Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Cinta Tanah Air

a. Pengertian

Pengertian nasionalsme dalam pandangan Silaban (2012) dalam

jurnalnya yang berjudul “Pemikiran Soekarno Tentang Nasionalisme”

mengatakan bahwa Nasionalisme merupakan suatu paham kebangsaan yang

timbul karena adanya perasaan senasib dan sejarah serta kepentingan untuk

hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu berdaulat dan

maju dalam satu kesatuan bangsa, negara dan cita-cita bersama guna

mencapai dan memelihara serta mengabdikan identitas persatuan,

kemakmuran dan kekuatan atau kekuasaan negara kebangsaan yang

bersangkutan. Nasionalisme berkaitan erat dengan cinta tanah air yang dapat

menumbuhkan jiwa patriotisme yang berani membela bangsa dan negara.

Cinta tanah air dalam pandangan Darmiatun (2013: 139) adalah “cara

berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap, bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa”. Rasa cinta tanah air merupakan rasa

kebanggaan, rasa memiliki, rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas

yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, rela berkorban demi

kepentingan bangsa dan negaranya dengan melestarikan alam dan

lingkungannya.

5
Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016
6

Era globalisasi manusia memiliki perencanaan dimasa yang akan

datang, seperti yang dikemukakan Naim (2013: 177) bahwa agenda umat

manusia ke depan adalah membangun suatu dunia baru dalam tatanan yang

didasarkan atas saling pengertian, toleransi, kasih-sayang, dan harmoni. Apa

yang disebutkan oleh Naim sebagai learning to know satu di antara empat

pilar pendidikan bersama learning to be, leaarning to do, learning live

together pada dasarnya adalah perwujudan dari sifat dasar manusia untuk

menjadi bagian dari mayarakat.

Kebutuhan terhadap semangat mencintai tanah air menurut Naim

(2012: 178) sekarang ini, seharusnya semakin ditumbuh kembangkan di

tengah gempuran globalisasi yang semakin tidak terkendali. Cinta tanah air

tidak hanya merefleksikan kepemilikan, tetapi juga bagaimana mengangkat

harkat dan martabat bangsa ini dalam kompisi global.

Cara anak untuk memulai mencintai terhadap negaranya menurut

pandangan Elfindri (2012: 146) dapat melalui pendidikan rumah, dengan

mencoba berdiskusi selepas makan terhadap pengalaman orang tua terhadap

tokoh perjuangan yang dilakukan dalam merebut kemerdekaan, begitu

bahagianya kita bernegara, dengan kemajemukan budaya, agama dan bahasa.

Rasa syukur tersebut ditanamkan kepada anak kita untuk senantiasa mulai

berfikir positif terhadap negara.

upaya untuk membentuk karakter bangsa Indonesia yang memiliki

jiwa cinta tanah air menurut pandangan Soepandi dalam Sagala (2013: 316),

yaitu “sikap negarawan, dan sikap untuk membela negara akan tumbuh

seiring dengan kesadarannya sebagai anak bangsa yang diikat dalam

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


7

persatuan dan kesatuan bangsa sebagai wujud kesatuan NKRI. Peserta didik

perlu mengetahui dengan jelas dan benar bahwa NKRI merupakan negara

yang negara yang besar dilihat dari jumlah penduduk, luas daratan dan lautan,

potensi sumber daya alam, dan kontribusi dalam kehidupan global.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasa cinta

tanah air merupakan perasaan yang timbul dari dalam hati sanu bari seorang

warga negara, untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah

airnya dari segala ancaman dan gangguan.

b. Indikator Cinta Tanah Air

Indikator cinta tanah air di sekolah dalam pandangan Darmiatun (2013:

139) adalah sebagai berikut:

1) Indikator Sekolah;
a) Menggunakan produk dalam negeri.
b) Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang
kekayaan alam dan budaya Indonesia.
c) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2) Indikator Kelas;
a) Memajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera negara,
peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia.
b) Menggunakan produk dalam negeri.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara

luas. Gagne dalam Susanto (2015: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman. Selain itu, belajar juga dimaknai sebagai suatu proses untuk

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


8

memperoleh motivsi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, tingkah

laku, dan sebagai suatu upaya memperoleh ilmu pengetahuan.

Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam

bahasa Indonesai menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah

“prestasi belajar” (achievment) berbeda dengan “hasil belajar” (learning

outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek

pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak

peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan

kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan pendidikan, khususnya

pembelajaran.

Prestasi belajar dalam pandangan Arifin (2011: 12) merupakan suatu

masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena

sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut

bidang dan kemampuan masing-masing.

Prestasi belajar (achievment) semakin terasa penting untuk dibahas,

karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas


pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


9

Fungsi prestasi belajar di atas menunjukan seberapa pentingnya kita

mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik, baik sscara

perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak

hanya sebgai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga

sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Di samping itu, prestasi

belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan

diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap peserta didik. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Cronbach dalam Arifin (2011: 13) bahwa keguaan

prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain “sebagai umpan balik bagi guru

dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan

penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau

penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan

kebijakan sekolah.

Sebagaimana telah dikemukakan Arifin (2011: 12), bahwa

pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai komponen yang saling

beriteraksi. Salah satu komponen pembeajaran adalah evaluasi, bagitu pula

dalam prosedur pembelajaran, salah satu langkah yang harus ditempuh garu

adalah evaluasi, dengan demikian dilihat dari berbagai konteks pembelajaran,

evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis karena

evaluasi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran itu

sendiri.

b. Indikator Prestasi Belajar

hasil belajar ideal dalam pandangan Syah (2008: 150 meliputi segenap

ranah psikologis yang berubah akibat pengalaman dan proses belajar siswa.

Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu,

khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


10

belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba). Oleh karena itu,

yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan

perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat

mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil pelajaran siswa, baik

yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa.

Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar

indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi

yang hendak diungkapkan atau diukur. Selanjutnya agar memudahkan dalam

menggunakan alat dan kiat evaluasi yang dipandang tepat, reliabel dan valid.

c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Ahmadi dan Supriyono (2013: 138) mengemukakan bahwa prestasi

belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang

mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri

(faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu

murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.

Faktor internal terdiri dari beberapa golongan, diantarayanya adalah:

1. Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh dari sesuatu yang terjadi, yang dimaksud faktor ini misalnya

penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh terdiri atas:

a. Faktor intelektif yang meliputi:

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


11

1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.

a. Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan

penyesuaian diri.

b. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Yang tergolong faktor eksternal, ialah:

a. Faktor sosial yang terdiri atas:

1) Lingkugan keluarga

2) Lingkungan sekolah

3) Lingkungan masyarakat

4) Lingkungan kelompok

b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

kesenian.

c. Faktor lingkungan fisik seperti fasislitas rumah, fasilitas belajas,

dan iklim.

c. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak

langsung dalam mencapai prestasi belajar.

d. Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar

Gronlund dalam Azwar (2013: 18), merumuskan beberapa prinsip dasar

dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut:

1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara
jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


12

2) Tes prestasi harus mengukur suatu sempel yang representatif dari


hasil belajar dan dan dari materi yang dicakup oleh program
instruksional atau pengajara.
3) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok
guru mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaan hasilnya.
5) Reabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil
ukurannya ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan untk meningkatkan belajar para
anak didik.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip

pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara tes preastasi yang

berupa soal evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa

dalam proses pembelajaran sehingga diketahui hasilnya.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan sangat berperan penting dalam

meningkatkan pengetahuan dan karakter seseorang agar dapat bermanfaat

bagi bangsa dan negara. Pasal 39 Undang-Undang No. 2 Tahun 1989,

Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk


membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta
pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.

PKn menurut pandangan Zamroni dalam Taniredja (2003: 10) adalah

Pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan


masyarakat berfikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah
bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


13

Demokrasi merupakan suatu learning process yang tidak dapat begitu

saja meniru dan mentrasformasikan nilai-nilai demokrasi. Selain itu, PKn

adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana

seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik yang

bersangkutan memiliki political knowledge, serta kemampuan mengambil

keputusan politik secara rasional dan menguntungkan bagi dirinya juga bagi

masyarakat dan bangsa, jadi dapat disimpulkan bahwa PKn adalah mata

pelajaran yang mencakup bidang politik, hukum, moral. Hal tersubut berisi

tentang keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

sehingga dapat membentuk peserta didik yang memiliki karakter percaya diri,

religius, demokratis, toleransi, cinta tanah air, dan memiliki norma yang

luhur.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD

Winataputra (2010: 14) mengemukakan bahwa fungsi dan tujuan

pembelajaran dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekolah

sebagai wahana pengembangan warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab, yang secara kurikuler Pendidikan Kewarganegaraan yang

harus menjadi wahana psikologis-psikologis yang utama.

Berdasarkan konteks ini khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah, sekolah seyogianya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan

sosial pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi

tumbuhkembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik. Kualitas pribadi

ini sangat pentng karena akan menjadi bekal untuk berperan sebagai warga

negara yabg demokratis serta bertanggung jawab, dengan sikap dan

perilakunya dilandasi oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


14

ahlak mulia, kesehatan, ilmu, kecakapan, kreativitas, dan kemandirian. Oleh

karena itu, sekolah sebagai bagian integral dari masyrakat perlu

dikembangkan sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

sepanjang hayat, yang mampu memberi keteladanan, membangun keamanan,

dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran

demokratis. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn

adalah membentuk pribadi siswa yang berkarakter, beretika, memiliki rasa

cinta tanah air, dan membentuk perilaku yang sesuai nilai-nilai norma guna

kehidupannya dimasa yang akan datang.

c. Materi Globalisasi Di Kelas IV SD

Peneliti mengambil materi globalisasi pada kelas IV semester 2.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar dari materi globaliasi pada kelas

IV semester 2 adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV

Standar kompetensi Kompetensi dasar


4. Menunjukkan sikap terhadap 4.1 Memberikan contoh sederhana
globalisasi di lingkungannya pengaruh globalisasi di
lingkungannya
4.2 Mengindentifikasi jenis budaya
yang pernah ditampilkan dalam misi
kebudayaan internasional

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


15

Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas dapat

diketahui bahwa materi yang akan diajukan bahan penelitian adalah materi

globalisasi dengan kompetensi dasar memberikan contoh sederhana

pengaruh globalisasi di lingkungannya dan mengindentifikasi jenis budaya

yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional.

Materi memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di

lingkungannya mengkaji menceritakan proses globalisasi, menyebutkan

pengaruh globalisasi pada makanan, permainan, dan kebudayaan,

menjelaskan sikap terhadap pengaruh globalisasi. Sedangkan materi

mengindentifikasi jenis budaya yang pernah ditampilkan dalam misi

kebudayaan internasional mengkaji tentang menjelaskan globalisasi

kebudayaan.

d. Globalisasi

Globalisasi dalam pandangan Chanim, dkk (2003: 258) globalisasi

dimaknai sebagai sebuah proses terintegrasinya bangsa-bangsa di dunia

dalam sebuah sistem global yang melintasi batas-batas negara. Interaksi sosial

antar bangsa yang difasilitasi oleh berbagai media informasi yang canggih

menggerakan perubahan sosial diantara bangsa-bangsa di dunia dalam

berbagai level (lokal, nasional, dan internasional) menjadi sangat dinamis. Di

samping itu, pergerakan manusia dan barang diera globalisasi sangat dinamis

dengan ditunjang oleh teknologi transportasi yang semakin canggih

Pandangan Giddens dalam Chanim (2003: 258), seorang ilmuan sosial

terkemuka di Inggris menamai tanda-tanda zaman ini sebagai the runaway

world (dunia yang berlari). Perubahan sosial yang terjadi di sebuah pelosok

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


16

bumi akan berpengaruh secara signifikan pada belahan bumi yang lain.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa globalisasi

merupakan proses mendunia atau menuju satu dunia untuk kemajuan

hubungan antar negara.

4. Role Playing (Bermain Peran)

a. Pengertian Role Playing (Bermain Peran)

Permainan Role playing diadopsi dari bidang psikologi khususnya

psikoterapi atau terapi kejiwaan. Santrock dalam Subagiyo (2013: 4)

menyatakan role playing merupakan kegiatan yang menyenangkan dan

dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan orang untuk memperoleh

kesenangan. Dalam bidang psikologi role playing merupakan salah satu

model yang digunakan untuk bimbingan dan konseling kelompok yang

dilakukan secara sadar. Santrock juga menyatakan, dengan model role

playing akan memungkinkan anak mengatasi frustasi dan merupakan suatu

medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik dan cara

mengatasinya.

Pengaertian role playing yang dikemukakab oleh Fleet dalam

Subagiyo (2013: 4) merupakan intervensi yang dikembangkan berkaitan

dengan penggunaan seperangkat sistem dari metode seorang konselor demi

mengoptimalkan kemampuan seseorang. Role playing juga bisa digunakan

untuk terapi terhadap seseorang yang mengalami kesulitan dengan dirinya,

mengembangkan perilaku adaptif, mengendalikan diri dari sikap agresif,

meningkatkan kemampuan berempati, mengolah emosi seseorang, dan dapat

memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


17

Pendapat lain tentang role playing dalam pandangan Joyce (2011:

328) merupakan sebuah model pengajaran yang berasal dari deimensi

pendidikan individu maupun sosial. Model ini membantu masing-masing

siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan

membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial.

Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk bekerjasama

dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah antar manusia.

Sedangkan menurut Huda (2013: 209) role playing adalah suatu cara

penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan

siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda mati.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas role playing merupakan model

pembelajaran yang dapat membentuk siswa lebih kreatif dan mampu

berimajinasi serta dapat membuat siswa lebih berani tampil di depan orang

banyak.

Penggunaan model pembelajaran dalam pandangan Davies (2013: 5),

role playing dapat membantu peserta belajar dalam mencapai tujuan efektif.

Selanjutnya Davies menjelaskan empat asumsi yang mendasari bahwa model

pembelajaran ini sejajar dengan model pembelajaran lain, yaitu:

1) Menekankan suatu situasi berdasarkan pengalaman “di sini dan kini”


(here and now).
2) Memberi kemungkinan untuk mengungkapkan perasaan yang tak dapat
dikenali tanpa memainkan peran orang lain.
3) Mengasumsikan bahwa emosi dan ide dapat diangkat ke taraf kesadaran
untuk kemudian ditingkat melaui proses kelompok.
4) Mengasumsikan bahwa proses psikologi yang tersembunyi berupa sikap,
nilai, perasaan, dan sistem keyakinan dapat diangkat ke taraf kesadaran
melalui kombinasi bermain peran secara spontan dan kemudian
dianalisis.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


18

Role playing banyak digunakan dalam bidang psikologi, bidang

pendidikan, bidang komunikasi dan kemudian diadopsi oleh teater sebagai

metode pelatihan calon pemeran. Metode ini memiliki kelebihan yang tidak

dimiliki oleh metode lain. Kelebihan metode role playing adalah :

a) Media belajar kerjasama antar personal.


b) Media belajar bahasa yang baik dan benar.
c) Peserta bisa mengambil keputusan dengan cepat dan berekspresi secara
utuh.
d) Media evaluasi pengalaman pada waktu permainan berlangsung.
e) Memberi kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan.
f) Memberi pengalaman yang menyenangkan
g) Membangkitkan gairah dan semangat optimis dalam diri peserta.
h) Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
i) Peserta dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan
dapat memetik makna yang terkandung dalam permainan tersebut.
j) Meningkatkan kemampuan profesional peserta.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing (Bermain

Peran)

Role Playing (bermain peran) adalah salah satu metode pelatihan

peran, dimana calon pemeran mulai diperkenalkan pada peran yang hendak

dimainkan. Peran yang hendak dimainkan ini masih berkisar pada kehidupan

nyata disekitar calon pemeran, dalam artian peran itu mudah dikenali oleh

calon pemeran. Menurut Subagiyo (2013: 11) menyebutkan langkah-langkah

dalam melaksanakan metode tersebut. Langkah-langkah itu terdiri dari:

1) Menentukan masalah yang hendak dimainkan.


2) Memilih pemeran.
3) Menyusun skenario.
4) Menyiapkan penonton sebagai pengamat.
5) Memainkan Role Playing.
6) Melakukan diskusi dan evaluasi.
7) Memainkan ulang.
8) Berbagi pengalaman dan menarik kesimpulan.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


19

Sedangkan menurut Huda (2013: 209), strategi Role Playing juga

diorganisasi berdasarkan kelompok-kelompok siswa yang heterogen. Masing-

Masing kelompok memperagakan/ menampilkan skenario yang telah

disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi, namun masih dalam

batas-batas skenario dari guru. Sintak strategi Role Playing dapat dilihat

dalam tahap-tahapanya adalah sebagai berikut:

1) Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.


2) Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
3) Guru membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggotakan 5
orang.
4) Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5) Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakukan
skenario yang sudah dipersiapkan.
6) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario
yang sedang diperagakan.
7) Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja
untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing
kelompok.
8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil simpulannya.
9) Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum.

Role Playing (bermain peran) Menurut Joyce (2009: 332) tidak akan

pernah sukses jika guru hanya membuang dan tidak bisa memanfaatkan

situasi permasalahan, tidak mau mendorong siswa untuk bertindak, lalu

melakukan diskusi untuk membuat satu pemeranan. Shaftels dalam Joyce

(2011: 332) berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan langkah:

1) Memanaskan suasana kelompok.


2) Memilih partisipan.
3) Mengatur setting tempat kejadian.
4) Menyiapkan peneliti.
5) Pemeranan.
6) Diskusi dan evaluasi.
7) Memerankan kembali.
8) Berdiskusi dan mengevaluasi.
9) Saling berbagi dan mengembangkan pengalaman.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


20

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan materi globalisai di kelas IV SD Negeri 1

Karangtengah dengan menggunakan model pembelajaran role playing dapat

digambarkan sebagai berikut:

1) Guru membentuk kelompok siswa.

2) Guru memerintahkan pada masing-masing kelompok untuk menunjuk satu

atau dua orang sebagai pemeran drama dalam role playing mata pelajaran

PKn materi globalisasi.

3) Guru memberikan naskah drama pada pemeran drama.

4) Menyusun tempat duduk di kelas.

5) Memulai drama.

6) Guru memerintahkan masing-masing kelompok menyimak dan mencatat

isi drama.

7) Guru memerintahkan masing-masing perwakilan kelompok untuk

menyajikan hasil menyimak atau diskusi tentang isi drama.

8) Guru memberikan kesimpulan dan evaluasi secara umum.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, dkk (2012) dalam Jurnal

Pendidikan dan Keguruan dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Role Playing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Kelas IV Semester I SD N Wonokerto 1 Karangtengah Demak Tahun

Ajaran 2011/2012”, dalam kesimpulannya menyatakan bahwa penerapan

model Role Playing pada pembelajaran IPA pokok bahasan bagian-bagian

tumbuhan dan fungsinya dapat mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


21

siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Wonokerto 1 Karangtengah Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Melyani Sari Sitepu

dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Role Play

Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di

Yogyakarta”, dalam kesimpulannya menyatakan bahwa penggunaan metode

pembelajaran role play berpengaruh positif dan meningkatkan prestasi

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar dibandingkan dengan

penggunaan metode mengajar konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari

hasil prestasi belajar yang menunjukan adanya perbedaan prestasi antara

siswa yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran role play dan

siswa yang diajar dengan menggunakan metode konvensional. Penggunaan

metode role play, memungkinkan siswa dapat bermain sambil belajar untuk

meningkatkan penguasaan materi pelajaran dan sekaligus belajar untuk

memecahkan masalah yang terjadi melalui diskusi kelompok

C. Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

Kondisi awal: cinta tanah air dan


prestasi belajar rendah pada mata
pelajaran PKn

Siklus 1: Guru menerapkan model


pembelajaran role playing
Tindakan
Siklus 2: Guru menerapkan model
pembelajaran role playing dengan
perbaikan kinerja berdasarkan

Kondisi akhir: melalui penerpan model pembelajaran role playing


dapat meningkatkan rasa cinta tanah air dan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran PKn

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016


22

Penggunaan model pembelajaran role playing akan memungkinkan

siswa lebih mudah memahami materi ajar yang disampaikan, dikarenakan

pembelajaran yang disampaikan akan lebih menarik dan bermakna. Model

pembelajaran role playing merupakan salah satu model yang dianggap

cocok untuk diterapkan pada siswa sekolah dasar kelas tinggi. Model ini

lebih menekankan pada aspek penghayatan, ketelitian, dan sikap. Jadi

dapat diduga bahwa penerapan model pembelajaran role playing dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab dan prestasi belajar pada mata pelajaran

PKn.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dasar teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka

berpikir, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Penggunaan Model Pembelajaran role playing di kelas IV SD Negeri 1

Karangtengah dapat meningkatkan rasa cinta tanah air siswa.

2. Penggunaan Model Pembelajaran role playing di kelas IV SD Negeri 1

Karangtengah dapat meningkatkan prestasi belajar PKn siswa.

Upaya Meningkatkan Cinta..., Finger Wandri Sunarya, FKIP UMP 2016

Anda mungkin juga menyukai