1. BOR
Bed occupancy ratio merupakan presentase pemakain tempat tidur pada satuan waktu
tertentu untuk menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di rs
Nilai ideal = 60-85% (Sinatrio)
2. TOI
Turn over interval merupakan waktu tenggang perputaran yang dihitung rata rata hari
dimana tempat tidur tidak ditempati/ masa tenggang
Nilai ideal = 1-3 hari (Tiara)
3. LOS
Length of stay merupakan indikator dimana seseorang dirawat di rs
Nilai ideal = 6-9 hari (Windu)
4. Manajemen Rumah Sakit
Terdiri proses perencanaan , pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan usaha
usaha anggota organisasi, sumber organisasi untuk mecapai tujuan yaitu visi dan misi
RS (Cindy)
5. Organisasi manajemen dalam rumah sakit
Suatu badan berbentuk dewan untuk mengatur jalannya rumah sakit. Contohnya :
terdapat pendapatan dan penggunaan dana. Fungsi dewan untuk mengevaluasi kinerja
rs (Gumelar)
STEP 2
1. Apa definisi dari Rumah sakit? (dieni)
2. Apa tugas dan fungsi dari rumah sakit? (cindy)
3. Apa visi misi dan tujuan dari Rumah sakit? (tiara)
4. Apa saja klasifikasi dari Rumah sakit? (windu)
5. Apa saja pelayanan yang harus ada di rumah sakit? (gumelar)
6. Apa yang dimaksud dengan manajemen rumah sakit? (rio)
7. Apa saja ruang lingkup manajemen rumah sakit? (sinta)
8. Apa saja komponen organisasi dalam rumah sakit dan mekanisme kerja masing-
masing? (revi)
9. Apa saja parameter rumah sakit dan faktor yang mempengaruhinya? (woro)
10. Bagaimana cara mengatasi penurunan kinerja rumah sakit? (sinta)
STEP 3
Menurut WHO
RS merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna/ komprehensif , kuratif, dan
preventif kepada masyarakat (rio)
2. Apa tugas dan fungsi dari rumah sakit?
fungsi rumah sakit (Sinta)
1) fungsi pendidikan
2) fungsi penelitian
- Tugas :
- Fungsi
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan Rs
2) Pemeliharan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang pripurna tingat I dan III sesuai
kebutuhan medis
3) Penyelenggaran penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhakan etika ilmu pengetahuan
Menurut Milton Roemen dan Fridman dalam buku Doctors in hospital 1971
(Tiara)
Rs memiliki 5 fungsi
Visi dapat :
1. Meningkatkan taraf kesehatan msyarakat
2. Memberikan pelayanan yang prima, berkualitas, berkesinambungan, dan
dapat dijangkau oleh masyarakat
-Misi (windu)
Misi : bagaimana cara kita untuk mewujudkan visi dengan cara
Misi rs merupakan suatu penyataan singkat dan jelas tentang alasan
keberadaan RS atau fungsi yang diinginkan untuk memenuhi harapan dan
kepuasan konsumen dan metode utama untuk memenuhi maksud tersebut.
Misi dapat :
1. membangun SDM RS yang profesional, accountable dan berintegrasi
tinggi memberikan pleayanan
2. meningkatakan sarana dan prasarana dalam memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
3. Meneyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, aman, informatif
dan efektif dengan tetap memperhatikan aspek sosial(revi)
4. Memberikan pelayanan yang ramah, bersahabat tanpa SARA
5. Menyelenggarakan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat
rujukan tertinggi dengan teknologi modern(revi)
6. Mengenmbangkan pendidikan, pelatihan dan penelitian yang terintegrasi
untuk meningkatkan kualitas pelayanan(revi)
7. Melaksanakan proses penddikan yang menunjang pelayanan kesehatan
berdasrkan standar nasional(revi)
8. Mewujudkan sistem manajemen RS yang menjamin kepastian hukum
secara efektif, efisien, transparan, accountable, dan responsif menjawab
pertanyaan masyarat (revi)
Klasifikasi:
A : memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit paling sedikit 4
pelayanan medik dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan medik
spesialis lain, dan 13 pelayanan medik subspesialis dengan jumlah tempat tidur
minimal 400 buah (Dieni)
B: memiliki fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit paling sedikit
(spesialis dan sebagain subspesialis)
D : RS transisi untuk naik ke kelas C. Hanya ada pelayanan dokter umum dan dokter
gigi
1. Rs pendidikan
Rs yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian dalam bidang kesehatan
Conth : RSISA
2. Rs non pendidikan
Rs yang tidak menyelenggarakan pendidikan dan penelitian dalam bidang
kesehatan
1. Rs publik
Dikelola oleh pemerintah, bersifat nirlaba
2. RS swasta
Dikelola oleh organisasi tertentu, memiliki tujuan profit
POACE (revi)
P plan merencakan kegiatan yang akan datang
O MENGATUR KEGIATAN terorganisasi dgn baik
A Actuating melaksanakan kegiatan
C dikontrol sesuai rencana dan pencapaian tujuan
E evaluasi didiskusikan telah mencapai tujuannya, apakah ada
penyimpangan dari biaya
tujuan untu menilai RS baik atau tidak. Jika RS mencapai tinglat ideal
berarti manajamennya tercapai (gumelar)
7. Apa saja komponen organisasi dalam rumah sakit dan mekanisme kerja
masing-masing?
Komponen organisasi : (tiara)
1. direktur
membantu pengelolaan rs, dan pelayanan RS kepada masyarakat
Diretur utama
Direktur staf : membawahi wakil direktur, sekre, bendahara
Direktur kesehatan : yang membawahi instalasi (gumelar)
2. Tata usaha
Kepala TU : memebrikan pelayanan teknis dan administrasi terdapat
semua unsur di RS
Kepala seksi pelayanan medis : menyiapkan perumusan fasilitas medis di
RS
Kepala seksi pelayanan keperawatan : menyiapkan perumusan dan fasilitas
pelayanan keperawatan di RS
Kepala seksi perlengkapan medis dan non medis : menyiapkan perumusan
persiapan perlengkapan medis dan non medis
3. Bidang pelayanan
Kepala
Kepala seksi pelayanan medis
Kepala seksi pelayanan medis : menyiapkan perumusan fasilitas medis di
RS
Kepala seksi pelayanan keperawatan : menyiapkan perumusan dan fasilitas
pelayanan keperawatan di RS
Kepala seksi perlengkapan medis dan non medis : menyiapkan perumusan
persiapan perlengkapan medis dan non medis
4. Bidng penunjang
Kepala :Merencanakan operasionalisasi, pemberian tugas, mengatur dan
evaluasi tugas
Kepala logistik dan diagnostik : perumusan fasilitasi dan perkap logsitik
dan diagnostik
STEP 7
Menurut WHO
RS merupakan bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna/ komprehensif , kuratif, dan preventif kepada masyarakat
(rio)
UU NO 44 tahun 2009
Visi
Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah sakit di masa mendatang
dalam menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak hanya berupa gagasan-gagasan
kosong, visi merupakan gambaran mengenai keadaan lembaga di masa depan yang
berpijak dari masa sekarang. Adapun pernyataan misi dan visi merupakan hasil
pemikiran bersama dan disepakati oleh seluruh anggota rumah sakit. Misi dan visi
bersama ini memberikan fokus dan energi untuk pengembangan organisasi.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
Misi
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah rumah
sakit didirikan, apa tugasnya dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan
kegiatan.
Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Trisnantoro, 2005).
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
Contoh
Visi Misi (RSUD Sunan Kalijaga Demak)
Visi :
Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Masyarakat Wilayah Utara Jawa Tengah
Misi :
1. Mengutamakan kepuasan pelanggan sesuai standar pelayanan rumah sakit
2. Mengembangkan pelayanan trauma center dan rumah sakit jemput pasien
3. Mengembangkan sumber daya manusia secara berkelanjutan
4. Menciptakan suasana dan lingkungan rumah sakit yang aman dan nyaman
5. Menjalin kerjasama antar mitra kerja
Motto :
“Senyum Untuk Kesembuhan Anda” (SUKA)
Janji Layanan :
Melayani dengan hati, cepat, tepat dan berkualitas
Koordinasi Rs:
1) Peraturan rekuitmen thd pendidikan dan monitoring untuk pembelajaran klinik
2) Sistem monitoring dan evaluasi tenaga pendidikan
2
1 Rumah sakit Rumah sakit Rumah sakit
khusus khusus khusus
kelas A kelas B kelas C
l Rumah Sakit umum kelas A dan kelas B memiliki lRumah sakit khusus kelas C hanya untuk
kemapuan pelayanan medik spesialis dan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
subspesialis
l Rumah Sakit umum kelas C dan kelas D memiliki
kemapuan pelayanan medik spesialis, kecuali
rumah sakit kelas D pratama
RUMAH SAKIT UMUM
A B
spesialis, 8 (delapan) spesialis lain
belas) spesialis lain selain spesialis dasar, selain spesialis dasar, dan 2 (dua)
dan 13 (tiga belas) subspesialis subspesialis dasar.
Kriteria khusus:
Menurut pemilik :
1. Rumah sakit pemerintah, pada dasarnya ada 2 macam
pemerintah pusat yang dimaksud yaitu :
Departemen kesehatan :
Beberapa rumah sakit yang langsung dikelola oleh departemen
kesehatan ct. RSCM, rumah sakit dr. sutomo di Surabaya.
Departemen lain :
Departemen pertahanan dan keamanan, departemen
pertambangan, departemen perhubungan jug mengelola rumah sakit
sendiri. Pernan departemen kesehatan disini adalah merumuskan
kebijakan pokok bidang kesehatan saja, yang harus dipakai sebagai
landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan. Beberapa
pengecualian memmang dibenarkan asalkan tidak bertentangan dengan
kebijakan pokok bidang kesehtan yang telah dirumuskan.
Rumah sakit daerah :
Sesuai dengan UU PEMDA no.5 tahun 1979, maka rumah sakit
yang berada di daerah dikelola oleh pemerintah daerah. Pengelolaan
yang dimaksud tidak hanya dalam bidang pembiayaan saja tetapi juga
dalam bidang kebijakan, seperti : yang menyangkut pembangunan
sarana, pengadaan peralatan, dan ataupun penetapan tarif pelayanan.
Peranan departemen kesehatan disini adalah merumuskan
kebijakan pokok upaya kesehatan saja, disamping dalam batas- batas
tertentu juga turut membantu dalam bidang pembiayaan, tenaga dan
ataupun obat- obatan yakni dalam rangka menjalankan asas perbantuan
dari system pemerintahan di Indonesia.
2. Rumah sakit swasta
Rumah sakit ini pada dasarnya dikelola secara komersil serta yang
berorientasi untuk mencari keuntungan.
Menurut kelas
a. Rumah sakit kelas A
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis secara luas oleh pemerintah. Rumah sakit
kelas A telah ditetapkan sebagai pelayanan rujukan tertinggi dan disebut
sebagai rumh sakit pusat.
b. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis secara terbatas. Rumah sakit ini didirikan di
setiap ibukota provinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah
sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A
juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
c. Rumah sakit kelas C
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis terbatas. Pelayanan ini termasuk penyakit dalam, pelayann
bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan
kandungan. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota kabupaten yang
menampung pelayanan rujukan dari PUSKESMAS.
d. Rumah sakit kelas D
Rumah sakit yang bersifat transisi Karena pada suatu saat akan
ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. pada saat ini rumah sakit D
hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit
D juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari PUSKESMAS.
e. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit khusus yang hanya menyelenggarakan satu macam
pelayanan kedokteran saja missal RSJ, Rumah sakit kusta, rumah sakit
paru, rumah sakit kanker. Rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak
dll.
Pengantar administrasi kesehatan, Dr. dr. Azrul Azwar M.P.H
1. pelayanan kesehatan
meliputi pelayanan medis unit rawat jalan rawat inap dan rehab medik
2. pelayanan administrasi
8. Apa saja komponen organisasi dalam rumah sakit dan mekanisme kerja masing-
masing?
Struktur organisasi rumah sakit umumnya terdiri atas badan pengurus yayasan, dewan
pembina, dewan penyantun, badan penasehat dan badan penyelenggara. Badan
Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik, satuan pengawas dan
berbagai bagian dari instalasi. Sebuah rumah sakit bisa memiliki lebih dari seorang wakil
direktur, tergantung pada besarnya rumah sakit. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas
wakil direktur pelayanan medik, wakil direktur penunjang medik dan keperawatan, serta
wakil direktur keuangan dan administrasi. Staf Medik Fungsional (SMF) berada di bawah
koordinasi komite medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis
dari semua disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite medik adalah wadah
nonstruktural yang keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua SMF.
a. Direktur
Direktur Rumah Sakit Umum mempunyai Tugas Pokok : Membantu dalam
pengelolaan Rumah Sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Dalam menyelenggarakan tugas, Direktur RSUD mempunyai fungsi
sebagai berikut:
- Perumusan kebijakan rumah sakit
- Penyusunan Rencana Strategik Rumah Sakit
- Penyelenggaraan pelayanan umum dibidang kesehatan.
b. Wakil direktur
Mensupport kerja direktur dan mengawasi bagian bawahannya
c. Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Tata Usaha
Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai Tugas Pokok: Memberikan pelayanan teknis
dan administrasi kepada semua unsur dilingkungan kantor Rumah Sakit. Dalam
menyelenggarakan tugas, Kepala Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi sebagai
berikut :
- Penyusunan kebijakan bidang teknis administrasi perencanaan, adminstrasi umum
dan kepegawaian serta adminstrasi keuangan dan asset Rumah Sakit
- Pembinaan, pengkoordinasian , pengendalian, pengawasan program dan kegiatan
bagian tata usaha
Kepala Seksi Pelayanan Medik
Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan
dan fasilitasi medis di RS
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas:
- Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik
- Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik;
- Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan
Medik.
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan , mempunyai Tugas Pokok: menyiapkan
perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di RS
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan mempunyai
tugas :
- Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan;
- Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan;
- Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Pelayanan Keperawatan.
Kepala Seksi Perlengkapan Meik dan Non Medik
Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas Pokok:
menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non Medik di RS.
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik
mempunyai tugas :
- Penyusunan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik;
- Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik;
- Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi .
d. Bidang Pelayanan
Kepala Bidang Pelayanan
Kepala Bidang Pelayanan, mempunyai Tugas Pokok : Merencanakan operasionalisasi,
memberi tugas, memberi petunjuk, menyelia, mengatur, mengevaluasi dan
melaporkan penyelenggaraan tugas bidang pelayanan.
Dalam menyelenggarakan tugas, kepala bidang pelayanan mempunyai fungsi :
- Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan medic;
- Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan keperawatan;
- Penyelenggaraan dan pengadaan perlengkapan medik dan non medik.
Kepala Seksi Pelayanan Medik
Kepala Seksi Pelayanan Medik, mempunyai Tugas Pokok : menyiapkan perumusan
dan fasilitasi medis di RS
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Medik mempunyai tugas :
- Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik ;
- Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Medik;
- Pembinaan, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan seksi Pelayanan
Medik.
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan
Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan , mempunyai Tugas Pokok: menyiapkan
perumusan dan fasilitasi Pelayanan Keperawatan di RS
Dalam menyelenggarakan tugas Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan mempunyai
tugas :
- Penyusunan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan;
- Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Pelayanan Keperawatan;
- Pembinaan, Pengkoordinasian, pengendaliaan, pengawasan program dan kegiatan
seksi Pelayanan Keperawatan.
Kepala Seksi Perlengkapan Meik dan Non Medik
Kepala Seksi Perlengkapan Medik dan Non Medik, mempunyai Tugas Pokok:
menyiapkan perumusan dan fasilitasi Perlengkapan Medik dan Non Medik di RS
Cara mengatasi:
1. Seleksi anggota tim lintas fungsi (Selection for Cross Functional Teamwork)
Seleksi merupakan cara yang ampuh untuk memilih SDM yang kompeten dan prospektif
dengan tugas seperti dalam Tim lintas fungsi. Seleksi anggota Tim lintas fungsi di RS
seluruhnya dilakukan oleh manajemen pada rapat struktural. Pengajuan anggota tim yang
berasal dari fungsional pelaksana dilakukan oleh kepala seksi unit kerja terkait dan disetujui
oleh seluruh peserta rapat struktural. Pertimbangan pemilihan anggota didasarkan pada
kriteria utama yang sudah ditetapkan oleh manajemen yaitu kinerja staf, skill staf, serta
loyalitas staf. Sedangkan khusus seleksi anggota Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus
memenuhi kriteria riwayat pelatihan. Menurut Gittel (2009) setiap seleksi harus didasarkan
pada kriteria pemilihan. Kriteria pemilihan terdiri atas keterampilan, personality dan
kerjasama. Kerjasama merupakan salah satu kriteria penting untuk miningkatkan
penghargaan terhadap setiap anggota tim. Namun, kriteria kerjasama bukan merupakan
kriteria utama dalam seleksi anggota tim lintas fungsi di RS Surabaya.
Reward merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap prestasi yang dicapai. Sistem
pemberian reward di RS sudah diberlakukan pada karyawan dan anggota tim lintas fungsi.
Sebagian besar anggota tim lintas fungsi yang menjadi responden menyatakan pemberian
reward penting.dilakukan. Namun dalam pelaksanaannya, pemberian reward untuk tim lintas
fungsi belum merata. Hanya Tim Akreditasi dan Tim Formularium yang mendapatkan reward
dengan alasan tim tersebut memiliki tugas yang lebih rumit serta kinerja tim yang lebih baik
daripada tim lintas fungsi lainnya). Pemberian reward seharusnya berhubungan dengan
performa tim (Parker, 2003).
Reward yang diberikan berupa reward individu dan reward tim. Pemberian reward sebaiknya
adalah reward tim sebab reward individu dapat menyebabkan integrasi yang rendah antar
anggota (Gittel, 2009). Reward tim yang diberikan kepada Tim Akreditasi berupa uang dan
reward non finansial lain seperti makan bersama, karaoke, serta pujian. Sedangkan
reward tim yang diberikan pada Tim Formularium hanya berupa uang. Reward individu
diberikan kepada salah satu anggota Tim Akreditasi. Bentuk reward adalah uang dan
peblikasi di lingkungan Rumah Sakit. Pemberian reward menurut Tim Formularium tidak
berdasarkan kriteria tertentu. Sedangkan pemberian reward tim Akreditasi berdasarkan
krieria, seperti kinerja tim. Kriteria pemberian reward individu didasarkan pada kinerja,
keaktifan dan loyalitas anggota.
Kebijakan penilaian kinerja karyawan sudah diterapkan di RS. Penilaian kinerja pada anggota
tim lintas fungsi perlu dilakukan untuk mengetahui masalah yang terjadi terkait kinerja.
Namun tidak semua tim lintas fungsi melakukan penilaian kinerja. Tim lintas fungsi yang
melaksanakan kinerja hanya Tim Akreditasi, Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Tim
Formularium serta Tim Pendidikan dan Pelatihan. Penilaian kinerja setiap tim berbeda, baik
dari segi proses maupun pelaksana. Kriteria penilaian kinerja dapat dilihat dari banyaknya
pekerjaan, quality of work, pengetahuan terhadap pekerjaan, kesediaan bekerjasama,
kedisiplinan, semangat melaksanakan tugas baru, dan personal quality (Gomes, 1995).
Kriteria utama sebagian besar penilaian kinerja tim lintas fungsi adalah personal quality,
hanya Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Tim Akreditasi yang menilai mengacu pada
quality of work. Pelaksanaan penilaian kinerja tim lintas fungsi tidak semua terjadwal dengan
teratur, hanya Tim Akreditasi serta Tim Pendidikan dan Pelatihan yang memiliki jadwal
pelaksanaan yang teratur.
Sebagian besar tim lintas fungsi di RS pernah mengalami konflik. Bekerja dalam tim dengan
ketergantungan tinggi dan berbeda fungsi dapat menimbulkan konflik antar anggota (Gittel,
2009). Konflik dapat meningkatkan performa kerja jika terdapat akses untuk menyelesaikan
konflik yang terjadi. Jika konflik tidak terselesaikan maka dapat mengganggu hubungan
anggota antar tim dan menurunkan performa kerja tim. Konflik dapat disebabkan oleh
berbagai sumber konflik seperti komunikasi, ketergantungan tugas, aturan yang tidak jelas,
perbedaan persepsi dan sikap anggota. Komunikasi merupakan penyebab konflik pada
hampir keseluruhan tim lintas fungsi. Konflik dalam tim lintas fungsi sering kali terjadi
karena kesalahan komunikasi (miss communication) dan perbedaan persepsi terhadap
konflik. Akses terhadap konflik yang dalam tim lintas fungsi dapat dilakukan secara formal
maupun informal. Sebagian besar konflik dalam tim lintas fungsi ditangani secara informal
atau interpersonal. Hal ini bertentangan dengan teori yang disampaikan oleh Gittel (2009)
bahwa penyelesaian konflik lebih baik dilakukan dengan menyelenggarakan rapat formal.
5. Pengadaan Pertemuan(CrossFunctionalMeeting)
Sebagian besar tim lintas fungsi yang ada di RS pernah mengadakan pertemuan. Beberapa
tim lintas fungsi yang tidak pernah mengadakan pertemuan seperti Tim Pola Ketenagaan dan
Tim Pengadaan Alat Kedokteran. Tim lintas fungsi sebenarnya wajib untuk mengadakan
pertemuan. Pertemuan dapat memberikan kesempatan kepada anggota untuk berkoordinasi
secara langsung
dan menjadi media penyampaian informasi (Gittel et al., 2010). Sebagian besar pertemuan
yang diadakan oleh tim lintas fungsi dilakukan minimal sekali setiap sebulan. Pertemuan
antar anggota tim lintas fungsi di RS seharusnya lebih sering karena frekuensi pertemuan
yang intens mampu meningkatkan performa kerja. Namun, pertemuan yang frekuensinya
terlalu sering juga tidak baik. Tim lintas fungsi harus mampu menyusun pertemuan agar
dapat secara efektif membangun produktivitas tim.