Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

HEMORAGIK POST PARTUM

(RETENSIO PLASENTA)

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal II

Disusun Oleh :

Tuti Nuraini (8311254012550)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARANA TERAPAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2019
1. Pengertian

Retensio plasenta adalah terlambatnya klahiran plasenta selama setengah


jam setelah persalinana bayi. Pada kasus dapat teradi beberapa retensio plasenta
berulang ( habitual retensio plasenta ) plasenta harus segera dikeluarkan karena
dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati,
dapat teradi plasenta inkar-serata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi
degenerasi ganas korior karsinoma.
Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta berada di dalam rahim dan
tidak keluar dengan sendirinya secara alami. Ketika ini terjadi, plasenta harus
segera dikeluarkan dari rahim ibu. Jika plasenta tetap tertahan di dalam rahim,
kondisi ini dapat mengancam jiwa, mengakibatkan infeksi dan bahkan
kematian.
Biasanya plasenta akan keluar sekitar 5-10 menit setelah kelahiran bayi,
namun ada juga yang baru keluar setelah 30 menit. Perlekatan antara kulit bayi
dan ibu pada saat menyusui untuk pertama kalinya dapat memicu aliran hormon
oksitosin sehingga mendorong pelepasan plasenta secara alami. Apabila hingga
1 jam kelahiran bayi plasenta belum juga keluar, kondisi ini disebut retensio
plasenta.

2. Jenis Retensio Plasenta


Retensi plasenta adalah kondisi yang terbagi menjadi tiga jenis, berikut di
antaranya:
1. Plasenta adheren
Plasenta adheren terjadi ketika kontraksi rahim tidak cukup kuat
mengeluarkan plasenta. Ini menyebabkan plasenta yang tersisa menempel
dengan longgar pada dinding rahim. Kondisi ini adalah jenis retensio
plasenta yang paling umum.
2. Plasenta terperangkap
Ketika plasenta berhasil terlepas dari dinding rahim tetapi gagal
dikeluarkan dari tubuh wanita itu dianggap plasenta yang terperangkap.
Ini biasanya terjadi akibat penutupan serviks sebelum plasenta
dikeluarkan. Plasenta yang terperangkap tertinggal di dalam rahim.
3. Plasenta akreta
Ketika plasenta menempel pada dinding otot rahim, proses
persalinan menjadi lebih sulit dan biasanya menyebabkan perdarahan
hebat. Kemungkinan kondisi ini membutuhkan transfusi darah dan
bahkan histerektomi.

3. Penyebab Retensio Plasenta


Sepertri dilancir Mom Junction, ada beberapa penyebab plasenta tertahan
di dalam rahim, berikut di antaranya:
1. Atonia uteri
Jenis retensio plasenta yang paling umum terjadi adalah ketika
rahim tidak berkontraksi atau berhenti berkontraksi agar plasenta keluar
dari rahim.
2. Plasenta terperangkap
Penyebab retensio plasenta ini terjadi saat plasenta terlepas dari
rahim tetapi terperangkap di belakang serviks yang tertutup. Ini biasanya
terjadi ketika serviks mulai menutup sebelum plasenta dikeluarkan.
3. Plasenta adheren
Ketika semua atau sebagian plasenta melekat di dinding rahim,
kondisi ini dikenal sebagai plasenta adheren. Dalam kasus yang jarang
terjadi, ketika sebagian plasenta melekat di dinding rahim, yang dikenal
sebagai plasenta akreta. Ini lebih mungkin terjadi ketika plasenta melekat
pada bekas luka caesar sebelumnya.
4. Plasenta akreta
Plasenta akreta terjadi ketika plasenta menempel di dalam rahim,
yang kemungkinan karena bekas luka operasi caesar yang dilakukan
sebelumnya.
5. Plasenta perkreta
Plasenta perkreta terjadi saat plasenta tumbuh dan berkembang di
sepanjang dinding rahim.

Sementara penyebab retensio plasenta langka lainnya termasuk lobus


succenturiate: Retensio plasenta yang juga bisa berkembang ketika sebagian
plasenta terhubung ke bagian utama oleh pembuluh darah yang menempel di
dalam rahim. Pembuluh darah ini dikenal sebagai lobus succenturiate.

4. Diagnosis Retensio Plasenta


Pemeriksaan yang dilakukan dengan cermat oleh bidan atau dokter dapat
mendiagnosis plasenta yang tertahan di dalam rahim. Dokter akan memeriksa
apakah plasenta yang dikeluarkan masih utuh dengan rahim setelah melahirkan.
Bahkan sisa plasenta berukuran kecil pun bisa berisiko.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin tidak mendiagnosis bagian
plasenta yang hilang. Tetapi, ketika ibu mulai mengalami gejala setelah
melahirkan, itu menandakan retensio plasenta.
Diagnosis dilakukan dengan pemindaian ultrasound untuk memeriksa
fragmen plasenta yang tertahan di dalam rahim. Jika ditemukan sisa plasenta
yang terperangkap, Anda akan memerlukan perawatan untuk mencegah
komplikasi.
Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan
teknisnya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding
uterus, bahaya infeksi dan dapat teradi inversion uteri.
a. Sikap umum bidan
1. Meperhatikan keadaan umum penderita
a. Apakah anemis
b. Bagaimanan jumlah perdarahannya
c. Keadaan umum penderita : tekanan darah, nadi, dan sushu
keadaan fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus uteri.
2. Mengetahui keadaan plasenta
a. Apakah plasenta inkarserta
b. Melakukan tes plasenta lepas : metode Kusner, metode klien,
metode strassman, metode manuaba.
3. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti

b. Sikap khusus bidan


1. retensio plasenta dengan perdarahan
 langsung melakukan manual plasenta
2. retensio tanpa perdarahan
a. setelah dapat memastikan keadaan umum penderita segera
memasang infus dan memberikan cairan
b. merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup, untuk
mendapatkan penanganan ang lebih baik
c. memberikan transfusi
d. proteksi dengan antibiotik
e. mempersiapkan plasenta manual dengan legeartis dalam
keadaan pengaruh narkosa

c. Upaya prevantif retensio plasenta oleh bidan.


1. Meningkatkan penerimaan keluarga berencana, sehingga
memperlecil terjadi retensio plasenta
2. Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinana kala III
tidak diperkenankan untuk melakuakan masase dengan tujuan
mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak
tepat waktu dapat mencakup kontraksi ott rahim dan
mengganggu pelepasan plasenta.

5. Retensio plasenta dan plasenta manual


Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk
melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar,
tetapi harus dipikirkan bagaimana persipan agar tindakan tersebut dapat
menyelamatkan jia penderita. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan.
a. Grandemultipara dengan implantasi plsenta dalam bentuk plasenta
adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
b. Menunggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan.
c. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
 Darah penderita terlalu banyak hilang
 Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah. Sehingga perdarahan
tidak teradi.
 Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam
d. Plasenta manual dengan segera dilakukan.
 Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang
 Terjadi perdarahan postpartum melebihin 400 cc
 Pada pertolongan persalianan dengan narkosa
 Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setenga jam.

Plasenta manual
Persiapan plasenta manual :
a. Peralatan sarung tangan steril
b. Desinfektan untuk genetalia eksternal
Teknik
a. Sebaiknya dengan naroksa, untuk mengurangi sakit dan menghindari
syok
b. Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan dimasukan
secara obsteris sarnapi mancapai tepi plasenta dengan menelusuri tali
pusat
c. Tepi plasenta dilepaskan dengan bagian luar tangan kanan sedangkan
tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdrong ke atas.
d. Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan, maka tangan dikeluarkan
bersama plasenta
e. Dilakukan eksplorasi untuk mencari sisa plasenta atau membarannya
f. Kontraksi uterus ditimbulkan denagn memberikan uterotonika .
g. Perdarahan diobservasi

Bagaimana sikap bidan berhadapan dengan retensio plasenta? bidan


hanya dinerikan kesempatan untuk melakukan plasenta manuakl dalam keadaan
darurat dengan indikasi perdarahan diatas 400 cc dan teradi retensio plasenta (
setelah menunggu 1/ 2 jam). Seandainya masih terdapat kesempatan penderita
retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga
mendapat pertolongan yang adekuat.
Dalam melakukan ruukan penderitan dilakukan persiapan dengan
memasang infus dan memberikan cairan dan dalam perjalanan diikuti oleh
tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat.

6. Komplikasi tindakan plasenta manual.


Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikas sebagai berikut :
a. Terjadi perforasi uterus
b. Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bacteria
terdorong ke dalam rongga rahim
c. Terjadi perdarahan karena atonia uteri
Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakuakn tindakan profilaksi dengan ;
Memberikan uterotonika intravena atau intramuscular
1. Memasang tamponade uterovaginal
2. Membarikan antibiotika
3. Memasang infus dan persiapan transfuse darah

Anda mungkin juga menyukai