MIKROBIOLOGI
STREPTOCOCCUS PNEUMONIA
Disusun oleh :
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 3
1.2. Issue ............................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5
2.1.DEFINISI .......................................................................................... 5
2.2. KALSIFIKASI PNEUMONIA ............................................................ 5
2.2 EPIDEMIOLOGI................................................................................ 6
2.3 ETIOLOGI ......................................................................................... 7
2.3 PATOGENESIS ................................................................................ 8
2.4 PATOLOGI ..................................................................................... 11
2.5 KLASIFIKASI .................................................................................. 12
2.6. DIAGNOSIS ................................................................................... 14
2.6.1. Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisik .............................. 14
2.6.2 Pemeriksaan Laboratorium ...................................................... 15
2.6.3 Gambaran Radiologis ............................................................... 15
2.6.4 Pemeriksaan Bakteriologis ...................................................... 16
2.6.5Penilaianderajatkeparahan penyakit ......................................... 16
2.7. MANAJEMEN ............................................................................. 20
2.8 Komplikasi Pneumonia ................................................................. 30
2.9 Prognosis Pneumonia.................................................................. 31
2.10. Pencegahan ............................................................................ 32
BAB 3 PEMBAHASAN ............................................................................ 33
BAB 5 KESIMPULAN............................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 36
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Issue
Peningkatan Jumlah penderita Pneumonia
Jumlah Resistensi obat
Cara penularan
2.1.DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
Pneumonia adalah penyakit yang cukup sering terjadi. Rata-rata
dari serangan pneumonia adalah sekitar 12 kasus per 1000 orang per
tahun. Pada orang dewasa berusia 17-55 tahun, angka kejadian
pneumonia relatif rendah. Akan tetapi pada orang tua, angka kejadian
pnaumonia lebih tinggi.
2.3 ETIOLOGI
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, dan parasit. Pneumonia yang
didapatkan dimasyarakat (CAP) banyak disebabkan oleh bakteri gram
positif, HAP atau pneumonia nosokomial disebabkan oleh bakteri gram
negative. Pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob(PDPI Pneumonia Komuniti, 2003).
Mikroorganisme
(Bakteri, Virus,
Jamur, Parasit)
Bahan Kimia
Aspirasi
Obat-obatan
Bacteria :
- Streptococcus pneumoniae
- Haemophilus infuenza
- Legionella sp
- Mycoplasma pneumoniae; Chlamydia pneumoniae
- Gram negatif bacilli (proteus sp; E.colli)
- Staphylococcus aureus
- Moraxella catarrhalis
- Chlamydia psittici
- Coxiella burnetti
- Klebsiella pneumonia
- Pseudomonas
Virus :
- Influenza A dan B
- Parainfluenza
- Cytomegalovirus
- Adenovirus
Fungi :
- Aspergillus
- Candida sp
- Nocardia sp
- Cryptococcus sp
- Histoplasma sp
- Pneumocystis
2.3 PATOGENESIS
Dalam keadaan sehat, tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme di paru. Keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme
pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan
tubuh, mikroorganisme, dan lingkungan maka mikroorganisme dapat
masuk, berkembang biak, dan menimbulkan penyakit.
Mekanisme pertahanan paru :
A. Non a. Filtrasi (penyaring Saluran Nafas Atas)
Spesifik b. Reflek bersin (timbul bila ada rangsangan di hidung
dan nasofaring)
c. Reflek batuk (bila ada rangsangan di laring,
trakeobronkial)
d. Gerakan mukosilia (menangkap partikel dan
mengeluarkan dari saluran nafas)
B. Spesifik a. Sel makrofag
b. Antibodi
2.4 PATOLOGI
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli
menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan
infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan
fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri
ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui
pseudopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian
dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka
akan tampak 4 zona :
1. Zona luar : alveoli yang terisi dengan bakeri dengan cairan edema
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang
aktif dengan jumlah PMN yang banyak
4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak
bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag(PDPI Pneumonia
Komuniti, 2003).
2.5 KLASIFIKASI
1. Berdasarkan sumber infeksi
a. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia = CAP)
pneumonia yang terjadi di lingkungan rumah atau masyarakat, juga
termasuk pneumonia yang terjadi di rumah sakit dengan masa inap
kurang dari 48 jam.
b. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia = HAP)
merupakan pneumonia yang terjadi di “rumah sakit”, infeksi terjadi
setelah 48 jam berada di rumah sakit. Kuman penyebab sangat
beragam, yang sering di temukan yaitu Staphylococcus aureus
atau bakteri dengan gram negatif lainnya seperti E.coli, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeroginosa, Proteus. Tingkat resistensi
obat tergolong tinggi untuk bakteri penyebab HAP.
c. Pneumonia aspirasi
d. Immuno-compromised
PENAMPILAN KLINIS CAP HAP
Terjadinya Sebelum MRS 2 hari setelah MRS
Jenis kuman Gram (+) Gram (-)
Ex :Strep. pneumoniae Ex :Pseudomonas
aeruginosa
Klinis Gejala pneumonia Lebih berat
Perjalanan penyakit Antibiotika adekuat Sering : sepsis gagal
membaik nafas
2.6. DIAGNOSIS
3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
2.6.5Penilaianderajatkeparahan penyakit
Penilaian derajat keparahan pada kasus pneumonia dapat
menggunakan sistem skoring CURB-65 atau Pneumonia Severity Index
(PSI). Fungsi sistem skor ini juga untuk menentukan tipe perawatan
pasien seperti rawat jalan, rawat inap, ataupun rawat inap di ruangan
intensif.
1. CURB-65
Pada sistem ini, yang dinilai hanya 5 faktor saja.
U: Urea
Nilai urea<19mg/dL (skor 0), >19 (skor 1)
R: Respiration rate
Jumlah frekuensi napas<30x/mnt (skor 0), >30 (skor 1)
B: Blood pressure
Jika tekanan darah >90/60 mmHg (skor 0), <90/60 mmHg
(skor 1)
Penilaian CURB-65:
Faktor demografis
Penyakit komorbid
Keganasan +30
Pemeriksaan fisik
+20
Gangguan kesadaran
Frekuensi napas >30 x/menit +20
Hasil laboratorium
+30
pH < 7.35
BUN > 10.7 mmol/L +20
Menurut IDSA/ATS 2007 kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu
atau lebih kriteria di bawah ini:
Kriteria minor:
2.7. MANAJEMEN
Dalam mengobatipasien pneumonia sesuaidengan ATS/IDSA 2007
perludiperhatikan:
- Pasientanpariwayatpemakaian antibiotic 3 bulansebelumnya.
- Pasiendengankomorbidataumempunyairiwayatpemakaian antibiotic
3 bulansebelumnya.
Pemilihan antibiotic secaraempirisberdasarkanbeberapa factor,
termasuk:
Jeniskuman yang
kemungkinanbesarsebagaipenyebabberdasarkanpolakumanset
empat
Telahterbuktidalampenelitiansebelumnyabahwaobattersebutefe
ktif
Factor resikoresisten antibiotic. Pemilihan antibiotic
harusmempertimbangkankemungkinanresistenterhadap
Streptococcus pneumonia yang merupakanpenyebabutama
CAP yang memerlukanperawatan.
Factor
komorbiddapatmempengaruhikecenderunganterhadapjeniskum
antertentudanmenjadi factor penyebabkegagalanpengobatan.
A. Pneumokokusresistenterhadappenisilin
Umur>65 tahun
Memakaiobat-obatangolongan β lactam selama 3
bulanterakhir
Pecandu alcohol
Penyakit gangguankekebalan
Penyakitpenyerta yang multiplel
B. Bakteri enteric gram negative
Penghunirumahjompo
Mempunyaipenyakitdasarkelainanjantungdanparu
Mempunyaikelainanpenyakit yang multiple
Riwayatpengobatan antibiotic
C. Pseudomonas aeruginosa
Bronkiektasis
Pengobatankortikosteroid>10 mg/hari
Pengobatan antibiotic spectrum luas>7
haripadabulanterakhir
Gizikurang
1. Rawat jalan
a. Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat
pemakaian antibiotik 3 bulan sebelumnya
golongan beta laktam atau beta laktam ditambah
anti betalaktamase ATAU
Makrolid baru (klaritomisin, azitromisin)
b. Pasien dengan komorbid atau mempunya riwayat
pemakaian antibiotik 3 bulan sebelumnya
Florokuinolon respirasi (levofloksasis 750mg,
moksifloksasin) ATAU
Golongan betalaktam ditambah anti betalaktamase
ATAU
Betalaktam ditambah makrolid
2. Rawat inap non ICU
Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750mg, moksifloksasin)
ATAU
Betalaktam ditambah makrolid
3. Ruang rawat intensif
Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas: Betalaktam
(cefotaxim, ceftriaxon atau ampisilin sulbaktam) ditambah
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi intravena
4. Pertimbangan khusus
Bila ada faktor resiko infeksi pseudomonas:
Evaluasipengobatan
Jikasetelahdiberikanpengobatansecaraempirisselama 24 - 72 jam
tidakadaperbaikan, kitaharusmeninjaukernbali diagnosis, faktor-
faktorpenderita, obat-obat yang telahdiberikandanbakteripenyebabnya,
sepertidapatdilihatpadagambar 1.
2.8 Komplikasi Pneumonia
1. Batuk darah
2. Efusi pleura dan empiema. Terjadi pada sekitar 45% kasus, terutama
pada infeksi bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negative
sebesar 60%, Staphylococcus aureus 50%. S. pneumoniae 40-60%,
kuman anaerob 35%. Sedangkan pada Mycoplasmapneumoniae
sebesar 20%.
3. Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman atau
bakteriemia berupa meningitis dan abses otak. Dapat juga terjadi
dehidrasi dan hiponatremia, anemia pada infeksi kronik, peningguan
ureum dan enzim hati. Kadang-kadang terjadi peninggian fostase
alkali dan bilirubin akibat adanya kolestasis intrahepatik. Perikarditis,
endokarditis, osteomyelitis, sepsis.
4. Hipoksemia akibat gangguan difusi, ARDS
5. Abses Paru terbentuk akibat eksudat di alveolus paru sehingga terjadi
infeksi oleh kuman anaerob dan bakteri gram negative(PDPI
Pneumonia Komuniti, 2003).
2.9 Prognosis Pneumonia
Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak
ditemukannya antibiotik. Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman,
usia, penyakit dasar dan kondisi pasien. Secara umum angka kematian
pneumonia pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat
menjadi 60% pada orang tua dengan kondisi yang buruk misalnya
gangguan imunologis, sirosis hepatis, penyakit paru obstruktif kronik, atau
kanker. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih lobus dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognosis yang buruk. Kuman
gram negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek(PDPI Pneumonia
Komuniti, 2003).
Prognosa buruk pada keadaan :
1 Umur> 60 tahun
2 Komawaktumasuk
3 Perawatan di ICU
4 Syok
7 Kreatinin> 1,5 mg / dl
9 Pengobatanawaltidaktepat
12 Pemakaianobatpenyekat H2 yang
dapatmeningkatkanphpadapencegahan
Perdarahanusus
2.10. Pencegahan
Beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan pada
pneumonia komunitas adalah sebagai berikut :
b. Berhenti merokok