaji tanda vital setelah pemberian
muntah. b. Darah yang keluar ± 200 – 300 d. Kaji tanda dan gejala shock.
parentral.
setelah melahirkan diharapkan nyeri terkontrol dengan b. Berikan kompres es pada perineum
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Palpasi fundus uteri dan massase
parenteral.
e. Kala IV
1) Pengkajian
b) Sirkulasi
f) Neurosensori : Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal.
perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
i) Seksualitas :Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen,
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas.
b) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan asuhan a. Kaji sifat dan derajat
edema jaringan, diharapkan nyeri terkontrol dengan b. Beri informasi yang tepat tentang
relaksasi.
kemampuan.
cairan b/d diharapkan cairan simbang dengan b. Kaji hal yang memperberat
persalinan.
e. Kaji tekanan darah dan nadi
setiap 15 menit.
bila lunak.
aliran lokhea.
parentral.
transisi/ peningkatan diharapkan proses keluarga baik b. Observasi dan catat interaksi
klien.
C. Pathway
BAB III
LAPORAN KASUS
4. Farmakoterapi
C.