Anda di halaman 1dari 16

Sekolah

Universitas
Tinggi
Bina
Ilmu
Bangsa
Ekonomi Bina Bangsa

Akal dan Wahyu

Oleh:
Miftahudin

Universitas Bina Bangsa


Jl. Raya Serang – Jakarta KM. 03 No. 1B (Pakupatan) Kota Serang
Serang, 20 Juni 2019
Universitas Bina Bangsa

ISLAM

MEMPOSISIKAN

WAHYU SEJAJAR AKAL


Universitas Bina Bangsa

ALLAH SWT

WAHYU HIDAYAH AKAL

MANUSIA
Universitas Bina Bangsa

LANDASAN FILOSOFIS
• Wahyu dan akal tidak mungkin bertentangan.
• Wahyu menempati posisi yang sangat mulia,
akal juga.
• Wahyu berlaku untuk seluruh umat manusia,
akal juga.
Universitas Bina Bangsa

PERBEDAAN AKAL DAN WAHYU


• Wahyu diturunkan Allah kepada manusia
melalui perantara Nabi/Rasul. Sedangkan
akal tidak.
• Wahyu menembus batas ruang dan waktu,
sedangkan akal tidak.
Universitas Bina Bangsa

NOVEL FILSAFAT: HAY bin YAQZAN

Dengan apa
anda
mengenal:

Tuhan,
kewajiban
ibadah,
baik buruk,
memilih yang
baik buruk?
Universitas Bina Bangsa

AKAL ATAU WAHYU


 Berkaitan dengan persoalan akal dan wahyu ini,
setidaknya ada empat aliran teologi yang ikut
berbicara, yakni Mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah
Samarkhan, Maturidiyah Bukhara.
 Sedangkan hal yang dipersoalkan juga ada empat
macam, yaitu: 1) mengetahui Tuhan, 2) kewajiban
mengetahui Tuhan, 3) mengetahui baik dan buruk, 4)
kewajiban melakukan yang baik dan menjauhi yang
buruk.
 Dalam konteks itulah masing-masing aliran tersebut
berbeda memposisikan akal.
Universitas Bina Bangsa

1. Menurut Mu’tazilah
seluruh pengetahuan dapat diperoleh melalui akal,
termasuk mengetahui adanya Tuhan dan kewajiban
beribadah kepada Tuhan. Abu Huzail, menegaskan
bahwa meskipun wahyu tidak turun, maka manusia
tetap wajib beribadah kepada Tuhan, sesuai dengan
pengetahuannya tentang Tuhan.
Begitu juga dengan kebaikan dan keburukan juga dapat
diketahui melalui akal. Jika dengan akal manusia dapat
mengetahui baik dan buruk, maka dengan akal juga
manusia harus tahu bahwa melakukan kebaikan itu
adalah wajib, dan menjauhi keburukan juga wajib.
Universitas Bina Bangsa

2. Menurut Asy’ariyah
Pertama semua kewajiban manusia hanya dapat diketahui
melalui wahyu. Jika wahyu tidak turun, maka tidak ada
kewajiban (taklif) bagi manusia. Karena akal tidak mampu
membuat kewajiban tersebut, terutama kewajiban beribadah
pada Tuhan, dan kewajiban melakukan yang baik serta
kewajiban menjauhi yang buruk.
Adapun berkaitan dengan mengetahui Tuhan, Asy’ariyah
sepakat dengan Mu’tazilah yaitu dapat diketahui melalui
akal. Sedangkan mengetahui baik dan buruk, akal tidak
mampu, karena sifat baik dan buruk sangat terkait dengan
syari’at. Sesuatu disebut baik, jika dapat pujian syari’at, dan
dianggap buruk jika dikecam oleh syari’at. Karena pujian dan
kecaman bersumber dari wahyu, maka sesuatu dapat
dikatakan baik atau buruk juga melalui wahyu.
Universitas Bina Bangsa

3. Menurut Maturidyah Samarkhan


Menurutnya, akal mampu mengetahui tiga hal yaitu:
mengetahui tuhan, mengetahui kewajiban beribadah
kepada Tuhan, dan mengetahui baik dan buruk. Hal ini
sama dengan Mu’tazilah, bahwa akal manusia memiliki
kemampuan untuk mengetahuinya. Artinya dalam hal ini,
wahyu hanya berfungsi sebagai konfirmasi terhadap
pengetahuan akal.
Sedangkan pengetahuan tentang kewajiban melakukan
yang baik dan menjauhi yang buruk, akal tidak punya
kemampuan. Yang berperan disini adalah wahyu. Hanya
saja menurutnya, sebab yang mewajibkannya dapat
diketahui akal, seperti jujur itu diwajibkan karena
membuat palakunya menjadi terhormat.
Universitas Bina Bangsa

4. Menurut Maturidyah Bukhara


Aliran ini ternyata lebih dekat kepada Asy’ariyah,
dimana akal baginya hanya dapat mengetai Tuhan.
Karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk tidak
tahu tentang Tuhan, karena hal itu memang kapasitas
akal. Namun sedikit berbeda dengan Asy’ariyah,
baginya akal juga mampu mengetahui baik dan buruk.
Karena baik dan buruk dapat dilihat dari sifat nature
dari sesuatu itu. Adapun mengetahui kewajiban hanya
dapat dilakukan melalui wahyu. Karena akal tidak
punya kapasitas dalam hal itu. Dalam agama, setiap
kewajiban memiliki konsekuensi hukum di akhirat,
karena itu yang berperan disini adalah wahyu.
Universitas Bina Bangsa

BAGAIMANA FUNGSI WAHYU


 Pertanyaan ini hanya ditujukan kepada Mu’tazilah dan
Maturidiyah Samarkhan, karena bagi mereka akal
manusia memiliki kemampuan yang luar biasa,
sehingga tanpa wahyu pun, manusia dapat
mengetahui semua hal yang berkaitan dengan
ketuhanan dan perbuatan manusia.
 Ada dugaan bahwa mereka, terutama mu’tazilah,
menafikan wahyu, karena terlalu besar memberikan
kapasitas kepada akal.
 Namun ternyata dugaan itu keliru, karena wahyu bagi
mereka tetap dibutuhkan, yakni untuk mengetahui
cara beribadah kepapa Tuhan.
Universitas Bina Bangsa

FUNGSI WAHYU
• Sebagai konfirmasi terhadap pengetahuan
yang dihasilkan oleh akal.
• Sebagai informasi terhadap pengetahuan
yang berkaitan dengan hubungan vertikal
antara manusia dan tuhan.
Universitas Bina Bangsa

 Jadi ternyata, seberapa pun besarnya kemampuan


akal, ternyata akal tidak mampu mengetahui
bagaimana cara beribadah kepada Tuhan. Dalam
hal itulah wahyu turun memberikan petunjuk.
 Jadi menurutnya Mu’tazilah, wahyu berperan
sebagai konfirmasi terhadap pengetahuan yang
sudah dimiliki oleh manusia, (empat pengetahuan di
atas), serta sebagai informasi bagi manusia tentang
hal-hal yang berkaitan dengan hubungan vertikal
antara manusia dengan Tuhan.
 Jika manusia tidak menggunakan wahyu , maka
akan dikhawatirkan mereka akan tersesat.
Universitas Bina Bangsa

PERBANDINGAN ANTARA
KEEMPAT ALIRAN TERSEBUT
ALIRAN ALIRAN ALIRAN ALIRAN
MU’TAZILAH ASY’ARIYAH MATURIDIYAH MATURIDIYAH
SAMARKHAN BUKHARA

MENGETAHUI AKAL AKAL AKAL AKAL


TUHAN

KEWAJIBAN AKAL WAHYU AKAL WAHYU


MENGETAHUI
TUHAN
MENGETAHUI AKAL WAHYU AKAL AKAL
BAIK BURUK

KEWAJIBAN AKAL WAHYU WAHYU WAHYU


MENGETAHUI
BAIK BURUK
Sekolah
Universitas
Tinggi
Bina
Ilmu
Bangsa
Ekonomi Bina Bangsa

Sekian & Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai