Anda di halaman 1dari 22

DISUSUN OLEH :

AMALIA PUTRI DWIYANTI (J3J119015)


ANISA HERMALIA (J3J119027)
ANELI ZHULFA (J3J119021)
DAFA AULIANI (J3J119050)
JAENY VIENTINE MARBUN (J3J119125)
SELLY YOHANA SIBURIAN (J3J119249)

MAB B PRK 2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya peningkatan nilai
tambah kekayaan sumber daya alam hayati, yang dulu lebih berorientasi kepada bentuk
peternakan primer atau usaha peternakan dengan fokus produksi, namun sekarang telah
mengalami perubahan paradigma ke suatu sektor ekonomi moderen dan besar. Agribisnis terdiri
dari lima subsistem yang merupakan suatu kesatuan mata rantai yang saling bekerja sama dan
mendukung serta saling mempengaruhi satu sama lain. Kelima subsistem tersebut adalah
subsistem pengadaan sarana produksi peternakan (subsistem I), subsistem budidaya atau
produksi usaha peternakan (subsistem II), subsistem pengolahan dan industri hasil peternakan
(subsistem Ill), subsistem hasil pemasaran hasil peternakan dan pengolahannya (subsistem IV)
dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan agribisnis (subsistem V).

Tujuan pembangunan agribisnis peternakan sapi perah adalah untuk meningkatkan


pendapatan, kesejahteraan peternak, penyediaan protein hewani bagi masyarakat, meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, penyediaan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan
melestarikan lingkungan hidup. Apabila hal tersebut terpenuhi maka akan dapat dilakukan
ekspor untuk peningkatan devisa negara (Bachruddin, 2009). Menurut Tjeppy dan Soejana
(2005) peran ternak sapi perah dalam suatu sistem usaha tani tidak diragukan lagi. Ternak sapi
perah dapat berperan sebagai alat transportasi, tenaga kerja dalam penyiapan lahan, sumber
pupuk kandang dan kompos untuk kesuburan tanah, serta menyediakan bahan pangan protein
tinggi dalam bentuk daging dan susu.

Setiap komponen dalam suatu sistem usaha tani saling berkaitan/atau


berhubungan antara rumah tangga petani, komponen tanaman, dan komponen ternak merupakan
satu kesatuan. Lebih lanjut Hadi dalam Tjeppy dan Soejana (2005) mengemukakan bahwa
keperluan membangun industri sapi perah di Indonesia bukan hanya karena alasan ekonomi
semata. Tetapi juga untuk memenuhi permintaan susu domestik, peningkatan pendapatan petani,
menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan kualitas konsumsi gizi nasional. Industri sapi
perah memiliki keterkaitan dan dampak ganda yang cukup tinggi dengan industri lainnya karena
sebagian besar produk sapi perah digunakan sebagai bahan baku industri. Pengembangan industri
susu nasional merupakan kegiatan ekonomi yang dapat memberikan manfaat bagi pelaku industri
sapi perah, masyarakat konsumen maupun pemerintah. Pengembangan industri susu nasional
hanya akan berhasil jika melibatkan pelaku utama industri sapi perah, yaitu peternak sapi perah,
koperasi peternak sapi perah, perusahaan sapi perah swasta dan industri pabrik susu.

1.2. Perumusan Masalah

Mengetahui Kelima subsistem sebagai subsistem pengadaan sarana produksi peternakan


(subsistem I), subsistem budidaya atau produksi usaha peternakan (subsistem II), subsistem
pengolahan dan industri hasil peternakan (subsistem Ill), subsistem hasil pemasaran hasil
peternakan dan pengolahannya (subsistem IV) dan subsistem kelembagaan penunjang kegiatan
agribisnis (subsistem V), serta mengetahui dan menganalisis suatu kendala dan upaya dari
berbagai macam subsistem tersebut.

1.3. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan agribisnis beserta subsistemnya


2. Meneliti untuk mendapatkan bibit sapi perah yang bagus
3. Meneliti untuk mendapatkan susu sapi yang berkualitas
4. Mengetahui kendala kendala apa saja yang dihadapi sebagai peternak sapi perah
5. Meneliti penyebab dan mencari cara untuk mengatasi kendala tersebut
6. Peran pendukung dalam peternakan
BAB III

SUB SISTEM AGRIBISNIS

3.1 Subsistem Agribisnis Hulu

Industri Pembibitan Ternak Sapi Perah

Dalam rangka penyediaan bibit sapi perah berkualitas dibutuhkan ketersediaan bibit
sapi perah yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Bibit merupakan salah satu faktor yang
menentukan dalam upaya pengembangan sapi perah. Kemampuan penyediaan atau produksi
bibit sapi perah dalam negeri masih perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Untuk itu diperlukan partisipasi dan kerjasama antara Pemerintah, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, peternak, dan perusahaan peternakan dalam upaya
meningkatkan populasi dan produktivitas sapi perah dalam penyediaan dan pemenuhan susu
secara nasional.

Saat ini sebagian peternak sapi perah masih berupa peternakan skala kecil yang
tergabung dalam koperasi, sehingga populasinya tidak terstruktur, dan belum menggunakan
sistem budi daya yang terarah. Untuk itu Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membina dan mengawasi
usaha pembibitan sapi perah melalui proses manajemen dan pemuliabiakan ternak secara terarah,
berkesinambungan, agar mampu memproduksi bibit sapi perah yang memenuhi standar.

Pelaku Usaha Pembibitan Sapi Perah yang selanjutnya disebut Pelaku Usaha adalah
perusahaan peternakan yang melakukan pembibitan, koperasi, kelompok/gabungan kelompok
peternak, peternak, Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota yang melakukan usaha pembibitan sapi perah. Berikut adalah para pelaku yang
terlibat dalam industri pembibitan sapi perah :

 Peternak adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang melakukan
usaha peternakan. Potensi peternak menghasilkan pedet betina baik yang akan digunakan
sebagai replacement stock atau ternak bibit cukup potensial. Akan tetapi, beberapa studi
di Jawa Barat menunjukkan bahwa kecenderungan peternak di Jawa Barat jarang
memelihara pedet betina untuk replacement stock karena biaya produksinya tinggi.

 Koperasi, baik berbentuk badan hukum maupun tidak berbadan hukum, yang mengelola
usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertentu. Beberapa koperasi ada yang
melakukan rearing/pembesaran yang ditunjukkan untuk replacement stock. Misalnya,
KPSBU Lembang melakukan rearing/pembesaran pedet untuk kepentingan replacement
stock, KPBS bersama PT. Ultra Jaya membentuk unit usaha yaitu UPBS yang melakukan
impor bibit sapi perah, KSU Tandangsari Sumedang melakukan rearing/pembesaran
pedet untuk kepentingan replacement stock.

 Pihak Swasta atau Perusahaan Swasta. Peran swasta dalam perbibitan sapi perah lebih
cenderung statis, bahkan mereka cenderung melakukan upaya perbibitan sendiri dan
untuk kebutuhan replacement stock-nya sendiri. Beberapa perusahaan yang melakukan
produksi dan usaha rearing, yaitu PT. Taurus Dairy Farm, PT. Greenfield, PT. Nasatra
Kejora, dan lainnya. Namun, yang selama ini dijalankan dan efektif dilaksanakan di
peternak adalah introdusir semen beku dengan inseminasi buatan.

 Pemerintah, melalui berbagai unit kerjanya, telah berupaya untuk meningkatkan pasokan
bibit sapi perah ke peternak dengan mensuplai semen beku atau embrio beku. Pemerintah
juga telah mengaplikasikan teknologi transfer embrio. Akan tetapi, tingkat keberhasilan
transfer embrio ini masih rendah, selain itu embrio beku yang dihasilkan masih sangat
mahal untuk dipasarkan ke peternak sapi perah.

Industri Agrokimia Ternak Sapi Perah

Penggunaan obat hewan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
memperhatikan antara lain waktu henti dan kesesuaian dosis. Selain itu, penyimpanan obat
hewan juga harus mengikuti petunjuk yang ada. Obat dapat memiliki beberapa bentuk, yakni
padat, serbuk, cair, suspensi dan gas. Untuk obat yang diberikan secara oral, biasanya obat akan
berbentuk padat (pil), serbuk (puyer, kapsul) dan cair (sirup).
Pengobatan dengan metode Injeksi, hanya dapat diberikan oleh obat dengan bentuk
cair. Inhaler hanya dapat diberikan dengan obat berbentuk gas. Obat dengan bentuk suspense
dan cair, dapat diberikan dengan cara dimasukan melalui selaput lender. Vaksin, adalah suatu
metode pengobatan yang lebih bersifat kepada pencegahan. Vaksin biasanya di berikan untuk
meminimalisir hewan terserang penyakit yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Ada banyak
ditributor obat hewan maupun toko-toko yang menjual obat hewan ternak.

Industri Agro otomotif Ternak Sapi Perah

Salah satu upaya peningkatan produktivitas ternak sapi perah dapat dilakukan melalui
penggunaan alat dan mesin (alsin) yang tepat guna agar pencapaian tujuan peningkatan produksi
dapat tercapai. Penggunaan alsin untuk usaha peternakan sapi perah diperlukan dalam semua
proses produksi, yaitu praproduksi, produksi, panen, pasca panen (pengolahan hasil), dan
distribusi. Namun, penggunaan alsin pada usaha peternakan rakyat masih sangat terbatas
disebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak untuk membeli alat tersebut
sehingga mereka cenderung menggunakan peralatan tradisional yang sederhana penggunaannya,
mudah dijangkau, murah, dan tersedia setiap saat.

Bertitiktolah dari kondisi tersebut di atas, upaya introdusir alsin peternakan sapi perah
harus mampu meningkatkan produktivitas ternak. Di samping itu, alsin yang diintrodusir harus
mudah dijangkau, mudah pengoperasiannya dan perbaikannya, tersedia setiap saat, dan
tersedianya lembaga yang menyediakan atau memperbaiki alsin tersebut bila terjadi kerusakan.
Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu kelembagaan yang tersistem yang dapat memberikan
pelayanan alsin dalam bentuk Unit Pelayanan Jasa dan Alat Mesin (UPJA) khususnya untuk
usaha peternakan sapi perah.

Secara kelembagaan, agribisnis sapi perah telah mempunyai sistem kelembagaan yang
cukup baik dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya dengan koperasi sebagai
lembaga yang mewakili peternak dalam penyediaan sarana dan prasaran produksi untuk sapi
perah termasuk menerima penyerapan hasil produksi susu dari para peternak. Keterkaitan antara
peternak dan koperasi sangat erat kaitannya terutama dalam upaya peningkatan produksi dan
kualitas susu yang dihasilkan. Oleh karena itu, upaya pembentukan model UPJA pada tingkat
kelompok peternak dan koperasi tidak akan terlalu sulit dilakukan.

3.2 Subsistem Agribisnis On Farm ( Budidaya )

Perkandangan sapi perah

Untuk memelihara sapi perah kandang harus benar-benar disiapkan denganbaik. Selain
kebersihannya terjaga, peru juga mempertimbangkan kenyamanan sapi. Karena untuk
mendapatkan hasil susu yang banyak sapi perah tidak boleh stress, harus dalam keadaan nyaman.
Semakin nyaman keadaan sapi, semakin tinggi produktivitas susunya.

Tinggi kandang yang dianjurkan untuk memelihara sapi perah sekitar 4-4,5 meter. Struktur
kandang harus dibuat dari bahan yang kuat, bisa besi, kayu ataupun bambu. Lantai kandang
sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, bersih dan tidak membahayakan sapi. Lantai harus
nyaman digunakanan untuk rebahan. Lantai tanah sangat tidak dianjurkan untuk memelihara sapi
perah.

Tempat makan dan minum harus didesain agar sapi mudah mengaksesnya namun tidak bisa
menginjak-nginjaknya. Kemudian saluran drainase atau pembuangan air dan kotoran. Sapi perah
menuntut pembersihan kandang setiap waktu. Oleh karena itu saluran pembuangan air dan
kotororan harus benar-benar lancar.

Memilih bakalan ternak sapi perah

Di Indonesia, jenis sapi perah yang memiliki produktiviitas tinggi adalah Frisien Holstein (FH).
Bila tidak menemukan bakalan murninya, di pasaran banyak tersedia Peranakan Frisien Holstein
(PFH) yaitu hasil persilangan antara FH dengan sapi betina lokal seperti sapi madura dan sapi
jawa. Untuk mengetahui lebih detail, silahkan baca artikel Mengenal jenis-jenis sapi perah.

Secara umum ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih bakalan untuk ternak
sapi perah, diantaranya:

 Sapi harus sehat, tubuh tidak cacat, kulit mulus, bebas parasit.

 Usahakan untuk mengetahui riwayat bakalan tersebut, lengkap dengan silsilahnya.

 Mata bening cerah tidak kusam, tidak berair atau tidak terdapat kotoran mata.

 Tidak banyak keluar lendir dari hidungnya, napasnya bagus tidak ada tanda-tanda batuk.

 Kuku-kuku bagus, bentuknya sempurna, tidak ada gejala-gejala bengkak, bila diraba
suhunya tidak terasa panas.

 Tidak ada tanda-tanda mencret pada sekitar duburnya.

Penempatan sapi di kandang harus ditata agar mudah dibersihkan. Untuk ternak skala kecil,
sekitar 1-10 ekor sbeiknya sapi diletakan dalam susunan satu baris, menghadap pada arah yang
sama. Untuk skala besar penempatan akan lebih kompleks lagi.

Pemberian minum & pakan


Untuk menghasilkan 1 kg susu diperlukan sekitar 4-5 kg air. Oleh karena itu, air minum harus
disediakan secara tidak terbatas. Biarkan sapi minum sebanyak-banyaknya. Usahakan agar air
minum dan tempatnya selalu bersih.

Pemberian pakan sangat berperan besar memicu produktivitas susu. Sapi harus mendapatkan
pakan yang seimbang dalam arti semua unsur nutrisinya terpenuhi. Pakan yang baik harus
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Tipe pakan untuk sapi perah bisa
dibedakan kedalam:

 Pakan hijauan. Pakan hijuan terdiri dari bahan berserat seperti rumput-rumputan,
leguminosa, jerami padi, daun kacang tanah, jerami jagung, dan pucuk tebu. Sapi perah
membutuhkan hijauan sebanyak 30-50 kg per ekor per hari, atau 10% dari bobot
tubuhnya. Pakan hijauan sebaiknya diberikan siang hari, biasanya setelah pemerahan.

 Pakan konsentrat. Pakan konsentrat atau sering juga disebut penguat bisa berupa biji-
bijian, umbi-umbian, atau limbah olahan pertanian seperti ampas tahu atau bungkil
kedelai. Pakan konsentrat dapat diberikan sebanyak 1-2% dari bobot sapi. Pemberiannya
sebaiknya pagi hari sebelum pemerahan atau sore hari.

 Pakan tambahan. Pakan tamabahan biasanya berupa vitamin, mineral, hormon, enzim
atau antibiotik. Pakan ini biasanya buatan pabrik, diberikan sesuai dengan aturan
pemberian dari masing-masing pakan tersebut.

Khusus untuk sapi yang tengah menyusui atau dalam masa laktasi (masa pemerahan) kebutuhan
makanannya ditambah sekitar 25% lebih bayak. Begitu juga dengan kebutuhan minumnya.

Mengawinkan sapi perah

Sapi betina mengalami masa birahi relatif pendek, sekitar 15-18 jam. Waktu birahi lenjutnya akan datang
setelah 21 hari. Jadi, bila peternak terlambat mengetahui masa birahi, harus menunggu kedatangan masa
birahi berikutnya. Ada pun ciri-ciri sapi betina yang mengalami birahi adalah sebagai berikut:

 Nafsu makan menurun.

 Tampak gelisah.

 Sering melengguh dan mendekati sapi jantan.


 Sering menaiki sapi lain, kalau dinaiki akan diam.

 Vulva tampak merah dan mengeluarkan cairan.

 Sementara itu, masa birahi yang dialami sapi jantan cukup sering. Dalam jangka waktu 2-3 hari
sapi jantan bisa mengalami siklus birahi.

Terdapat dua cara mengawinkan sapi perah, yakni secara alami dan kawin suntik atau inseminasi buatan.

 Kawin alami, mengawinkan sapi jantan dan betina secara langsung. Seekor sapi jantan bisa
mengawini 25-30 ekor sapi betina. Untuk peternakan susu kecil, perkawinan biasanya dilakukan
dalam satu kandang. Dimana ada satu betina dan satu jantan yang keduanya sedang mengalami
birahi.

 Kawin suntik, dilakukan dengan memasukkan sperma sapi jantan menggunakan peralatan tertentu
ke dalam vagina spai betina. Kawin suntik ini memiliki banyak keunggulan. Lebih praktis, tidak
perlu membawa sapi jantan ke sapi betina. Sperma bahkan bisa didapatkan dari penyedia sperma
unggul, tanpa peternak memiliki spai pejantannya.

Masa laktasi dan pemerahan

a. Masa laktasi

Sapi perah betina sudah bisa beranak setelah 2,5 tahun. Setelah melahirkan anaknya, sapi bisa diperah
selama 10 bulan. Di masa-masa awal, sekitar satu minggu setelah melahirkan susu yang dihasilkan
berwarna kekuningan dan agak kental. Susu ini disebut kolostrum yang banyak mengandung gizi.
Kolostrum biasanya diberikan kepada bayi sapi.

Setelah itu sapi akan mengeluarkan susu dengan jumlah yang fluktuatif. Pertama-tama volumenya agak
sedikit semakin hari semakin banyak hingga akhirnya menurun kembali hingg pada bulan ke-10. Selama
masa laktasi berat badan sapi akan mengalami turun naik.

Sapi perah betina bisa beranak setahun sekali. Biasanya sapi dikeringkan terlebih dahulu 2 bulan
menjelang melahirkan.

Sapi perah betina akan terus produktif hingga usia 10 tahun. Puncak produktivitasnya ada pada umur 7-8
tahun. Setelah melewati umur 10 tahun produksi susu akan berkurang drastis.

b. Pemerahan
Pemerahan susu biasa dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari. Masing-masing proses pemerahan
berlangsung selama 5-7 menit saja. Ada bebrapa hal yang harus diperhatikan dalam memerah susu, antara
lain:

 Kandang dan peralatan perah harus benar-benar bersih.

 Badan sapi harus dibersihkan terlebih dahulu, tidak ada kotoran yang menempel pada bagian
belakang sapi.

 Pemerah susunya pun harus dalam keadaan bersih, karena susu mudah meyerap bau-bauan.

 Ambing susu dicuci terleih dahulu dengan air hangat, untuk meminimalkan pencemaran oleh
bakteri.

Perawatan lainnya

Beberapa perawatan rutin yang harus dilakukan dalam ternak sapi seperti :

Pemberian vaksin dan obat cacing, pembersihan kandang dari kotoran selama 1-2 kali sehari, sapi
dimandikan setiap hari agar senantiasa bersih.

KENDALA SERTA - KENDALA DALAM BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH DAN UPAYA
MENGATASINYA

 Lokasi
lokasi untuk ternak sapi perah membutuhkan lokasi yang luas dengan banyaknya pakan hijau dan
jauh dari pemukiman warga.

Upaya yang harus dilakukan yaitu memilih lokasi yang jauh dari pemukiman warga agar tidak
mengganggu, memilih lokasi yang berada disekitar rerumputan.
 Penyakit
faktor kendala yang dapat menurunkan produktivitas, biasanya disebabkan oleh virus

o Penyakit Antraks

Penyebab : bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan atau minuman
atau pernapasan
Penanganannya: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi, serta
mengubur atau membakar sapi yang mati
o Penyakit radang kuku atau kuku busuk (Food rot)

Penyakit ini menyerang sapi yang di pelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Penanganan : Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan
merendam bagian yang sakit dalam larutan revanol selama 30 menit yang di ulangi seminggu
sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.

o Penyakit mendekur atau penyakit septichaema epizootica (SE)

Penyebab : Bakteri pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang
tercemar bakteri
Penanganan : Vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

o Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit apthae epizootica (AE)

Penyebab : virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan
benda lain yang tercemar kuman AE
Penanganan : vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
 Pakan

Kurangnya ketersediaan pakan hijau-hijauan untuk sapi perah.


Upaya yang harus dilakukan yaitu peternak dapat mengganti makanan ternak dengan daun
pisang. Selain itu, peternak juga dapat memanfaatkan teknologi fermentasi pakan sapi baik itu
hay, silase, ataupun produk-produk lainnya.
 Iklim dan Suhu

Indonesia adalah negara beriklim tropis hingga suatu saat iklim akan dapat membubung dengan
tinggi, jika hal ini sering terjadi tentu saja tidak akan sesuai/cocok dengan kehidupan sapi perah.
Upaya yang harus dilakukan yaitu membuat model kandang setengah terbuka atau bahkan
tertutup sehingga sinar matahari sulit masuk ke dalam kandang.
 Pencurian Ternak

kurang penjagaan di lokasi peternakan oleh peternak dan jauhnya kandang dari pemukiman warga
sehingga pencuri menjadi lebih mudah.
Upaya yang harus dilakukan yaitu memperketat penjagaan lokasi peternakan dan juga dapat
menerapkan piket sing dan malam dengan intensif.
3.3 Subsistem Agribisnis Pengolahan

KONDISI SUB.PENGOLAHAN SAPI PERAH


Sebelum proses pemerahan, ibu sapi mendapatkan sterilisasi ambing (puting) agar mencegah
masuknya bakteri yang mengakibatkan infeksi.
Setelah itu, sapi di-streping (diberi rangsangan) agar mengeluarkan air susu pertamanya. Lalu di-
drying (dikeringkan) hingga dibersihkan dengan microfiber (lap khusus untuk membersihkan
ambing setelah diperah) agar ambingnya tetap bersih.
 Pengolahan sapi perah menggunakan mesin
Karena tidak menggunakan tangan manusia, pemerahan susu sapi di pabrik menggunakan alat
pemerah (sejenis selang) yang dipasangkan pada empat ambing sapi. Alat tersebut akan terlepas
secara otomatis begitu susu sapi telah habis. Selanjutnya, susu yang telah diperah akan mengalir
langsung menuju selang pemrosesan susu sapi. Setelah diperah, susu sapi akan dibawa dari
peternakan ke pabrik pengolahan susu dengan suhu 4 derajat celcius. Setelah tiba di pabrik, susu
akan melewati proses pasteurisasi atau pemanasan dalam waktu singkat. Agar aman dikonsumsi,
susu minimal harus melewati proses pasteurisasi untuk menonaktifkan bakteri-bakteri berbahaya.
Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dan minuman dengan tujuan membunuh
organisme merugikan seperti bakteri, protozoa, kapang, dan khamir dan suatu proses untuk
memperlambatkan pertumbuhan mikroba pada makanan dan minuman. Susu sapi dipasteurisasi
atau dipanaskan dalam suhu sekitar 70 – 80 derajat celcius. Setelah melewati proses sterilisasi,
susu akan dikemas secara higienis dan masuk ke dalam warehouse penyimpanan, hingga
mengalami proses quality control.
 Pengolahan sapi perah secara manual
Pemerahan susu sapi secara manual ini menggunakan tangan manusia. Setelah susu diperah, susu
dipisahkan dari kotorannya. Kemudian susu dipasteurisasi dengan suhu antara 70 – 80 derajat
celcius. Setelah itu, didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan frezzer. Setelah melewati
proses diatas sebelum masuk ke proses pengemasan harus dipanaskan terlebih dahulu.

Penanganan susu yang baik :


1. Membersihkan dan mengeringkan putting (ambing) sapi dengan benar sebelum
memerah susu.
Sebelum memerah susu, peternak sapi perah perlu memastikan bahwa ambing sapi sudah kering
dan bersih. Ambing sapi yang kering dan bersih juga dapat memastikan akan lebih sedikit bakteri
atau benda asing lain yang masuk ke dalam susu.
2. Standar milk can atau wadah penyimpanan susu harus bersih dan higienis.
Cara termudah untuk memastikan kebersihan milk can adalah dengan membersihkan di daerah
MCP. Setiap MCP menyediakan air bersih, sabun, dan desinfektan untuk membersihkan kaleng
susu.
3. Susu harus disaring sebelum dimasukkan ke dalam milk can.
Selain memastikan milk can harus higienis, peternak sapi perah perlu menggunakan saringan
bersih sebelum susu dimasukkan ke dalam milk can. Penyaringan dilakukan untuk memastikan
tidak ada benda asing yang masuk dan berpotensi merusak susu.

4. Susu pertama harus dibuang.


Sebelum memerah susu sapi, peternak perlu memastikan kandang sapi, alat, dan tangan harus
bersih. Susu pertama yang dihasilkan dari pemerahan pertama perlu dibuang karena biasanya
mengandung banyak bakteri. Susu ini tidak akan memenuhi syarat sebagai susu berkualitas di
MCP.

Pelaku Dan Yang Dilakukan Dalam Subsistem Pengolahan


Pelaku kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke
konsumen, pengalengan dan lain-lain.
 Pengumpul produk : pedagang tempat produsen/konsumen mendapat bahan baku utama.
Seperti susu sapi(peternak).
 Pengolah : seseorang yang memroses atau cara mengolah sesuatu. Seperti proses
mengolah susu sapi menjadi susu yang dapat di konsumsi oleh konsumen
 Pelaku pengemasan : metode pengawetan makanan dengan memanaskannya dalam suhu
yang akan membunuh mikroorganisme dan kemudian menutupinya dalam stoples
maupun kaleng.
Kendala Yang Dihadapi Dalam Pengolahan Sapi Perah
 Keterbatasan modal dalam pembelian alat-alatnya.
Didalam pengolahan ternak sapi perah memiliki alat alat yang banyak dan harga yang mahal
karena teknologi yang digunakan modern serta harus membeli banyak alat, oleh karena itu uang
yang banyak sebagai modal untuk membeli alat alat tersebut sangatlah mahal dan menjadi
kendala didalam pengolahan ternak sapi perah.
 Kurangnya tenaga kerja
Banyak masyarakat yang tidak mau bekerja diternak sapi perah karena lebih memilih kerja di
industri lain, serta kurangnya pemahaman dan skil dibidang ini.
 Kondisi sapi yang terkena penyakit tidak dapat diambil susunya
Kondisi sapi yang terkena penyakit dapat menyebabkan kendala di pengolahan sapi perah karena
susu sapi tersebut tidak dapat diambil, karena jika tetap diambil susu tersebut tidak sehat dan
dapat menyebabkan orang yang mengonsumsi akan terserang penyakit atau akan menjadi sakit.

CARA MENGATASI KENDALA (UPAYA)

 Mencari pinjaman modal melalui koperasi


Para peternak sapi dapat meminjam modal untuk keperluan ternaknya di koperasi atau badan
lainnyan, dengan cara ini para peternak dapat mengatasi kendala dimodal dan dapat memenuhi
kebutuhan ternaknya.
 Menambah tenaga kerja
Dengan menambah tenaga kerja serta menambah pengetahuan para peternak dapat mengatasi
kendala tersebut.
 Menjaga kesehatan sapi secara rutin
Kesehatan sapi adalah hal yang utama untuk ternak sapi perah karena dengan sapi yang sehat
akan menghasilkan susu yang baik dan sehat juga, dengan cara memerhatikan kesehatan,
kebersihan, dan memberikan pakan atau vitamin yang baik untuk kesehatan tubuh sapi perah,
dengan cara itu kita dapat mengatasi dari salah satu kendala.
3.4 Subsistem Pemasaran

Secara umum aliran pemasaran produk susu di mulai dari peternak. Para peternak dari berbagai
lokasi mengantarkan susunya ke titik terdekat yang telah ditentukan oleh koperasi atau disebut
juga Tempat Penampungan Susu (TPS). Selanjutnya, pada jam yang telah ditentukansusu-susu
dari TPS tersebut diambil oleh koperasi melalui alat transportasi pengangkut susu untuk
ditampung di koperasi. Selanjutnya pihak koperasi melakukan test dan uji kualitas susu yang
dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liternya. Susu yang
ditampung oleh koperasi selanjutnya didistribusikan ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Pihak
IPS memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa informasi harga ke
koperasi. Pihak koperasi sendiri berperan memberikan pelayanan kepada anggotanya sebagai
penyedia input dan sarana produksi, pembinaan terhadap peternak, pemberian kredit sapi, simpan
pinjam, pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Contoh Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran susu segar yang digunakan peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten ada dua, yaitu:
1. Peternak → TPS → KUD → IPS, Home Industry, Pedagang Pengecer, dan Konsumen
2. Peternak → Pedagang Pengumpul → Pedagang Luar Kecamatan JatinomJika digambarkan
saluran pemasaran susu segar yang digunakan peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom tersaji
seperti berikut ini:
Kendala kendala dalam pemasaran susu sapi perah, antara lain :
- pembuatan kemasan
.- teknik pengemasan
- pesaingan
- sarana dan prasarana (jalur transportasi)
-Koperasi Persusuan
Sebagian besar kondisi usaha peternakan sapi peah di Jawa Barat dikuasi oleh peternak rakyat
dalam lingkup Koperasi dan UKM, tetapi dalam percaturan pemasaran hasil usahanya masih
didominasi oleh perusahaan Industri PengolahSusu. Dimana dalam proses penyalurannya masih
menggunakan jalur koperasi dan pasar akhirnya adalah IPS. Hal ini lebih disebabkan:
a. Orientasi usaha masih subsisten. Umumnya Koperasi dan UKM melakukan kegiatan usahanya
masih berorientasi subsisten. Artinya kegiatan yang dilakukannya hanya memenuhi kebutuhan
hari ini. Orientasi sesungguhnya masih kepada produksi (budidaya), belum mampu menyusun
kekuatan pasar dan sarana produksi. Akibatnya sub sistem Koperasi dan UKM masih memiliki
ketergantungan usaha terhadap sub sistem lainnya, yang seharusnya terjadi saling
ketergantungan antar sub sistem. Untuk mengetahui, koperasi tersebut maju dan berorientasi
ekonomi dicirikan, dengan kehadiran/kekuatan Riset dan Pengem-bangan dalam organisasi
koperasi tersebut.
b. Kendala operasionalisasi kebijakan pemerintah. Di lapangan masih dirasakan Koperasi dan
UKM merupakan ajang atau obyek dari proses pembangunan bukannya subyek pembangunan.
Kenyataan ini, tampak dari berbagai kebijakan yang ada, selalu diikuti dengan kegagalan dan
kemacetan di sanasini (contoh kasus, KUT dan kredit program lainnya). Hal tersebut mungkin
lebih disebabkan oleh profesionalisme SDM yang melakukan transfer kebijakan masih rendah
dalam menghadapi gerakan Koperasi.
c. Sumber Daya Manusia (SDM). Koperasi dan UKM masih belum mampu menghargai tingkat
profesionalisme SDM yang ada. Berbeda dengan dunia usaha skala Besar. Akibatnya tenaga-
tenaga profesional enggan berkiprah di Koperasi dan UKM. Selain itu, masih kentalnya budaya
memilih tokoh/masyarakat serba bisa, padahal kondisi yang diperlukan adalah seorang wirausaha
yang profesional. Di samping itu, karena tidak profesionalnya para pengurus dan karyawan maka
banyak yang menjalankan koperasi yang tidak amanah sehingga koperasi menjadi bangkrut.
Upaya dalam mengatasi kendala, seperti :
- membuat kemasan semenarik mungkin
- meningkatkan kualitas dan kuantitas susu dan diversifikasinya dengan teknologi pengolahan.
Co: eskrim
- memperluas pemasaran dengan menggunakan media online dan website.
- dibawa dengan box yang berisi es 1 box untuk menjaga suhu.
3.5 Subsistem Pendukung
Subsistem ini meliputi kegiatan pendukung, melayani, dan menyediakan jasa untuk
subsistem hulu, budidaya, dan hilir dalam peternakan sapi perah.

1. Pemerintah
Berperan dalam pembuatan undang undang yang melindungi terselenggaranya kegiatan
peternakan.
• Hulu
Pemberian izin usaha peternakan ditetapkan dalam peraturan pemerintah no.25 tahun
2000 merupakan kewenangan kabupaten atau kota. Permohonan izin disampaikan kepada
bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota. Masa perizinan ini
berlaku seterusnya selama peternakan tersebut masih melakukan kegiatan usahanya.
• Budidaya
Memberikan dorongan atau motivasi kepada peternak sapi perah agar usaha peternakan
sapi perahnya dapat berkembang dengan baik
• Hilir
Mengawasi pelaksanaan usaha peternakan sapi perah seperti:
a. Melarang penyembelihan ternak sapi betina produktif
(UU RI pasal 18 Tahun 2000 tentang peternakan dan kesehatan hewan)
b. Menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan pemasaran ternak di dalam maupun di
luar negeri

2. Lembaga Pembiayaan
Sebagai unit yang meembantu dalam pemyediaan modal dalam bentuk kredit dana untuk
pembelian bibit dan pengadaan peralatan. Lembaga ini juga ada yang menyediakan
Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), misalnya BRI, BNI,Bank Mandiri, dan Bank
Bukopin.

3. Koperasi Unit Desa (KUD)


KUD merupakan koperasi di wilayah pedesaan yang bergerak dalam penyediaan
kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan pertanian dalam hal ini peternakan
sapi
• Hulu
Berperan sebagai unit yang membantu dalam memudahkan pemilihan bibit sapi yang
baik dengan pembiayaan yang murah
• Budidaya
Berperan sebagai pendamping usaha seperti menyediakan penyuluh, menyediakan pihak
yang dapat melaksanakan inseminasi buatan pada sapi perah, juga menyediakan tenaga
ahli untuk sosialisasi mengenai cara beternak yang baik
• Hilir
Berperan dalam memudahkan dan distribusi hasil produksi
4. Instansi pendidikan
Lembaga ini berperan untuk membantu peternak dalam menerapkan teknik baru
pelaksanaan usaha sapi perah.
• Hulu
Menyediakan tenaga kerja yang kompeten
• Budidaya
Mendukung inovasi dalam mekanisme peternakan sapi perah
• Hilir
Memberikan inovasi dari produk olahan berbasis susu sapi dan pola distribusi yang baik

5. Industri Pengolahhan Susu


Industri pengolahan suus sangat berperan dalam subsistem hilir peternakan sapi perah
sebagai target utama pemesaran susu perah. Dengan menjual ke industri pengolahan susu
akan lebih menguntubgkan karena akan membeli susu dalam jumlah yang banyak.

6. Transportasi
Transportasi berperan dalam membantu memundahkan benda benda yang di beli di
produsen ( seperti meembeli bakalan sapi, peralatan peralatan, pakan konsentrat, dll) agar
dapat sampai ke tempat peternakan.

7. Pabrik pakan (konsentrat) ternak sapi


Unit usaha ini berperan dalam menyediakan pakan konsentrat untuk ternak sapi. Para
peternak dalam memenuhi pakan konsentrat memerlukan peran produsen yang
memproduksi pakan bagi ternak sapi perah.

Anda mungkin juga menyukai