Anda di halaman 1dari 44

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Kertas Karya Diploma

2017

Penentuan Brightness Pulp pada Tahap


D0, EoP, D1 pada Proses Pemutihan (
Bleaching ) di PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk Porsea

Siboro, Mawar
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4730
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA TAHAP D0, EoP, DAN D1 PADA

PROSES PEMUTIHAN (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI,

Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

MAWAR SIBORO
142401101

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA TAHAP D0, EoP, DAN D1 PADA

PROSES PEMUTIHAN (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI,

Tbk PORSEA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

MAWAR SIBORO
142401101

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Brightness Pulp Pada Tahap D0, EoP, D1


Pada Proses Pemutihan ( Bleaching ) Di PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk Porsea
Kategori : Karya Ilmiah
Nama : Mawar Siboro
Nomor Induk Mahasiswa : 142401101
Program Studi : Diploma (D3) Kimia
Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam


(FMIPA) Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, September 2017

Diketahui
Program Studi D3 Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
Ketua

Dr. Minto Supeno, MS Dr. Minto Supeno, MS


NIP.196105091987031002 NIP.196105091987031002

Diketahui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si

NIP. 197404051999032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN

PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA TAHAP D0, EoP, DAN D1 PADA

PROSES PEMUTIHAN (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI,

Tbk PORSEA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja Saya sendiri, kecuali
beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing dusebut sumbernya.

Medan, September 2017

Mawar Siboro
142401101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
karunia-Nya Karya Ilmiah ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan. Karya Ilmiah ini berjudul “Penentuan Brightness Pulp Pada Tahap D0,
EoP, D1 Pada Proses Pemutihan ( Bleaching ) Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
Porsea”, Dimana Karya Ilmiah ini merupakan salah satus yarat untuk mencapai
penyelesaian jenjang pendidikan Diploma III Kimia di Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Karya Ilmiah ini disusun dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL)
di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh Ahli Madya dari program studi D-3 Kimia di
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara.
Penulis juga menyadari bahwa tersusunya Karya Ilmiah ini tidak
terlepas dari perhatian ,bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Terkhusus penulis menyampaikan rasa terimakasi yang tulus kepada
kedua Orang tua Saya S. Siboro dan M.Br.Galingging serta Kakak
(Enny Siboro, Helena Br Siboro. S.Kom dan Yanti Mariana Siboro.
SE) dan Adik (Mangara Tua Siboro dan Mangihut Halomoan Siboro)
penulis yang selama ini tiada henti-hentinya memberikan dukungan,
semangat, perhatian serta bantuan moril maupun materi sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Dr.MintoSupeno, MS, selaku dosen pembimbing yang
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
4. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si.,S.Si selakuketua Department Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis.
5. Bapak Dr.MintoSupeno, MS selaku ketua program studi jurusan D3
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis.
6. Bapak Arlodis Nainggolan selaku pembimbing lapangan yang telah
banyak memberikan sumbangan pikiran, tenaga dan waktu kepada
penulis sewaktu penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
7. Bapak I Putu Gede Wijaya, S.Hut selaku pimpinan Centre of
Excellence Dept.Head di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, para staff yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti PKL
di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Parmaksian.
8. Keluarga besar laboratorium PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Parmaksian
yang membimbing penulis selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan
terkhusus Bapak Bantu Nadeak, Bapak Poltak Sibuea, Bapak Pendi,
Ibu Meli, Bapak Sunan Manurung, Ibu Pesta, Bang Pendri beserta
seluruh karyawan di Laboratorium.
9. Kepada seluruh Alumni kami D3 Kimia Industridan Kimia Analis,
yang sudah banyak membimbing dan mendoakan penulis.
10. Kepada teman-teman sepatner saat melaksanakan PKL Romasta,
Putri, Ningsi, Yolanda, Syafitri, Rosnani, Karip, Julio, danAgus yang
sama-sama melaksanakan PKL di PT.Toba Pulp Leastari, Tbk
Parmaksian, dan untuk teman-teman stambuk 2014 yang banyak
membatu dan memberi saran pada penulis
11. Terimakasi untuk Christel Thadea untuk semua semua doa, semangat
dan dukungan kepada Penulis, dan untuk sahabat saya Murni Lasria
Manullang,Evi Diana Situmorang dan Ester RomaUlina Siregar
trimakasi untuk doa dan semangatnya yang tidak dapat di ungkapkan.
12. Teristimewa untu teman-teman saya Kimia Kelas C seluruhnya tanpa
terkecuali dan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang sudah
bersama dengan saya selama 3 tahun terakhir ini dan mau membantu
serta memberi nasihat pada saya selaku penulis dalam penulisan Karya
Imiah
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah ini masih
memiliki berbagai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak pembaca demi
kesempurnaan laporan berikutnya.

Medan, September 2017


Hormat Kami

Mawar Siboro

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN BRIGHTNESS PULP PADA TAHAP D0, E0P, DAN D1 PADA
PROSES PEMUTIHAN (BLEACHING) DI PT. TOBA PULP LESTARI,
Tbk PORSEA

ABSRAK

Proses Blaching di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk menggunakan bahan kimia utama
yaitu Cl2 dan ClO2, serta menggunakan NaOH pada tahap ekstraksi yang mana
dapat menghasilkan pulp yang baik dan memenuhi standart ISO (International
Standart Oprational). Oleh karena itu PT. Toba Pulp Lestari , Tbk melakukan
pengujian kecerahan terhadap pulp yang memenuhi standart maka setiap
penambahan bahan kimia yang dilakukan pada setiap tahap yaitu D 0, EoP dan D1
harus stabil atau seimbang. Salah satu alat yang digunakan di PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk untuk pengujian kecerahan dari pulp adalah dengan menggunakan
alat Elektronik Refrakto Photometer (ELREPHO). Berdasarkan hasil analisa data
yang dilakukan dapat diketahui bahwa kecerahan pulp telah memenuhi standart
ISO yang digunakan oleh PT.Toba Pulp Lestari, Tbk yaitu D0 = 55-75 %, EoP =
80-88%, D1 = 89-91%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DETERMINATION OF BRIGHTNESS PULP ON STAGE D0, E0P, AND

D1 IN BLEACHING PROCESS IN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

PORSEA

ABSTRACT

Bleaching process in PT. Toba Pulp Lestari, Tbkusing the main chemicals that Cl2
and ClO2, as well as using NaOH at the extraction stage which can produce good
pulp and meet the standard of ISO (International Standart Oprational). Therefore,
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk to test the brightness of the pulp. To obtain a pulp that
is D0 EoPand D1 must be belenced or stable. One of the tools Elektronik Refrakto
Photometer (ELREPHO). Based on the results of data analysis can be undertaken
in the know that the brightness of the pulp has met the ISO standard that is in use
by PT. Toba Pulp Lestari, Tbk is D0 =68-80 %, EoP = 75-86%, D1 = 89-90%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii

ABSTRAK vi
ABSRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
2.1 Permasalahan 3
3.1 Tujuan 3
4.1 Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kayu 4
2.1.1. Pengertian Kayu 4
2.1.2. Komponen Kimia Kayu 4

2.1.3. Sifat-sifat Kayu 5


2.1.4. Sifat Mekanik Kayu 8
2.1.5. Sifat Kimia Kayu 8
2.1.6. Komponen Kayu 9
2.2 Pulp (Bubur Kertas) 13
2.3 Bahan Baku Pembuatan Pulp 13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.4 Proses Produksi Pulp 14

2.4.1 Persiapan Kayu (Wood Preparation) 14


2.4.2 Unit Pemasakan (Digester) 14
2.4.3 Unit Washing 15
2.4.4 Unit Pemutihan (Bleaching) 15
2.4.5 Proses Pulp (Pulp Machine) 18
2.5 Tahap- Tahap Pemutihan (Bleaching) 19

2.5.1 Bahan kimia Pemutih 21


2.5.2 Pemutihan Dengan Klorin Dioksida (ClO2) 22
2.5.3 Tahap Khlorinasi 23
2.5.4 Tahap klorin Dioksida 24
2.6 Pengujian Dan Analisa Pada Bleaching 24

BAB 3 BAHAN DAN METODE


3.1 Metode 26

3.1.1 Alat 26
3.1.2 Bahan 26
3.2 Prosedur 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data dan Hasil Pengamatan 30
4.2 Pembahasan 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 33
5.2 Saran 33

DAFTAR PUSTAKA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

kertas merupakan bahan produk yang banyak digunakan oleh manusia. Pulp

sebagai bahan baku kertas dibuat dari semua jenis kayu yang berserat panjang

(hard wood) maupun kayu yang bersetat pendek (soft wood) perkembangan

industri pulp (bubur kertas) di indonesia berkembang secara cepat didukung oleh

sumber daya yang ada. Lokasi pabrik pulp menghasilkan kertas di Indonesia

terletak di Desa Sosor Ladang, Kecamatan Porsea , Kabupaten Toba Samosir,

Sumatera Utara.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber kekayaan alam yang

sangat melimpah salah satunya adalah kayu, maka dituntut kepada sumber daya

manusia yang handal dan berpotensi agar sumberdaya alam yang tersedia dapat

dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga laju perkembangan teknologi dapat

meningkat pesat untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia .

Kayu merupakan bahan baku utama yang digunkan dalam pembuatan pulp

secara kimia, kandungan bahan yang terdapat dalam kayu dapat dibagi dalam 4

bagian yaitu Selulosa, Hemiselulosa, Lignin, dan Ekstraktif (PT.TPL, 2004).

Secara garis besar , proses pengolahan kayu pada industri ini adalah dimulai

dari persiapan kayu (wood prepration), pemasakan (digester),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pencucian(wishing), pemutihan (bleaching), serta pembentukan lembaran pulp

dengan mesin (pulp machine).

Untuk menghasilkan pulp dengan kualitas pulp yang baik dan memenuhi

standar, maka pulp diuji dari kecerahan (brightness) nya. Drajat keputihan ini

merupakan proses pemutihan (bleaching) dari pulp tersebut. Prinsip yang

mendasari pemutihan ini adalah dengan mereaksikan lignin dan bahan pemutih

sehingga diperoleh senyawa yang mudah larut dalam air. Bahan kimia yang

digunakan dalam proses pemutihan yaitu Sodium Hidroksida (NaOH), Oksigen

(O2), Sodium Hipoklorit (NaOCl), dan Klorin Dioksida (ClO2).

Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ada beberapa tahap proses pemutihan pulp,

yaitu :

1. Tahap D0 : tahap ini digunakan untuk mengeluarkan lignin dari pulp yang

cenderung menimbulkan warna kuning pada pulp.

2. Tahap EoP : tahap ini merupakan tahap pemurnian dari tahap kolorinasi

3. Tahap D1 : tahap ini digunakan untuk memurnikan pulp dan memberikan

pengaruh terhadap sifat-sifat kekuatannya

Tujuan utama proses pemutihan secara umum yaitu:

1. Memperbaiki Brightness (kecerahan) pulp

2. Memperbaiki kemurnian

3. Degradasi selulosa seminimum mungkin

4. Pengurangan kandungan resin didalam pulp (sirait, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mengingat begitu pentingnya penentuan brightness untuk mengetahui

kualitas pulp yang dihasilkan, maka penulis tertarik untuk menjadikan masalah ini

sebagai pembahasan dalam karya ilmiah dengan judul “Penentuan Brightness

Pulp Pada Tahap D0, EoP, D1 Pada Proses Pemutihan ( Bleaching ) Di PT. Toba

Pulp Lestari, Tbk Porsea”.

1.2. Permasalahan

Adapun yang menjadi titik permasalahan adalah apakah pengaruh bahan

kimia yang dipakai pada tiap tahap-tahap proses pemutihan (bleaching) pulp

terhadap kecerahan (brightness) pulp sehingga menghasilkan pulp yang

memenuhi standart ISO (Iternasional Standart Oprational).

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh pemakayan bahan kimia pada tahap-tahap

proses pemutihan (bleaching) terhadap kecerahan (brihtness) pulp dan

mengetahui standart drajat kecerahan (brightness) berdasarkan yang di produksi

oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

1.4. Manfaat

Dapat mengetahui pengaruh pemakaian bahan kimia pada tahap-tahap

proses pemutihan (bleaching) terhadap kecerahan (brightness) pulp dan

mengetahui standart drajat kecerahan (brightness) berdasarkan ISO yang di

produksi oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kayu

2.1.1. Pengertian Kayu

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan

mentah yang mudah di proses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.

Kayu memiliki sifat tidah dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu

disini adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon

dihutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut dan bagian-bagian mana

yang lebih banyak dimanfaatkan untuk suatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk

kayu pertukangan, kayu industri, maupun kayu bakar.(J.F.Dumanaw,1990)

2.1.2. Komponen Kimia Kayu

Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan

oksigen. Tabel 2.1 merinci komposisi kimia suatu kayu dari Amerika utara yang

khas, yang terlihat bahwa karbon merupakan elemen yang dominan atas berat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1 komposisi unsur kayu

Unsur % Berat Kering


Karbon 49
Hidrogen 6
Oksigen 44
Nitrogen Sedikit
Abu 0,1

Tambahan pula kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah

terjadi pembakaran terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen

yang melimpah, residu semacam ini dikenal sebagai abu (John G.H.1987)

2.1.3. Sifat-sifat kayu

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat berbeda-beda.bahkan kayu

berasal dari suatu pohon memiliki sifat berbeda. Ada beberapa sifat yang umum

terdapat pada semua kayu, yaitu:

a. Kayu tersusun atas sel-sel yang memiliki tipe macam-macam dan susunan

dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan

hemi selulosa (unsur karbohidrat) serta beberapa lignin (non-karbohidrat).

b. Kayu dapat diserang mahluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar

terutama jika kayu keadaannya kering.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Sifat fisik kayu

Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah berat jenis,

keawetan alami, warna, hidroskopik, kekerasan dan lain-lain

a) Berat jenis

Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara minimum

0,20 hingga 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk bagi aneka sifat kayu.

Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayu . berat jenis

ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang

membentuk pori-pori.

b) Keawetan alami kayu

Keawetan kayu alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari

unsur-unsur perusak kayu dari luar, seperti, jamur, rayap, cacing laut dan

mahluk lainnya. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat

didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan ssebagian unsur perusak

bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tesebut tidak sampai masuk

dan tinggal didalamnya serta merusak kayu.

c) Warna kayu

Ada beraneka macam kayu, antara lain: warna kuning, keputih-putihan,

coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain

sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu

yang berbeda-beda.

d) Hidroskopik

Kayu mempunyai sifat hidroskopik, yaitu dapat menyerap atau

melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara disekitarnya maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai kesetimbangan

dengan lingkungan.

e) Serat

Arah serat dapat ditentukan oleh arah alur-alur yang terdapat pada

permukaan kayu. Kayu dikatakan berat lurus, jika arah sel-sel kayunya

sejajar dengan sumbu batang. Maka arah sel-sel menyimpang atau

membentuk sudut terhadap sumbu panjang batang dikatakan kayu itu

berserat membelok.

f) Berat kayu

Berat kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun, rongga-rogga

sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat-zat ekstraktif

didalamnya. Berat suatu kayu ditunjukan dengan besarnya berat jenis kayu

yang bersangkutan dan dipakai sebagai patokan berat kayu.

g) Kekerasan

Pada umumnya terdapat hubungan langsung antar kekerasan kayu dan

berat kayu. Kayu-kayu yang keras juga termasuk kayu-kayu yang berat.

Sebaliknya kayu ringan adalah juga kayu yang lunak. Berdasarkan

kekerasannya, jenis-jenis kayu digolongkan sebagai berikut :

a. Kayu sangat keras, contoh: balau, gram, dan lain-lain

b. Kayu keras, contoh: kulim, pilang, dan lain lain

c. Kayu sedang kekerasannya, contoh: mahoni, meranti, dan lain-lain

d. Kayu lunak, contoh: pinus, balsa, dan lain-lain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.4. Sifat Mekanik Kayu

Sifat-sifat mekanik atau kekuatan kayu ialah kemampuan kayu untuk muatan dari

luar. Maksud muatan dari luar adalah gaya-gaya diluar benda yang mempunyai

kecendrungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda (Dumanauw, 2001)

2.1.5. Sifat Kimia Kayu

Pada umumnya komponen kimia kayu daun lebar dan kayu daun jarum terdiri dari

3 macam unsur yaitu:

1. Unsur karbohidrat yang terdiri dari selulosa dan hemiselulosa

2. Unsur non-karbohidrat yang terdiri dari lignin

3. Unsur yang diendapkan didalam kayu selama proses pertumbuhan yang sering

disebut zat ekstraktif.

Menurut Edwin Sutemeister (1971) secara kimia kayu terdiri dari empat

komponen yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif. Tujuan utama

proses pembuatan pulp adalah menghilangkan lignin dari kayu untuk

mendapatkan yang kurang lebih bebas dari lignin. Berdasarkan perbedaan

komposisi keempat komponen penyusun kayu dan jenis kayu, kayu digolongkan

menjadi dua golongan yaitu: kayu keras (hardwood), dan kayu lunak (softwood).

(Fagel,D. 1995)

Secara umum, perbedaan kayu keras dan kayu lunak dapat diraikan sebagai

berikut:

1. Kayu keras mempunyai serat yang lebih pendek sedangkan kayu lunak

mempunyai serat yang lebih panjang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Kayu keras mempunyai ukuran lebar daun kira-kira 1-3 mm, dan

ukuran lebar untuk kayu lunak kira-kira1,5-2,0 mm.

3. Hanya kayu keras yang memiliki pembuluh. Sel-sel angkatan yang

dibentuk secara khusus yang dikenal sebagai unsur-unsur pembuluh ini

didalam kayu keras volumenya cukup besar, tetapi tidak pernah

terdapat didalam kayu lunak,

4. Jari-jari yang lebar pada sejumlah kayu kers berlawanan dengan jari-

jari yang sempit dan seragam pada kayu-kayu lunak. (Sjostrom E.1995)

secara umum kayu keras lebih banyak mengandung selulosa, hemiselulosa, dan

zat eksraktif dibandingkan dengan kayu lunak, tetapi kandungan ligninnya lebih

sedikit.

2.1.6. Komponen Kayu

Secara kimia kandungan bahan yang terdapat dalam kayu dapat dibagi 4 (empat)

bagian yaitu:

1. Selulosa

2. Hemiselulosa

3. Lignin

4. Zat Ekstraktif

Komposisi dan sifat-sifat kimia komponen-komponen ini sangat berperan

dalam proses pembuatan pulp. Pada setiap pemasakan, kita ingin mengambil

sebanyak mungkin selulosa yang terdapat dalam serat kayu, disisi lain

selulosa, hemiselulosa lignin dan zat ekstraktif tidak dibutuhkan atau

dipisahkan dari serat kayunya. Komposisi kimia kayu berfariasi untuk setiap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


species. Secara umum hard wood mengandung lebih banyak selulosa,

hemiselulosa dan zat ekstraktif dibanding dengan soft wood tetapi kandungan

ligninnya lebih sedikit.

Tabel 1.1 : Komposisi Typical Chemical Antara Hardwood Dan

Softwoods

Komponen Soft woods Hard woods


Selulosa 42 ± 2 % 45 ± 2 %
Hemiselulosa 27 ± 2 % 30 ± 5 %
Lignin 27 ± 2 % 20 ± 4 %
Zat ekstraktif 3±2% 5±3%

1. Selulosa

Selulosa merupakan bagian utama yang membentuk dinding sel dari pada

kayu. Merupakan polarisasi yang sangat kompleks dari gugus karbohidrat

yang mempunyai persen komposisi yang mirip dengan “starch” yaitu glukosa

yang terhidrolisis oleh asam.

Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu

lunak dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa

merupakan polimer linier dengan berat molekul tinggi yang tersusun

seluruhnya atas β-D-glukosa. Karena sifat kimia dan fisiknya maupun struktur

supramolekulnya maka ia dapat memenuhi fungsinya sebagai komponen

struktur utama dinding sel tumbuhan. (Fengel,1995).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 1: Struktur Selulosa

2. Hemiselulosa

Hemiselulosa juga merupakan polimer-polimer gula. Berbeda dengan glukosa

yang terdiri dari hanya dari plimer glukosa, hemiselulosa merupakan polimer

dari lima bentuk gula yang berlainan yaitu: glukos, maltosa, galaktosa,xylosa,

aribinosa. Rantai hemiselulosa lebih pendek dibandingkan dengan rantai

selulosa, karena hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi yang lebih

rendah. Molekul hemiselulosa terdiri dari 300 unit gugus gula. Berbeda

dengan selulosa, polimer hemiselulosa berbentuk tidak lurus, tetapi

merupakan polimer-polimer bercabang yang berarti hemiselulosa tidak akan

dapat membentuk sruktur kristal dan serat mikro seperti halnya selulosa. Pada

proses pembuatan pulp hemiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan

dengan selulosa.

3. Lignin

Lignin merupakan zat yang tidak berbentuk yang bersama-sama dengan

selulosa membentuk dinding sel dari pohon kayu. Ia berfungsi sebagai bahan

perekat atau semen antara sel-sel selulosa yang membuat kayu menjadi kuat.

Lignin merupakan polimer tiga dimensi yang bercabang banyak. Molekul

utama pembentuk lignin adalah phenyl propane. Satu molekul lignin dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


derajat polimerisasi yang tinggi merupakan polimer yang besar, karena

ukurannya dan struktur tiga dimensinya. Lignin didalam kayu berfungsi

sebagai lem atau semen lapisan (lamela) tengah dengan kandungan utamanya

adalah lignin, mengikat sel-sel itu dan sehingga berbentuk struktur kayu.

Dinding sel juga mengandung lignin. Pada dinding sel,lignin bersama dengan

hemiselulosa membentuk semen (matriks) dimana tersusunlah selulosa yang

berupa “mikro fibrils”

4. Zat ekstraktif

Kayu bisanya mengandung berbagai zat-zat dalam jumlah yang tidak banyak

yang biasa yang disebut dengan istilah “exstraktive”. Zat-zat ini dapat

dipisahkan dari kayu dengan memakai pelarut air maupun pelarut organik

seperti eter ataupun alkohol. Asam-asam lemak, asam-asam resin, lilin, terpen,

dan gugus fenol adalah merupakan beberapa grub yang juga merupakan zat

ekstraktif. Kebanyakan dari zat-zat ekstraktif itu dipisahkan dalam proses pulp

dengan cara “kraft pulping”. Minyak mentah terpenting dapat diperoleh dari

gester pada waktu mengeluarkan gas. Lemak-lemak asam-asam lemak

membentuk sabun (soap) pada proses “kraft” dan terlarut dalam larutan

pemasak. Soap ini selanjutnya akan dipisahkan dari black liquor dan daur

ulang sebagai “tall oil”. beberapa atau sebagian kecil dari zat ekstraktif yang

terlarut akan menyebabkan timbulnya getah (“pitch”) dalam pembuatan pulp

secara craft dan pada pembuatan kertas. Bentuk ini merupakan gumpalan yang

mengotori peralatan seperti halnya screen dan wire. (PT.TPL,2004).

2.2. Pulp (Bubur Kertas)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pulp adalah bahan mentah untuk membuat kertas. Bahan mentah ini dibuat dari

serat pendek yang diperoleh dari produksi kayu dan non kayu, seperti ampas tebu,

jerami padi, atau merang. Sekarang ini, industri pulp yang lebih besar memakai

bahan baku seperti, pohon eukaliptus, Acasta dan pohon pinus.

Bahan baku tersebut akan dihasilkan serat pendek sebagai bahan baku

untuk industri pulp. Asosiasi pulp dan kertas belum menanam tanaman ‘serat

panjang’, karena ditaksir tidak efisien, namun industri kertas memerlukan baik

serat pendek dan panjang. (Hidayat, 2008).

2.3. Bahan Baku Pembuatan Pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

Kayu adalah yang dijadikan sebagai bahan baku yang mengandung serat utama

untuk pembuatan pulp karena rendemen seratnya yang tinggi. Kayu yang

digunakan oleh PT.Toba Pulp Lestari, Tbk saat ini adalah jenis kayu yang

merupakan hasil hutan tanaman industri yang membutuhkan waktu sekitar 4-5

tahun pada area yang cukup luas. Eukalyptus dapat dipanen pada umur 4-5 tahun

dengan diameter anatara 20-30 m dengan tinggi 45 m.

Kayu Eucalyptus adalah kayu yang ditanam dan dikembangkan oleh

perusahaan kayu Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu

keras. Dalam pengolahan pabrik dipisahkan karena tanaman secara homogen

sehingga mudah dikelompokkan. Pengelompkan secara homogen Eucalyptus yang

ditanam oleh perusahan terdiri dari 3 spesies yaitu Eucalyptusgrandis, Eucalyptus

urophylla, Eucalyptus hybrid.

Eucalyptusgrandis memiliki ciri-ciri kulit tipis dan sulit untuk dikupas

bahkan susah putus, Eucalyptus urophylla berkulit tebal, mudah lepas tetapi susah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dihancurkan seperti tali yang dijalin atau goni, Eucalyptus hybrid adalah

Eucaliyptus yang dikembangkan oleh perusahaan dari hasil kloning grandis dan

urophylla yang memiliki ciri-ciri lebih menguntungkan, yaitu kulit tipis, mudah

lepas, dan lebih muda hancur dibanding yang lain (PT. TPL.,2002).

2.4. Proses Produksi Pulp Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

2.4.1. Persiapan Kayu (Wood Preparation)

Persiapan kayu (Wood Preparation) adalah langkah awal dalam proses

pengolahan pulp, dimana meliputi proses penyediaan kayu yang berasal dari

berbagai HTI, dan kemudian dibawa kelokasi pabrik mengunakan truk-truk

pengangkut kayu . Glombang kayu tersebut ditumpukkan di Wood Storange. Dari

Wood Storange, gelondongan kayu diumpankan ke Wood Room. Gelondongan

yang siap diolah disebut log yang berukuran sekitar 3 meter.

Log dikupas kulitnya dan dibersihkan dengan alat Debarking Drum. Log

yang sudah bersih dimasukkan ke Chipper, diadalam chipper kayu kemudian

dimasukkan ke chip screening untuk memisahkan chip yang sesuai atau tidak,

chip yang sesuai dimasukkan kedalam penampungan chip yang disebut chip pile

atau chip storange (PT.TPL, 2003)

2.4.2. Unit Pemasakan (Digester)

Proses pemasakan kayu yang telah diolah menjadi chip dilakukan di digester

plant. Digester adalah sebuah bejana bertekanan yang didalamnya dilakukan

pemasakan chip dengan menggunakan sejumlah larutan kimia serta dengan panas

dan tekanan untuk memisahkan serat dengan cara melarutkan bagian-bagian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


bukan serat. Proses tersebut dinamakan dengan “COOKING”. Chip dimasak

didalam digester dengan menggunakan panas dan reaksi kimia yang digunakan

dalam pemasakan adalah Coustic soda (NaOH), Sodium Sulfide(Na2S), campuran

ini dinamakan dengan white liquor. Digester mempunyai tinggi sekitar 18,6 m

dengan diameter 4,2 meter dan volume 200 m2 (PT.TPL I).

2.4.3. Unit Washing

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk mempunyai sistem pencucian empat tahap. Air

pencuci dan aliran bubur kayu atau pulp memiliki arah yang berlawanan yang

disebut dengan counter current woshing.

Air panas digunakan untuk mencuci di wosher empat dengan temperatur

700C. Air pencuci yang dipakai di wosher empat berasal dari pulp machine yang

kemudian digunakan untuk mengencerkan bubur kayu yang akan masuk ke

wosher empat dan untuk mencuci bubur kayu pada pada wosher sebelumnya.

Pada wosher tiga air didapat dari evaporator dicampur dengan air yang berasal

dari wosher empat. Kemudian pada wosher dua , air yang digunakan berasal dari

wosher tiga dan begitu seterusnya. Sehingga air yang terdapat pada wosher satu

adalah air yang paling pekat dan air tersebut akan menuju ke evaporator dan pulp

akan menuju ke proses bleaching (PT.TPL,2003).

2.4.4. Unit Pemutihan(Bleaching)

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan dari proses yang

dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini

dapat dicapai dengan menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk

menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu harus dihilangkan atau diputihkan.

Tujuan utama proses pemutihan secara umum adalah sebagai berikut:

a. Memperbaiki brightness

b. Memperbaiki kemurnian

c. Degradasi serat selulosa seminumum mungkin

Pengurangan kandungan resin didalam pulp juga faktor lain yang penting

dalam proses pemutihan.

Lignin pada pulp dapat terlihat dalam berbagai bentuk tergantung kepada

kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin sangat reaktif yang berarti

bahwa lignin mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti Khlorin, hypo khlorit,

Hidrogen peroksida, dll. Kemudian molekul lignin terurai menjadi partikel-

partikel yang lebih kecil, larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp.

Pemutihan yang sudah moderen biasanya dilaksanakan bertahap dengan

memanfaatkan bahan-bahan kimia dan kondisi-kondisi yang berbeda-beda pada

setiap tahap. Pada umumnya digunakan perlakuan kimia dan secara singkat

ditunjukkan dengan urutan sebagai berikut:

a. Khlorinasi (C) : reaksi dengan elemen Khlorin dalam suatu

media asam

b. Ekstraksi Alkali (E) : Pemisahan hasil reaksi dengan Caustic.

c. Ekstraksi Oksidasi (E/O) : Ekstraksi Oksidasi yang diperkuat dengan

peroksida (E/OP)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Hypoklorit (H) : Reaksi dengan Hypoklorit dalam suasana

alkali

e. Khlorin Dioksida (D) : Reaksi dengan Khlorin dioksida dalam

suasana asam

f. Oksigen : Reaksi dengan elemen O2 yang bertekanan

dalam suasana alkali.

Bleaching plant terdiri dari dua menara, High density stock untuk

penyimpanan pulp yang belum diputihkan dan untuk pulp yang telah diputihkan,

blending tank untuk pulp yang belum diputihkan, menara Khlorinasi-Khlorin

Dioksida, menara II Khlorin Dioksida-Hypoklorit.

1. Tengki Penyimpanan High Density

Pulp yang belum diputihkan berasal dari tahap pencuci akhir disimpan dengan

konsistensi sebesar 12% didalam menara penyimpanan unbleach high

densitystock sebelum dipergunakan untuk proses pemutihan.

2. Unbleached Bleanding Tank

Pulp yang belum diputihkan yang berasal dari menara HD dipompakan menuju

sebuah uncbleached blending tank yang bekerja sebagai suatu tengki berdensity

rendah untuk menyeragamkan konsistensi stock sebelum tahap awal proses

pemutihan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. D0 Tower

Adalah tahap pertama dalam proses pemutihan. Fungsinya adalah untuk

mengeluarkan lignin dari pulp yang cenderung menimbulkan warna coklat pada

pulp. Tahap D0 Tower menggunakan khlorindioksida untuk memutihkan pulp

dengan cara menghancurkan lignin yang membentuk komponen khlorinlignin.

4. EoP Tower

Caustik (NaOH),Oksigen (O2) dan Hidrogen Peroksida (H2O2) yang digunakan

untuk memutihkan pulp. Didalam tahap EoP untuk melarutkan komponen

Khlorinat Lignin. Setelah larut komponen tersebut akan mudah dicuci dari pulp.

5. D1 Tower

Pada tahap ini digunakan Khlorin Dioksida yang digunakan untuk memurnikan

pulp dan akan memberikan brightness yang tinggi tanpa memberikan pengaruh-

pengaruh dan sifat-sifat kelarutannya. Dosis ClO2 digunakan tergantung dari

kualitas pulp yang masuk dan brightness akhir yang di kehendaki.(Sirait.2003)

2.4.5. Proses Pulp (Pulp Machine)

Proses pengolahan bubur kayu menjadi pulp berbentuk lembaran (Sheet)

dilakukan dalam pulp machine. Lembaran pulp dipotong dengan ukuran panjang

80 cm, lebar 60 cm, dan berat rata-rata perlembar 750-800 gram. Selanjutnya

lembaran pulp dikemas, namun sebelumnya ditekan dengan menggunakan balling

press. Proses akhir adalah balling press pulp dimasukkan “ke unit balaude blinder

untuk di ikat 8 bale, dimana 1 bale = 200 kg. Pulp yang dikemas, disimpan pada

gudang (warehouse) dan kemudian siap untuk dipasarkan (PT.TPLII).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5. Tahap-Tahap Pemutihan(Bleaching)

1. Substitusi Klorin Dioksida Pada Tahap Pertama (D0)

Awalnya klorin dioksida menggantikan hipoklorit pada tahap selanjutnya dari

proses pemutihan untuk mencapai brightness pilp yang tinggi tanpa mengalami

degradasi secara substitusi dengan klorin dioksida memiliki banyak keuntunga:

1. Pemakaian bahan kimia sedikit

2. Hasil tinggi

3. Biaya lebih rendah

4. Kekuatan pulp lebih tinggi

5. Zat pengotor dan shive sedikit

6. Brightness lebih stabil

7. Sedikit resin pada limbah

8. Warna lebih rendah

Selama proses pemutihan beberapa klorin dioksida membentuk ion-ion

klorat yang tidak bereaksi dengan lignin. Pemakaian klorin doiksida menghasilkan

lebih banyak lignin yang teroksidasi dan sedikit substitusi terhadap klorin, jadi

sedikit klorolignin dan asam klorida yang terbentuk. Hal ini dapat menyebabkan

sedikit sodium hidroksida yang dibutuhkan pada tahap EoP berikutnya.

1. Temperatur reaksi : 60-650C

2. Brightness : 55-60 % ISO

3. Waktu : ± 45 menit

4. pH reaksi : 2-4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Tahap Osidasi Ekstraksi (EoP)

Tahap ini merupakan tahap pemurnian dari tahap klorinasi. Tujuan utama dari

alkali ekstraksi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang

kemudian besar larut dalam alkali yang hangat berdasarkan kerja bahan-bahan

kimia yang digunakan terhadap sebagian proses pemutihan.

Sebagai suatu ketetapan 0,5 kali dari klorin yang diberikan merupakan

presentase NaOH yang dipakai pada tahap ini. Sebagai contoh, jika penambahan

klorin adalah 5% pulp, kemudian penambahan caustic yang diberikan terhadap

pulp menjadi berkurang. Apabila pada proses penambahan oksigen naik maka

delignifikasi E0 meningkat.

1. Temperatur reaksi : 70-750C

2. Brightness : 65-75 % ISO

3. Waktu : 45-60 menit

4. pH :10,8-11

3. Tahap Klorin Dioksida (D1)

Tahap ini merupakan tahap ketiga dari proses pemutihan. Klorin dioksida adalah

suatu bahan pemutihan yang unik memurnikan pulp dan memberikan pengaruh

terhadap sifat-sifat kekuatannya. Dosis klorin dioksida tergantung kualitas pulp

yang masuk dan brightness yang diinginkan.

1. Temperatur reaksi : 78-800C

2. Brightness : 85-90 % ISO

3. Waktu : 240 menit

4. pH : 3.0-3.5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(Sirait, 2003).

2.5.1. Bahan Kimia Pemutih

1. Sodium Hidroksida (NaOH)

Pada saat dengan lignin dan resin, sebagian besar saja yang menghasilkan tersebut

larut dengan air. Karena klorinat lignin dan resin sangat mudah larut dalam

larutan alkali, perlakuan alkali menyusun setelah proses klorinasi. NaOH

merupakan salah satu alkali kuat yang merupakan bahan kimia yang dapat

menyebabkan luka bakar pad akulit. Penangannnya harus memperhatikan

keseluruhan tindakan pencegahan, pada proses pemutihan umumnya digunakan

alakali encer dengan konsentrasi kira-kira 120 gr/L.

2. Oksigen (O2)

Gas oksigen digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama-sama dengan alkali

pada tahap ekstraksi. Gas oksigen memperkuat sifat-sifat pulp yang diputihkan hal

ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap

lingkungan.

3. Sodium Hipoklorit (NaCl)

Sodium hipoklorit dibuat dari klorin dan sodium hidroksida. Senyawa ini

merupakan larutan yang sangat tidak stabil dan cenderung terurai yang meningkat

dengan kenaikan konsentrasi dan temperatur seta berkurangnya sifat alkali.

Hipoklorit biasanya dibuat dengan konsentrasi alakali yang berlebihan (kitra-kira

4 gr/L) untuk menjaga kestabilan larutan. Kandungan klorin pada hipoklorit

diperkirakan sebesar 40-44 gr/L. Tujuan dengan menggunakan hipoklorit adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk meningkatkan brigtness pada pulp. Ini diakibatkan karena reaksi oksidasi

yang terjadi dari hipoklorit pada lignin dan bahan-bahan berwarna yang lainnya

yang terdapat pada pulp dengan cara mengubahnya tidak berwarna.

4. Klorin Dioksida (ClO2)

ClO2 adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses

pemutihan ini biasanya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan

berwarna lainya ini digunakan untuk pemutihan pulp yang berkualitas sehingga

memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa

dengan kerusakan pada selulosa yang minimum. Brightness tinggi yang dihasilkan

dengan ClO2 adalah stabil (Sirait, 2003).

2.5.2. Pemutihan Dengan Klorin Dioksida (ClO2)

Warna dari pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang

tersisa didalam pulp setelah proses pemasakan. Penghitungan lignin dapat lebih

banyak pada proses pemasakan, tetapi akan mengurangi hasil yang banyak sekali

dan merusak serat, sehingga menghasilkan pulp yang rendah.

Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksida yang kuat,

berwarna hijau kekuningan pada konsentrasi tinggi warnanya berubah menjadi

orange, dapat larut dengan air dingin, merupakan campuran yang terdiri dari air ±

16% Cl2 memiliki titik beku -590C, dan titik didihnya +110C.

Kerja dari cara proses pemutihan ini umumnya dengan cara mengoksidasi

lignin dan bahan berwarna lain yang terdapat dalam pulp. Digunakan untuk

memutihkan pulp yang berkualitas sebab dapat mengoksidasi bahan yang bukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


merupakan selulosa dengan kerusakan pada selulosa yang minimum, dan

brigtness yang tinggi yang dihasilkan dengan klorin dioksida adalah stabil.

Klorin dioksida (ClO2) memiliki sifat-sifat kimia dominan, yaitu:

1. Klorin dioksida merupakan oksidator yang kuat

2. Memiliki reaktifitas yang tinggi dalam fase gas

3. Reaksiya sangat lambat terhadap karbohidrat

4. Dalam bentuk murni cenderung terurai dan mudah meledak

5. Dalam pulp, klorin dioksida hanya bereaksi dengan lignin (Sirait,2003).

2.5.3. Tahap Khlorinasi

Reaksi-reaksi khlorin-lignin

Khlorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan substitusi. Reaksi-reaksi ini

mengeluarkan lignin dan oleh karena itu beberapa akan terlarut dalam tahap

khlorinasi.

Substitusi:

Cl2 + (Lignin) → (Lignin-Cl) + HCl

Oksidasi

Cl + (Lignin) → (Lignin Teroksidasi) + 2HCl

(Sirait, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5.4. Tahap Klorin Dioksida

Pada saat pulp diberikan perlakuan dengan klorin dioksida, ini bereaksi dengan air

dan komponen-komponen pulp, umumnya lignin dan resin melengkapi reaksi.

Klorin dioksida bereaksi dengan air sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini:

2ClO2 + H2O → HClO2

Kecepatan reaksi anatara klorin dioksida dan komponen-komponen pulp

adalah lebih cepat. Langkah pertama dalah elektron memindahkan klorin doksida

yang tereduksi menjadi sebuah ion klorin dan mengoksidasi lignin pada pulp.

ClO2 + e- → ClO2-

Selama pH turun dibawah 7.0, ion klorit bereaksi dengan sebuah ion hidrogen

membentuk asam Khlorus pada kesetimbangan reaksi berikut.

ClO2 + H- → HClO2

(Sirait, 2003)

2.6. Pengujian Dan Analisa Bleaching

Beberapa pengujian yang dilakukan dalam laboratorium untuk mencapai

spesifikasi terhadap kualitas pulp yaitu :

a. Bilangan kappa

Pengujian ini mengindikasikan kandungan lignin dan kemampuan pulp tersebut

untuk diputihkan. Pengujian ini didasarkan kepada reaksi potasium permanganat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(KmnO4). Normalnya pulp coklat dan pulp setelah melewati tahap poses alkali

ekstraksi diperiksa bilangan kappanya dilaboratorium.

b. Viskositas

Pengujian terhadap viskositas dilakukan untuk menentukan kekentalan yang

dimiliki oleh pulp. Pengujian mengevaluasi drajat polomerisasi dari pada selulosa

atau degradasi daripada serat selulosa. Pada proses pemutihan dissolving pulp,

kondis-kondisi proses dan bahan kimia yang diberikan adalah dirancang untuk

mengendalikan derajat polimerisasi menuju tingkat yang dikehendaki dan

pengujian viskositas sangatlah penting. Pemeriksaan meliputi penentuan

viskositas larutan pulp didalam kupraetilen diamin atau kuppramonium.

c. Brightness

Brightness pulp diukur pada tahap yang berbeda-beda didalam proses pemutihan.

Tujuannya adalah untuk mencapai Brightness yang spesifik terhadap pulp ynag

dihasilkan. Sebuah alat pengukur tingkat refleksi atau pengukur tingkat brightness

digunakan dilaboratorium untuk mengukur brightness contoh pulp dibuat dalam

lembaran. Ini memantulkan cahaya yang diukur dan dinyatakan sebagai persen

dari pada magnesium oksida. Jadi nilai brightness 90 ISO artinya pada kondisi

yang standart dari cahaya dan pengamatan , dimana panjang gelombang sebesar

457 mm, 90 % dari batang Magnesium Oksida. Pengukuran ini bertujuan untuk

manghasilkan dosis bahan kimia pada tahap ini (Sirait, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODOLOGI

3.1.Metodologi

3.1.1. Alat

1. Alat penyaring

2. Corong buchner

3. Alat vakum

4. Oven

5. Beaker glass

6. Stopwatch

7. Setrika

8. Kertas saring

9. ELREPHO (Electronic Refracrto Photometer)

3.1.2. Bahan

1. Bubur pulp

2. Air

3.2.Prosedur

1. Penentuan Kecerahan Pulp(Brightness) di Tahap D0

Diambil bubur pulp dari pencucian klorinasi, dicuci dengan air, diambil 20

gram pulp yang basah, kamudian dimasukkan kedalam beaker glass,

diencerkan dengan air, diaduk, diletakkan kertas saring pada corong buchner,

kemudian dituang pulp yang diencerkan, diletakkan kembali kertas saring

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diatasnya, kemudian disheetkan, diambil pulp yang di sheetkan, kemudian di

setrika hingga permukaan sampel rata, dikeringkan didalam oven pada suhu

1050-1200C selama 10 menit, kemudian diperiksa nilai kecerahan pulp

(brightness) dengan menggunakan alat electro refracto photometer

(ELREPHO)

Cara kerja alat di tahap D0

Dihidupkan komputer yang khusus digunakan untuk menentukan kecerahan

pulp (brightness), diperiksa nilai pulp yang disheetkan dengan menggunakan

alat ELREPHO, di klik tanda “menu” pada komputer dan akan bekerja untuk

membaca nilai kecerahan pulp (brihtness), kemudian dibaca nilai brightnss

pada komputer dalam R 457 D 65, dicatat nilai kecerahan pulp (brightness)

dalam R457 D65.

2. Penentuan kecerahan pulp (brightness) ditahap EoP ekstraksi alkali

Diambil bubur pulp dari ekstraksi alakali, dicuci dengan air, diambil 20 gram

pulp yang basah, kemudian dimasukkan kedalam beake glass, diencerkan

dengan air,diaduk, diletakkan kertas saring pada corong buchner, kemudian

dituang pulp yang diencerkan, letakkan kembalikertas saring

diatasnya,kemudian di sheetkan, diambil pulp yang di sheetkan, kemudian

strika hingga permukaan sampel rata, dikerngkan dalam oven pada suhu 105 0-

1200C selama 10 menit, kemudian priksa nilai kecerahan pulp (brightness)

dengan menggunakan alat electro refracto photometer (ELREPHO).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cara kerja alat ditahap EoP

Dihidupkan komputer yang khusus digunakan untuk menentukan kecerahan

pulp (brightness), diperiksa nilai pulp yang disheetkan dengan menggunakan

alat ELREPHO, di klik tanda “menu” pada komputer dan akan bekerja untuk

membaca nilai kecerahan pulp (brihtness), kemudian dibaca nilai brightnss

pada komputer dalam R 457 D 65, dicatat nilai kecerahan pulp (brightness)

dalam R457 D65.

3. Penentuan kecerahan pulp (Brightness) ditahap D 1

Diambil bubur pulpdari pencucian klorin dioksida, dicuci dengan air, diambil

20 gram pulp yang basah, kamudian dimasukkan kedalam beaker glass,

diencerkan dengan air, diaduk, diletakkan kertas saring pada corong buchner,

kemudian dituang pulp yang diencerkan, diletakkan kembali kertas saring

diatasnya, kemudian disheetkan, diambil pulp yang di sheetkan, kemudian di

setrika hingga permukaan sampel rata, dikeringkan didalam oven pada suhu

1050-1200C selama 10 menit, kemudian diperiksa nilai kecerahan pulp

(brightness) dengan menggunakan alat electro refracto photometer

(ELREPHO)

Cara kerja alat ditahap D1

Dihidupkan komputer yang khusus digunakan untuk menentukan kecerahan

pulp (brightness), diperiksa nilai pulp yang disheetkan dengan menggunakan

alat ELREPHO, di klik tanda “menu” pada komputer dan akan bekerja untuk

membaca nilai kecerahan pulp (brihtness), kemudian dibaca nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


brightnsspada komputer dalam R 457 D 65, dicatat nilai kecerahan pulp

(brightness) dalam R457 D65.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Hasil pengamatan data yang diperoleh pada penentuan Brightness pada D 0,

EoP, dan D1 stange yang dilakukan diunit bleaching PT. Toba Pulp Lestari,

Tbk pada tanggal 16 Februari 2017 dapat dilihat pada data tabel dibewah ini.

DATA BRIGHTNESS PADA TAHAP D0 EOP DAN D1 STANGE

Tanggal 16 Februari 2017

Waktu Brightness
(%)

D0 EoP D1
07:00 72.2 78.7 89.8
09:00 76.6 81.6 89.7
11:00 72.5 83.3 90.5
13:00 73.9 82.1 89.9
15:00 72.8 83.4 88.2
17:00 71.2 80.7 88.5
19:00 77.3 82.7 88.6
21:00 76.2 83.5 90.3
23:00 75.6 82.1 90.1
01:00 71.3 82.4 88.3
03:00 74.5 83.5 89.7
05:00 74.1 82.9 89.8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2. Pembahasan

Data yang didapat diatas dapat dilihat bahwa Brightnessyang diperoleh dari

D0, EoP, dan D1 telah memanuhi standart ISO (International Standart

Operasional). Hal ini disebabkan karena penambahan bahan kimia yaitu ClO 2

pada tahap D0 dan D1 dan penambahan NaOH pada tahap EoP, yang seimbang

pada setiap tahap.

Dimana klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan substitusi reaksi.

Reaksi ini mngeluarkan lignin dan oleh karena itu ,beberapa akan terlarut

dalam tahap klorinasi.

Substitusi:

Cl2 + (Lignin) → (Lignin-Cl) +HCl

Oksidasi

Cl2 +( Lignin) → (Lignin teroksidasi) + 2HCl

Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja

dari proses pemutihan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan

bahan-bahan berwarna yang lainnya. Klorin dioksida sanggup mengoksidasi

yang bukan selulosa dengan kerusakan pada selulosa yang minimum.

Brightness tinggi yang dihasilkan dengan klorin dioksida adalah stabil.

NaOH merupakan salah satu alkali kuat yang ada. Klorinat lignin dan resin

sangat mudah larut dalam larutan alkali. Pada proses pemutihan normalnya

digunakan alkali encer dengan konsentrasi kira-kira 120 gram/liter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari pengamatan yang diperoleh dan pembahasan data pada proses pemutihan

pulp (Bleaching)dapat disimpulkan,

Bahwa penambahan bahan kimia yang stabil sangat menentukan baik

buruk tidaknya kertas yang akan diperoleh. Semakin stabil penambahan bahan

kimia yang ditambahkan, maka akan semakin tinggi tingkat kecerahan pulp yang

dicapai dan hal ini juga harus didukung oleh beberapa parameter yang

mempengaruhi kecerahan Brightness yang digunakan yang harus diatur dengan

sangat cermat yaitu: temperatur. pH, waktu dan lain-lain. Standart drajat

keputihan (Brightness) yang diproduksi oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah

pada tahap D0 = 68-80 %, EoP = 75-86%, D1 = 89-90%.

5.2.Saran

1. Jumlah bahan kimia yang ditambahkan pada proses pemutihan harus lebih teliti

dan stabil, agar menghasilkan pulp yang keputihannya memenuhi standart ISO

serta mengurangi pemakaian bahan kimia yang berlebih.

2. Cara kerja dari karyawan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ini agar lebih

ditingkatkan lagi kedepannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Dumanauw, J.F. 2001. Mengenal Kayu, Yogyakarta: Kanisius

Fangel, D. dan Wagener, G. 1995. Kimia Kayu Ultra Struktur, Reaksi-reaksi.

Cetakan I. University Press

Hidayat, H. 2008. Politik Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

John.G.H. 1987. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Indonesia

PT. TPL (I). Digester Plant. Training and Development Cantere. PT. Toba Pulp

Lestari,Tbk.Porsea

PT. TPL (II). Pulp Machine Traning. Tim Training. PT. Toba Pulp

Lestari,Tbk.Porsea

PT.TPL. 2002. Wood Preparation. Training and Development Cantere. PT.

Toba Pulp Lestari,Tbk.Porsea

PT.TPL. 2003. Woshing and Screening. Training and Development Cantere.

PT. Toba Pulp Lestari,Tbk.Porsea

PT.TPL. 2004. Disolving Pulp. Tim Training and Development Cantere. PT.

Toba Pulp Lestari,Tbk.Porsea

Sjostrom.E.1995. kimia Kayu Dasar-Dasar dan Penggunaan. Yogyakarta.

Universitas. Gajah Mada Press

Sirait.S.2003. Bleaching Module Traning and Develoment Cantere. PT. Toba

Pulp Lestari, Tbk. Porsea - Samosir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai