Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan Perekonomian dewasa ini sangat memprihatinkan. Yang kita
ketahui khususnya di Indonesia kini terdapat berbagai permasalahan yang
menyangkut mengenai kehidupan bermasyarakat, antara lain masalah kemiskinan,
masalah pengangguran, masalah lingkungan hidup, dll. Permasalahan tersebut
timbul akibat semakin meningkatnya keadaan ekonomi yang tidak disesuaikan
dengan kondisi masyarakat. Khususnya masyarakat menengah kebawah. Hingga
kini kemiskinan masih menjadi bagian dari persoalan terberat dan paling krusial di
dunia ini.
Pada kesempatan ini penulis mencoba memaparkan secara global
kemiskinan negara-negara di dunia, yaitu negara-negara berkembang yang nota-
benenya ada di belahan benua Asia. Kemudian juga pemaparan secara spesifik
mengenai kemiskinan di Negara Indonesia. Adapun yang dimaksudkan Negara
berkembang adalah Negara yang memiliki standar pendapatan rendah dengan
infrastruktur yang relatif terbelakang dan minimnya indeks perkembangan
manusia dengan norma secara global. Dalam hal ini kemiskinan tersebut meliputi
sebagian Negara-negara Timur-Tengah, Asia selatan, Asia tenggara dan Negara-
negara pinggiran benua Asia.

B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba untuk
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari kemiskinan?
2. Apa indikator terjadinya kemiskinan?
3. Faktor apa saja yang menjadi penyebab kemiskinan?
4. Bagaimanakah tingkat perkembangan kemiskinan di Indonesia?
5. Apa tantangan dalam menghadapi kemiskinan di Indonesia?
6. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan di Indonesia?

1
C. Tujuan
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia yang mampu dalam hal
materi agar ikut berperan serta untuk mengentaskan kemiskinan di
Indonesia.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia untuk menghadapi
kemiskinan yang merupakan tantangan global dunia ketiga.
3. Untuk mengetahui sejauh mana upaya pemerintah dalam mengentaskan
kemiskinan di Indonesia.
4. Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang
berhubungan dengan permasalahan dan upaya penyelesaian kemiskinan di
Indonesia.
5. Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas
terstruktur dari mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kemiskinan
Dalam kamus ilmiah populer, kata “Miskin” mengandung arti tidak berharta
(harta yang ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata “fakir”
diartikan sebagai orang yang sangat miskin. Secara Etimologi makna yang
terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan masalah konsumsi. Hal ini
bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari interaksi
negatif (ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau bisa dikatakan
dengan suatu kondisi serba kekurangan dalam arti minimnya materi yang dimana
mereka ini tidak dapat menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
perkembangan arti definitif dari pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan.
Berawal dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan
memperbaiki keadaan hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan
komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang diutarakan oleh Ali
Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyediaan lapangan
kerja di berbagai sektor, baik sektor industri maupun pembangunan. Senada
dengan pendapat di atas adalah bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh
ketidakadilan faktor produksi, atau kemiskinan adalah ketidakberdayaan
masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh pemerintah sehingga mereka
berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Arti definitif ini lebih
dikenal dengan kemiskinan struktural.
kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan
miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan,
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang,
kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya
telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan

3
masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap
seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

B. Indikator-Indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara
detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator
kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagai
berikut :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan
dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya
alam.
6. Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar,
wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal
dan terpencil).

C. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan


Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yaitu
kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber
daya alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana
alam. Kemiskinan buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang
berkompeten dalam penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia,

4
sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut.
Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan pembangunan yang
mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.
Di bawah ini beberapa penyebab kemiskinan menurut pendapat Karimah
Kuraiyyim, yang antara lain adalah:
1. Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara global.
Yang penting digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-
kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.
Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan
naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka
pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
· Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
· Politik ekonomi yang tidak sehat.
· Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
a) Rusaknya syarat-syarat perdagangan
b) Beban hutang
c) Kurangnya bantuan luar negeri, dan
d) Perang

2. Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.


Terlihat jelas faktor ini sangat urgent dalam pengaruhnya terhadap
kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas
masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan
kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan dengan maksimal

3. Biaya kehidupan yang tinggi.


Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat
dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya
kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan
oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli, lemahnya peranan wanita di depan
publik dan banyaknya pengangguran.

5
4. Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan
keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan
sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh
pajak negara.
Selain itu, ada juga penyebab utama lain dari timbulnya kemiskinan ini,
diantaranya :
 Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan
 Terbatasnya akses serta rendahnya mutu layanan kesehatan, pendidikan, dan
sempitnya lapangan pekerjaan
 Kurangnya pengawasan serta perlindungan terhadap asset usaha
 Kurangnya penyesuaian terhadap gaji upah yang tidak sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan seseorang
 Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam
 Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan
keluarga.
 Tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan
inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya
jaminan sosial terhadap masyarakat.

D. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia


Laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan bahwa dalam lima
tahun terakhir keadaan kemiskinan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini
diduga karena pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan
meningkatnya Gross Domestic Product (GDP) dan atau disebabkan semakin
luasnya kesenjangan social.
Hingga kini kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang
menjadi isu sentral di Indonesia. Lebih dari 110 juta orang Indonesia hidup
dengan penghasilan kurang dari US$ 2 per hari. Jumlah ini sama dengan jumlah
penduduk Malaysia, Vietnam, dan Kamboja jika digabungkan. Sebagian besar
penduduk miskin di Asia Tenggara tinggal di Indonesia.

6
Kemiskinan menjadi alasan rendahnya Human Development Index (Indeks
Pembangunan Manusia) Indonesia. Secara menyeluruh, kualitas manusia
Indonesia relatif sangat rendah jika dibandingkan dengan kualitas manusia di
negara-negara lain di dunia. United Nations Development Programme (UNDP)
menempatkan HDI Indonesia di peringkat 124 dari 187 negara pada tahun 2011.
Di tahun yang sama, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 30 juta
orang, sebesar 37% dari jumlah tersebut berada di daerah perkotaan dan 63% di
daerah pedesaan.
Kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, dan papan secara terbatas, membuat anak-anak tidak bisa mengenyam
pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya
kemampuan untuk menabung dan berinvestasi, minimnya akses ke pelayanan
publik, kurangnya lapangan pekerjaan dan jaminan sosial, serta menguatnya arus
urbanisasi ke kota.

E. Tantangan Kemiskinan Di Indonesia


Masalah kemiskinan di Indonesia sarat sekali hubungannya dengan
rendahnya tingkat Sumber Daya Manusia (SDM). dibuktikan oleh rendahnya
mutu kehidupan masyarakat Indonesia meskipun kaya akan Sumber Daya Alam
(SDA). Sebagaimana yang ditunjukkan oleh rendahnya Indeks Pembangunan
Masyarakat (IPM) Indonesia pada tahun 2002 sebesar 0,692. yang masih
menempati peringkat lebih rendah dari Malaysia dan Thailand di antara negara-
negara ASEAN. Sementara, Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) Indonesia pada
tahun yang sama sebesar 0,178. masih lebih tinggi dari Filipina dan Thailand.
Selain itu, kesenjangan gender di Indonesia masih relatif lebih besar dibanding
negara ASEAN lainnya.
Tantangan lainnya adalah kesenjangan antara desa dan kota. Proporsi
penduduk miskin di pedesaan relatif lebih tinggi dibanding perkotaan. Data
Susenas (National Social Ekonomi Survey) 2004 menunjukkan bahwa sekitar 69,0
% penduduk Indonesia termasuk penduduk miskin yang sebagian besar bekerja di
sektor pertanian. Selain itu juga tantangan yang sangat memilukan adalah
kemiskinan di alami oleh kaum perempuan yang ditunjukkan oleh rendahnya

7
kualitas hidup dan peranan wanita, terjadinya tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak, serta masih rendahnya angka pembangunan gender (Gender-
related Development Indeks, GDI) dan angka Indeks pemberdayaan
Gender(Gender Empowerment Measurement,GEM).
Tantangan selanjutnya adalah otonomi daerah. di mana hal ini mempunyai
peran yang sangat signifikan untuk mengentaskan atau menjerumuskan
masyarakat dari kemiskinan. Sebab ketika meningkatnya peran keikutsertaan
pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan. maka tidak mustahil dalam
jangka waktu yang relatif singkat kita akan bisa mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan pada skala nasional terutama dalam mendekatkan pelayanan dasar
bagi masyarakat. Akan tetapi ketika pemerintah daerah kurang peka terhadap
keadaan lingkungan sekitar, hal ini sangat berpotensi sekali untuk membawa
masyarakat ke jurang kemiskinan, serta bisa menimbulkan bahaya laten dalam
skala Nasional.

F. Kebijakan dan Program Penuntasan Kemiskinan


1. Penanganan Masalah Kurang Gizi dan Kekurangan Pangan
Penanganan masalah kurang gizi dan kekurangan pangan meliputi:
 Perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan prioritas: penanggulangan
kurang energi protein, anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium,
kurang vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya pada rumah tangga miskin.
 Peningkatan ketahanan pangan dengan kegiatan prioritas: penyaluran
beras bersubsidi untuk keluarga miskin.

2. Perluasan Kesempatan Masyarakat Miskin Atas Pendidikan


Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas pendidikan meliputi kegiatan
prioritas sebagai berikut :
 Penyediaan bantuan operasional sekolah untuk SD, SMP, Pesantren
Salafiyah, dan satuan pendidikan non Islam setara SD dan SMP.
 Beasiswa siswa miskin jenjang SMA.
 Pengembangan pendidikan untuk dapat membaca.

8
3. Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan
Perluasan kesempatan masyarakat miskin atas kesehatan meliputi kegiatan
prioritas sebagai berikut :
 Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas
 Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar terutama di
daerah perbatasan, terpencil, tertinggal, dan kepulauan.
 Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan terutama untuk penanganan
penyakit menular dan berpotensi wabah, pelayanan kesehatan ibu dan
anak, gizi buruk dan pelayanan ke gawat darurat.
 Pelatihan teknis bidan dan tenaga kesehatan untuk mengurangi tingkat
kematian pada kelahiran.

4. Perluasan Kesempatan Berusaha


Perluasan kesempatan berusaha meliputi peningkatan dukungan
pengembangan usaha bagi masyarakat miskin dengan kegiatan pokok:
 Percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah rumah tangga miskin.
 Penasehat penataan hak kepemilikan dan sertifikasi lahan petani.
 Penyediaan sarana dan prasarana untuk usaha.
 Pelatihan ketrampilan untuk menjalankan usaha.
 Peningkatan pelayanan koperasi sebagai modal usaha

Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan


menempatkan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan kemiskinan merupakan prioritas Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009 dan dijabarkan lebih rinci
dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap tahun serta digunakan sebagai
acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan mencapai
Tujuan pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan
(SPNK) telah disusun melalui proses partisipatif dengan melibatkan seluruh
stakeholders pembangunan di Indonesia. Selain itu, sekitar 60 % pemerintah

9
kabupaten/ kota telah membentuk Komite penanggulangan Kemiskinan Daerah
(KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD)
sebagai dasar arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong
gerakan sosial dalam mengatasi kemiskinan.
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain sebagai
berikut:
 Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan sarana-sarana
irigasi, air bersih dan sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber
air bersih. (ii) pembangunan jalan, jembatan, dan dermaga daerah-daerah
tertinggal. (iii) redistribusi sumber dana kepada daerah-daerah yang
memiliki pendapatan rendah dengan instrumen Dana Alokasi Khusus
(DAK).
 Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui bantuan dana
stimulan untuk modal usaha, pelatihan keterampilan kerja dan
meningkatkan investasi dan revitalisasi industri.
 Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin diberikan
pelayanan antara lain (i) pendidikan gratis sebagai penuntasan program
belajar 9 tahun termasuk tunjangan bagi murid yang kurang mampu (ii)
jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas
dan rumah sakit kelas tiga.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, dapat disimpulkan bahwa masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula
dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu hal
yang alami dalam kehidupan. Dalam artian bahwa semakin meningkatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kebutuhan pun akan semakin
banyak. Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari
pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini
adalah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Pemerintah sebaiknya menjalankan program terpadu secara serius dan
bertanggung jawab agar dapat segera mengatasi masalah kemiskinan di
Indonesia
2. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, mari kita dukung semua
program pemerintah dengan sungguh-sungguh demi masa depan bangsa dan
negara Indonesia terbebas dari kemiskinan.
3. Marilah kita tingkatkan kepedulian dan kepekaan sosial untuk membantu
saudara kita yang masih mengalami kemiskinan.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://litamardiana.blogspot.com/2012/11/masalah-kemiskinan-di-indonesia.html
http://yulliasurriaunnes.blogspot.com/2012/07/permasalahan-sosial-makalah-
kemiskinan.html
http://lasonearth.wordpress.com/makalah/makalah-kewarganegaraan-kemiskinan/
http://appifrend.wordpress.com/2011/12/25/makalah-masalah-kemiskinan-dan-
penanggulangannya/

12

Anda mungkin juga menyukai