Disusun Oleh :
Oleh :
Deya Putri Nabilah (201610410311045)
Intan Amelia Amini (201610330311177)
Rizki Amalia (201610420311055)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB 1
LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit penyebab kematian utama yang disebabkan oleh infeksi, adalah
Tuberkulosis (TB). TB merupakan ancaman bagi penduduk Indonesia, pada tahun 2004, sebanyak
seperempat juta orang bertambah penderita baru dan sekitar 140.000 kematian setiap tahunnya.
· Tanggung jawab politis dari para pengambil keputusan (termasuk dukungan dana)
· Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan
pengawasan langsung Pengawas Menelan Obat (PMO)
· Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program penanggulangan TB.
Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, namun tanpa peran serta masyarakat
tentunya tidak akan dicapai hasil yang optimal karena TB tidak hanya masalah kesehatan namun
juga merupakan masalah sosial. Keberhasilan penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat
kesadaran dan partisipasi masyarakat.
A. PENGENALAN PENYAKIT
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak
terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur.
Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut
dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan
dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin
tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.
Secara klinis, TB dapat terjadi melalui infeksi primer dan paska primer. Infeksi primer
terjadi saat seseorang terkena kuman TB untuk pertama kalinya. Setelah terjadi infeksi melalui
saluran pernafasan, di dalam alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini disebabkan oleh
kuman TB yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi
hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Pada penderita TB sering terjadi komplikasi dan resistensi. Komplikasi berikut sering
terjadi pada penderita stadium lanjut :
1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena
syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial
3. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena kerusakan
jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan suatu definisi
kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita. Penentuan klasifikasi
penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan
dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-kasus, yaitu:
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchym paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam:
1) Tuberkulosis Paru BTA Positif. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan
foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan
pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1) TB Ekstra Paru Ringan
2) TB Ekstra-Paru Berat
· Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA negatif;
Berdasarkan riwayat pengobatan penderita, dapat digolongkan atas tipe; kasus baru,
kambuh, pindahan, lalai, gagal dan kronis.
Gejala TB pada orang dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan berdahak terus-
menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk darah. Adapun gejala-gejala
lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan
berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam, walaupun tanpa
kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.
DIAGNOSIS
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum atau dahak
secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen
SPS BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan
rontgen dada atau pemeriksaan SPS diulang.
PRINSIP PENGOBATAN
Sesuai dengan sifat kuman TB, untuk memperoleh efektifitas pengobatan, maka prinsip-
prinsip yang dipakai adalah :
- Menghindari penggunaan monoterapi. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diberikan dalam bentuk
kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
- Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat, pengobatan dilakukan dengan
pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
Tahap Intensif : Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun
waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
Tahap Lanjutan : Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
(dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
REGIMEN PENGOBATAN
Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri,
aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid,
Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat
primer. Isoniazid adalah obat TB yang paling poten dalam hal membunuh bakteri dibandingkan
dengan rifampisin dan streptomisin. Rifampisin dan pirazinamid paling poten dalam mekanisme
sterilisasi. Sedangkan obat lain yang juga pernah dipakai adalah Natrium Para Amino Salisilat,
Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, Kanamisin, Rifapentin dan Rifabutin. Natrium Para Amino
Salisilat, Kapreomisin, Sikloserin, Etionamid, dan Kanamisin umumnya mempunyai efek yang
lebih toksik, kurang efektif, dan dipakai jika obat primer sudah resisten. Sedangkan Rifapentin dan
Rifabutin digunakan sebagai alternatif untuk Rifamisin dalam pengobatan kombinasi anti TB.
Paduan OAT Yang Digunakan Di Indonesia Paduan pengobatan yang digunakan oleh
Program Nasional Penanggulangan TB oleh Pemerintah Indonesia :
• Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3.
• Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3.
• Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3.
Kode huruf tersebut adalah akronim dari nama obat yang dipakai, yakni :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau frekuensi. Angka 2 didepan
seperti pada “2HRZE”, artinya digunakan selama 2 bulan, tiap hari satu kombinasi tersebut,
sedangkan untuk angka dibelakang huruf, seperti pada “4H3R3” artinya dipakai 3 kali seminggu
( selama 4 bulan).
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai
selesai. 1 paket untuk 1 penderita dalam 1 masa pengobatan.
Disamping Kombipak, saat ini tersedia juga obat TB yang disebut Fix Dose
Combination(FDC). Obat ini pada dasarnya sama dengan obat kompipak, yaitu rejimen dalam
bentuk kombinasi, namun didalam tablet yang ada sudah berisi 2, 3 atau 4 campuran OAT dalam
satu kesatuan. WHO sangat menganjurkan pemakaian OAT-FDC karena beberapa keunggulan dan
keuntungannya dibandingkan dengan OAT dalam bentuk kombipak apalagi dalam bentuk lepas.
BAB 2
ISI
I. IDENTITAS
A. PENDERITA
B. PASANGAN
3. Ny. R P - - Menantu K - +
KETERANGAN
N KOMPONE (RASIONAL
URAIAN UPAYA & PERILAKU
O N ATAU
IRRASIONAL)
2 Preventif -
4 Rehabilitatif -
G. STATUS GIZI
ASSESMEN
AWAL
ASSESMEN 1. sesak
AWAL MEDIS nafas
ASSESMEN
AWAL
KEPERAWATA
N
- Asam
urat : N
PENUNJANG -
LAIN
KONSULTASI
ASSESMEN
LANJUTAN
ASSESMEN
MEDIS
ASSESMEN
KEPERAWATA
N
ASSESMEN
FARMASI
ASSESMEN
FISIOTERAPI
RIWAYAT
PENYAKIT DI
KELUARGA
PERSEPSI
KELUARGA
TERHADAP
MASALAH
KESEHATAN
PASIEN
KEPEDULIAN
KELUARGA
TERHADAP
MASALAH
KESEHATAN
PASIEN
STRES DAN
PERUBAHAN
KELUARGA
SELAIN
MASALAH
KESEHATAN
PASIEN
DIAGNOSIS DIAGNOSIS
MEDIS
DIAGNOSIS
KEPERAWATA
N
1. Bersihan jalan
napas tidak
efektif b/d sekret
kental atau
sekret darah,
kelemahan,
upaya batuk
buruk.
2.
Ketidakefektifan
pola napas b/d
hiperventilasi
ditandai dengan
takipneau atau
RR lebih dari
normal.
3. Gangguan
keseimbangan
nutrisi, kurang
dari kebutuhan
b/d kelelahan
batuk yang
sering, adanya
produksi
sputum, dispnea,
anoreksia,
penurunan
kemampuan
finansial.
4. Kurangnya
pengetahuan
tentang kondisi,
pengobatan,
pencegahan, b/d
terbatasnya
pengetahuan
kognitif.
DIAGNOSIS
FARMASI
DIAGNOSIS
FISIOTERAPI
DAFTAR
MASALAH
KELUARGA
FAKTOR
PENDUKUNG
FAKTOR
PENGHAMBAT
DISCHARGE
PLANNING
TERINTEGRAS
I
EDUKASI EDUKASI /
TERINTEGRAS INFORMASI
I MEDIS
EDUKASI /
KONSELING
GIZI
EDUKASI
KEPERAWATA
N
EDUKASI
FARMASI
EDUKASI
FISIOTERAPI
TERAPI
MEDIKAMENT
OSA
INJEKSI
CAIRAN INFUS
OBAT ORAL
OBAT LAIN
TATA
LAKSANA/INT
ERVENSI
TATALAKSAN
A INTERVENSI
MEDIS
TATALAKSAN
A INTERVENSI
KEPERAWATA
N
TATALAKSAN
A INTERVENSI
GIZI
TATALAKSAN
A INTERVENSI
FARMASI
TATALAKSAN
A INTERVENSI
FISIOTERAPI
REKOMENDAS
I
PENYELESAIA
N MASALAH
BERDASARKA
N HASIL
ASSESMENT
MASALAH
KELUARGA
MONITORING
DAN
EVALUASI
DOKTER DPJP
KEPERAWATA
N
GIZI
FARMASI
FISIOTERAPI
OUTCOME/HA
SIL
MEDIS
KEPERAWATA
N
GIZI
FARMASI
FISIOTERAPI
KRITERIA
PULANG
RESUME
KEPERAWATA
N PASIEN
RINGKASAN
PERAWATAN
KONTROL
PERAWATAN
LANJUTAN
PELIBATAN
KEMNAS/UNSU
R LAIN
I. PEMBAHASAN
BAB 3
SARAN DAN PENUTUP
LAMPIRAN