Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada muatan kurikulum 2013 adalah mata
pelajaran yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan keseluruhan dari
tingkat kemampuan siswa pada proses pembelajaran, hal ini dikarenakan IPA
merupakan bagian dari mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pencapaian kepada tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
sehingga dengan adanya proses pengembangan kepada tiga aspek tersebut IPA
memiliki peranan sangat penting terutama mengembangankan kemampuan, sikap
dan keterampilan ilmiah siswa.
Kajian tersebut sesuai dengan peraturan dari kemendikbud Nomor 57 Tahun
2014 Pasal 5 ayat 2, mengenai konsep dasar IPA yaitu: mata pelajaran umum
kelompok A sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai
dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Tim Penyusun Kurikulum 2013 menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dengan cakupan yang tidak
hanya berada pada penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Sains berkaitan dengan upaya memahami berbagai fenomena alam secara
sistematis. Pada hakikatnya, pembelajaran IPA melingkupi empat unsur utama.

1
1

Keempat unsur ini diharapkan dapat muncul dalam proses pembelajaran IPA,
sehingga proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik dapat
menghantarkannya pada proses pembelajaran yang utuh, memahami fenomena
alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Keempat unsur tersebut meliputi:
sikap ilmiah, proses ilmiah, produk ilmiah, dan aplikasi (BNSP, 2006)
Secara umum,IPA (Sains) merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu
alam yang saling melengkapi mulai dari ilmu fisika. Kimia, biologi, ilmu bumi,
hingga ilmu astronomi. Penerapan ini sebagai langkah untuk menemukan jawaban
yang lebih komprehensif mengenai fenomena alam yang kajiannya tidak hanya
melalui satu disiplin ilmu alam saja teapi memahami hubungan masing-masing
disiplin ilmu alam hingga membentuk satu kesatuan pengetahuan yang utuh
(Trefil & Hazen, 2010).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai
konsep dasar mata pelajaran IPA yaitu mata pelajaran yang dikembangkan dengan
memperhatikan ketercapaian terhadap aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
melalui proses pengamatan dan berpikir secara logis serta sistematis untuk
memahami segala bentuk kejadian yang berada di alam semesta beserta isinya.

B. Instrumen Tes
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga
dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Pada dasarnya instrumen dapat
dibagi dua yaitu tes dan non tes. Pada penelitian ini menggunakan instrumen tes
dalam bentuk pilihan ganda..
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Penggunaan
berbagai teknik dan alat tes disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang
2

tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah materi
pembelajaran yang sudah disampaikan.
Jenis tes dilihat dari jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis atau sering
disebut paper and pencil test adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik
dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada yang bersifat formal dan ada pula yang
bersifat nonformal. Tes yang bersifat formal meliputi jumlah testi yang cukup
besar yang diselenggarakan oleh suatu panitia resmi yang diangkat oleh
pemerintah. Tes formal mempunyai tujuan yang lebih luas dan didasarkan atas
standar tertentu yang berlaku umum. Sedangkan tes nonformal berlaku untuk
tujuan tertentu dan lingkungan terbatas yang diselenggarakan langsung oleh pihak
pelaksana dalam situasi setengah resmi tanpa melalui institusi resmi. Tes tertulis
ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).
(Zainal, 2012)
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung
pada perilaku atau kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian,
ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis
dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian
memiliki kelebihan dan kelemahan satu dengan yang lain. (Depdiknas, 2008)

1. Tes Pilihan ganda (Multiple Choice Test)


Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya
harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan. Tes ini terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian
kemungkina jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan dari jawaban
terdiri atas satu jawsaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh
(distractor) (Arikunto, 2012)
Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan
ketelitian. Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan
ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh
yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang‐pendeknya
relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan
3

dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu
mengikuti langkah‐langkah berikut:
a. Menuliskan pokok soalnya
b. Menuliskan kunci jawabannya
c. Menuliskan pengecohnya.

2. Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah sebagai berikut :


a. Materi
Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator
dalam kisi-kisi), pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus
mempunyai satu jawaban yang benar (artinya, satu soal hanya mempunyai
satu kunci jawaban).

b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus
jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda
dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung
satu persoalan/gagasan
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan
atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan itu dihilangkan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang
benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata,
kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke
arah jawaban yang benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua
kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti
pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan
negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru
pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi
4

yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya


harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua
pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas
benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka
secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu
bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu
menjadi tidak homogen.
7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik
memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban
yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus
disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau
kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus
disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka
yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban
yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis.
Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta
didik melihat pilihan jawaban.
9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya
yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja
yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca,
dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa
melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada
soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau
kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya,
kadang-kadang.
11) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal
sebelumnya. Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan
peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak
akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

c. Bahasa/budaya
5

Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah


bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di
antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subjek, (2) unsur
predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan
kata, dan c) pemakaian ejaan; (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda
baca. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya
mudah dimengerti peserta didik. Pilihan jawaban jangan mengulang
kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan
kata/frase pada pokok soal. (Depdiknas, 2008).

C. Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji
validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian Kuantitatif, kriteria utama
terhadap data hasil penelitian adalah valid, reliabel, dan obyektif. Validitas
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian
(Sugiyono, 2016). Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran
dan dari hasil pengalaman. Secara garis besar ada dua macam validitas,
yaitu:
a. Validitas logis
Istilah validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata
logika, yang berarti penalaran. Dengan demikian, makna validitas logis
untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah
instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran.
Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang
bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan
yang ada. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak
perlu diuji kondisinya, tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut
selesai disusun.
Jenis validitas yang telah dicapai atau dibutikan melalui ketentuan teori
atau penalaran dapat dibagi dua, yaitu:
1) Validitas isi (content validity)
Untuk instrumen berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran
yang telah diajarkan. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu
6

dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan


instrumen. Dalam kis-kisi itu terdapat variable yang diteliti, indikator
sebagai tolak ukur dan nomor butir soal, pernyataan atau pertanyaan yang
telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka
pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.

2) Validitas konstruksi (construct validity)


Sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-
butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus (Arikunto,
2012). Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari
ahli (judment expert). Dalam hal ini setelah instrumen dikontruksi
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori
tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli
akan memberikan keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa
perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga
ahli minimal 3 orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor
sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstrak dari ahli, maka diteruskan dengan uji
coba instrumen. Instrumen tersebut diujicobakan pada kelompok kecil.
Setelah uji coba dilakukan akan didapatkan skor dari instrumen. Skor
tersebut sesuai dengan bentuk instrumen yang dikembangkan (Sugiyono,
2016). Hasil skor tersebut kemudian dikorelasikan perbutir soal terhadap
skor keseluruhan yang disebut validitas butir soal.
Tujuan validitas butir soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya
suatu soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur
sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu. Validitas soal
adalah deskriminasi dalam membedakan antara peserta tes yang
berkemampuan tinggi dengan peserta tes berkemampuan rendah.
Validitas soal adalah indeks deskriminasi soal-soal yang ditetapkan dari
selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok.
Teknik korelasi validitas butir soal disesuaikan dengan bentuk
instrumen tes yang dibuat. Pada tes objektif menggunakan teknik korelasi
7

point biserial. Hal ini dikarekanakan pada tes objektif hanya ada dua
kemungkinan jawaban, yaitu betul dan salah. Setiap butir soal yang
dijawab benar umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap
jawaban salah diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini, yaitu betul-
salah, ya-tidak atau sejenis dengan itu, dalam dunia statistik dikenal
dengan nama data diskret murni atau data dikotomik. Angka indeks
korelasi poin biserial dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
M −M t p
r pb i= P
SDt √ q

rpbi = koefisien korelasi poin biserial melambangkan kekuatan korelasi


Mp = skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh responden, pada butir
soal yang
dijawab dengan benar

Mt = skor rata-rata dari skor total

SDt = standar deviasi dari skor total

p = proporsi responden yang menjawab benar terhadap butir soal yang


diuji

q = proporsi responden yang menjawab salah terhadap butir soal yang


diuji

b. Validitas Empiris
Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman.
Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui
jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang
tersebut memang jujur. Dari penjelasan dan contoh tersebut diketahui bahwa
validitas empiris tidak diperoleh hanya dengan menyusun instrumen dengan
berdasarkan ketentuan, seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan
melalui pengalaman.
Berdasarkan pembuktian atau pengalaman, validitas dapati dibagi menjadi
dua, yaitu:
1) Validitas ada sekarang (cuncurent validity)
8

Validitas ini lebih umum dikenal dengan validitas empiris. Sebuah


tes dikatakan memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan
pengalaman. Dalam hal ini, hasil tes dipasangkan (dibandingkan) dengan
hasil pengalaman. Dalam membandingkan hasil sebuah tes maka
diperlukan seuatu yang dibandingkan. Misalnya, seorang guru ingin
mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah valid atau belum
menggunakan validitas ada seakarang dengan cara membandingkan tes
yang dibuat dengan sebuah kriterium masa lalu, seperti nilai ulangan
harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.

2) Validitas prediksi (predictive validity)


Memprediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenal hal
yang akan datang dan belum terjadi saat ini. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai
kemampuan meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan
datang. Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai
yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran (Arikunto, 2012)

Berdasarkan penjelasan di atas dalam penelitian ini validitas yang


digunaakan peneliti dalam mengembangkan instrumen tes berbasis literasi sains
pada materi energi dalam sistem kehidupan adalah validitas konstruk dan
dilanjutakan dengan uji terbatas untuk menganalisis validitas butir soal. Dimana
dalam mengenalisis validitas butir soal pada instrumen tes yang dikembangkan
menggunakan teknik korelasi point biserial.

2. Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan rmempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya
berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto,
2012). Reliabilitas lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek
dari suatu alat ukur, yaitu: (1) kemantapan, (2) ketepatan, dan (3) homogenitas.
Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur suatu berulangkali,
dengan syarat bahwa kondisi pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut
memberikan hasil yang sama. Instrumen yang tepat adalah instrumen dimana
9

pernyataannya jelas, mudah dimengerti dan rinci. Pertanyaan yang tepat,


menjamin juga interpretasi tetap sama dari responden yang lain, dan dari waktu
yang satu ke waktu yang lain. Homogenitas, menunjuk kepada instrumen yang
mempunyai kaitan erat satu sama lain dalam unsur-unsur dasarnya (Margono,
2010).
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal pengujian dilakukan dengan test-retst (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat
diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan
teknik tertentu. Berikut penjelasan masing-masing pengujian reliabilitas
instrumen:
a. Test-retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden.
Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama, dan waktunya
yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasinya positif dan
signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian ini
sering disebut juga stability.

b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja); berapa tahun
pengalaman kerja anda di lembaga ini? Pertanyaan tersebut dapat ekuivalen
dengan pertanyaan berikut. Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara ini cukup dilakukan
sekali, tetapi instrumenya dua, pada responden yang sama, waktu yang sama,
instrumen yang berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara
mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang
dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
dapat dinyatakan realibel.

c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sam. Jadi,
cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen
10

dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan


pada pengujian kedua, dean selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika
dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, akan dapat dianalisis
enam koefisien korelasi itu semua positif dan signifikan, maka dapat
dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.

d. Internal consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas isntrumen. Pengujian reabiliatas instrumen dapat
dilakukan dengan penggunaan rumus KR21 (Sugiyono, 2016).

Rumus KR21 adalah :

r1 =
k
(k −1)
1−
{M (k −M )
k S i2 }
Keterangan :
Si = varians total
r1 = reliabilitas soal
k = jumlah butir soal
M = mean skor total

Berdasarkan penjelasan di atas dalam penelitian ini reliabilitas yang


digunaakan peneliti dalam mengembangkan instrumen tes berbasis literasi
sains pada materi energi dalam sistem kehidupan adalah reliabilitas internal.
Pengujian reliabiliatas akan didapatkan koefisien reliabilitas yang akan
menggambarkan kepercayaan hasil pengukuran yang dilakukan. Koefisien
reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus KR21. Hal ini dikarenakan
data yang didapatkan dari penelitian ini berupa data dikotom yang merupakan
syarat penggunaan rumus KR21. dan dalam pembuatan data tabel hasil
penelitian lebih mudah. Meskipun koefisien reliabilitas yang dihasilkan lebih
rendah nilainya dibandingkan KR20.

D. Literasi Sains
11

Banyak defenisi yang telah dikemukakan mengenai literasi sains. Istilah


literasi sains digunakan untuk memasukkan berbagai variasi komponen sebagai
berikut :
1. Pengetahuan tentang isi substantif sains dan kemampuan untuk
membedakan non-sains.
2. Memahami sains dan aplikasinya.
3. Pengetahuan tentang apa yang dianggap sebagai ilmu.
4. Kemandirian dalam belajar sains.
5. Kemampuan berpikir secara ilmiah
6. Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains dalam pemecahan
masalah.
7. Pengetahuan yang dibutuhkan untuk partisipasi cerdas dalam isu-isu
berbasis sains.
8. Memahami sifat sains termasuk hubungannya dengan budaya.
9. Penghargaan dan kenyamanan dengan sains, termasuk keajaiban dan
keingintahuannya.
10. Pengetahuan tentang resiko dan manfaat sains.
11. Kemampuan untuk berpikir kritis tentang sains dan berurusan dengan
keahlian sains. (Jack Holbrook dan Miia Rannikmae, 2009)

Literasi sains berdasarkan PISA 2015 yaitu, kemampuan untuk terlibat


dengan masalah terkait sains dan dengan ide-ide sains dapat menjadi warga negara
yang reflektif. PISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for
Student Assesment yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan dan
pengetahuan yang dirancang untuk siswa usia 15 tahun . Seorang yang terpelajar
secara ilmiah bersedia terlibat dalam wacana bernalar tentang sains dan teknologi.
Ini membutuhkan kompetensi untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah, untuk
mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, dan untuk menginterpretasikan
data dan bukti secara ilmiah. Terdapat beberapa aspek dalam literasi sains
berdasarkan PISA 2015, yaitu sebagai berikut :

1. Aspek Konteks
Aspek konteks membahas masalah pribadi, lokal / nasional dan global,
baik saat ini maupun historis, yang menuntut pemahaman tentang sains dan
teknologi. Isu-isu dunia nyata yang digunakan sebagai rangsangan dan item untuk
penilaian literasi sains pada tahun 2015 juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
konteks di mana mereka ditetapkan. Tiga kategori konteks mengidentifikasi
bidang kehidupan yang luas di mana masalah tes mungkin muncul: personal, yang
12

merupakan konteks yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa dan keluarga;
Lokal / nasional", yang merupakan konteks yang terkait dengan komunitas tempat
tinggal siswa; dan global, yang konteksnya didefinisikan oleh kehidupan di
seluruh dunia.
Sebuah item yang berkaitan dengan masalah bahan bakar fosil, misalnya,
dapat diklasifikasikan sebagai pribadi jika mengeksplorasi perilaku hemat energi,
sebagai lokal / nasional jika mengatasi dampak lingkungan pada kualitas udara,
dan sebagai global, jika meneliti hubungan antara fosil dengan konsumsi bahan
bakar dan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Penilaian ilmu PISA 2015
bukanlah penilaian konteks spesifik; Sebaliknya, konteks digunakan untuk
memperoleh tugas-tugas spesifik yang berhubungan dengan sains. Oleh karena
itu, berbagai konteks personal, lokal / nasional dan global dimasukkan dalam
penilaian seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Cangkupan Aspek Konteks

Personal Local/Nasional Global


Kesehatan & Pemeliharaan Kontrol penyakit, Epidemi, penyebaran
Penyakit kesehatan, penularan sosial, penyakit menular
kecelakaan, pilihan makanan, Alam
nutrisi kesehatan
masyarakat
Sumber Daya Alam Konsumsi pribadi Pemeliharaan Sistem alam yang
bahan dan energi populasi manusia, terbarukan dan tidak
kualitas hidup, terbarukan,
keamanan, pertumbuhan
produksi dan populasi, penggunaan
distribusi spesies secara
makanan, pasokan berkelanjutan
energi
Tindakan ramah Distribusi Keanekaragaman
Kualitas lingkungan, populasi, hayati, keberlanjutan
lingkungan penggunaan dan pembuangan ekologis,
pembuangan limbah, dampak pengendalian polusi,
bahan dan lingkungan produksi, dan
perangkat hilangnya tanah /
biomassa
13

Bahaya Penilaian risiko Perubahan cepat Perubahan iklim,


pilihan gaya hidup [mis., Gempa dampak komunikasi
bumi, cuaca modern
buruk], perubahan
lambat dan
progresif [mis.,
Erosi pantai,
sedimentasi],
penilaian risiko
Perbatasan Sains Aspek ilmiah dari Bahan baru, Kepunahan spesies,
dan Teknologi hobi, teknologi perangkat dan eksplorasi ruang, asal
pribadi, musik proses, modifikasi dan struktur Alam
dan kegiatan genetik, teknologi Semesta
kesehatan,
olahraga
transportasi

(OECD, 2016)

2. Aspek Pengetahuan
Pada aspek pengetahuan membahas pemahaman tentang fakta-fakta utama,
konsep dan teori penjelasan yang membentuk dasar pengetahuan ilmiah;
pengetahuan tersebut termasuk pengetahuan tentang dunia alam dan artefak
teknologi (pengetahuan konten), pengetahuan tentang bagaimana ide-ide tersebut
dihasilkan (pengetahuan prosedural), dan pemahaman tentang alasan yang
mendasari untuk prosedur ini dan pembenaran untuk penggunaannya
(pengetahuan epistemik).
Masing-masing kompetensi ilmiah membutuhkan beberapa pengetahuan
konten (pengetahuan teori, ide penjelasan, informasi dan fakta), tetapi juga
pemahaman tentang bagaimana pengetahuan tersebut telah diturunkan
(pengetahuan prosedural) dan sifat dari pengetahuan itu (pengetahuan epistemik).
Pengetahuan prosedural mengacu pada pengetahuan tentang konsep dan prosedur
yang penting untuk penyelidikan ilmiah, dan yang mendukung pengumpulan,
analisis dan interpretasi data ilmiah. Dalam upaya untuk menjelaskan fenomena di
dunia material, ilmu pengetahuan hasil dengan menguji hipotesis melalui
penyelidikan empiris.
14

Pertanyaan empiris bergantung pada prosedur standar tertentu untuk


mendapatkan data yang valid dan dapat diandalkan. Siswa diharapkan untuk
mengetahui prosedur dan konsep terkait, seperti: gagasan variabel dependen dan
independen; perbedaan antara berbagai jenis pengukuran (kualitatif dan
kuantitatif, kategori dan berkelanjutan); cara menilai dan meminimalkan
ketidakpastian (seperti pengukuran berulang); strategi mengendalikan variabel dan
perannya dalam desain eksperimental; dan cara umum menyajikan data. Siswa
akan tahu bahwa pengetahuan ilmiah dikaitkan dengan berbagai tingkat kepastian,
tergantung pada sifat dan kuantitas bukti empiris yang telah terakumulasi dari
waktu ke waktu.
Pengetahuan epistemik mengacu pada pemahaman tentang sifat dan asal
pengetahuan dalam sains, dan mencerminkan kemampuan siswa untuk berpikir
dan terlibat dalam wacana beralasan seperti yang dilakukan para ilmuwan.
Pengetahuan epistemik diperlukan untuk memahami perbedaan antara observasi,
fakta, hipotesis, model dan teori, tetapi juga untuk memahami mengapa prosedur
tertentu, seperti eksperimen, merupakan pusat untuk membangun pengetahuan
dalam sains. Sebagian besar dari semua item yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan di PISA 2015 (98 dari 184) membutuhkan pengetahuan terutama
konten, 60 memerlukan pengetahuan prosedural, dan 26 membutuhkan
pengetahuan epistemik. Penjabaran dari masing-masing aspek pengetahuan
konten ditunjukkan pada Tabel 2.2 pengetahuan epistemik pada Tabel 2.3 dan
pengetahuan prosedural pada Tabel 2.4

Tabel 2.2 Cangkupan Pengetahuan Konten

Sistem Fisik yang membutuhkan  Struktur materi (mis., Model partikel, ikatan)
pengetahuan tentang:  Sifat materi (mis., Perubahan keadaan,
konduktivitas termal dan listrik)
 Perubahan bahan kimia (mis., Reaksi kimia,
transfer energi, asam / basa)
 Gerak dan gaya (mis., Kecepatan, gesekan)
dan aksi pada jarak (mis., Gaya magnet,
gravitasi, dan elektrostatik)
 Energi dan transformasinya (mis., Konservasi,
disipasi, reaksi kimia)
15

 Interaksi antara energi dan materi (mis.,


Gelombang cahaya dan radio, gelombang
suara dan seismik)
Sistem Hidup yang membutuhkan  Sel (mis., Struktur dan fungsi, DNA,
pengetahuan tentang: tumbuhan, dan hewan)
 Konsep organisme (mis., Bersel tunggal
dan multiseluler)
 Manusia (mis., Kesehatan, nutrisi,
subsistem seperti pencernaan, pernapasan,
sirkulasi, ekskresi, reproduksi, dan
hubungannya)
 Populasi (mis., Spesies, evolusi,
keanekaragaman hayati, variasi genetik)
 Ekosistem (mis., Rantai makanan, materi
dan aliran energi)
 Biosfer (mis., Jasa ekosistem,
keberlanjutan)
Sistem Bumi dan Luar Angkasa  Struktur sistem Bumi (mis., Litosfer,
yang membutuhkan pengetahuan atmosfer, hidrosfer)
tentang:  Energi dalam sistem Bumi (mis., Sumber,
iklim global)
 Perubahan dalam sistem Bumi (mis.,
Lempeng tektonik, siklus geokimia, kekuatan
konstruktif dan destruktif)
 Sejarah bumi (mis., Fosil, asal dan
evolusi)
 Bumi di ruang angkasa (mis., Gravitasi,
tata surya, galaksi)
 Sejarah dan skala Alam Semesta dan
sejarahnya (mis., Tahun cahaya, teori Big
Bang)
(OECD, 2016)

Tabel 2.3 Cangkupan Pengetahuan Prosedural


Pengetahuan Proseduaral  Konsep variabel termasuk variabel
dependen, independen dan kontrol;
 Konsep pengukuran misalnya,
16

[pengukuran] kuantitatif, [observasi]


kualitatif, penggunaan skala, variabel
kategori dan kontinu;
 Cara menilai dan meminimalkan
ketidakpastian seperti pengulangan dan
pengukuran rata-rata;
 Mekanisme untuk memastikan
replikabilitas (kedekatan kesepakatan antara
ukuran berulang dari kuantitas yang sama)
dan akurasi data (kedekatan kesepakatan
antara kuantitas yang diukur dan nilai
sebenarnya dari ukuran);
 Cara umum mengabstraksi dan
merepresentasikan data menggunakan tabel,
grafik, dan bagan dan penggunaannya yang
sesuai;
(OECD, 2016)

Tabel 2.4 Cangkupan Pengetahuan Epistemik

Pengetahuan Epistemik  Konstruk dan fitur fitur sains. Itu adalah:


Sifat pengamatan ilmiah, fakta, hipotesis,
model dan teori;
 Maksud dan tujuan sains (untuk
menghasilkan penjelasan tentang dunia alami)
dibedakan dari teknologi (untuk menghasilkan
solusi optimal untuk kebutuhan manusia), apa
yang merupakan pertanyaan ilmiah atau
teknologi dan data yang sesuai;
 Nilai-nilai ilmu misalnya, komitmen untuk
publikasi, objektivitas dan penghapusan bias;
Sifat penalaran yang digunakan dalam sains
misalnya, deduktif, induktif, inferensi terhadap
penjelasan terbaik (abduktif), analogis, dan
berbasis model;
 Peran konstruksi dan fitur ini dalam
membenarkan pengetahuan yang dihasilkan
oleh sains. Itu adalah:
 Bagaimana klaim ilmiah didukung oleh
data dan penalaran dalam sains;
17

 Fungsi berbagai bentuk penyelidikan


empiris dalam membangun pengetahuan, tujuan
mereka (untuk menguji hipotesis penjelas atau
mengidentifikasi pola) dan desain mereka
(observasi, eksperimen terkontrol, studi
korelasional);
 Bagaimana kesalahan pengukuran
memengaruhi tingkat kepercayaan terhadap
pengetahuan ilmiah;
 Penggunaan dan peran model fisik, sistem
dan abstrak serta batasannya;
 Peran kolaborasi dan kritik dan bagaimana
peer review membantu membangun
kepercayaan dalam klaim ilmiah;
 Peran pengetahuan ilmiah, bersama dengan
bentuk-bentuk pengetahuan lainnya, dalam
mengidentifikasi dan menangani masalah-
masalah sosial dan teknologi.
(OECD, 2016)

3. Aspek Kompetensi Sains


Aspek Kompetensi membahas tentang kemampuan untuk menjelaskan
fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang secara ilmiah,
mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan penyelidikan
ilmiah, dan menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah. Secara garis besar
aspek kompetensi sains dapat dijelaskan sebagai berikut :
18

1) Menjelaskan fenomena secara ilmiah, yaitu mengenali, memberi, dan


mengevaluasi penjelasan untuk berbagai fenomena alam dan teknologi.
2) Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, yaitu mendeskripsikan
dan menilai penyelidikan ilmiah dan mengusulkan cara menangani
pertanyaan secara ilmiah.
3) Menafsikan data dan bukti secara ilmiah, yaitu menganalisis dan
mengevaluasi data, klaim, dan argumen dalam berbagai representasi dan
menarik kesimpulan ilmiah yang tepat. (OECD, 2016)
Penjelasan dari cangkupan yang ada pada Aspek kompetensi sains dapat
dilihat pada Tabel 2.5

Tabel 2.5 Cangkupan Kompetensi Sains

Menjelaskan fenomena secara


Mengenali, menawarkan dan mengevaluasi
ilmiah penjelasan untuk berbagai fenomena alam dan
teknologi yang menunjukkan kemampuan untuk:
 Ingat dan terapkan pengetahuan ilmiah yang
sesuai;
 Identifikasi, gunakan, dan hasilkan model
dan representasi yang jelas;
 Membuat dan membenarkan prediksi yang
sesuai;
 Menawarkan hipotesis penjelasan;
 Menjelaskan implikasi potensial dari
pengetahuan ilmiah bagi masyarakat.
Mengevaluasi dan merancang Menjelaskan dan menilai investigasi ilmiah dan
pertanyaan ilmiah mengusulkan cara untuk menjawab pertanyaan
secara ilmiah yang menunjukkan kemampuan
untuk:
 Identifikasi pertanyaan yang dieksplorasi
dalam studi ilmiah yang diberikan;
 Membedakan pertanyaan yang mungkin
untuk diselidiki secara ilmiah;
 Mengusulkan cara mengeksplorasi
pertanyaan yang diberikan secara ilmiah;
 Mengevaluasi cara mengeksplorasi
pertanyaan yang diberikan secara ilmiah;
 Menjelaskan dan mengevaluasi berbagai
cara yang digunakan para ilmuwan untuk
memastikan keandalan data dan obyektivitas
dan generalisasi dari penjelasan.
Menginterpretasikan data dan Menganalisis dan mengevaluasi data ilmiah, klaim
bukti secara ilmiah dan argumen dalam berbagai representasi dan
menarik kesimpulan yang tepat yang
19

menunjukkan kemampuan untuk:


 Mengubah data dari satu representasi ke
yang lain;
 Menganalisis dan menafsirkan data dan
menarik kesimpulan yang tepat;
 Identifikasi asumsi, bukti, dan alasan
dalam teks yang berkaitan dengan sains;
 Bedakan antara argumen yang didasarkan
pada bukti ilmiah dan teori dan argumen
berdasarkan pertimbangan lain;
 Mengevaluasi argumen ilmiah dan bukti
dari berbagai sumber (mis. Surat kabar,
internet, jurnal).
(OECD, 2016)

E. Energi
Energi adalah bentuk suatu zat, substansi atau kekuatan/kemampuan, yang
sifatnya abstrak, sukar untuk dibuktikan tetapi dapat kita rasakan. Energi adalah
kemampuan untuk menghasilkan kerja. Avialibity adalah kemampuan suatu sistem
untuk menghasilkan kerja yang berguna sehingga keberadaanya lebih realistik,
mudah dibuat dan dapat dirasakan kegunaanya. Energi adalah sumber daya yang
dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan termasuk bahan
bakar,listrik, energi mekanik dan panas. Sumber energi merupakan sebagian dari
sumber daya alam yang meliputi minyak dan gas bumi, batu bara, air, panas bumi,
gambut, biomassa dan sebagiannya, baik secara langsung atau tida langsung dapat
dimanfaatkan sebagai energi.
Ditinjau dari segi ekonomi, energi dapat diklasifikasikan menjadi energi
komersial dan energi nonkomersial. Energi komersial adalah kelompok bentuk
energi yang biasa atau umum yang diperdagangkan secara komersial, misalnya
minyak, listrik, gas, batu bara dan lain-lain. Energi nonkomersial adalah
kelompok bentuk energi yang tidak bisa diperdagangkan misalnya kayu, arang,
sampah, jerami, dan lain-lain.
Ditinjau dari siafat penyediaanya, energi dapat juga dikelompokkan menjadi
energi baru dan terbarukan, misalnya tenaga matahari, tenaga surya, tenaga
samudera, tenaga panas bumi, biogas dan kayu bakar. Peta konsep energi dapat
dilihat pada Gambar 2.1
20

Gambar 2.1 Peta Konsep Energi


Sumber : (Daryanto, 2007)

Anda mungkin juga menyukai