MOLA HIDATIDOSA
Oleh:
Arini Pratiwi Hadipaty
111 2015 2299
Pembimbing:
Dr. dr. Hj. Fatmawati Madya, Sp.OG (K)
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik dalam Ilmu Obstetry
Gynekology Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Mengetahui,
Dr. dr. Hj. Fatmawati Madya Sp. OG(K) Arini Pratiwi Hadipaty, S.Ked
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dari 1000 kehamilan. Di Timur Jauh bahkan tercatat 1 kejadian dalam 90
kehamilan. Di Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan.
Kehamilan mola dapat terjadi di semua umur wanita hamil, angka kejadian
tersering adalah pada wanita hamil berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara
40 sampai 50 tahun.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan di mana sel telur
yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus yang
mengalami abortus atau ruptur. KET merupakan penyebab 1 dari 200 (5-6%)
mortalitas maternal di negara maju. Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau 3% dari
populasi masyarakat, angka kejadian KET di Indonesia diperkirakan tidak jauh
berbeda dengan negara maju, menurut WHO.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
II.2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama:
Mual dan muntah hebat
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien 28 tahun G1P0A0 datang ke RSUD Haji Makassar dengan
keluhan mual muntah hebat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Setiap makanan yang masuk dimuntahkan kembali oleh pasien. Pasien
juga mengeluh nyeri perut bagian bawah sejak 3 hari yang lalu. Riwayat
perdarahan pervaginam (+). Pasien saat ini hamil pertama dan tidak
pernah keguguran. Demam (-), BAB dan BAK kesan normal. Haid
terakhir tanggal 01.06.2017
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat periksa ke klinik dengan keluhan perdarahan pervaginam
dan di suspect Mola Hidatidosa (hamil anggur) ± 3 minggu yang
lalu.
- Riwayat opname di Rumah sakit dengan keluhan yang sama dan
direncanakan kuretase namun masih di pertimbangkan masalah
biaya.
- Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-)
5
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak ada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa
- Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-)
e. Riwayat Minum Obat:
Pasien meminum obat dari Rumah Sakit untuk keluahan mual, muntah,
perdarahan.
f. Riwayat Haid:
Menarche usia 13 tahun, siklus teratur 30 hari, selama 5-7 hari,
banyaknya 2-3 kali ganti pembalut/hari dan tidak ada nyeri haid.
g. Riwayat Kehamilan/ Persalinan/Abortus:
Hamil 1/Persalinan 0/Keguguran 0/Hidup 0
h. Riwayat KB :
Tidak pernah
6
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : dalam batas normal
- Abdomen : status obstetrikus
- Genitalia : status obstetrikus
- Ekstremitas : edema pada kedua tungkai -/-, CRT 2 detik, akral
hangat
e. Status obstetrikus
- Muka : kloasma grafidarum (-)
- Mammae : hiperpigmentasi areola mammae (-)
- Abdomen :
Inspeksi : Cembung
Palpasi : TFU: 1 jari dibawah pusat, Nyeri tekan abdomen:
(+), ballotement (-)
- Pemeriksaan dalam vagina
V/V : TAK/TAK
Portio : lunak, tebal
OUE/OUI : terbuka, tertutup
Pelepasan : darah (-)
7
c. Pemeriksaan foto thorax
Corakan broncovaskuler normal
Cor : letak, bentuk dan ukuran normal
Sinus dan diafragma normal
Dinding dada normal
Kesan : Thorax foto normal
II.5. RESUME
Pasien 28 tahun G1P0A0 datang dengan keluhan mual muntah hebat
dan nyeri perut bagian bawah sejak 3 hari yang lalu. Haid terakhir tanggal
01.06.2017. Riwayat perdarahan pervaginam (+), riwayat di opname di RS
dengan keluhan serupa dan di rencana kuretase.
Pada pemeriksaan fisis di dapatkan sakit sedang, gizi cukup,
composmentis. TD 110/90 mmHg, Nadi 86x/i, pernapasan 22x/i, suhu
36,7oC, anemis (+/+). Pada pemeriksaan obstetri di dapatkan abdomen
cembung, TFU lebih besar dari usia kehamilan (1 jari dibawah pusat), nyeri
tekan (+), porsio lunak tebal, OUE/OUI terbuka/tertutup. Pemeriksaan
8
laboratorium didapatkan Hb 8,7 gr/dl, B-HCG > 1.500.00, plano test (+).
Pemeriksaan USG di dapatkan gambaran sesuai Mola Hidatidosa.
II.8. TERAPI
- IVFD RL 28 tpm
- Inj. Ketorolac 1 amp / 8j / iv
- Inj. Ranitidin 1 amp / 8j / iv
- Inj. Ondansetron 1 amp / 8j / iv
- Inj. Cefotaxime 1gr / 12j / iv
- Rencana dilatasi serviks dan kuretase
II.9. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
II.10. FOLLOW UP
9
bagian Kesadaran : Inj. Ranitidin 1 amp / 8j / iv
bawah Compos
Inj. Ondansetron 1 ampl / 8j /
mentis
iv
TD : 110/90
Inj. Cefotaxime 1gr / 12j / iv
mmHg
Suhu : 36,7 0C
Mata : Anemis
(+/+)
TFU : 1 jari
dibawah pusat
Massa (+)
Nyeri tekan
(+)
Nadi :
Cek kadar B-HCG
86x/menit
Cek plano test
Foto thorax
10
Suhu : 36,8 0C
Informed consent rencana
Mata : Anemis
dilatasi serviks dan kuretase
(+/+)
TFU : 1 jari
dibawah pusat
Massa (+)
Nyeri tekan
(+)
Hb : 8,7 gr/dl
USG : Tampak
bayangan
mola
hidatidosa
dengan kista
lutein
11
Pernapasan :
22x/menit
Suhu : 37 0C
Mata : Anemis
(+/+)
TFU : 1 jari
dibawah pusat
Nyeri tekan
(+)
CT/BT :
7’00”/1’30”
B-HCG :
>1.500.00
Foto thorax :
kesan normal
12
Nadi : - As. Mefenamat 3x1
82x/menit - SF 1x1
- Cefadroxil 2x1
Pernapasan :
- Transfusi PRC 1 bag
22x/menit
Suhu : 36,5 0C
Mata : Anemis
(+/+)
TFU : 1 jari
dibawah pusat
Massa (+)
Nyeri tekan
(+)
Pernapasan :
22x/menit
Suhu : 38 0C
13
Mata : Anemis
(+/+)
TFU : 3 jari
atas simpisis
Fluksus darah
(+)
Nyeri tekan
(+)
Nadi :
88x/menit
Pernapasan :
22x/menit
Suhu : 36,5 0C
Mata : Anemis
(+/+)
TFU : 1 jari
atas simpisis
14
Fluksus darah
(-)
HB kontrol :
9,9 gr/dl
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. DEFENISI
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana seluruh villi
korialisnya mengalami perubahan hidrofobik.1 Mola hidatidosa merupakan
bagian dari penyakit trofoblas gestasional/Gestational Thropoblatic
Disease (GTD) yaitu kelompok penyakit yang ditandai dengan proliferasi
abnormal trofoblas pada kehamilan dengan potensi keganasan. Spektrum
keganasan dari GTD adalah dalam bentuk koriokarsinoma. Mola hidatidosa
adalah neoplasma jinak dari sel trofoblas. Pada mola hidatidosa, kehamilan
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang
menjadi patologik.2,3,4,5 Terapi yang optimal pada kelompok penyakit ini
terletak pada diagnosis yang benar, menilai risiko keganasan, menggunakan
sistem penilaian prognostik dan pemberian pengobatan yang tepat. Mola
hidatidosa diterapi dengan evakuasi mola atau histerektomi, sedangkan
pengobatan pilihan untuk penyakit trofoblas ganas (PTG) adalah
kemoterapi. Dengan pengobatan yang tepat, angka kesembuhan mendekati
100% pada kelompok dengan resiko rendah, dan 80% sampai 85% pada
kelompok dengan resiko tinggi.6,7,8
III.2. INSIDENSI
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika
Latin dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat
dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan, di negara-negara berkembang 1:100
atau 600 kehamilan. Soejoenoes dkk (1967) melaporkan 1:85 kehamilan,
RS dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan;
Luat A Siregar (Medan) tahun 1982 : 11-16 per 1000 kehamilan; RS
Soetomo (Surabaya) : 1:80 persalinan; Djamhoer Maradisoebrata
(Bandung) : 9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya lebih sering dijumpai pada
usia reproduktif (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan
16
meningkatnya paritas, kemungkinan untuk menderita mola hidatidosa lebih
besar.7
Insidensi GTD konstan sekitar 1 sampai 2 per 1.000 kelahiran di
Amerika Serikat dan Eropa. Frekuensi yang sama dijumpai di Afrika
Selatan dan Turki. Tingkat insidensi yang lebih tinggi telah dilaporkan di
Asia. Berdasarkan populasi, penelitian di Korea Selatan baru-baru ini
mencatat penurunan insidensi dari 40/1.000 kelahiran menjadi 2/1.000
kelahiran. Demikian pula, rumah sakit berbasis studi di Jepang dan
Singapura telah menunjukkan penurunan kejadian mendekati angka di
Amerika Serikat dan Eropa. Beberapa kelompok etnis, lebih berisiko
mengalami penyakit trofoblas gestasional yaitu hispanik, penduduk asli
Amerika dan kelompok populasi tertentu yang hidup di Asia Tenggara.
Insidensi molahidatidosa dengan janin hidup terjadi pada 1/20.000 –
1/100.000 kehamilan.6,7,8
17
Sekitar 5 hari setelah pembuahan terjadi dalam tuba fallopi, blastosit
mencapai uterus. Blastosit terdiri atas inner cells dan outer cells, inner cells
dari blastosit kemudian akan berkembang menjadi fetus. Bagian luar
blastosit (outercells) dilapisi sel yang disebut trofoblast. Plasenta
berkembang dari blastosit trofoblas dan merupakan organ pertama
kehamilan yang berdiferensiasi. Trofoblast akan berkembang menjadi
bermacam sel yang ditemukan di placenta. Selain itu, trofoblast plasenta
memediasi terjadinya implantasi, merangsang produksi hormon kehamilan
(β-Human Chorionic Gonadotrophyn), memberikan perlindungan sistem
kekebalan tubuh bagi janin dan meningkatkan aliran darah vaskuler dari ibu
ke plasenta. Sel-sel trofoblast yang terletak di kutub embrio blastosit mulai
menembus mukosa rahim pada hari ke-6. Hari ke-9 perkembangannya,
blastosit tertanam lebih dalam ke endometrium. Trofoblast memperlihatkan
kemajuan besar dalam perkembangannya, terutama di kutub embrio dimana
vakuola muncul dalam syncytium (hari 9). Awal bulan ke-2, trofoblas
ditandai oleh sejumlah besar vili sekunder dan tersier yang memberikan
tampilan radial. Pada kutub embrio, vili banyak dan terbentuk dengan baik
sedangkan pada kutub seberangnya vili yang terbentuk sedikit dan kurang
berkembang. Awal bulan ke-4, plasenta memiliki dua komponen yaitu di
kutub janin terbentuk frondosum korion (chorionic plate) dan di kutub ibu
dibentuk oleh desidua basalis (basal plate) yang dijembatani oleh korda
umbilikalis.8,10 Ketika plasenta telah terbentuk sempurna akan terjadi
koneksi penting antara ibu dan janin yang sedang berkembang untuk
memungkinkan pertukaran gas penting dan nutrisi. Satu-satunya fungsi
plasenta adalah untuk kelangsungan hidup janin. Ketika dilahirkan, plasenta
terdiri atas dua sisi yaitu sisi maternal dan sisi fetus. Sisi maternal akan
terlihat dengan permukaan yang tidak rata yang terdiri atas kotiledon-
kotiledon dan sisi fetus akan terlihat lebih halus dan mengkilap.10,11
Disamping berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan gas dan nutrisi
bagi janin, plasenta menghasilkan hormone steroid yaitu estrogen dan
progesteron. Human chorionic gonadotrophyn (hCG) merupakan
18
luteneizing hormone yang dihasilkan oleh syncytiotrophoblasts dari
plasenta di awal kehamilan, sebab itulah adanya hormon ini dalam darah
dan urin seorang wanita menjadi tanda awal adanya kehamilan. Saat
plasenta menghasilkan hormon-hormon steroid maka sekresi hCG segera
mengalami penurunan.11,12
III.4. ETIOLOGI
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor yang dapat
.
menyebabkan antara lain
19
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
III.5. PATOFISIOLOGI
Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia mengandung 23
pasang kromosom, dimana salah satu masing-masing pasangan dari ibu dan
yang lainnya dari ayah. Dalam konsepsi normal, sperma tunggal dengan 23
kromosom membuahi sel telur dengan 23 kromosom, sehingga akan
dihasilkan 46 kromosom. 6,7,9
20
Gambar 3. Skema Kehamilan Mola hidatidosa Parsial (MHP)
Suatu MHK atau lengkap ketika salah satu (atau bahkan dua) sperma
membuahi sel telur yang tidak memiliki materi genetik. Sel sperma
membuahi ovum abnormal yang tidak memiliki nukleus (atau kromosom)
pada MHK. Penyebab terbentuknya ovum abnormal tersebut tidak
diketahui. Bila fertilisasi dengan kondisi tersebut berlangsung,
perkembangan normal tidak akan terjadi, tidak akan terbentuk chorion,
amnion atau korda umbilikalis dan fetus juga tidak terbentuk. Sebaliknya
sel trofoblast pembentuk plasenta akan berkembang pesat menjadi MHK.
Bahkan jika kromosom ayah dilipatgandakan untuk menyusun 46
kromosom, materi genetik yang ada terlalu sedikit. Biasanya sel telur yang
dibuahi mati pada saat itu juga. Tetapi dalam kasus yang jarang sel tersebut
terimplantasi pada uterus. Jika hal itu terjadi, embrio tidak tumbuh, hanya
sel trofoblas yang tumbuh untuk mengisi rahim dengan jaringan mola.6,7,9
21
diproduksi hampir seluruhnya oleh plasenta, hCG juga dibentuk oleh ginjal
janin, dan sejumlah jaringan janin lain juga menghasilkan subunit β atau
molekul utuh hCG.12
Berbagai keganasan juga memproduksi hCG, kadang-kadang dalam
jumlah yang sangat besar, terutama neoplasma trofoblastik. Gonadotropin
korionik diproduksi dalam jumlah yang sangat sedikit pada jaringan wanita
yang tidak hamil dan laki-laki, terutama di kelenjar hipofisis anterior.
Meskipun demikian, deteksi hCG pada darah atau urin hampir selalu
menunjukkan suatu kehamilan.12
- Karakteristik Kimia
Human Chorionic Gonadotropin merupakan suatu glikoprotein
dengan berat molekul 36.000–40.000 Da dan dengan kandungan
karbohidrat yang paling tinggi dari hormon manusia–30%. Komponen
karbohidrat, terutama asam sialat terminal, melindungi molekul hCG dari
katabolisme. Waktu paruh hCG adalah 24 jam, lebih lama daripada waktu
paruh LH yang hanya 2 jam. Molekul hCG terdiri dari dua subunit yang
tidak sama. Satu subunit α yang terdiri dari 92 asam amino, sedangkan
subunit β terdiri dari 145 asam amino. Kedua subunit ini disatukan dengan
ikatan non kovalen dan disatukan oleh gaya-gaya elektrostatik dan
hidrofobik. Subunit yang dipisahkan tidak dapat berikatan dengan reseptor
LH dan dengan demikian kehilangan aktivitas biologisnya.12
Hormon ini secara struktural berhubungan dengan tiga hormon
glikoprotein yang lain–LH, FSH dan TSH. Urutan asam amino dari sub unit
α dari keempat hormon glikoprotein ini serupa. Sub unit β, walaupun
memberikan kemiripan tertentu, ditandai dengan urutan asam amino yang
berbeda. Rekombinasi dari sub unit α dan β pada keempat hormon
glikoprotein ini menghasilkan molekul dangan karakteristik aktivitas
biologis dari hormon penghasil subunit β tersebut.12
22
III.6. DIAGNOSIS
Pasien dengan kehamilan mola hidatidosa biasanya datang dengan
perdarahan pervaginam (89-97%) dan bila sudah berlangsung lama dapat
menyebabkan anemia. Diagnosa mola hidatidosa dapat ditegakkan dengan
riwayat keluar jaringan vesikel hidatid yang mirip anggur. Hampir 80%
pasien datang dengan ukuran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan
dengan ketiadaan denyut jantung janin. Pada 15-25% kasus MHK disertai
dengan hiperemesis gravidarum yang berkaitan dengan peningkatan kadar
β-hCG dan besar uterus. Pada 12-27% MHK disertai dengan preeklampsia.
Pada 2-7% pasien MHK terdapat hipertiroidisme yang tampak secara klinis.
Insufisiensi paru terjadi pada 2% kasus MHK. Pada kasus-kasus seperti ini
distres pernafasan akut dapat muncul setelah evakuasi molahidatidosa.
Tanda dan gejala dari distres pernafasan akut adalah dispnea, takikardi, dan
takipnea. Pada pemeriksaan fisik biasanya dijumpai ronki yang luas. Dan
dibutuhkan rawatan ICU maupun ventilator. Dengan penanganan yang baik,
distres pernafasan akan mereda dalam 2-3 hari.6,7,8,10
Sekitar 27% pasien MHK mengalami toksemia ditandai oleh adanya
hipertensi (tekanan darah >140/90 mm Hg), proteinuria (>300 mg/dl), dan
edema. Hipertiroid pada molahidatidosa dapat disebabkan oleh peningkatan
produksi hormon Tirotropin oleh jaringan mola dan sebagai efek dari
peningkatan hormon Estrogen. Kadar T4 plasma yang meningkat pada mola
hidatidosa disebabkan oleh peningkatan kadar hormon hCG sehingga terjadi
peningkatan ikatan molekul hCG pada tempat reseptor TSH, yang
menyebabkan terjadinya hiperfungsi dari kelenjar tiroid sehingga terjadi
peningkatan hormon T4 serum.6,7,8,10
Keadaan hipertiroid ini ditandai oleh takikardia, kulit hangat,
tremor, peningkatan kadar T4 dan T3 bebas. Setelah diagnosa mola
hidatidosa ditegakkan, maka sebaiknya diberikan terapi β-adrenergik
sebelum dilakukan tindakan evakuasi jaringan mola untuk mencegah
terjadinya badai tiroid pada saat evakuasi jaringan mola dan pembiusan.
Terapi anti tiroid diberikan untuk waktu yang singkat. Dosis anti tiroid yang
23
dianjurkan 20-40 mg setiap 12 jam secara oral, dan dosis di titrasi sampai
5-10 mg perhari setelah evakuasi jaringan mola dilakukan untuk
mempertahankan denyut jantung sekitar 100 denyutan/menit.6,7,11
Pasien-pasien MHP biasanya tidak datang dengan gambaran klinis
yang khas seperti MHK. Pada umumnya, pasien MHP datang dengan
keluhan abortus inkomplit atau missed abortion dan jarang didiagnosa MHP
sebelum evakuasi uterus dilakukan. Diagnosa MHP biasanya ditegakkan
setelah pemeriksaan histologi. Gejala utamanya adalah perdarahan
pervaginam (73%). Pembesaran uterus dan preeklampsia hanya muncul
pada 4-11% dan 1-4% kasus. Kista teka lutein, hiperemesis dan hipertiroid
jarang muncul. Diperkirakan sekitar 8-20% pasien dengan MHK
berkembang menjadi keganasan trofoblastik setelah evakuasi uterus. Mola
hidatidosa parsial menjadi persisten kurang dari 3% kasus.6,7,8,10
Ultrasonografi (USG) telah terbukti sebagai alat diagnostik yang
akurat dan sensitif untuk menegakkan diagnosa mola hidatidosa. Mola
hidatidosa komplit menunjukkan gambaran pola vesikuler oleh karena
pembengkakkan dari vili korionik. Vili korionik pada trimester I MHK
cenderung lebih kecil dan lebih sedikit kavitasi. Akan tetapi, mayoritas dari
MHK pada trimester I tetap menunjukkan gambaran USG yang khas (pola
snow storm) yaitu pola kompleks, ekogenik massa intrauterin yang
mengandung banyak ruang kista kecil. Temuan USG yang bermakna untuk
MHP adalah : ruang kistik pada plasenta dan rasio transversal dengan
anteroposterior dari kantung kehamilan > 1,5.6,7,10
24
Gambar 5. USG menunjukkan pola khas MHK. Tampak karakteristik
pola vesikel dari mola hidatidosa
III.7. TATALAKSANA
Penatalaksanaan mola hidatidosa terdiri dari dua fase yaitu :
evakuasi jaringan mola segera, dan follow up untuk mendeteksi proliferasi
trofoblas persisten atau perubahan keganasan. Evaluasi awal sebelum
25
evakuasi atau histerektomi paling tidak mencakup pemeriksaan sepintas
untuk mencari metastasis. Radiografi toraks harus dilakukan untuk mencari
lesi paru berupa lesi koin. Pemeriksaan Computed Tomografi (CT) scan dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk melihat metastase ke hepar dan
otak tidak dilakukan secara rutin.6,7,10,12
Aspirasi vakum merupakan terapi pilihan untuk mola hidatidosa,
berapa pun ukuran uterusnya. Untuk mola hidatidosa yang besar,
dipersiapkan darah yang sesuai dan apabila diperlukan dipasang sistem
intravena untuk menyalurkan infus secara cepat. Dapat juga digunakan
laminaria apabila serviks panjang, sangat padat dan tertutup. Dilatasi lebih
lanjut dapat dilakukan dengan anestesi sampai tercapai diameter yang
memadai untuk memasukkan kuret pengisap plastik. Setelah sebagian besar
jaringan mola dikeluarkan melalui aspirasi, pasien diberikan oksitosin, dan
jika miometrium telah berkontraksi, biasanya dilakukan kuretase yang
menyeluruh secara hati-hati4,5
Evakuasi semua isi jaringan mola yang besar tidak selalu mudah
dilakukan, dan pemeriksaan USG intraoperasi mungkin bermanfaat untuk
memastikan bahwa rongga uterus sudah kosong. Wajib tersedia fasilitas dan
petugas untuk laparotomi darurat seandainya terjadi perdarahan yang tidak
terkendali atau trauma serius pada uterus.6,7,8
Apabila usia dan paritas sudah mencukupi sehingga pasien tidak lagi
memerlukan kehamilan, maka histerektomi mungkin menjadi pilihan
daripada aspirasi vakum. Histerektomi merupakan tindakan yang logis bagi
wanita berusia 40 tahun atau lebih, karena frekuensi penyakit trofoblastik
ganas pada kelompok usia ini cukup besar. Tow (1996) melaporkan bahwa
37 persen dari wanita berusia lebih dari 40 tahun dengan MHK akan menjadi
tumor trofoblastik gestasional. Walaupun tidak menghilangkan tumor
trofoblastik, histerektomi cukup banyak mengurangi kemungkinan
kekambuhan penyakit.6,7,8,10,11
26
- Follow Up β-hCG setelah evakuasi molahidatidosa
Menurut FIGO tahun 2000 penanganan paska evakuasi
molahidatidosa, meliputi : pemeriksaan β-hCG setiap minggu pada bulan
pertama sampai tidak terdeteksi. Dikatakan tidak terdeteksi bila pada dua
pemeriksaan selanjutnya dalam interval 1 minggu tetap tidak terdeteksi.
Kemudian pemeriksaan dilanjutkan setiap dua minggu pada bulan kedua,
setiap bulan selama 6 bulan dan setiap 6 bulan selama setahun.7,8,10
27
Berkowitz dan Goldstein kadar β-hCG pada pasien molahidatidosa biasanya
akan kembali normal dalam 9-11 minggu setelah evakuasi. Tetapi apabila
selama follow up tersebut dijumpai kadar β-hCG yang meningkat atau
plateu maka diagnosa PTG dapat ditegakkan.8,10,11
28
beberapa bentuk yang lebih basa juga merangsang penyerapan iodium. Juga
terdapat bukti awal bahwa reseptor LH/hCG diekspresikan di tiroid. Dengan
demikian, terdapat kemungkinan bahwa hCG merangsang aktivitas tiroid
melalui reseptor LH/hCG dan juga melalui reseptor TSH.12
29
6 memiliki prognosis yang baik dan berespon sangat baik dengan
kemoterapi. Wanita dengan skor 7 diperkirakan memiliki prognosis buruk,
respon terhadap kemoterapi kurang walaupun tumor belum menyebar luas.4
30
DAFTAR PUSTAKA
31
11. Tidy J, Sheffield and BW Hancock, Sheffield.The Management of Gestational
Trophoblastic Disease.Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists.2010;1-11
12. Shah D, Sekharan. The Management of Gestational Trophoblastic Disease.
ICOG FOGSI Recommendations for Good Clinical Practice. Guideline, India,
2009
32