Anda di halaman 1dari 11

STRATEGI PEMROGRAMAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TVRI

Oleh: Haulah Citra Kusuma Wardhani (070915052) – B


haulahcitra@gmail.com

ABSTRAK
Sengitnya persaingan yang ada di industri pertelevisian Indonesia, membuat TVRI sebagai
lembaga penyiaran publik tersisihkan dengan maraknya televisi swasta yang kini lebih
variatif dalam konten programnya. Strategi manajemen programming ini meliputi beberapa
tahapan, mulai dari perencanaan, produksi dan pembelian, eksekusi, hingga pengawasan dan
evaluasi program, namun di TVRI, proses manajemen programming ini terlihat pada tahapan
eksekusi program yaitu saat jam tayang prime time, hampir semua televisi swasta nasional
menyangkan program serupa yaitu sinetron dan variety show, TVRI melakukan kebijakan
yaitu dengan menempatkan program dengan segmentasi audience yang lebih spesifik yaitu
laki-laki dewasa melalui beberapa program yang ditayangkan pada jam tersebut seperti Push
Meong, Quo Vadis, dan Pendopo. Ketiga program tersebut merupakan program dengan
tingkat audience yang terbilang stabil. Konten yang diusung tetap sesuai dengan visi misi
program TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik.
Kata Kunci : strategi, pemrograman, TVRI, televisi publik

PENDAHULUAN
Didirikannya stasiun televisi di Indonesia pertama kali tanggal 24 Agustus 1962
dengan sengaja memang untuk menjaga martabat negara. Tujuan pemerintah waktu itu
mendirikan stasiun televisi adalah karena ingin mempropagandakan Indonesia ke dunia
internasional bersamaan dengan penyelenggaraan pesta olah raga Asian Games ke-4 di
Jakarta. Setelah stasiun televisi di Indonesia berdiri dan telah berhasil menayangkan pesta
olah raga Asian Games, maka pada tanggal 20 Oktober 1963, dibentuklah Yayasan Televisi
Republik Indonesia (TVRI) yang diketuai langsung oleh Presiden RI (Legge dalam Sen &
Hill, 2001).
Di sisi lain, dengan jangkauan yang semakin luas juga mampu menarik sejumlah
perusahan untuk memasang iklan ke TVRI. Maka, tidak dapat dipungkiri, TVRI sangat kuat
dalam segi modal dan pendapatan saat itu. Sebab, selain bertambahnya pemasukan dana dari
pemasang iklan, biaya operasional TVRI masih dibiayai negara melalui APBN. Dana yang
diperoleh TVRI dari pemasukan iklan pada waktu itu (1976-1977) mencapai 17 sampai 20
milyar per tahun. Pemasukan iklan telah menyumbang 34 persen anggaran televisi nasional.
Akan tetapi, pada tanggal 5 Januari 1981, Presiden Soeharto mengumumkan bahwa sejak
tanggal 1 April 1981, iklan di televisi dilarang. Alasan Presiden melarang iklan di TVRI
adalah agar media tersebut lebih mengkonsentrasikan dirinya sebagai alat kampanye
pembangunan nasional.

1
Berdasarkan catatan Philip Kitley (2001), pelarangan iklan di TVRI sebenarnya
berasal dari Sekretaris Negara Sudharmono yang saat itu menjadi Pejabat Menteri
Penerangan, menggantikan Ali. Pelarangan iklan itu juga untuk memotong dana yang
mengalir ke Yayasan TVRI yang waktu itu digunakan untuk kegiatan politik Ali Murtopo
setelah kerusuhan Malari 1974 dan menyebabkan ketidaksenangan Presiden Soeharto. Alasan
lain, pelarangan iklan di TVRI juga berkaitan dengan akan diadakannya Pemilu 1982. Sebab,
pelarangan iklan secara politis sangat menguntungkan Soeharto, yaitu untuk menarik simpati
kelompok muslim yang waktu sangat anti siaran niaga di televisi.
Meskipun iklan dilarang, namun TVRI masih menampilkan sejumlah iklan implisit
dalam sejumlah isi siarannya. Misalnya, dalam siaran berita biasanya berisi tentang profil
instansi tertentu. Atau ketika mewawancarai seorang tokoh dalam suatu berita tertentu
terpampang di belakang si tokoh tersebut sebuah baliho atau mobil box dengan logo suatu
perusahaan. Iklan terselubung itu dikemas TVRI dalam penyajian siaran berita justru
berkesan hanya untuk menyenangkan figur pejabat pemerintah. Maka, tidak mengherankan
jika dalam suatu siaran berita isinya adalah tokoh-tokoh pejabat pemerintah yang sedang
berjabat tangan atau menggunting pita. Selain itu, Arswendo Atmowiloto yang merupakan
pengamat televisi dan hiburan memaparkan bahwa TVRI mencari pemasukan bukan dari
menjual program acara, studionya yang paling bagus disewakan senilai Rp 300 juta per bulan
untuk kuis Who wants to be a millionaire yang notabene ditayangkan di RCTI (Atmowiloto
dalam Tempo,2003).
Persaingan global pada saat ini sudah merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari dalam dunia industri, yang ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat
di bidang komunikasi, informasi, dan teknologi. Salah satunya dalam bidang jasa pelayanan
informasi dan hiburan yaitu industri penyiaran televisi di Indonesia. Sampai saat ini tercatat
11 stasiun televisi yang melakukan siaran nasional, 10 diantaranya adalah stasiun televisi
milik swasta dan 1 milik negara. Industri penyiaran televisi swasta di Indonesia telah
berkembang pesat sejak tahun 1990. Dalam jangka waktu 16 tahun, tercatat 10 stasiun
televisi swasta yang melakukan siaran nasional, 5 stasiun televisi diantaranya berdiri tahun
2000-an
Berkaitan berdirinya 10 stasiun televisi swasta nasional, dan ditambah lagi dengan
berdirinya stasiun televisi swasta lokal, stasiun televisi menghadapi persaingan yang semakin
ketat diantara stasiun televisi maupun dengan media-media lainnya seperti radio, media cetak
dan media luar ruang yang tumbuh dengan pesat di Indonesia untuk mendapatkan tempat
dihati pemirsa. Persaingan ini juga semakin panas dengan masuknya pemodal asing dengan
2
membeli 20% saham salah satu stasiun televisi swasta milik Bakrie, Oktober 2005 lalu
(Masruroh, 2008).
Televisi publik merupakan hal yang baru bagi dunia pertelevisian di Indonesia dan
tidak mudah diterapkan. Televisi publik merupakan stasiun televisi yang memasok berbagai
program yang bersifat informatif, mendidik, sekaligus menghibur bagi beragam suku bangsa
Indonesia (Farhat Syukri, Direktur Utama TVRI).
TVRI merupakan stasiun televisi yang awalnya adalah perusahaan umum milik
negara dan kemudian di tahun 2002 melalui Peraturan Pemerintah no. 9 tahun 2002 yang ada
pada UU no. 32 mengenai Penyiaran TVRI menjadi lembaga penyiaran public
(www.tvri.co.id). Sengitnya persaingan yang ada di industri pertelevisian Indonesia,
membuat TVRI sebagai lembaga penyiaran publik tersisihkan dengan maraknya televisi
swasta yang kini lebih variatif dalam konten programnya. Karena tingkat audience TVRI
yang tidak sebanyak televisi swasta, maka disini peneliti ingin melihat dan medeskripsikan
strategi pemrograman seperti apa yang dilakukan TVRI untuk memenuhi fungsinya sebagai
televisi publik ditengah persaingannya dalam industri media televisi melalui konten
programnya berkaitan dengan persaingan dengan stasiun televisi swasta nasional lainnya.
Sehingga penelitian ini menjadi penting untuk diteliti.
TVRI telah menjadi Lembaga penyiaran publik (LPP) yang jika mengacu kepada
konsep Public Service Broadcasting (PSB) dikategorikan sebagai National Public Service
Broadcasting, berarti sistem penyiaran yang dikontrol oleh publik melalui KPI, sedangkan
pendanaan dan struktur administrasinya diatur oleh peraturan yang mengikat. Menurut UU
No 32 tahun 2002 pasal 11 (1) Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak
komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Berdasarkan
peraturan ini TVRI berkewajiban memberikan independensi informasi, keberagaman
program, menjangkau minoritas dan mendidik masyarakat melalui informasi. Kesemua faktor
tersebut tentunya juga harus didukung oleh pendanaan yang memadai dan kualitas teknik
produksi siaran.
Selain itu, persaingan ketat dalam industri penyiaran membuat TVRI harus memacu
kreatifitas dan kualitas siaran agar mendapatkan kembali penontonnya. Karena sejak
kehadiran televisi-televisi swasta tidak dapat dipungkiri bahwa khalayak telah tersegmentasi.
Khalayak kini secara tidak sadar “tersetir” oleh acara-acara televisi swasta yang terlalu
berisikan tayangan hiburan. Jadi tak heran bahwa kecenderungan yang terlihat acara-acara
seperti infotainment, sinetron dan reality show memang lebih diminati dibandingkan acara-
3
acara mendidik dan penuh informasi. Sehingga tayangan mendidik distigmakan sebagai acara
yang membosankan. (Syakur,2010)
Kesuksesan sebuah stasiun televisi dapat diukur dari seberapa banyak audience dari
stasiun televisi tersebut. Tidak ada televisi yang bisa bertahan tanpa adanya audience.
Hubungan televisi dengan audience sangat kuat, dimana apabila televisi memiliki audience
yang cukup banyak maka para pengiklan akan banyak berdatangan. Hubungan yang kuat itu
dapat terjadi apabila televisi tersebut dapat memuaskan kebutuhan dari audiencenya tetapi
apabila televisi tersebut tidak dapat memuaskan kebutuhan dari audiencenya, maka audience
tersebut dapat memindahkan channel ke televisi lain. (Perebinossof,Gross,Gross,2005:134)
Berkaitan adanya fenomena seperti itu maka para pengelola televisi lokal harus
berupaya dalam strategi perogramannya agar mampu menarik minat audiencenya. Sehingga
dengan banyaknya audience dalam suatu televisi lokal secara otomatis para pengiklan akan
saling berebut untuk mendapatkan spot iklan dalam TVRI tersebut dan memberikan
keuntungan secara finansial terhadap televisi lokal tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seperti apa strategi pemrograman dari
TVRI dalam memenuhi fungsinya sebagai lembaga penyiaran publik di Indonesia melalui
konten programnya. Karena TVRI sebagai televisi publik di Indonesia juga membutuhkan
strategi programming yang tepat untuk senjata utama merebut pasar, yang meliputi khalayak
dan pengiklan, yang dimana pasar berfungsi sebagai salah satu faktor yang penting dalam
keberlangsungan hidup suatu media.

PEMBAHASAN
Strategi Pemrograman TVRI
TVRI sebagai salah satu media massa tentunya memiliki strategi pemrograman untuk
menarik perhatian para audiencenya. Programming bertujuan agar mencapai jangkauan
pemirsa yang sebesar mungkin dengan target audience yang spesifik, prestige dan
penghargaan, serta dapat mewadahi kepentingan lokal ataupun nasional. Kesuksesan media
televisi mengacu pada tiga pilar utama kesuksesan media penyiaran menurut Morissan yaitu
teknik, program dan pemasaran. Ketiga pilar tersebut diperlukan guna menunjang
perkembangan media penyiaran (Morissan,2008:218)
TV programming strategy menurut Morissan terdiri dari perencanaan program,
produksi, eksekusi program, dan pengawasan dan evaluasi program. Pada sub bab ini akan
menjabarkan tentang programming strategy yang digunakan oleh manajemen TVRI
berdasarkan tahapan yang dikemukakan oleh Morissan.

4
Strategi manajemen programming pada TVRI dapat dijelaskan melalui skema sebagai
berikut: Departemen
Direksi Tim
produksi lain

Ide
program

Proposal oleh
produser dan
eksekutif produser
Perencanaan
Direktur Direktur
Program News dan utama
Program
Rapat Manajemen
atau Board of
Direktur Director (BOD) Wakil
marketing direktur

Direktur Direktur
keuangan Teknik dan
Produksi
Diterima Ditolak

Diproduksi membeli
Produksi dan Pembelian
program Program

Eksekusi
Penayangan
program Program
acara

Rating Rating
rendah tinggi/stabil Pengawasan dan Evaluasi
Program
dipertahan modifikasi
kan

Perencanaan Program

5
Perencanaan program perlu untuk dilakukan agar program yang dibuat nantinya sesuai
dengan apa yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu program yang sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 13 Tahun 2005 yang menetapkan bahwa tugas TVRI adalah
memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat
sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat
melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya perencanaan ini, maka output program
nantinya akan sesuai dengan konsep, dan tidak melenceng kemana-mana. Segala sesuatu
yang berhubungan dengan program akan dibicarakan dalam proses perencanaan ini, mulai
dari jenis program, jadwal tayang, dan hubungannya dengan pengiklan.
Menurut Morissan pada stasiun televisi, perencanaan program diarahkan pada
produksi program apa yang akan diproduksi, pemilihan program yang akan dibeli (akuisisi),
dan penjadwalan program untuk menarik sebanyak mungkin audien yang tersedia pada waktu
tertentu.
Pengelola atau pemilik stasiun
Pada lembaga penyaiaran publik TVRI, salah satu yang dibahas dalam meeting adalah
tentang perencanaan program. Eastman dan Ferguson (2006,hal 4) menjelaskan bahwa dalam
perencanaan program ini, pemegang kekuasaan memiliki peran penting dalam penentuan
program. Sebagai institusi bisnis, televisi melibatkan perputaran uang yang jumlahnya tidak
sedikit. Perencanaan awal harus benar-benar dipertimbangkan secara matang, oleh karena itu,
keputusan yang paling penting ditentukan oleh pihak Top Manajemen. Hal ini pula yang telah
dilakukan oleh TVRI.
Segmentasi dan ketersediaan audien pada jam tayang tertentu ini tetap menjadi yang
utama dalam perencanaan program. Meskipun sebagai lembaga penyiaran publik yang
pembiayaan utamanya berasal dari anggaran negara, namun keberdaan iklan termasuk konten
penunjang produksi program. Pihak yang mau beriklan, selain melihat tampilan rating
penonton, beberapa pengiklan juga melihat ketersediaan audien yang sesuai dengan produk
mereka.
Terkait dengan usahanya menarik pengiklan tentu tidak terlepas dari peran divisi
Marketing. Marketing yang bertugas berhubungan dengan klien, dan ikut dimintai
pertimbangan mengenai ketersediaan iklan atau juga untuk mengetahui komersil tidaknya ide
program tersebut jika diajukan kepada pengiklan. Serta marketing juga dapat membantu
memberikan pandangan mengenai prospek peringkat acara (rating) dari suatu program baru

6
dan bahkan dampak suatu program terhadap nilai saham jika stasiun penyiaran itu sudah go
public (Morissan,2008:234)
Pada setiap ide yang diusulkan, masing-masing divisi pun memiliki pertimbangan
sendri-sendiri, tidak hanya berdasarkan nilai jual, tetapi bisa juga mengenai ketersediaan
sumberdaya untuk memproduksi, beban program bagi produser, biaya produksi, ketersediaan
khalayak, maupun idealisme sebagai lembaga penyiaran publik negara republik Indonesia.
Audiens
Audien berpengaruh dalam penentuan program karena audien sebagai konsumen
yang keinginannya dan kebutuhannya diwujudkan dalam bentuk program acara. Salah satu
wujud mengakomodasi keinginan masyarakat adalah dengan dibuatnya program yang dekat
dengan kehidupan mereka sehari-hari dan sesuai dengan keinginan mereka.
Menurut J. David Lewis dalam Morissan (2008), pengaruh audien dalam keputusan
perencanaan adalah dalam bentuk pemberian umpan balik (feedback) secara langsung dan
laporan peringkat (rating) program (Morissan 2008, 245). Hal tersebut juga terjadi di TVRI,
tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai institusi bisnis TVRI memerlukan audien untuk
mempertahankan program tersebut serta menarik minat pengiklan. Program yang dianggap
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh audien otomatis akan membuat program itu ditonton
oleh banyak orang, yang berakibat tingginya jumlah rating, sehingga akan mengundang
minat pengiklan untuk mengiklankan produk pada program tersebut. Sama halnya dengan
yang dijelaskan Peter Pringle (dalam Morissan 2008, hal 245), bahwa program yang gagal
menarik pendengar atau pemirsa, atau gagal untuk memuaskan kebutuhan mereka, berada
dalam posisi berbahaya. Begitu pula keuangan stasiun yang bersangkutan.
Pemasang Iklan atau sponsor
Sebagai sebuah lembaga penyiaran publik, TVRI berorientasi pada jumlah bagaimana agar
banyak audien yang menonton program acaranya. Namun, untuk memproduksi sebuahprogram acara
atau membeli program acara, TVRI tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit. Dana yang tersebut
diperoleh dari dana anggaran negara, iklan, dan KPLN untuk beberapa acara tertentu yang memang
bekerja sama dengan lembaga tersebut. Peran iklan di TVRI porsinya tidak sebanyak porsi yang
diberikan di televisi swasta nasional, hal ini karena TVRI bukan lembaga atau institusi yang
berorientasi pada profit, melainkan mengedepankan konten program yang ditayangkan.
1. Iklan yang datang
Iklan yang datang ini bisa dikarenakan tertarik pada jam tayang yang sekiranya sesuai
dengan ketersediaan target market mereka, selain itu pengiklan bisa juga tertarik pada
program yang ditayangkan. Contohnya yaitu program yuk kita hidup sehat. Program ini

7
merupakan program talkshow tentang masalah kesehatan, misalnya diabetes, penyakit
kulit, darah tinggi, dan sebagainya. Beberapa pengiklan yang mengiklankan produk di
sini adalah Jaco home shopping dan obat tetes mata Rohto. Disini Jaco home shopping
dan Rohto melihat tema program yang sesuai dengan produknya, yaitu tentang
kesehatan.
2. Iklan yang diminta
Iklan yang diminta ini yaitu menawarkan kepada pengiklan atau institusi yang sekiranya
sesuai, untuk mengadakan kerjasama dalam program. Bisa jadi institusi pemerintah
seperti kemendikbud, pemkot, pemprov, maupun pengiklan komersial. Contohnya yaitu
tayangan siaran langsung kejuaraan tenis meja nasional. Disini TVRI menwarkan
kerjasama dengan Menpora yaitu dengan meliput acara. Dengan adanya kerjasama
tersebut, selain mendapat program untuk ditayangkan, TVRI juga mendapat keuntungan
dari biaya yang dibayarkan untuk penayangan.
Regulator
Regulator yaitu lembaga yang berwenang dalam mengawasi jalannya suatu media
penyiaran. Regulator inilah yang akan bertindak apabila mendapati penyimpangan pada suatu
media penyiaran. TVRI sendiri sebisa mungkin tidak melanggar peraturan dalam
operasionalnya.
Selain program yang tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dari regulator, jenis dan
jam tayang iklan pun harus diperhatikan. Contohnya iklan rokok atau iklan produk
keharmonisan pasangan suami istri yang target marketnya adalah laki-laki atau perempuan
dewasa. Iklan jenis ini dilarang keras untuk ditayangkan di TVRI pada semua jam tayang, hal
tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonsia no. 11 tahun 2005 tentang
penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Publik. Beda halnya dengan televisi swasta,
iklan serupa hanya boleh ditayangkan di atas jam sepuluh malam dimana ketersediaan audien
anak-anak atau remaja sangat sedikit.
Produksi dan Pembelian Program TVRI
Produksi program ini yang dilakukan dengan membeli program dari pihak lain biasa
disebut outsourching, sementara yang diproduksi sendiri biasa disebut in house production.
Pertimbangan untuk outsourching maupun in house tidak terlepas dari kesiapan sumber daya
manusia, finansial dan infrastruktur yang telah dimiliki oleh masing-masing stasiun televisi
(Sugihartono, 2009).

8
Di TVRI sendiri, proporsi untuk in house production dan outsourching yaitu 95%
lebih program dibuat sendiri, sementara sisanya diperoleh dari pihak luar. Pada dasarnya,
pertimbangan TVRI untuk in house production selain karena membutuhkan program,
terutama dengan budget yang minim, juga karena bisa bebas untuk menayangkan secara
berulang-ulang (re-run). Apabila membeli program dari Production House (PH), TVRI
terikat kontrak untuk berapa kali masa tayang. Pembelian biasanya hanya untuk sekali tayang
per-episode. Jika ditayangkan lebih dari satu kali, maka harganya pun akan berubah.
Sementara jika memproduksi program sendiri, maka TVRI bebas untuk menayangkan
program itu sesuai kebutuhan.
Eksekusi Program
TVRI sebagai lembaga penyiaran publik tidak bisa bersaing dengan televisi-televisi
swasta besar nasional yang sudah mempunyai nama. Contoh paling nyata yaitu pada jam
prime time. Saat televisi lain menayangkan program unggulan seperti sinetron, maka TVRI
tidak ingin membuat acara serupa. Selain karena biaya produksi sinetron tidaklah murah, juga
karena pasti akan kalah bersaing mengingat sumber daya yang belum memadai.
Oleh karena itu TVRI membuat program tandingan yang berbeda. Apabila sinetron
mayoritas ditonton oleh perempuan, maka TVRI mencari celah dengan membuat program
yang mengusung tema-tema sosial,budaya dan politik yang ditujukan untuk laki-laki.
Misalnya Quo Vadis, Push Meong, Parodi politik, dan Pendopo. Namun karena keunikan
programnya, program yang awalnya ditujukan untuk segmen laki-laki dewasa akhirnya
disukai oleh semua audien dewasa, remaja baik laki-laki maupun perempuan.
Pengawasan dan Evaluasi Program TVRI
Evaluasi program dilakukan tidak hanya setelah program selesai tayang, namun juga
sebelum tayang. Di TVRI ini mempunyai sistem untuk mengevaluasi terlebih dahulu contoh
program sebelum disiarkan. Jadi saat mempunyai ide program baru, dibuat terlebih dahulu
contoh programnya sebanyak satu episode untuk dilihat bersama dan dievaluasi apakah
program tersebut layak atau tidak untuk ditayangkan atau butuh perbaikan. Program yang
dievaluasi di awal ini tidak termasuk program berita, karena program news ditayangkan
secara live.
Pada Lembaga Penyiaran Publik TVRI terdapat 4 lapis pengawasan.pengawasan dari intern
sendiri terdiri dari divisi programming, produser program, dan penanggung jawab program.kemudian
pengawasan dari masyarakat, pengawasan yang ditunjuk langsung oleh pemerintah yaitu KPI. serta
pengawasan dari pihak luar yang di kontrak khusus untuk memantau program di TVRI.

9
Modifikasi akan dilakukan sampai beberapa kali, namun jika setelah melakukan revisi
berkali-kali tetap tidak ada perubahan, dalam artian rating tetap rendah dan masih ada catatan
evaluasi buruk dari pihak pengawas program yang ditunjuk, maka program tersebut akan
dihentikan dan diganti dengan program yang baru.

KESIMPULAN
Strategi manajemen pemrograman Lembaga Penyiaran Publik TVRI untuk memenuhi
fungsinya sebagai televisi publik di Indonesia terlihat dari tahapan eksekusi programnya,
yaitu pada jam prime time saat televisi lain menayangkan program unggulan seperti sinetron
yang mayoritas ditonton oleh perempuan, maka TVRI mencari celah dengan membuat
program yang mengusung tema-tema sosial,budaya dan politik yang ditujukan untuk laki-
laki. Selain mengandalkan kreatifitas dengan membuat program-program yang mengusung
aspek kultural, TVRI juga membandingkan atau mengadaptasi program yang sudah populer
di televisi nasional lain. Misalnya saja program religi Jalan jalan islami pada pagi hari setelah
subuh. Pada jam-jam tersebut, mayoritas televisi swasta nasional menayangkan program
acara dengan tema yang sama. Serta TVRI tetap mempertahankan program-program yang
kuat dan rating nya tergolong stabil.
Sehingga strategi pemrograman yang terlihat dari tahap eksekusi program, yang
menguatkan eksistensi lembaga penyiaran publik TVRI khususnya dalam memenuhi
fungsinya sebagai televisi publik ditengah persaingan dengan televisi swasta yang semakin
menjamur terutama di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai.2006. Jurnalistik Televisi : Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Head, S. W., & Sterling, C. H. 1982. Broadcasting in america. In A survey of television, radio
and new technologies (p. 217). Boston: Houghton Miffin company.
Howard, Herbert H., Michael S. Kievman.1986 . Radio & Television Programing, New
York: Macmilan Publishing Company.
Kitley, Philip. 2001. Konstruksi Budaya Bangsa di Layar Kaca. Jakarta: PT Media Lintas Inti
Nusantara
Kotler, P. 1980. Marketing Management: Analysis, Planning, and Control. 4th Ed. London:
Prentice-Hall, Inc.
Masruroh, Awin. 2008. Analisis Elemen Ekuitas Merek RCTI dalam Persaingan Industri
Televisi Swasta di Indonesia. Jakarta : eprints.binus
Morissan. 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: M. A Kencana.
Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta:
Kencana Prenada Media
Perbinossoff, P., Gross, B., & Gross, L. S. 2005. Programming for TV, Radio, and the
Internet : Strategy, Development, and Evaluation. Oxford: Elsevier Focal Press.
10
Peter K. Pringle, Michael F. Starr, William E. McCavitt; Electronic Media Management,
second edition, Focal Press, Boston-London, 1991
Pringle, Peter K. 1995. Electronic Media Management. United State of America : British
Library.
Sen, Krisna and David T. Hill. 2001. Media, Budaya dan Politik di Indonesia. Jakarta: PT.
Media Lintas Inti Nusantara.
Sugihartono, Ranang Agung. 2009. “Televisi Lokal sebagai Medium Pencitraan Lokalitas
Daerah”. Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Surakarta
Vane,E.,Gross,L.S. 1994. Programming for TV, Radio and Cable. Boston,London : Focal
Press
Wahyudi, JB. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Majalah Monitor edisi minggu ke-3 Juni 2013
Soemartono. 1991. Televisi R.I. 24 Agustus 1962 – 24 Agustus 1991 dalam Majalah Lensa
(Juli – Agustus 2012)
Syukri, Farhat dalam Majalah MARKETING edisi Oktober 2012.
Syakur, Ryan A. 2010. diakses 19 November 2012. http://media.kompasiana.com/mainstream-
media/2010/07/30/keberadaan-tvri-sebagai-televisi-publik-di-indonesia
www.tvri.co.id . diakses 19 November 2012

11

Anda mungkin juga menyukai