Kickoff Meeting Propinsi Riau PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

Kick Off Meeting

Program ICCTF - UK Climate Change Unit


di KHG Sungai Siak – Sungai Kampar, Provinsi Riau

Disampaikan Dalam
Kick Off Meeting Program Tata Kelola Hutan dan Lahan Gambut untuk Mengurangi Emisi di Indonesia
melalui Aktivitas Lokal (TEGAK)

Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF)


Siak Indrapura, 12 September 2018
SEKILAS TENTANG ICCTF
Indonesia Climate Change Trust Fund G-20 Meeting 2009 UNFCCC COP21 Paris 2015
In Pittsburgh (Paris Agreement)

26% 29%
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) adalah
instrumen penting Pemerintah Indonesia untuk
mencapai target mitigasi dan adaptasi perubahan iklim National Effort National Effort
melalui Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca (RAN/RAD GRK) dan Rencana Aksi
Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN API) yang
dibentuk Kementerian PPN/Bappenas pada Tahun 41% 41%
2009. International Support International Support

ICCTF mendukung target penurunan emisi GRK hingga Emission Emission


Reduction Reduction
29% dengan upaya nasional dan hingga 41% dengan
Target by Target by
dukungan internasional pada tahun 2030 melalui
distribusi sumber daya pendanaan domestik dan 2020 2030
internasional terhadap aktivitas yang sejalan dengan
RAN/RAD GRK dan RAN API.
Kelembagaan ICCTF Mitra Pemerintah
Pembangunan Indonesia
(APBN)

MWA ICCTF
Fund
Manager (PDA)
Majelis Wali Amanah (MWA) Bank Mandiri

Ketua Anggota
Bappenas-KPA Pemerintah
Indonesia, Donors,
Sekretaris NGO, Swasta,
Bappenas Akademisi

Tim Pelaksana

Sekretariat Unit Pendukung KPA


Direktur Eksekutif PPK
Staf Professional Bendahara NGO,
SPM Universitas,
Sektor Swasta

Perjanjian Hibah Alur Dana Pelaporan Pembayaran


Majelis Wali Amanah ICCTF (MWA)
Ketua Sekretaris
Deputi Bidang Kemaririman dan Sumber Daya Alam, Direktur Lingkungan Hidup
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc Ir. Medrilzam, M.Prof.Econ, Ph.D

Anggota
1. Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, 6. Perwakilan Dunia Usaha,
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
Ir. Kennedy Simanjuntak, MA Shinta Widjaja Kamdani

2. Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan 7. Perwakilan Akademisi, Chairman of Research Center for Climate
Prof. Suahasil Nazara, S.E, M.Sc, Ph.D Change University of Indonesia (RCCC UI)
Ir. Jatna Supriatna, M.Sc, Ph.D
3. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 8. Ambassador of Charge d’affaires Royal Danish Embassy
Dr. Iskandar Simorangkir, SE, MA Rasmus Abildgaard Kristensen

4. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan, Kementerian 9. Head of UK Climate Change Unit
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Tom Owen Edmunds
Dr. Sigit Priohutomo, MPH 10. Counsellor and Head of Development Cooperation German Embassy
5. Perwakilan Organisasi Masyarakat Sipil, Rafael Teck
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) 11. Director of the Environment Office USAID
Fabby Tumiwa Matthew Burton
Fokus Area ICCTF

Land-based Energy Adaptation Marine based


Mitigation & Resilience
Bertujuan untuk mengurangi Bertujuan untuk Bertujuan untuk Bertujuan untuk
emisi Gas Rumah Kaca mengurangi emisi Gas memperkuat institusi mempromosikan
(GRK) melalui dukungan Rumah Kaca (GRK) nasional dan lokal di pemanfaatan sumber
keuangan untuk program secara signifikan dalam Indonesia serta masyarakat daya laut secara
yang rentan terhadap berkelanjutan serta untuk
reboisasi / rehabilitasi lahan kaitannya dengan
dampak perubahan iklim melestarikan
terdegradasi, pemulihan pasokan dan permintaan
melalui penyebaran keanekaragaman hayati
lahan terdegradasi menjadi energi, termasuk
informasi iklim, di kawasan pesisir dan
hutan masyarakat, pembiayaan teknologi pengembangan dan inovasi laut termasuk ekosistem
biomassa energi dan pembangkit energi strategi adaptasi, terumbu karang dan
agroforestri, karbon rendah rendah karbon dan penggunaan teknologi dan karbon biru seperti
dan pengelolaan produktif pelaksanaan konservasi pengetahuan, serta mangrove dan padang
lahan gambut terdegradasi, dan efisiensi energi. mempromosikan lamun.
dan pengelolaan konservasi pembentukan kebijakan
kawasan lestari. untuk adaptasi.
Portofolio Project ICCTF Tahun 2010-2019
No Project Phase Landbased Energy Adaptation Total Status

1 Project 2010-2011 1 1 1 3 Completed


2 Project 2012-2014 1 1 1 3 Completed

3 Small Grant Program 2014 2 1 3 6 Completed

4 Small Grant Program 2015 2 2 2 6 Completed

5 Program APBN 2016 - 3 - 3 Completed

6 Program USAID Batch I 2016 8 - 7 15 Completed


7 Program USAID Batch II 2017 12 - 4 16 Completed

8 Program UKCCU Batch I 2017 11 - - 11 Completed

9 Program UKCCU Batch II 2018 5 - - 5 On-going


10 Program USAID Batch III 2018 4 - 4 8 On-going

T O TA L 46 8 22 76
Portfolio project ICCTF
2010-2019:
76
projects
63 completed projects 2010 - 2016 (37 landbased, 8 energy, 18 adaptation)
5 on-going projects 2018 - 2019 (5 landbased) support by UKCCU
8 on-going projects 2018 - 2019 (4 landbased, 4 adaptation) support by
USAID
Lokasi Project ICCTF Tahun 2010-2019
Kalimantan
Total Lokasi On-going

13
19 projects
76 99 • Kalimantan Tengah (11 projects)
projects Areas projects Sulawesi


Kalimantan Timur (1 project)
Kalimantan Selatan (3 projects) 6 projects
• Kalimantan Barat (4 projects)
• Gorontalo (1 project)
Sumatera
23 projects


Sulawesi Utara (2 project)
Sulawesi Selatan(1 project)
• Sulawesi Tenggara (2 projects)
• Jambi (3 projects)
• Kep. Bangka Belitung (1 project)
• Kep. Riau (1 project)
• NAD (2 projects)
• Sumatera Utara (2 projects)
• Riau (9 projects)
• Sumatera Selatan (3 projects)
Maluku-Papua
• Sumatera Barat (2 projects)
36 Java
projects 4 projects
Bali-Nusa Tenggara
FOKUS AREA
Land based Mitigation


Banten (1 project)
Jawa Tengah (8 projects) 11 projects • Maluku (2 projects)
• Papua Barat(2 projects)
Energy • Jawa Timur (6 projects)
Adaptation & Resilience • D.K.I Jakarta (3 projects) • Bali (1 project)
• Jawa Barat (11 projects) • NTB (5 projects)
• D.I.Yogyakarta (7 projects) • NTT (5 projects) Notes: Some projects are located in different provinces
ICCTF Contribution to GHG Emission Reduction

of Indonesia
1% NDC Target

50
projects
Carbon
Accounting
9,5 Equal to
Emission generation of

5 Million
Mton CO2e People per year
out of

63 Emission Reduction 20%


projects 2010-2018
2010-2018
of Switzerland’s total
emision in 2017
Landbased Mitigation, Energy,
Adaptation & Resilience
PROGRAM ICCTF - UKCCU
DI PROPINSI RIAU
L ATA R B E L A K A N G – R I A U M E N J A D I P R I O R I TA S

• Riau menjadi salah satu Propinsi karena memiliki jumlah KHG yang cukup besar, yakni 49 KHG dengan luas
mencapai 5.140.000 Ha
• Selain Propinsi Riau, Program ini juga menyasar 4 Propinsi lainya di Indonesia yakni Kalimantan Tengah, Kalimantan
Barat, Sumatera Selatan dan Jambi

Kejadian kebakaran Per Pulau


20000
17969
18000 18210
16000 14602 15339
14911 14943
14000
12000 10065 11206
10000
9250
8000 5978 7260
6000 7744
4000
2000
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BALI-NUSA JAWA KALIMANTAN MALUKU PAPUA SULAWESI SUMATERA
Hotspots tak lagi
mengenal musim

Desember 2015

Juli 2009 Juni 2013


KOMITMEN INDONESIA

Pada COP 21 di Perancis tahun 2015, Presiden Joko Widodo


menyatakan komitmen Indonesia untuk memerangi kebakaran hutan
dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Presiden telah melakukan
beberapa tindakan termasuk mendirikan BRG (Badan Restorasi
Gambut) dan moratorium izin pembukaan lahan gambut.

Pada COP 22 di Marrakesh tahun 2016, Indonesia menyatakan


3 (tiga) strategi untuk restorasi gambut, yakni:
1. Pembasahan kembali area gambut melalui canal blocking dan
konstruksi sumur dalam (Re-wetting)
2. Penanaman kembali vegetasi yang ramah lahan gambut (Re-
vegetasi)
3. Revitalisasi mata pencaharian di daerah sekitar lahan gambut
melalui pengembangan sistem pertanian paludiculture, perikanan
dan ekowisata (Re-vitalitation)
MENGAPA PROPINSI RIAU?

 Riau dipilih karena memiliki


kawasan gambut dengan areal yang
cukup luas, sekitar 3.9 Juta Ha,
(sekitar 44.8% dari total luas Propinsi
Riau) (Sumber : http://www. worldometers.
info/world-population/indonesia-population/)
 Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BNPD) Riau mencatat,
sebanyak 1.264,75 Ha lebih hutan dan
lahan di Riau telah terbakar pada Juli
2015.
PROGRAM ICCTF DI RIAU 2016-2018 (Batch 1)

 Di Riau, ICCTF bekerja sama dengan 3 lembaga


lokal:
▪ Yayasan Mitra Insani (YMI)
▪ Riau Women Working Group (RWWG)
▪ Faperika - Universitas Riau
 Wilayah Kerja : Kabupaten Siak (4 desa),
Kabupaten Pelalawan (3 desa), Kab. Kepulauan
Meranti (1 desa) dan Kota Dumai (4 kelurahan)
 Output yang diharapkan meliputi:
1. Meningkatnya Integrasi ekosistem hidrologis
gambut kedalam one map policy dalam rencana
tata ruang provinsi
2. Terlaksananya restorasi dan re-wetting pada
lahan bekas kebakaran pada pilot sites
menggunakan aturan dan prosedur yang baku
3. Terbangunnya agroforestry di ekosistem gambut
dan promosi agroforestry di ekosistem gambut
Capaian Output 1:
Meningkatnya Integrasi ekosistem hidrologis gambut kedalam one map policy dalam rencana
tata ruang provinsi

 Tersusunnya 3 rencana aksi


daerah yang didorong dalam
pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan gambut, yakni
Kab. Siak, Pelalawan dan Kota
Dumai
 Tersusunnya 7 Peraturan Desa
mengenai Pencegahan dan
Penanggungan Kebakaran hutan
dan lahan
 Dua dokumen baseline/zonasi
kawasan gambut untuk
mendukung pengelolaan lahan
gambut
Capaian Output 2:
Terlaksananya restorasi dan re-wetting pada lahan bekas kebakaran pada pilot sites
menggunakan aturan dan prosedur yang baku

 Terbangunnya 12 site (desa)


yang telah menggunakan
aturan dan prosedur
mengenai restorasi dan
rewetting lahan paska
kebakaran yang tersebar di 12
desa/kelurahan
 Terbangunnya 32 sekat kanal
dan 3 tower pemantau
kebakaran hutan dan lahan
gambut
 Penanaman di areal seluas
543 Ha lahan bekas terbakar
dengan tanaman lokal
Capaian Output 3:
Terbangunnya agroforestry di ekosistem gambut dan promosi agroforestry di ekosistem gambut
 Terbangunnya 9 desa agroforestry yang
mendorong pertanian lahan gambut tanpa bakar
 Terbangunnya 3 ekowisata mangrove berbasis
masyarakat yang dikelola oleh masyarakat dan
pemerintah desa
 Terbentuk dan fasilitasi 13 kelompok MPA dan
atau kelompok masyarakat yang siaga terhadap
pencegahan dan kebakaran hutan dan lahan gambut
 Terlatihnya 230 masyarakat sebagai anggota MPA
mengenai pemadaman kebakaran hutan dan lahan
gambut
 Diseminasi mengenai pencegahan dan bahaya
kebakaran hutan dan lahan gambut melalui
pembuatan 4 media yang disosialisasikan di 227
sekolah dan 70 puskemas
 Penyusunan 11 SOP dan 12 EWS sebagai bagian
untuk pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan gambut
Agroforestry dalam kegiatan TEGAK di Riau

 Terbangunnya demplot agroforestry berupa kolam ikan sebanyak 32 unit kolam ikan pada
lahan gambut, 6 kolam penampungan dan 4 kolam pembenihan di Desa Sungai Tohor, Kab.
Kepulauan Meranti
 Terbangunnya ekowisata mangrove dengan pembangunan track mangrove sepanjang 301
meter dan fasilitas mangrove yang didorong sebagai aset Pemerintah Desa dengan
pengelolaan oleh kelompok masyarakat di Desa Sungai Tohor
 Terbangunnya 20 kolam ikan biofloc sebagai inovasi tehnologi tepat guna pengelolaan lahan
gambut oleh perempuan di Dumai
 Terbangunnya 4 demplot jahe merah yang mampu didorong sebagai produk olahan rumah
tangga oleh kelompok perempuan di Dumai
 Pembangunan demplot agroforestry di 4 desa seluas 35 Ha, demplot pertanian
berkelanjutan tanpa bakar seluas 14 ha di Kabupaten Siak dan Pelalawan
 Terbangunnya 2 (dua) ekowisata mangrove berbasis komunitas (yang dikelola oleh
Pemerintah Desa dan masyarakat) di Kabupaten Siak dan Pelalawan
FOTO-FOTO
KEGIATAN

Pembangunan sekat kanal di Desa Diseminasi bahaya kebakaran hutan dan lahan
Segamai Kab. Pelalawan untuk anak SD

Kegiatan Seminar Faperika UNRI Pemanenan ikan perdana pada


Kegiatan Agroforestry di Kota Dumai kolam di lahan gambut di Desa
bersama stakeholder
oleh Perempuan Sungai Tohor Kab. Kep. Meranti
Outreach dan Komunikasi
Pengarusutamaan Gender dalam Program TEGAK di Propinsi Riau

 Dalam Program TEGAK


mendorong integrasi gender
melalui fasilitasi keterlibatan
perempuan dalam kegiatan
proyek
 Mendorong keterlibatan
perempuan untuk mendapatkan
akses informasi, keterlibatan
langsung dan sebagai penerima
manfaat dalam pelaksanaan
program
 Membangun 4 kelompok
perempuan dan fasilitasi
kelompok perempuan dengan
alat produksi agar kelompok
mandiri
Publikasi Terkait Pengarusutamaan Gender
PROGRAM TEGAK ICCTF – UKCCU (Batch 2)
DI KHG Sungai Siak - Sungai Kampar
TAHUN 2018 - 2019
KEGIATAN ICCTF-UKCCU 2018

 Kegiatan ICCTF tahun 2018 di Riau


dilaksanakan di KHG Sungai Siak -
Sungai Kampar dengan dukungan
pendanaan UKCCU
 Kegiatan ini meliputi kerjasama
antara ICCTF dengan:
 Konsorsium Yayasan Mitra
Insani (YMI)
 Konsorsium Perkumpulan Elang
 Konsorsium Riau Women
Working Group (RWWG)
 Durasi kegiatan ini akan
dilaksanakan selama 10 bulan
dengan melibatkan stakeholder
terkait dan pemerintah pusat melalui
BRG
OUTPUT KEGIATAN
 Tersusunnya 1 (satu) dokumen rencana aksi di
tingkat Propinsi, termasuk Surat Pernyataan dari
Gubernur dan Pemangku Kepentingan.
 Terdapat 10 (sepuluh) pilot sites/desa yang
menggunakan aturan dan prosedur mengenai
restorasi dan re-wetting di lahan bekas kebakaran
melalui SOP dan EWS.
 Terbangunnya 60 (enam puluh) sekat kanal; 4 (empat)
km penimbunan kanal tersier; Terbangunnya 220 (dua
ratus dua puluh) sumur bor; dan 2 (dua) tower
pemantauan kebakaran hutan dan lahan di masing-
masing provinsi target.
 Terbangunnya 2 (dua) peat ecosystem agroforest
yang dibangun melalui pembangunan minimal 5 (lima)
demplot di 5 (lima) pilot sites/desa; pengkayaan tanaman
100 (seratus) Ha di tiap target provinsi/KHG dengan
menggunakan model-model agroforest.
Monitoring Capaian Program (Substansi dan Administrasi)

► Program TEGAK akan dimonitor secara berkala oleh ICCTF baik monitoring secara
langsung (field visit) maupun melalui dokumentasi yang dikirimkan proponen kepada ICCTF.
► Adapun beberapa macam monitoring tersebut meliputi :
1. Laporan Program (Laporan Capaian Output Bulanan, Triwulanan dan Akhir)
2. Laporan Keuangan (Realisasi Keuangan Bulanan , Triwulanan dan Akhir)
3. Persyaratan Pencairan Termin (Termin II dan Termin IV)
4. Barang Milik Negara (BMN)
5. Spotcheck Keuangan dan Program (Jika ada kendala dalam pelaksanaan)
► Laporan Program dan Keuangan harus disampaikan ke ICCTF paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya
► Monitoring Barang Milik Negara yang akan diserahkan ke Masyarakat terutama dengan
Kode MAK 526112 (Peralatan dan Mesin), 526115 (Bangunan/Konstruksi), 526311 (Bibit)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai