Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN MASALAH TUMOR TULANG


DI THURSINA 1 RSUDZA
BANDA ACEH

OLEH:
RAIHANA IRMA, S.Kep
1912101020014

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN ISPA
1. Pengertian
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala
batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy.
2002).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ secara
anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA.
Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari.
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing.
(Suryana, 2005).
2. Etiologi
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab
ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus
dan lain-lain. (Suriadi,Yuliani,2001).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak
yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan.
Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya
lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah
(DepKes RI, 2007).
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
1) Batuk
2) Nafas cepat
3) Bersin
4) Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5) Nyeri kepala
6) Demam ringan
7) Tidak enak badan
8) Hidung tersumbat
9) Kadang-kadang sakit saat menelan
(Susilaningrum & Rekawati, 2013)
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA:
1) Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
2) Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
3) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
4) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002).

4. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (
5. Patwhay

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
- Pemeriksaan kultur/biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman
(+) sesuai dengan jenis kuman,
- Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan,
- Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suriadi, Yuliani R, 2001).
7. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya
kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisapan lendir baik melalui
hidung maupun melalui mulut. Serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik.
Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih
mudah keluar.
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
- Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari,
- Meningkatkan makanan bergizi,
- Bila demam beri kompres dan banyak minum,
- Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang
bersih,
- Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat,
- Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek,
- Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es),
- Mengatasi batuk, dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
(Nurarif & Kusuma, 2016)
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara komprehensif
meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang klien
dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
diagnostik.
a. Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu
- Riwayat penyakit keluarga
b. Pemeriksaan pernafasan
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
- Auskultasi
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus
(secret).
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung.
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi.
4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri.
6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
7) Nyeri akut berhubungan dengan agen biologi.
3. Intervensi Keperawatan
1) Peningkatan suhu tubuh b/d proses infeksi
Tujuan: suhu tubuh normal berkisar antara 36-37,5 °C
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital.
b. Anjurkan klien/keluarga untuk kompres pada kepala/aksila.
c. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan dapat menyerap
keringat seperti pakaian dari bahan katun.
d. Atur sirkulasi udara.
e. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000-2500 ml/hari.
f. Anjurkan klien istirahat di tempat tidur selama fase febris penyakit.
g. Kolaborasi dengan dokter:
- Dalam pemberian terapi, obat antimikrobial
- Antipiretika
Rasionalisasi:
a. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan
selanjutnya.
b. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan
panas dengan bahan perantara.
c. Proses hilanganya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan
menyerap keringat.
d. Penyediaan udara bersih.
e. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
f. Tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
g. Untuk mengontrol infeksi pernafasan dan menurunkan panas
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Tujuan:
- Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.
- Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan.
- Tidak menunjukkan tanda malnutrisi.
Intervensi:
a. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
b. Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
c. Tingkatkan tirah baring.
d. Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien.

Rasionalisasi:
a. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
b. Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total.
c. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan.
d. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik.
e. Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan
individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
3) Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan: nyeri berkurang/terkontrol
Intervensi:
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang
memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya.
b. Anjurkan klien untuk menghindari alergen/iritan terhadap debu, bahan kimia, asap
rokok, dan mengistirahatkan/meminimalkan bicara bila suara serak.
c. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat.
d. Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi (steroid oral, IV, dan inhalasi, & analgesik)
Rasionalisasi:
a. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu
halyang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b. Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
c. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri
tenggorokan.
d. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran
histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
4) Risiko tinggi penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya
infeksi penekanan imun).
Tujuan: tidak terjadi penularan, tidak terjadi komplikasi.
Intervensi:
a. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktivitas.
c. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.
d. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usia 2 tahun, lansia, dan
penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau anti
oksidan jika kondisi tubuh menurun/asupan makanan berkurang.
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai hasil kultur.
Rasionalisasi:
a. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius.
b. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan O₂ dan memperbaiki pertahanan
klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
c. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan.
d. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan
terhadap infeksi.
e. Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur
dansensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena risiko tinggi.
5) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret.
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif dan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih,
tidak ada dyspnea, dan sianosis.
Intervensi:
Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada.
a. Auskultasi area paru, satat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi
nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.
b. Tawrakan air hangat daripada dingin .
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai indikasi, analgesik.
Rasional:
a. Pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
b. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Crackles, ronchi dan
mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon teradap pengupulan
cairan , secret kental dan spasme jalan nafas atau obstruksi.
c. Cairan (khususnya yang hangat)memobilisasi dan mengluarkan secret.
d. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan
ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan
upaya batuk atau menekan pernafasan.
Daftar Pustaka
DepKes RI.2007.Direktorat Jenderal PPM & PLP.Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA).Jakarta.
Meadow,Sir, R & Simen.(2006). Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama.
Naning R.2006.Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)PSIK
FK UGM tidak dipublikasikan.
Nurarif, Huda, A., & Kusuma,H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 3. Jakarta:EGC

Suriadi,Yuliani R.2001.Asuhan Keperawatan pada Anak.CV sagung Seto:Jakarta.


Susilaningrum & Rekawati.(2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai