Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DHF (DENGUE HEMORHAGIC FEVER)

Di susun oleh :

Maqfirotul Rohma 14401.16.17023

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL

HASAN PROBOLINGGO

TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HEMORHAGIC FEVER)

A. Definisi
Demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrgagic fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Sudoyo Aru, dkk, 2009).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
nyamuk Aedes Aegypti dan panyakit ini menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak (Nursalam, 2012).
Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit
demam akut terutama pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya
berubah ke orang dewasa.Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi
perdarahan dan bertedensi manimbulkan shock yang dapat menimbulkan
kematian (Depkes, 2011).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
henorraghic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aeges aegypty yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Penyebab demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus yang
dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagaivector ke tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk
group B Arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai
genus flavirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan
serotype yang paling banyak sebagai penyebab. Dalam hal ini penularan
melibatkan tiga factor yaitu manusia, virus dan virus perantara. Nyamuk-
nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue kepada manusia baik secara
langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia,
maupun secara tidak langsung setelah mengalami masa inkubasi dalam
tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari atau 13-
14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh (Nursalam,
2012).
Virus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus
sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi
orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan
akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang
yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus
dengue lainnya (Mansjoer, 2010).

C. Manifestasi Klinis
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga
merupakan suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-
7 hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum
manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue
fever, dengue hemmorrhagic fever dan dengue shock syndrome (Depkes,
2011).
1. Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik seperti
anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala. Pada
umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam berlangsung
antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis.
2. Perdarahan
Umumnya muncul pada hari kedua sampai ketiga demam bentuk
perdarahan dapat berupa uji rumple leed positif, petechiae, purpura,
echimosis, epistasis, perdarahan gusi dan yang paling parah adalah
melena.
3. Hepatomegali
Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam, kadang-kadang
juga di temukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus.
4. Shock
Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan
ketujuh sakit. Shock yang terjadi dalam periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan
peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin pada
ujung hidung, jari dan kaki, sianosis sekitar mulut dan akhirnya shock.
5. Trombositopenia
Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila dibawah
150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai ketujuh
sakit.
6. Kenaikan Nilai Hematokrit
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap
terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik.
7. Gejala Klinik Lain
Gejala Klinik Lain yang dapat menyertai penderita adalah epigastrium,
muntah-muntah, diare dan kejang-kejang (Depkes ,2011). Berdasarkan
derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut (Mansjoer,
2005):
1. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan
manifestasi perdarahan ringan. Yaitu uji tes “rumple leed’’ yang positif.
2. Derajat II (Sedang)
Golongan ini lebih berat daripada derajat pertama, oleh karena
ditemukan perdarahan spontan di kulit dan manifestasi perdarahan lain
yaitu epitaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis dan melena
(muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang
teraba dingin dan lembab.
3. Derajat III (Berat)
Penderita syok berat dengan gejala klinik ditemukannya kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20
mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab, dan penderita
menjadi gelisah.
4. Derajat IV
Penderita syok berat (profound shock) dengan tensi yang tidak dapat
diukur dan nadi yang tidak dapat diraba.

D. Anatomi Fisiologis

Sumber : http://virtualmedicalcentre.com
Darah adalah cairan didalam pembuluh darah yang warnanya
merah. Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada
banyaknya oksigen dan karbon dioksida didalamnya. Darah berada dalam
tubuh karena karena adanya kerja pompa jantung. Selama darah berada
dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila berada diluar
pembuluh darah akan membeku. Pembekuan ini dapat divegah dengan
mencampurkan sedikit ditras sitras natrikus atau anti pembeku darah.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya juga
terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara
keseluruhan kira-kira 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55
persennya adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah.
Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang
dipadatkan yang berkisar anatara 40-47. Diwaktu sehat volume darah
adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik
dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Kandungan yang ada di dalam darah :
1 Air : 91%
2 Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan
fibrinigen)
3 Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat,
garam fosfat, magnesium, kalsium dan zat
besi.
4 Bahan Organik : 0.1% (glukosa, lemakasam urat, keratinin,
kolesterol, dan asam amino)
Fungsi Darah :
1. Sebagai alat pengangkut, yaitu :
a. Mengambil oksigen / zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan keseluruh jaringan / alat tubuh.
d. Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh
untuk dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
e. Mengedarkan hormon yaitu hormon untuk membantu proses
fisiologis.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam
tubuh dengan perantaraan leukosit dan antibodi / zat-zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
4. Menjaga keseimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari
kerusakan.
Karakteristik Darah :
1. Volume darah : 7% - 10% BB (5 Lt pada dewasa normal)
2. Komponen darah : Eritrosit, Leukosit, trombosit →40% - 45% volume
darah; tersuspensi dalam plasma darah
3. PH darah : 7,37 – 7,45
4. Temp : 38°C
5. Viskositas lebih kental dari air dengan BJ 1,041 – 1,067

Bagian-Bagian Darah
Sel-Sel Darah
1. Eritrosit (Sel darah merah)
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti, ukurannya 0.007
mm, tidak bergerak, banyaknya kira-kira 4,5-5 juta/mm³, warnanya
kuning kemerah-merahan karena didalamnya mengandung hemoglobin
(hemoglobin adalah protein pigmen yang memberi warna merah pada
darah). Hemoglobin terdiri atas protein yang di sebut globin dan
pigmen non-protein yang disebut heme, setiap eritrosit mengandung
sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sifatnya kenyal sehingga dapat
berubah bentuk sesuai dengan pembuluh darah yang dilalui.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk
dari asam amino, juga memerlukan zat besi. Wanita memerlukan lebih
banyak zat besi karena beberapa diantaranya dibuang sewaktu
menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam jumlah yang
lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan susu.
Sel darah merah dibentuk didalam sumsum tulang, terutama dari
tulang pendek, pipih, dan tak beraturan dari jaringan konselus pada
ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari
sternum. Perkembangan sel darah dalam sumsum tulang melalui
berbagai tahap mula-mula besar dan berisi nukleus tetapi tidak ada
hemoglobin, kemudian dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan
nukleusnya dan baru diedarkan ke dalam sirkulasi darah.
Rata-rata panjang hidup sel darah merah normalnya 120 hari. Sel
menjadi usang dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial,
terutama dalam limpa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah
menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-
jaringan dan zat besi dalam heme dari hemoglobin dikeluarkan untuk
digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa heme dari
hemoglobin diubah lagi menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan
biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada
perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.
Bila terjadi perdarahan maka sel merah dengan hemoglobinnya
sebagai pembawa oksigen, hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu
diganti dalam waktu beberapa minggu berikutnya. Tetapi bila kadar
hemoglobin turun sampai 40% atau dibawahnya, maka diperlukan
tranfusi darah.
Fungsisel darah merah yaitu mengikat oksigen dari paru-paru
untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon
dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru /
melalui jalan pernafasan.
Produksi Eritrosit (Eritropoesis):
a. Terjadi di sumsum tulang dan memerlukan besi, Vit B12, asam
folat, piridoksin (B6)
b. Di pengaruhi oleh O₂ dalam jaringan
c. Masa hidup : 120 hari
d. Eritrosit tua dihancurkan di sistem retikuloendotelial (hati dan
limpa)
e. Pemecahan Hb menghasilkan bilirubin dan besi. Besi berkaitan
dengan protein (transferin) dan diolah kembali menjadi Hb baru.
2. Leukosit (Sel darah putih)
Berbentuk bening, tidak bewarna, memiliki inti, lebih besar dari sel
drah merah (eritrosit), dalam keadaan normalnya terkandung 4x109
hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa
yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter
kubik darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah
putih.
Leukosit selain berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit di
sebabkan oleh masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang
ada di dalam darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal di dalam kelenjar limfe,
beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan
penyakit tersebut.
Rentang kehidupan leukosit setelah di produksi di sumsum tulang,
leukosit bertahan kurang lebih satu hari di dalam sirkulasi sebelum
masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari,
beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis leukositnya.
Fungsi dari leukosit sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh
dan memakan bibit penyakit / bakteri yang masuk kedalam jaringan
RES (sistem retikuloendotel), tempat pembiakannya didalam limpa
dan kelenjar limfe, sebagai pengangkut yaitu mengangkut membawa
zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah.
Macam-Macam Sel Darah Putih (Leukosit), meliputi :
a. Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang
terdiri dari :
1) Limfosit, yaitu macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan
RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil,
didalam sitoplasmanya tidak terdapat glandula dan intinya
besar, banyaknya kira-kira 15%-20%. rentang hidupnya dapat
mencapai beberapa tahun. Struktur limfosit mengandung
nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis
sitoplasma. Ukurannya bervariasi ukuran kecil 5 µm – 8 µm,
ukuran terbesar 15 µm. Berfungsi membunuh dan memakan
bakteri yang masuk kedalam jaringan tubuh dan berfungsi juga
dalam reaksi imunologis.
2) Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari
limfosit, mencapai 3%-8% jumlah total. Struktur merupakan
sel darah terbesar. Memilik protoplasma yang lebar, berwarna
biru abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan, inti
selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.
Berfungsi sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap
bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah
meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi hitosit
jaringan (makrofag tetap).
b. Granulosit
Disebut juga leukosit granular yang terdiri dari :
1) Neutrofil atau disebut juga polimorfonuklear leukosit
banyaknya mencapai 50%-60%. Struktur neutrofil memiliki
granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya dan
banyak bintik-bintik halus / glandula. Nukleusnya memiliki 3-5
lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis.
Diameternya mencapai 9 µm – 12 µm. Berfungsi sebagai
pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga juga yang
memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri,
aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak
menyebabkan adanya nanah.
2) Eusinofil mencapai 1%-3% jumlah sel darah putih. Struktur
memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus
berlobus dua, dan berdiameter 12 µm – 15 µm. Berfungsi
merupakan fagosti lemah, jumlahnya akan mengikat saat terjadi
alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stres
berkepanjangan. Sel ini berfungsi dalam detoksifikasi hestamin
yang di produksi sel mast dan jaringan yang cedera saat
inflamasi berlangsung.
3) Basofil mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Struktur
memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya
tidak beraturan dan akan bewarna keunguan sampai hitam serta
memperlihatkan nukleus berbentuk S. Diameternya 12 µm – 15
µm. Berfungsi bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi
dan antigen dengan jalan mengeluarkan histamin kimia yang
menyebabkan peradangan.
3) Trombosit (Sel pembeku darah)
Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm³.
Bagian inti yang merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal
dari sumsum tukang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel
darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasi darah.
Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit
yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
memiliki masa hidup dalam drah antara 5-9 hari. Trombosit yang tua
atau mati di ambil dari sistem perdaran darah, terutama oleh makrofag
jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag dalam
limpa, pada waktu darah melewati organ tersebut.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah yaitu Ca2+ dan fibrinogen.
Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita
luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan akan mengeluarkan
zat yang di namakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu
dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin.
Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang
halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan
sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin ini
dibuat di dalam hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K,
dengan demikian vitamin K penting untuk pembekuan darah.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah
(hemostatis). Jika banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka
darah tidak lekas membeku sehingga timbul perdarahan yang terus-
menerus.
4) Plasma Darah
Merupakan komponen terbesar dalam darah dan merupakan bagian
darah yang cair, tersusun dari air 91%, protein plasma darah 7%, asam
amino, lemak, glukosa, urea, garam sebanyak 0,9%, dan hormon,
antibodi sebanyak 0,1% . Berfungsi mengangkut sari makanan ke
sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan selain itu plasma darah juga menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Protein plasma mencapai 7% dari plasma dan merupakan satu-
satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran
kapiler untuk mencapai sel. Ada 3 jenis protein plasma yang utama :
a. Albumin adalah protein yang terbanyak, sekitar 55%-60% tetapi
ukurannya paling kecil. Albumin di sintesis di dalam hati dan
bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
Mempertahankan tekanan osmotik agar normal (25 mmHg).
b. Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma. Alfa dan beta
globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul
pembawa lipid, beberapa hormone, berbagai subtrat, dan zat
penting lainnya. Gamma globulin (immunoglobulin) fungsi utama
berperan sebagai antibody.
c. Fibrinogen membentuk sekitar 4% protein plasma. Disintesis di
hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
Proses Pembentukan Sel Darah
a. Terjadi awal masa embrional, sebagian besar pada hati dan sebagian
kecil pada limpa. Pada minggu ke-20 masa embrional mulai terjadi
pada sumsum tulang.
b. Semakin besar janin peranan pembentukan sel darah terjadi pada
sumsum tulang.
c. Setelah lahir semua sel darah dibuat di sumsum tulang, kecuali
limfosit yang juga di bentuk di kelenjar limfe, thymus dan lien.
d. Setelah usia 20 tahun sumsum tulang panjang tidak memproduksi
lagi drah kecuali bagian proximal, humerus, dan tibia.

E. Patofisiologi
1. Narasi
Virus Dengeu akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti dimana virus tersebut akan masuk ke alliran darah, maka
terjadilah viremia (virus dalam aliran darah). Kemudian aliran darah
beredar ke seluruh tubuh maka virus tersebut dapat dengan mudah
menyerang organ tubuh manusia. Paling banyak organ yang terserang
adalah systemgastrointestinal, hepar, pembuluh darah dan pada reaksi
imunologi. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal maka tidak
jarang klien mengeluh mual, muntah, dan anoreksia. Bila virus
menyerang organ hepar, maka virus dengeu tersebut mengganggu sistem
kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan oksidasi
lemak, namun karena hati terserang virus dengeu maka hati tidak dapat
memecahkan asam lemak tersebut menjadi benda-benda keton, sehingga
akan menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana
pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi
abdomen (Mansjoer, 2011).
Virus dengue juga masuk ke pembuluh darah dan menyebabkan
peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang
mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan faktor
koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat. Dapat
terjadi kebocoran plasma yang akan menyebabkan hipoksia jaringan,
asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian. Bila virus bereaksi
dengan antibodi maka mengaktivasi sistem komplemen untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator faktor meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah atau terjadi demam, dimana dapat DHF dengan
derajat I, II, III.IV (Mansjoer,2011).
2. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien
tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat
adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell
culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-
PCR (Reserve Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena
teknik yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya
antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun
IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
a. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat
ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai
adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit
yang pada fase syok akan meningkat.
b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
c. Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam.
d. Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer, atau FDP pada keadaan yangdicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
e. Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma.
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
g. Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
1. Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada
hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma
hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks.
Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah
kanan).Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG (WHO, 2006).
3. Serologi
a. Uji serologi memakai serum ganda.
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen
menaikkan antibodi antidengue sebanyak minimal empat
kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK),
uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
b. Uji serologi memakai serum tunggal.
Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji
dengue yang mengukur antibodi antidengue tanpa
memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang
mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.
G. Penatalaksaan
1. Medis
Menurut Hadinegoro (2001) dan Hendrawanto (2003), pengobatan
demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral
tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri perut yang
berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan.
Medikamentosa yang bersifat simptomatis :
a. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala,
ketiak,inguinal.
b. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
c. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
a. Larutan fisiologis NaCl
b. Larutan Isotonis ringer laktat
c. Ringer asetat
d. Glukosa 5%
2. Non medis
Penatalaksanaan non medis
a. Beri minum sebanyak mungkin
b. Batasi aktifitas dan tirah baring
c. Observasi ketat tanda-tanda vital ( nadi, pernapasan, suhu)
d. Kompres dingin (air biasa) bila suhu meningkat
e. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi jambu biji merah ternyata
memiliki komponen yang berkhasiat, yakni kelompok senyawa
tanin menyebabkan rasa sepat dan flavonoid
f. Pemberian makanan lunak
g. Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue yaitu:
1) Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah,
masukan kurang) atau kejang–kejang.
2) Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji
torniquet positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain)
3) Panas disertai perdarahan- perdarahan.
4) Panas disertai renjatan.

H. Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Pengkajian
A. Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak –
anak dengan usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis
Asia, dan terutama terjadi pada saat musim hujan, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan.
B. Keluhan Utama
Panas atau demam.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang.
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas
terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin
lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya
manifestasi pendarahan pada kulit
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah
mengalami serangan ulang DHF.
3. Riwayat imunisasi
Apabila mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
2. Riwayat gizi.
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status
gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
faktor predisposisinya. Pasien yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka akan mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
3. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan
lingkungan yang kurang bersih ( seperti air yang menggenang
dan gantungan baju dikamar ).
D. Acitvity Daily Life (ADL)
1. Nutrisi : Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan.
2. Aktivitas : Nyeri pada anggota badan, punggung sendi, kepala,
ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas
sehari-hari.
3. Istirahat, tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala
dan nyeri.
4. Eliminasi : Diare / konstipasi, melena, oligouria sampai
anuria.
5. Personal hygiene : Meningkatnya ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.
E. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum :Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan
umum adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
tanda – tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah,
ada perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga,
serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen,
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak
teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas
dingin berkeringat dan kulit tampak sianosis.
b. Kepala dan leher.
1) Wajah : Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrimasi dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
2) Mulut : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor,
(kadang-kadang) sianosis.
3) Hidung : Epitaksis
4) Tenggorokan : Hiperemia
5) Leher: Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas
rahang daerah servikal posterior.
c. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
Pada Stadium IV :
Palpasi : Vocal – fremitus kurang bergetar.
Perkusi : Suara paru pekak.
Auskultasi : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
d. Abdomen (Perut).
Palpasi : Terjadi pembesaran hati dan limfe, pada keadaan
dehidrasi turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment
point (Stadium IV).
e. Anus dan genetalia.
Eliminasi alvi: Diare, konstipasi, melena.
Eliminasi uri : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
f. Ekstrimitas atas dan bawah.
Stadium I : Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test.
Stadium II – III: Terdapat petekie dan ekimose di kedua
ekstrimitas.
Stadium IV : Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari
tangandan kaki.
F. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat ( ≥20%).
b. Trambositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia.
d. Ig.D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan Ph darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hiper-termia) sehubungan dengan proses
penyakit (viremia).
b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan se-
hubungan dengan mual, muntah, anoreksia & sakit saat menelan.
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan dengan agen cedera
biologis.
3. Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh (hiper-termia) sehubungan dengan proses
penyakit (viremia).
Tujuan : suhu tubuh pasien kembali normal (36 – 37,50C)
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36-37oC), pasien bebas dari
demam.
Intervensi :
1. Mengkaji saat timbulnya de-mam.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernapasan
3. Memberikan penjelasan tentang penyebab demam atau pening-
katan suhu tubuh.
4. Memberikan penjelasan pada pasien/keluarga tentang hal-hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi demam & menganjurkan
pasien/keluarga untuk kooperatif.
5. Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien & akibatnya jika
hal tersebut tidak dilakukan.
6. Menganjurkan pasien untuk ba-nyak minum  2,5 l/24 jam &
jelaskan manfaatnya bagi pasien.
7. Memberikan kompres dingin (pada daerah axila & lipat paha).
8. Menganjurkan untuk tidak memakai selimut & pakaian yang tebal.
9. Mencatat asupan & keluaran.
Memberikan terapi cairan in-travena & obat-obatan sesuai dengan
program dokter (masa-lah kolaborasi)

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari kebutuhan se-


hubungan dengan mual, muntah, anoreksia & sakit saat menelan.
Tujuan : nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil : Menunujukkan peningkatan / mempertahankan berat
badan dengan nilai laboratorium normal. Tidak mengalami tanda mal
nutrisi. Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk
meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
1. Mengkaji keluhan mual, sakit menelan & muntah yang diala-mi oleh
pasien.
2. Mengkaji cara/bagaimana ma-kanan dihidangkan.
3. Memberikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur, tim&
dihidangkan saat masih hangat.
4. Memberikan makanan dalam porsi kecil & frekuensi sering.
5. Menjelaskan manfaat makanan/ nutrisi bagi pasien terutama saat
pasien sakit.
6. Memberikan umpan balik posi-tif saat pasien mau berusaha
menghabiskan makanannya.
7. Mencatat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap
hari.
8. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter).
9. Memberikan obat-obat antasi-da (anti emetik) sesuai program dokter.
Mengukur berat badan pasien setiap hari (bila mungkin).

c. Gangguan rasa nyaman: nyeri sehubungan dengan agen cedera biologis.


Tujuan : nyeri pasien berkurang / hilang
Kriteria hasil : Rasa nyaman pasien terpenuhi, nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1. Mengkaji tingkat nyeri yang di alami pasien dengan memberi rentang
nyeri (0-10), biarkan pasien menentukan tingkat nyeri yang
dialaminya, tetapkan tipe nyeri yang dialami pasien, respons pasien
terhadap nyeri yang dialami.
2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap
nyeri (budaya, pendidikan, dll).
3. Memberikan posisi yang nya-man, usahakan situasi ruangan yang
tenang.
4. Memberikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien
dari rasa nyeri (libatkan keluarga). Menganjurkan pasien untuk
membaca buku, mendengar musik, nonton TV (mengalihkan
perhatian).
5. Memberikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan
teman-temannya/orang terdekat.
6. Memberikan obat-obat analgetik (kolaborasi dokter).

4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan melibatkan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan diagnose medis DHF adalah :
1. Suhu tubuh pasien kembali normal (36-37,50C)
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3. Nyeri pasien dapat berkurang / hilang
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall dan Moyet, 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi 13. EGC : Jakarta
Herdman, Heather T dan Kamitsuru, Shigemi, 2017. Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10. EGC : Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, H, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC – NOC. Edisi revisi, Jilid
1. Media Action : Yogyakarta.
Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4.
EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai