ASMA
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A. DEFINISI
C. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui.
Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian
pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi
paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat
dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak
ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi
saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan
fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi.Biasanya penderita
merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit
yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang
makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis
beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat
reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan
nafas ke kondisi normal.
D. PATOFISIOLOGI
Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh
impuls saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non
alargi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi,
latihan, dingin, merokok, emosi polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan
meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan
bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang
dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.
Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera akan
timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan
berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernafas. Kesulitan utama terletak
pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang
selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus
yang sempit, mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal
akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi.
1. Pemeriksaan sputum
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
3. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang
buruk
4. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
5. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
6. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi
atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru.
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan
asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.
G. KOMPLIKASI
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronchitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
6. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2012).
H. PATWAY
Faktor pencetus
idiopatik
Alergi
Gangguan pola
Dispnea Ketidakefektifan
tidur
bersihan jalan nafas
Pemeriksaan Fisik
1) Data klinik, meliputi:
a) TTV
b) Keluhan Utama
2) Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
a) Kulit: Warna kulit pucat, turgor cukup.
b) Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
c) Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat,
isokor,diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
d) Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e) Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f) Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g) Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h) Thorax :
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri,
nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar
vesikuler seluruh lapang paru,terdapat suara wheezing
i) Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan.
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
j) Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-),
tonus otot cukup
J. DIAGNOSA KEOERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Asma
- Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
K. FOKUS RENCANA INTERVENSI
Keterangan :
1. Sangat
berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri 1400
berhubungan keperawatan selama 1 x 2jam dengan O: Lakukan pengkajian
dengan agens cidera tujuan tingkat nyeri terpenuhi dengan nyeri komperhensif
kriteria hasil
biologis yang meliputi lokasi,
Kontrol nyeri
No Indicator al ar karakteristik
160502 Mengenali 1 4 onset/durasi frekuensi,
kapan nyeri kualitas, insensitas atau
terjadi
160501 Menggambarkan 1 4 bertanya nyeri factor
factor penyebab pencetus
160503 Menggunakan 1 4 N: Ajarkn prinsip
tindakan prinsip manajemen
pencegahan
nyeri
160504 Menggunakan 1 4
tindakan E: Berikan informasi
pengurangan mengenai nyeri, sepeti
(nyeri) tanpa penyebab nyeri, berapa
analgesic lama nyeri akan
Keterangan dirasakan dan
1. Tidak pernah menunjukan antisipasi dari
2. Jarang menunjukan
ketidaknyamanan
3. Kadang kadang menunjukan
4. Sering menunjukan prosedur
5. Secara konsisten menunjukan C: Kolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan
3.Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur 1850
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24jam O: Monitor pola tidur
pola tidur tidak dengan tujuan tidur terpenuhi dengan pasien, dan catat
kriteria hasil
menyehatkan kondisi fisik (misalnya
Tidur 0004
No Indicator al ar apnea tidur , sumbatan
000403 Pola tidur 1 4 jalan nafas,
000404 Kualitas tidur 1 4 nyeri/ketidaknyamanan
000421 Kesulitan tidur 1 4 dan frekuensi BAK )
000416 Apnea saat tidur 1 4 dan atau psikologi
Keterangan : (misalnya, ketakutan
1. Sangat terganggu kecemasan ) keadaan
2. Banyak terganggu
yangmeganggu tidur
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu N:Bantu meningkatkan
5. tidak terganggu jumlah jam tidur, jika
diperlukan
E: Berikan pamphlet
dengan informasi
mengenai teknik untuk
meningkatkan tidur
C: Diskusikan dengan
pasien dan keluarga
mengenaiteknik untuk
meningkatkan tidur
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E, et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning,
Individualizing, and Documenting Client Care 3th Edition . Philadelphia: F. A.
Davis Compan