Bab 1 Pengabis
Bab 1 Pengabis
MAB B PRK 2
BAB 1
PENDAHULUAN
Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai
tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada bentuk
peternakan primer atau usaha peternakan dengan fokus produksi, namun sekarang telah
mengalami perubahan paradigma ke suatu sektor ekonomi moderen dan besar. Agribisnis terdiri
dari lima subsistem yang merupakan suatu kesatuan mata rantai yang saling bekerja sama dan
mendukung serta saling mempengaruhi satu sama lain. Kelima subsistem tersebut adalah
subsistem pengadaan sarana produksi peternakan (subsistem I), subsistem budidaya atau
produksi usaha peternakan (subsistem II), subsistem pengolahan dan industri hasil peternakan
(subsistem Ill), subsistem hasil pemasaran hasil peternakan dan pengolahannya (subsistem IV)
dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan agribisnis (subsistem V).
Dalam rangka penyediaan bibit sapi perah berkualitas dibutuhkan ketersediaan bibit
sapi perah yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Bibit merupakan salah satu faktor yang
menentukan dalam upaya pengembangan sapi perah. Kemampuan penyediaan atau produksi
bibit sapi perah dalam negeri masih perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Untuk itu diperlukan partisipasi dan kerjasama antara Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, peternak, dan perusahaan peternakan dalam upaya
meningkatkan populasi dan produktivitas sapi perah dalam penyediaan dan pemenuhan susu
secara nasional.
Saat ini sebagian peternak sapi perah masih berupa peternakan skala kecil yang
tergabung dalam koperasi, sehingga populasinya tidak terstruktur, dan belum menggunakan
sistem budi daya yang terarah. Untuk itu Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membina dan mengawasi
usaha pembibitan sapi perah melalui proses manajemen dan pemuliabiakan ternak secara terarah,
berkesinambungan, agar mampu memproduksi bibit sapi perah yang memenuhi standar.
Pelaku Usaha Pembibitan Sapi Perah yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah
perusahaan peternakan yang melakukan pembibitan, koperasi, kelompok/gabungan kelompok
peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan sapi perah. Berikut adalah para pelaku yang
terlibat dalam industri pembibitan sapi perah :
Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan
usaha peternakan. Potensi peternak menghasilkan pedet betina baik yang akan digunakan
sebagai replacement stock atau ternak bibit cukup potensial. Akan tetapi, beberapa studi
di Jawa Barat menunjukkan bahwa kecenderungan peternak di Jawa Barat jarang
memelihara pedet betina untuk replacement stock karena biaya produksinya tinggi.
Koperasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum, yang mengelola
usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu. Beberapa koperasi ada yang
melakukan rearing/pembesaran yang ditunjukkan untuk replacement stock. Misalnya,
KPSBU Lembang melakukan rearing/pembesaran pedet untuk kepentingan replacement
stock, KPBS bersama PT. Ultra Jaya membentuk unit usaha yaitu UPBS yang melakukan
impor bibit sapi perah, KSU Tandangsari Sumedang melakukan rearing/pembesaran
pedet untuk kepentingan replacement stock.
Pihak Swasta atau Perusahaan Swasta. Peran swasta dalam perbibitan sapi perah lebih
cenderung statis, bahkan mereka cenderung melakukan upaya perbibitan sendiri dan
untuk kebutuhan replacement stock-nya sendiri. Beberapa perusahaan yang melakukan
produksi dan usaha rearing, yaitu PT. Taurus Dairy Farm, PT. Greenfield, PT. Nasatra
Kejora, dan lainnya. Namun, yang selama ini dijalankan dan efektif dilaksanakan di
peternak adalah introdusir semen beku dengan inseminasi buatan.
Pemerintah, melalui berbagai unit kerjanya, telah berupaya untuk meningkatkan pasokan
bibit sapi perah ke peternak dengan mensuplai semen beku atau embrio beku. Pemerintah
juga telah mengaplikasikan teknologi transfer embrio. Akan tetapi, tingkat keberhasilan
transfer embrio ini masih rendah, selain itu embrio beku yang dihasilkan masih sangat
mahal untuk dipasarkan ke peternak sapi perah.
Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
memperhatikan antara lain waktu henti dan kesesuaian dosis. Selain itu, penyimpanan obat
hewan juga harus mengikuti petunjuk yang ada. Obat dapat memiliki beberapa bentuk, yakni
padat, serbuk, cair, suspensi dan gas. Untuk obat yang diberikan secara oral, biasanya obat akan
berbentuk padat (pil), serbuk (puyer, kapsul) dan cair (sirup).
Pengobatan dengan metode Injeksi, hanya dapat diberikan oleh obat dengan bentuk
cair. Inhaler hanya dapat diberikan dengan obat berbentuk gas. Obat dengan bentuk suspense
dan cair, dapat diberikan dengan cara dimasukan melalui selaput lender. Vaksin, adalah suatu
metode pengobatan yang lebih bersifat kepada pencegahan. Vaksin biasanya di berikan untuk
meminimalisir hewan terserang penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Ada banyak
ditributor obat hewan maupun toko-toko yang menjual obat hewan ternak.
Salah satu upaya peningkatan produktivitas ternak sapi perah dapat dilakukan melalui
penggunaan alat dan mesin (alsin) yang tepat guna agar pencapaian tujuan peningkatan produksi
dapat tercapai. Penggunaan alsin untuk usaha peternakan sapi perah diperlukan dalam semua
proses produksi, yaitu praproduksi, produksi, panen, pasca panen (pengolahan hasil), dan
distribusi. Namun, penggunaan alsin pada usaha peternakan rakyat masih sangat terbatas
disebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak untuk membeli alat tersebut
sehingga mereka cenderung menggunakan peralatan tradisional yang sederhana penggunaannya,
mudah dijangkau, murah, dan tersedia setiap saat.
Bertitiktolah dari kondisi tersebut di atas, upaya introdusir alsin peternakan sapi perah
harus mampu meningkatkan produktivitas ternak. Di samping itu, alsin yang diintrodusir harus
mudah dijangkau, mudah pengoperasiannya dan perbaikannya, tersedia setiap saat, dan
tersedianya lembaga yang menyediakan atau memperbaiki alsin tersebut bila terjadi kerusakan.
Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu kelembagaan yang tersistem yang dapat memberikan
pelayanan alsin dalam bentuk Unit Pelayanan Jasa dan Alat Mesin (UPJA) khususnya untuk
usaha peternakan sapi perah.
Secara kelembagaan, agribisnis sapi perah telah mempunyai sistem kelembagaan yang
cukup baik dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya dengan koperasi sebagai
lembaga yang mewakili peternak dalam penyediaan sarana dan prasaran produksi untuk sapi
perah termasuk menerima penyerapan hasil produksi susu dari para peternak. Keterkaitan antara
peternak dan koperasi sangat erat kaitannya terutama dalam upaya peningkatan produksi dan
kualitas susu yang dihasilkan. Oleh karena itu, upaya pembentukan model UPJA pada tingkat
kelompok peternak dan koperasi tidak akan terlalu sulit dilakukan.
Untuk memelihara sapi perah kandang harus benar-benar disiapkan denganbaik. Selain
kebersihannya terjaga, peru juga mempertimbangkan kenyamanan sapi. Karena untuk
mendapatkan hasil susu yang banyak sapi perah tidak boleh stress, harus dalam keadaan nyaman.
Semakin nyaman keadaan sapi, semakin tinggi produktivitas susunya.
Tinggi kandang yang dianjurkan untuk memelihara sapi perah sekitar 4-4,5 meter. Struktur
kandang harus dibuat dari bahan yang kuat, bisa besi, kayu ataupun bambu. Lantai kandang
sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, bersih dan tidak membahayakan sapi. Lantai harus
nyaman digunakanan untuk rebahan. Lantai tanah sangat tidak dianjurkan untuk memelihara sapi
perah.
Tempat makan dan minum harus didesain agar sapi mudah mengaksesnya namun tidak bisa
menginjak-nginjaknya. Kemudian saluran drainase atau pembuangan air dan kotoran. Sapi perah
menuntut pembersihan kandang setiap waktu. Oleh karena itu saluran pembuangan air dan
kotororan harus benar-benar lancar.
Di Indonesia, jenis sapi perah yang memiliki produktiviitas tinggi adalah Frisien Holstein (FH).
Bila tidak menemukan bakalan murninya, di pasaran banyak tersedia Peranakan Frisien Holstein
(PFH) yaitu hasil persilangan antara FH dengan sapi betina lokal seperti sapi madura dan sapi
jawa. Untuk mengetahui lebih detail, silahkan baca artikel Mengenal jenis-jenis sapi perah.
Secara umum ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih bakalan untuk ternak
sapi perah, diantaranya:
Sapi harus sehat, tubuh tidak cacat, kulit mulus, bebas parasit.
Mata bening cerah tidak kusam, tidak berair atau tidak terdapat kotoran mata.
Tidak banyak keluar lendir dari hidungnya, napasnya bagus tidak ada tanda-tanda batuk.
Kuku-kuku bagus, bentuknya sempurna, tidak ada gejala-gejala bengkak, bila diraba
suhunya tidak terasa panas.
Penempatan sapi di kandang harus ditata agar mudah dibersihkan. Untuk ternak skala kecil,
sekitar 1-10 ekor sbeiknya sapi diletakan dalam susunan satu baris, menghadap pada arah yang
sama. Untuk skala besar penempatan akan lebih kompleks lagi.
Pemberian pakan sangat berperan besar memicu produktivitas susu. Sapi harus mendapatkan
pakan yang seimbang dalam arti semua unsur nutrisinya terpenuhi. Pakan yang baik harus
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Tipe pakan untuk sapi perah bisa
dibedakan kedalam:
Pakan hijauan. Pakan hijuan terdiri dari bahan berserat seperti rumput-rumputan,
leguminosa, jerami padi, daun kacang tanah, jerami jagung, dan pucuk tebu. Sapi perah
membutuhkan hijauan sebanyak 30-50 kg per ekor per hari, atau 10% dari bobot
tubuhnya. Pakan hijauan sebaiknya diberikan siang hari, biasanya setelah pemerahan.
Pakan konsentrat. Pakan konsentrat atau sering juga disebut penguat bisa berupa biji-
bijian, umbi-umbian, atau limbah olahan pertanian seperti ampas tahu atau bungkil
kedelai. Pakan konsentrat dapat diberikan sebanyak 1-2% dari bobot sapi. Pemberiannya
sebaiknya pagi hari sebelum pemerahan atau sore hari.
Pakan tambahan. Pakan tamabahan biasanya berupa vitamin, mineral, hormon, enzim
atau antibiotik. Pakan ini biasanya buatan pabrik, diberikan sesuai dengan aturan
pemberian dari masing-masing pakan tersebut.
Khusus untuk sapi yang tengah menyusui atau dalam masa laktasi (masa pemerahan) kebutuhan
makanannya ditambah sekitar 25% lebih bayak. Begitu juga dengan kebutuhan minumnya.
Sapi betina mengalami masa birahi relatif pendek, sekitar 15-18 jam. Waktu birahi lenjutnya akan datang
setelah 21 hari. Jadi, bila peternak terlambat mengetahui masa birahi, harus menunggu kedatangan masa
birahi berikutnya. Ada pun ciri-ciri sapi betina yang mengalami birahi adalah sebagai berikut:
Tampak gelisah.
Sementara itu, masa birahi yang dialami sapi jantan cukup sering. Dalam jangka waktu 2-3 hari
sapi jantan bisa mengalami siklus birahi.
Terdapat dua cara mengawinkan sapi perah, yakni secara alami dan kawin suntik atau inseminasi buatan.
Kawin alami, mengawinkan sapi jantan dan betina secara langsung. Seekor sapi jantan bisa
mengawini 25-30 ekor sapi betina. Untuk peternakan susu kecil, perkawinan biasanya dilakukan
dalam satu kandang. Dimana ada satu betina dan satu jantan yang keduanya sedang mengalami
birahi.
Kawin suntik, dilakukan dengan memasukkan sperma sapi jantan menggunakan peralatan tertentu
ke dalam vagina spai betina. Kawin suntik ini memiliki banyak keunggulan. Lebih praktis, tidak
perlu membawa sapi jantan ke sapi betina. Sperma bahkan bisa didapatkan dari penyedia sperma
unggul, tanpa peternak memiliki spai pejantannya.
a. Masa laktasi
Sapi perah betina sudah bisa beranak setelah 2,5 tahun. Setelah melahirkan anaknya, sapi bisa diperah
selama 10 bulan. Di masa-masa awal, sekitar satu minggu setelah melahirkan susu yang dihasilkan
berwarna kekuningan dan agak kental. Susu ini disebut kolostrum yang banyak mengandung gizi.
Kolostrum biasanya diberikan kepada bayi sapi.
Setelah itu sapi akan mengeluarkan susu dengan jumlah yang fluktuatif. Pertama-tama volumenya agak
sedikit semakin hari semakin banyak hingga akhirnya menurun kembali hingg pada bulan ke-10. Selama
masa laktasi berat badan sapi akan mengalami turun naik.
Sapi perah betina bisa beranak setahun sekali. Biasanya sapi dikeringkan terlebih dahulu 2 bulan
menjelang melahirkan.
Sapi perah betina akan terus produktif hingga usia 10 tahun. Puncak produktivitasnya ada pada umur 7-8
tahun. Setelah melewati umur 10 tahun produksi susu akan berkurang drastis.
b. Pemerahan
Pemerahan susu biasa dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Masing-masing proses pemerahan
berlangsung selama 5-7 menit saja. Ada bebrapa hal yang harus diperhatikan dalam memerah susu, antara
lain:
Badan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu, tidak ada kotoran yang menempel pada bagian
belakang sapi.
Pemerah susunya pun harus dalam keadaan bersih, karena susu mudah meyerap bau-bauan.
Ambing susu dicuci terleih dahulu dengan air hangat, untuk meminimalkan pencemaran oleh
bakteri.
Perawatan lainnya
Beberapa perawatan rutin yang harus dilakukan dalam ternak sapi seperti :
Pemberian vaksin dan obat cacing, pembersihan kandang dari kotoran selama 1-2 kali sehari, sapi
dimandikan setiap hari agar senantiasa bersih.
KENDALA SERTA - KENDALA DALAM BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH DAN UPAYA
MENGATASINYA
Lokasi
lokasi untuk ternak sapi perah membutuhkan lokasi yang luas dengan banyaknya pakan hijau dan
jauh dari pemukiman warga.
Upaya yang harus dilakukan yaitu memilih lokasi yang jauh dari pemukiman warga agar tidak
mengganggu, memilih lokasi yang berada disekitar rerumputan.
Penyakit
faktor kendala yang dapat menurunkan produktivitas, biasanya disebabkan oleh virus
o Penyakit Antraks
Penyebab : bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan atau minuman
atau pernapasan
Penanganannya: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi, serta
mengubur atau membakar sapi yang mati
o Penyakit radang kuku atau kuku busuk (Food rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang di pelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Penanganan : Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan
merendam bagian yang sakit dalam larutan revanol selama 30 menit yang di ulangi seminggu
sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.
Penyebab : Bakteri pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang
tercemar bakteri
Penanganan : Vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
o Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit apthae epizootica (AE)
Penyebab : virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan
benda lain yang tercemar kuman AE
Penanganan : vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
Pakan
Indonesia adalah negara beriklim tropis hingga suatu saat iklim akan dapat membubung dengan
tinggi, jika hal ini sering terjadi tentu saja tidak akan sesuai/cocok dengan kehidupan sapi perah.
Upaya yang harus dilakukan yaitu membuat model kandang setengah terbuka atau bahkan
tertutup sehingga sinar matahari sulit masuk ke dalam kandang.
Pencurian Ternak
kurang penjagaan di lokasi peternakan oleh peternak dan jauhnya kandang dari pemukiman warga
sehingga pencuri menjadi lebih mudah.
Upaya yang harus dilakukan yaitu memperketat penjagaan lokasi peternakan dan juga dapat
menerapkan piket sing dan malam dengan intensif.
3.3 Subsistem Agribisnis Pengolahan
Secara umum aliran pemasaran produk susu di mulai dari peternak. Para peternak dari berbagai
lokasi mengantarkan susunya ke titik terdekat yang telah ditentukan oleh koperasi atau disebut
juga Tempat Penampungan Susu (TPS). Selanjutnya, pada jam yang telah ditentukansusu-susu
dari TPS tersebut diambil oleh koperasi melalui alat transportasi pengangkut susu untuk
ditampung di koperasi. Selanjutnya pihak koperasi melakukan test dan uji kualitas susu yang
dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liternya. Susu yang
ditampung oleh koperasi selanjutnya didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Pihak
IPS memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa informasi harga ke
koperasi. Pihak koperasi sendiri berperan memberikan pelayanan kepada anggotanya sebagai
penyedia input dan sarana produksi, pembinaan terhadap peternak, pemberian kredit sapi, simpan
pinjam, pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Contoh Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran susu segar yang digunakan peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten ada dua, yaitu:
1. Peternak → TPS → KUD → IPS, Home Industry, Pedagang Pengecer, dan Konsumen
2. Peternak → Pedagang Pengumpul → Pedagang Luar Kecamatan JatinomJika digambarkan
saluran pemasaran susu segar yang digunakan peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom tersaji
seperti berikut ini:
Kendala kendala dalam pemasaran susu sapi perah, antara lain :
- pembuatan kemasan
.- teknik pengemasan
- pesaingan
- sarana dan prasarana (jalur transportasi)
-Koperasi Persusuan
Sebagian besar kondisi usaha peternakan sapi peah di Jawa Barat dikuasi oleh peternak rakyat
dalam lingkup Koperasi dan UKM, tetapi dalam percaturan pemasaran hasil usahanya masih
didominasi oleh perusahaan Industri PengolahSusu. Dimana dalam proses penyalurannya masih
menggunakan jalur koperasi dan pasar akhirnya adalah IPS. Hal ini lebih disebabkan:
a. Orientasi usaha masih subsisten. Umumnya Koperasi dan UKM melakukan kegiatan usahanya
masih berorientasi subsisten. Artinya kegiatan yang dilakukannya hanya memenuhi kebutuhan
hari ini. Orientasi sesungguhnya masih kepada produksi (budidaya), belum mampu menyusun
kekuatan pasar dan sarana produksi. Akibatnya sub sistem Koperasi dan UKM masih memiliki
ketergantungan usaha terhadap sub sistem lainnya, yang seharusnya terjadi saling
ketergantungan antar sub sistem. Untuk mengetahui, koperasi tersebut maju dan berorientasi
ekonomi dicirikan, dengan kehadiran/kekuatan Riset dan Pengem-bangan dalam organisasi
koperasi tersebut.
b. Kendala operasionalisasi kebijakan pemerintah. Di lapangan masih dirasakan Koperasi dan
UKM merupakan ajang atau obyek dari proses pembangunan bukannya subyek pembangunan.
Kenyataan ini, tampak dari berbagai kebijakan yang ada, selalu diikuti dengan kegagalan dan
kemacetan di sanasini (contoh kasus, KUT dan kredit program lainnya). Hal tersebut mungkin
lebih disebabkan oleh profesionalisme SDM yang melakukan transfer kebijakan masih rendah
dalam menghadapi gerakan Koperasi.
c. Sumber Daya Manusia (SDM). Koperasi dan UKM masih belum mampu menghargai tingkat
profesionalisme SDM yang ada. Berbeda dengan dunia usaha skala Besar. Akibatnya tenaga-
tenaga profesional enggan berkiprah di Koperasi dan UKM. Selain itu, masih kentalnya budaya
memilih tokoh/masyarakat serba bisa, padahal kondisi yang diperlukan adalah seorang wirausaha
yang profesional. Di samping itu, karena tidak profesionalnya para pengurus dan karyawan maka
banyak yang menjalankan koperasi yang tidak amanah sehingga koperasi menjadi bangkrut.
Upaya dalam mengatasi kendala, seperti :
- membuat kemasan semenarik mungkin
- meningkatkan kualitas dan kuantitas susu dan diversifikasinya dengan teknologi pengolahan.
Co: eskrim
- memperluas pemasaran dengan menggunakan media online dan website.
- dibawa dengan box yang berisi es 1 box untuk menjaga suhu.
3.5 Subsistem Pendukung
Subsistem ini meliputi kegiatan pendukung, melayani, dan menyediakan jasa untuk
subsistem hulu, budidaya, dan hilir dalam peternakan sapi perah.
1. Pemerintah
Berperan dalam pembuatan undang undang yang melindungi terselenggaranya kegiatan
peternakan.
• Hulu
Pemberian izin usaha peternakan ditetapkan dalam peraturan pemerintah no.25 tahun
2000 merupakan kewenangan kabupaten atau kota. Permohonan izin disampaikan kepada
bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota. Masa perizinan ini
berlaku seterusnya selama peternakan tersebut masih melakukan kegiatan usahanya.
• Budidaya
Memberikan dorongan atau motivasi kepada peternak sapi perah agar usaha peternakan
sapi perahnya dapat berkembang dengan baik
• Hilir
Mengawasi pelaksanaan usaha peternakan sapi perah seperti:
a. Melarang penyembelihan ternak sapi betina produktif
(UU RI pasal 18 Tahun 2000 tentang peternakan dan kesehatan hewan)
b. Menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan pemasaran ternak di dalam maupun di
luar negeri
2. Lembaga Pembiayaan
Sebagai unit yang meembantu dalam pemyediaan modal dalam bentuk kredit dana untuk
pembelian bibit dan pengadaan peralatan. Lembaga ini juga ada yang menyediakan
Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), misalnya BRI, BNI,Bank Mandiri, dan Bank
Bukopin.
6. Transportasi
Transportasi berperan dalam membantu memundahkan benda benda yang di beli di
produsen ( seperti meembeli bakalan sapi, peralatan peralatan, pakan konsentrat, dll) agar
dapat sampai ke tempat peternakan.