Bab II
Bab II
KAJIAN TEORITIS
1
1
Keempat unsur ini diharapkan dapat muncul dalam proses pembelajaran IPA,
sehingga proses pembelajaran yang dialami oleh peserta didik dapat
menghantarkannya pada proses pembelajaran yang utuh, memahami fenomena
alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Keempat unsur tersebut meliputi:
sikap ilmiah, proses ilmiah, produk ilmiah, dan aplikasi (BNSP, 2006)
Secara umum,IPA (Sains) merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu
alam yang saling melengkapi mulai dari ilmu fisika. Kimia, biologi, ilmu bumi,
hingga ilmu astronomi. Penerapan ini sebagai langkah untuk menemukan jawaban
yang lebih komprehensif mengenai fenomena alam yang kajiannya tidak hanya
melalui satu disiplin ilmu alam saja teapi memahami hubungan masing-masing
disiplin ilmu alam hingga membentuk satu kesatuan pengetahuan yang utuh
(Trefil & Hazen, 2010).
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai
konsep dasar mata pelajaran IPA yaitu mata pelajaran yang dikembangkan dengan
memperhatikan ketercapaian terhadap aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
melalui proses pengamatan dan berpikir secara logis serta sistematis untuk
memahami segala bentuk kejadian yang berada di alam semesta beserta isinya.
B. Instrumen Tes
Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga
dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang pendidikan
instrument digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang
diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar,
perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Pada dasarnya instrumen dapat
dibagi dua yaitu tes dan non tes. Pada penelitian ini menggunakan instrumen tes
dalam bentuk pilihan ganda..
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Penggunaan
berbagai teknik dan alat tes disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang
2
tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah materi
pembelajaran yang sudah disampaikan.
Jenis tes dilihat dari jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis atau sering
disebut paper and pencil test adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik
dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada yang bersifat formal dan ada pula yang
bersifat nonformal. Tes yang bersifat formal meliputi jumlah testi yang cukup
besar yang diselenggarakan oleh suatu panitia resmi yang diangkat oleh
pemerintah. Tes formal mempunyai tujuan yang lebih luas dan didasarkan atas
standar tertentu yang berlaku umum. Sedangkan tes nonformal berlaku untuk
tujuan tertentu dan lingkungan terbatas yang diselenggarakan langsung oleh pihak
pelaksana dalam situasi setengah resmi tanpa melalui institusi resmi. Tes tertulis
ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).
(Zainal, 2012)
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung
pada perilaku atau kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian,
ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis
dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian
memiliki kelebihan dan kelemahan satu dengan yang lain. (Depdiknas, 2008)
dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu
mengikuti langkah‐langkah berikut:
a. Menuliskan pokok soalnya
b. Menuliskan kunci jawabannya
c. Menuliskan pengecohnya.
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus
jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda
dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung
satu persoalan/gagasan
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan
atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan
atau pernyataan itu dihilangkan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang
benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata,
kelompok kata, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke
arah jawaban yang benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat dua
kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti
pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan
negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru
pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi
4
c. Bahasa/budaya
5
point biserial. Hal ini dikarekanakan pada tes objektif hanya ada dua
kemungkinan jawaban, yaitu betul dan salah. Setiap butir soal yang
dijawab benar umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap
jawaban salah diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini, yaitu betul-
salah, ya-tidak atau sejenis dengan itu, dalam dunia statistik dikenal
dengan nama data diskret murni atau data dikotomik. Angka indeks
korelasi poin biserial dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
M −M t p
r pb i= P
SDt √ q
b. Validitas Empiris
Istilah validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman.
Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah
diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorang dapat diakui
jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang
tersebut memang jujur. Dari penjelasan dan contoh tersebut diketahui bahwa
validitas empiris tidak diperoleh hanya dengan menyusun instrumen dengan
berdasarkan ketentuan, seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan
melalui pengalaman.
Berdasarkan pembuktian atau pengalaman, validitas dapati dibagi menjadi
dua, yaitu:
1) Validitas ada sekarang (cuncurent validity)
8
2. Reliabilitas
Suatu tes dapat dikatakan rmempunyai reliabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya
berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto,
2012). Reliabilitas lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek
dari suatu alat ukur, yaitu: (1) kemantapan, (2) ketepatan, dan (3) homogenitas.
Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur suatu berulangkali,
dengan syarat bahwa kondisi pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut
memberikan hasil yang sama. Instrumen yang tepat adalah instrumen dimana
9
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja); berapa tahun
pengalaman kerja anda di lembaga ini? Pertanyaan tersebut dapat ekuivalen
dengan pertanyaan berikut. Tahun berapa anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara ini cukup dilakukan
sekali, tetapi instrumenya dua, pada responden yang sama, waktu yang sama,
instrumen yang berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara
mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang
dijadikan ekuivalen. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen
dapat dinyatakan realibel.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, ke responden yang sam. Jadi,
cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen
10
d. Internal consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas isntrumen. Pengujian reabiliatas instrumen dapat
dilakukan dengan penggunaan rumus KR21 (Sugiyono, 2016).
r1 =
k
(k −1)
1−
{M (k −M )
k S i2 }
Keterangan :
Si = varians total
r1 = reliabilitas soal
k = jumlah butir soal
M = mean skor total
D. Literasi Sains
11
1. Aspek Konteks
Aspek konteks membahas masalah pribadi, lokal / nasional dan global,
baik saat ini maupun historis, yang menuntut pemahaman tentang sains dan
teknologi. Isu-isu dunia nyata yang digunakan sebagai rangsangan dan item untuk
penilaian literasi sains pada tahun 2015 juga dapat diklasifikasikan berdasarkan
konteks di mana mereka ditetapkan. Tiga kategori konteks mengidentifikasi
bidang kehidupan yang luas di mana masalah tes mungkin muncul: personal, yang
12
merupakan konteks yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa dan keluarga;
Lokal / nasional", yang merupakan konteks yang terkait dengan komunitas tempat
tinggal siswa; dan global, yang konteksnya didefinisikan oleh kehidupan di
seluruh dunia.
Sebuah item yang berkaitan dengan masalah bahan bakar fosil, misalnya,
dapat diklasifikasikan sebagai pribadi jika mengeksplorasi perilaku hemat energi,
sebagai lokal / nasional jika mengatasi dampak lingkungan pada kualitas udara,
dan sebagai global, jika meneliti hubungan antara fosil dengan konsumsi bahan
bakar dan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Penilaian ilmu PISA 2015
bukanlah penilaian konteks spesifik; Sebaliknya, konteks digunakan untuk
memperoleh tugas-tugas spesifik yang berhubungan dengan sains. Oleh karena
itu, berbagai konteks personal, lokal / nasional dan global dimasukkan dalam
penilaian seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1
(OECD, 2016)
2. Aspek Pengetahuan
Pada aspek pengetahuan membahas pemahaman tentang fakta-fakta utama,
konsep dan teori penjelasan yang membentuk dasar pengetahuan ilmiah;
pengetahuan tersebut termasuk pengetahuan tentang dunia alam dan artefak
teknologi (pengetahuan konten), pengetahuan tentang bagaimana ide-ide tersebut
dihasilkan (pengetahuan prosedural), dan pemahaman tentang alasan yang
mendasari untuk prosedur ini dan pembenaran untuk penggunaannya
(pengetahuan epistemik).
Masing-masing kompetensi ilmiah membutuhkan beberapa pengetahuan
konten (pengetahuan teori, ide penjelasan, informasi dan fakta), tetapi juga
pemahaman tentang bagaimana pengetahuan tersebut telah diturunkan
(pengetahuan prosedural) dan sifat dari pengetahuan itu (pengetahuan epistemik).
Pengetahuan prosedural mengacu pada pengetahuan tentang konsep dan prosedur
yang penting untuk penyelidikan ilmiah, dan yang mendukung pengumpulan,
analisis dan interpretasi data ilmiah. Dalam upaya untuk menjelaskan fenomena di
dunia material, ilmu pengetahuan hasil dengan menguji hipotesis melalui
penyelidikan empiris.
14
Sistem Fisik yang membutuhkan Struktur materi (mis., Model partikel, ikatan)
pengetahuan tentang: Sifat materi (mis., Perubahan keadaan,
konduktivitas termal dan listrik)
Perubahan bahan kimia (mis., Reaksi kimia,
transfer energi, asam / basa)
Gerak dan gaya (mis., Kecepatan, gesekan)
dan aksi pada jarak (mis., Gaya magnet,
gravitasi, dan elektrostatik)
Energi dan transformasinya (mis., Konservasi,
disipasi, reaksi kimia)
15
E. Energi
Energi adalah bentuk suatu zat, substansi atau kekuatan/kemampuan, yang
sifatnya abstrak, sukar untuk dibuktikan tetapi dapat kita rasakan. Energi adalah
kemampuan untuk menghasilkan kerja. Avialibity adalah kemampuan suatu sistem
untuk menghasilkan kerja yang berguna sehingga keberadaanya lebih realistik,
mudah dibuat dan dapat dirasakan kegunaanya. Energi adalah sumber daya yang
dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses kegiatan termasuk bahan
bakar,listrik, energi mekanik dan panas. Sumber energi merupakan sebagian dari
sumber daya alam yang meliputi minyak dan gas bumi, batu bara, air, panas bumi,
gambut, biomassa dan sebagiannya, baik secara langsung atau tida langsung dapat
dimanfaatkan sebagai energi.
Ditinjau dari segi ekonomi, energi dapat diklasifikasikan menjadi energi
komersial dan energi nonkomersial. Energi komersial adalah kelompok bentuk
energi yang biasa atau umum yang diperdagangkan secara komersial, misalnya
minyak, listrik, gas, batu bara dan lain-lain. Energi nonkomersial adalah
kelompok bentuk energi yang tidak bisa diperdagangkan misalnya kayu, arang,
sampah, jerami, dan lain-lain.
Ditinjau dari siafat penyediaanya, energi dapat juga dikelompokkan menjadi
energi baru dan terbarukan, misalnya tenaga matahari, tenaga surya, tenaga
samudera, tenaga panas bumi, biogas dan kayu bakar. Peta konsep energi dapat
dilihat pada Gambar 2.1
20